Astrid segera berdiri."Apa sekarang dia masih di bawah? Aku akan pergi dan mengusirnya. Dia benar-benar nggak realistis."Ketika dia sedang bersiap untuk pergi, Hana malah menghentikannya."Tunggu sebentar.""Hana?"Tidak ada yang menduga bahwa Hana akan tersenyum dan berkata dengan lembut, "Biarkan saja dia naik ke sini."Mendengar ini, semua orang di kamarnya pun terbelalak dan berseru secara bersamaan, "Hana!?""Apa kamu sudah lupa bagaimana dia memperlakukanmu dulu? David hanya seorang preman, kalau kamu membiarkannya ke sini, apa kamu nggak ....""Astrid." Suara Hana terdengar sangat lembut. "Bagaimanapun dia memperlakukanku dulu, sekarang aku sedang terluka. Dia bisa mendengar kabar ini dan datang ke rumah sakit untuk menjengukku, ini artinya dia khawatir padaku. Dengan kekhawatirannya yang seperti ini, bukankah seharusnya aku merasa tersentuh? Bagaimana bisa aku menyuruhnya pergi?"Teman-temannya yang berada di ruangan itu sama sekali tidak setuju."Hana, dari mana dia mengkhaw
"Hana, bagaimana dengan lukamu? Apa kamu baik-baik saja? Aku ... aku membelikanmu sebuket bunga, tapi aku nggak tahu apakah kamu akan menyukainya atau nggak. Tadinya aku ingin membelikan buah, tapi aku nggak tahu buah apa yang kamu suka," ujar David dengan hati-hati.Di telinga Hana, suara David terdengar serak dan sangat tidak percaya diri. Benar-benar tidak enak untuk didengar.Namun dia masih menahan penyesalannya dan tersenyum."Lukaku baik-baik saja. Kamu datang ke sini saja sudah cukup. Sebenarnya kamu nggak perlu repot-repot membeli banyak barang, kamu datang menjengukku saja juga sudah cukup.""Lalu datang dengan tangan kosong? Bagaimana bisa, aku akan merasa malu."Teman-teman Hana menunjukkan ekspresi kesal."Dia bukan menyuruhmu datang dengan tangan kosong. Meskipun kamu membeli sesuatu, bukankah seharusnya kamu membeli yang lebih bagus? Lihat, bunga apa yang kamu beli? Warnanya jelek sekali, apa kamu memetiknya di pinggir jalan?""Benar, beraninya kamu datang menjenguk Hana
Ketika Astrid mengucapkan kalimat itu, ruangan pun menjadi hening.Mungkin tidak ada yang menyangka bahwa Astrid tiba-tiba akan berkata seperti itu.Alasan kenapa semua orang terdiam adalah karena perkataan Astrid membuat mereka tersadar, bahwa David mungkin memiliki manfaat.Dia adalah seorang berandal, seseorang yang hidup dengan bebas.Ketika ingin menangani seseorang, tampaknya membiarkan dia yang menanganinya adalah tindakan yang paling tepat.Semua orang hanya tidak menyangka pikiran Astrid dapat bekerja secepat itu. Sepertinya, perkelahian yang dia alami dengan Alya di pesta waktu itu benar-benar membuatnya membenci Alya.Setelah hening untuk waktu yang cukup lama, Hana berseru dengan kaget, "Astrid, apa yang kamu katakan? Bagaimana mungkin aku meminta David untuk melakukan hal semacam itu? David, tolong jangan anggap perkataan Astrid serius."David tersenyum. "Memangnya kenapa kalau aku menganggapnya serius? Hana, sebelumnya aku nggak pernah melakukan apa pun untukmu. Tapi aku
"Oke. Kalau begitu aku akan membelikan tiket pesawatmu, suamiku.""Terima kasih, istriku."Pasangan ini berjalan di depan sambil berbicara dengan mesra.Meninggalkan dan membuat pasangan di belakang mereka merasa dingin dan terasingkan.Alya dan Rizki menjalani jalan mereka masing-masing. Alya menatap orang tua Rizki yang dengan mesra berjalan di depan mereka, sementara dia dan Rizki sedikit pun tidak mesra. Sepertinya kurang baik bila dia langsung menemui sang nenek seperti ini.Jadi, Alya menghentikan langkahnya dan berkata pada Rizki, "Aku akan menunggumu di mobil."Mendengar ini, langkah Rizki pun sedikit terhenti. Dia menatap Alya untuk beberapa saat dan teringat akan percakapan mereka yang belum selesai tadi. Dia hendak membicarakannya, tetapi Alya sudah berbalik dan pergi.Raut wajah Rizki pun berubah, dia segera mengejar Alya dengan wajah muram.Ketika Sinta selesai membeli tiket pesawat, dia dan suaminya berbalik untuk berbicara dengan pasangan muda itu. Namun, mereka malah me
