Dia berbicara dengan sangat tulus, tatapan dan ekspresinya juga sangat tenang, seolah-olah dia sudah benar-benar melepaskan Rizki.Mendengar Hana yang mengharapkan kebahagiaan untuknya dan Alya, kekesalan Rizki pun memudar dan bibirnya mulai tersenyum."Terima kasih."Dada Hana terasa sakit, pria ini benar-benar tahu cara untuk melukainya."Jadi, apa kita bisa menandatangani perjanjiannya sekarang?"Rizki menatapnya. "Aku akan meminta seseorang membuatnya dan mengirimkannya padamu besok.""Nggak." Hana menggeleng. "Malam ini. Ini 10 persen saham, aku takut kamu akan menyesalinya."Alasan utamanya adalah setelah malam ini, dia mungkin tidak akan memiliki kesempatan lagi untuk berduaan dengannya sambil minum alkohol.Dia harus menangkap kesempatan ini.Dia akan mendapatkan saham itu dan tidur dengannya, lalu dia akan hamil.Melihat situasinya yang menyedihkan, mungkin Tuhan akan mengasihaninya dan membantunya. Dia saat ini sedang berada dalam masa tersuburnya.Jika dia bisa hamil, ditamb
Hana mengambil gelas di meja, lalu menghabiskan anggur yang tersisa di dalamnya. kemudian, dia mengisi gelasnya lagi di depan Rizki.Dia memegang gelas itu di tangannya, dengan lembut menggoyangkannya."Anggap saja ini untuk membayar utang nyawamu, beri aku sedikit harga diri. Ayo kita berpisah baik-baik, oke?"Rizki merapatkan bibirnya, matanya sangat dingin. Akhirnya dia duduk di seberang Hana."Menemanimu minum dihitung sebagai berpisah baik-baik? Apa 10 persen saham yang kuberikan padamu nggak cukup untuk berpisah baik-baik?"Hana tersenyum sedih."Aku tahu kamu akan berpikir seperti ini. Tapi Rizki, perasaanku padamu sangat tulus. Meskipun hari ini kamu bukanlah Rizki sang CEO dan hanya seorang pria biasa, aku masih tetap akan mencintaimu. Apa kamu tahu kenapa aku menginginkan 5 persen saham itu? Itu karena aku tahu kamu nggak bisa tenang saat berutang pada seseorang. Kalau aku nggak meminta apa pun, kamu nggak akan percaya kalau aku benar-benar ingin memutus hubungan denganmu. Se
Dia ketakutan setengah mati. Saat dia keluar dari toilet tadi, dia menemukan bahwa Rizki telah menghilang. Dia terus mencari sampai akhirnya menemukan pria itu, dia kira Rizki telah pergi untuk menemui orang lain.Tentu saja, yang paling dia takutkan adalah Rizki mungkin pergi menemui Alya.Jika Rizki menemui Alya, bukankah artinya dia malah membantu Alya?Dia tidak akan membiarkan itu terjadi.Hana berjalan maju dan berkata dengan sangat lembut, "Angin di luar dingin dan kamu berpakaian tipis, sebaiknya kamu masuk ke dalam."Melihat Hana mendekat, Rizki refleks mundur beberapa langkah untuk menjaga jaraknya.Alis tebalnya berkerut.Dia tidak tahu apakah ini karena Hana yang terus mengganggunya atau karena Cahya yang sampai sekarang belum sampai juga, tetapi dia merasa sangat kesal, bahkan tubuhnya terasa sangat gelisah.Angin malam bertiup. Selain rasa dingin, dia juga merasa nyaman.Perasaan yang aneh ini membuat Rizki makin waspada.Dia melihat Hana di depannya dan menyadari kepanik
Alya terpaksa meletakkan pulpennya dan berjalan ke pintu.Karena tinggal sendirian, Alya selalu waspada. Dia sampai memasang lubang pintu dan kamera CCTV di pintunya.Setelah sampai di pintu, dia memeriksa layar CCTV terlebih dahulu untuk melihat siapa yang datang.Ketika sosok dan wajah orang itu muncul di layar, Alya membeku.Rizki?Kenapa dia?Untuk apa pria itu datang kemari malam-malam begini?Meskipun Rizki bukan orang asing dan Alya tidak khawatir Rizki akan melakukan sesuatu padanya, mengingat hubungan mereka, Alya masih tidak begitu ingin membukakannya pintu.Jika ada hal penting yang harus dibicarakan, Rizki bisa saja meneleponnya.Akan tetapi ....Memikirkan kontrak yang akan dia tanda tangani, juga bagaimana Rizki akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk berinteraksi dengan anak-anaknya di masa depan.Karena dia sudah membuat keputusan, tampaknya dia tidak perlu sewaspada itu lagi ....Memikirkan hal ini, Alya pun menghela napas dan membuka pintu.Rizki telah lama berdir