Sebenarnya Rizki juga tidak tahu apa yang ingin dia katakan.Hanya saja, dia memiliki beberapa emosi yang terus menumpuk di dadanya, seolah-olah semua emosi itu akan menyembur keluar. Akan tetapi, lagi-lagi dia belum menemukan cara untuk mengekspresikannya.Namun, dia tahu jelas, bahwa orang yang menyebabkannya memiliki emosi ini adalah Alya.Keresahan ini membuat Rizki merasa tidak nyaman.Melihat Rizki yang masih mencengkeram pergelangan tangannya dan mengerutkan kening, seolah-olah tidak mau melepaskannya, Alya pun sekali lagi berkata, "Apa pun yang ingin kamu katakan sekarang, mengatakannya sekarang ataupun setelah operasi Nenek nggak akan ada bedanya, 'kan?"Jika Rizki benar-benar memiliki sesuatu yang ingin dibicarakan dengannya, kemungkinan hal tersebut akan berhubungan dengan dia dan Hana.Kejadian jatuhnya Hana waktu itu, tampaknya tidak ada kelanjutannya sampai sekarang.Rizki tidak menyusahkannya lagi, kemungkinan karena dia harus mempertimbangkan kehormatan Wulan di dalam k
Setelah menyelesaikan urusan sang nenek, barulah Rizki mengirim pesan kepada Hana. Dia memberitahunya mengenai persiapan operasi Wulan dan karena itulah dia tidak bisa mengangkat teleponnya.Hana tadinya mengira bahwa Rizki sedang menghindarinya. Jadi meskipun David akan membalaskan dendamnya, tanpa Rizki di sisinya, dia masih merasa muram.Oleh karena itu saat menerima pesan Rizki, seketika Hana menjadi senang.Jika Rizki tidak mengangkat teleponnya karena Wulan, maka Hana tidak bisa menyalahkannya.Dengan hati-hati, dia pun menekan nomor telepon Rizki lagi.Kali ini Rizki mengangkat teleponnya dengan cepat."Rizki."Suara Rizki terdengar agak lelah. "Hm, beberapa hari ini tinggallah di rumah sakit dengan baik. Aku akan mencari waktu untuk menjengukmu.""Aku tahu kamu sibuk, nggak apa-apa kalau kamu nggak sempat untuk datang ke sini." Suara dan nada bicara Hana sangat lembut bagaikan air. "Dibandingkan kondisi Nenek, luka di keningku bukan apa-apa. Kamu fokus mengurus nenekmu dulu saj
"Waktu itu perceraiannya diundur karena operasinya ditunda, berapa lama lagi aku harus menunggu? Kalau operasinya nggak ditunda, seharusnya Rizki dan Alya sudah bercerai dan begitu banyak kejadian yang nggak akan terjadi nantinya."Sampai di sini, Hana menggenggam pergelangan tangan Astrid. "Astrid, aku tahu kamu selalu memikirkanku. Tapi sekarang, hal yang paling penting adalah untuk Nenek Wulan bisa menjalankan operasinya dengan lancar. Setelah itu, barulah aku dan Rizki memiliki kesempatan. Kalau nggak ... akan sangat berbahaya kalau perceraian mereka terus ditunda. Aku nggak tahu apakah aku bisa membujuk David. Astrid, kamu selalu pandai berbicara. Maukah kamu membujuk David untukku? Minta dia untuk jangan impulsif dan jangan melakukan hal bodoh. Setelah aku menjadi istrinya RIzki, aku pasti nggak akan melupakan kebaikanmu."Mendengar kalimat terakhir, Astrid seakan-akan telah dijanjikan sesuatu."Hana, tenang saja, aku pasti akan membantumu."Hana menatapnya dengan penuh terima ka
Saat mereka masih sekolah, David memiliki kesan bahwa Alya adalah gadis yang cantik dan lemah lembut. Siapa sangka gadis itu dapat melukai orang seperti ini.Tentu saja, satu-satunya orang yang baik hati adalah Hana yang dicintainya. Wanita lainnya adalah serigala berbulu domba."Oke, kita bicara sampai di sini saja. Hari itu aku akan mengabarimu. Kalau kamu mau lakukan ya lakukanlah, kalau nggak ya sudah."Setelah selesai berbicara Astrid pun langsung pergi. Setelah dia pergi, David meludah ke aspal. Kelicikan berkilat di matanya."Wanita bodoh. Begitu Hana berada di tanganku, aku nggak akan membiarkan kalian."...Sepertinya karena percakapannya dengan Rizki di sanatorium tadi, setelah kembali ke rumah, Alya dan Rizki pun memiliki saat-saat damai yang langka.Ini adalah pertama kalinya semenjak Hana kembali dari luar negeri.Karena Wulan akan dioperasi, Rizki tidak keluyuran ke mana-mana kecuali ke perusahaan dan ke rumah. Hidupnya hanya berputar di dua tempat itu saja. Alya pun juga