Dia tidak boleh berlama-lama di sini. Jika dia tinggal lebih lama lagi di sini, dia bisa menyebabkan masalah.Di depan orang lain, dia mungkin masih bisa mengendalikan dirinya.Namun, yang berdiri di depannya adalah wanita yang dia cintai, itu hanya akan menambah minyak ke dalam api."Tunggu."Akan tetapi, ketika dia berbalik, Alya memanggilnya.Oleh karena itu, Rizki pun berhenti bergerak.Bukannya dia tidak mau bergerak, tetapi tubuhnya tidak mau mendengarkan perintah otaknya.Terjebak dalam konflik antara tubuh dan pikirannya, Rizki pun terpaku di tempatnya. Dia tidak melangkah maju ataupun berbalik.Sebaliknya, Alya menghampirinya dan langsung berdiri di depannya.Dengan wajah tanpa ekspresi, Alya menempatkan tangannya di kening Rizki.Begitu menyentuh kening tersebut, Alya langsung menarik tangannya kembali karena terkejut."Ke ... kenapa kamu panas sekali?"Saat dia melihat wajah Rizki yang memerah tadi, dia kira Rizki hanya mabuk, karena itulah pira ini datang ke sini malam-mala
Setelah menyadari bahwa tubuh Rizki begitu panas meskipun tidak mabuk dan tidak demam ....Alya menelan ludahnya.Mungkin karena kaget, mulutnya setengah terbuka. Namun, beberapa saat kemudian, dia perlahan menggigit bibirnya."Jadi? Kamu sendiri sudah tahu kondisimu, kenapa kamu malah datang menemuiku?"Orang yang memeluknya itu terdiam cukup lama sebelum akhirnya menjawab, "Aku ... nggak tahu."Dia terdengar agak bingung."Selain kamu .... Aku nggak tahu harus menemui siapa lagi."Setelah mengatakan itu, dia mengeratkan pelukannya, memejamkan matanya dan menenggelamkan wajahnya di leher Alya.Rizki sangat menderita, tetapi pelukan dan aroma tubuh wanita ini dapat membuatnya lebih tenang.Setidaknya dia tahu, bahwa orang di sisinya adalah Alya dan bukan orang lain."Kamu nggak tahu harus menemui siapa, jadi kamu datang menemuiku?""Nggak ...."Dia terdengar seperti mengigau, dia berbicara dengan terbata-bata, "Aku ... hanya ingin ... menemuimu."Alya sedikit marah, tetapi juga sedikit
Dia sudah berbicara panjang lebar, tetapi Rizki masih memasang ekspresi dan sikap yang sama, entah apakah pria ini benar-benar mendengarkan ucapannya atau tidak."Kamu dengar nggak?"Rizki mengangkat matanya."Hmm."Alya tak bisa berkata-kata.Ya sudahlah, kelihatannya pria ini tidak mendengar apa yang dia katakan. Mungkin Rizki sudah hampir kehilangan kesadarannya, untuk apa Alya masih berbicara padanya?"Ayo masuk."Alya hanya bisa melangkah mundur dan memberi ruang untuk Rizki masuk.Rizki menatap ke dalam rumah, tetapi dia ragu untuk melangkah."Kenapa? Kamu nggak mau masuk? Kalau begitu aku akan pergi ...."Sebelum dia bisa menyelesaikan perkataannya, Rizki langsung melangkah masuk ke rumah.Brak!Setelah Rizki masuk, Alya menariknya ke sofa di ruang tengah dan menyuruhnya untuk duduk diam di sana sementara dia mengambilkannya segelas air."Air es," ujar Rizki tiba-tiba."Apa?" Alya kira dia sudah salah dengar. "Kamu mau air es?""Air paling enak ... kalau ada es. Kalau nggak ada
Namun, siapa sangka, ketika tangan Alya menyentuh kancing baju Rizki, pergelangan tangannya tiba-tiba ditangkap oleh pria itu.Rizki menggenggamnya dengan kuat.Alya mendongak, matanya bertemu dengan mata yang gelap dan dalam itu. Di ruangan yang remang ini, Rizki menatapnya dengan begitu intens, bagaikan seekor serigala.Seolah-olah di saat berikutnya, Rizki akan melompat dan menerkamnya.Alya kaget, tidak tahu sejak kapan pria ini bangun.Baguslah kalau Rizki sudah bangun, dengan begitu dia bisa mengelapkan alkohol itu sendiri. Akan tetapi ... dia tampak tidak beres.Mungkinkah dia kehilangan kesadarannya?Meskipun Alya tidak pernah mencobanya, dia pernah mendengar bahwa bila seseorang terpengaruh oleh obat tertentu, mereka mungkin akan kehilangan kendali. Jika ....Karena cengkeraman pada pergelangan tangannya mengencang, Alya tidak bisa berpikir lagi. Napas Rizki tampaknya menjadi makin berat.Raut wajah Alya berubah, sambil berusaha membebaskan tangannya, dia berkata, "Alkohol dan