"Astangfirullah!"
"Astangfirullah!" "Astangfirullah!" Tiga kali perempuan cantik yang berhijab warna sage itu mengucapakan kalimat istingfar yang entah ini sebuah kutukan atau dirinya sedang berada di lembah jurang saat ini. Syahla berusaha memegang dadanya yang kian terasa amat sesak berusaha menguatkan hatinya namun perlahan ketahan itu hancur ia tidak tahu lagi harus berbuat apa. Di sana suami tercinta sudah melangsungkan akad nikah tanpa sepengetahuan dirinya gemeruh di dadanya menggelegar tidak mampu lagi ia menahan. "Tidak, aku harus datang ke sana, Mas Adam harus tahu kalau aku adalah perempuan kuat," gumamnya seraya mengusap air matanya yang tersisa padahal sudah satu jam lebih perempuan itu menangis. Syahla mengambil ponselnya lalau mengetikkan sesuatu. [ Na, tolong kamu kirim kan alamatnya sekarang ] kata Syahla mengetik dengan tangan bergetar. Ia takkan kalau temannya itu tahu kalau ia bisa dapat vidio akad nikah sang suami itu artinya ia tahu di mana lokasinya. [ Syah, kamu mau melabrak suami kamu itu, jangan ya, karena aku sekarang sedang di luar kota aku tidak bisa menemani saat ini besok saja kita datang ke sana lagi pula itu sudah terjadi kamu sudah tidak bisa menghentikannya ] [ Tidak perlu aku akan kesana sendiri kamu tidak perlu khawatir ] [ Oke, tapi kamu janji jangan berbuat nikat Syah, semuanya bisa di selesaikan baik-baik ] [ Kamu tenang saja, percaya sama aku kalau aku akan pulang dengan selamat ] [ Dia adalah Aurel Syah, perempuan yang selama ini kamu anggap sebagai adik mu ] Hati Syahla makin menyala berkorbar saat Nana mengingatkan kalau perempuan yang dinikahi suaminya dua jam yang lalu adalah Aurel perempuan yang jauh dalam benaknya ia bayangkan. "Ternyata kamu datang untuk menjadi Adi madu ku, Aurel!" batin Syahla menjerit. Setelah Syahla menerima alamat yang di kirim Nana ternyata tempatnya adalah di mana Syahla yang biasa di ajak sang suami untuk mengikuti kajian. "Ternyata ustad itu yang sudah menikahkan suami ku dengan Aurel,"gumam Syahla matanya menites air mata lagi. Selesai mengambil napasnya lalu membuangnya perlahan Syahla bertekad mengambil kunci mobilnya yang berada di atas nakas. Ia adalah perempuan kuat dan mandiri dan selama ini Syahla sudah di pacu untuk menjadi wanita tangguh, perjalanan kisahnya dengan Adam tidaklah mudah ia lalui selama ini, bagaimana perjuangan ia sampai berada di titik sekarang ini adalah hasil jerih payahnya yang juga bersama sang suami sama-sama semangat melewati masa-masa sulitnya. Dan semua itu Syahla lalui dengan tegar dan tabah karena ada laki-laki yang selalu menjadi penyemangatnya tapi ketahan itu saat ini runtuh kala sang penyemangat kini membagi cintanya demi bisa membangun dongen yang baru dan meninggalkan dongengnya sendiri. Hanya membutuhkan waktu dua puluh menit Syahla akhirnya sampai ke tempat tujuannya. Di bukan pintu mobil merahnya dengan kaki gemetar. Ia meremas tangannya sendiri membangkitkan semangat serta meminta pertolongan pada Allah untuk di lancarkan segala urusanya. Robbisrohli Sodri wayassirli amri wahlul 'uqdatanmillisani yafqohu qouli. Selesai membaca do'a baru Syahla memasuki rumah minimalis, yang sudah menampakkan sang suami memakai sarung dan jas hitam seadanya di dampingi perempuan cantik nan anggun hanya memakai gaun cream yang menjuntai ke bawah tapi walau begitu perempuan itu tetap cantik selain umurnya yang masih muda ia juga parasanya yang menawan. Sakit! Itulah yang di rasakan Syahla saat ini, seraya memejamkan matanya ia masuk menerobos beberapa orang yang ikut hadir di sana. Tiba-tiba semua mata langsung tertuju padanya memperhatikan wanita bertubuh tinggi dan langsing dan berkulit putih mulus yang sedang menatap tajam seperti tatapan susana kala masih hidup. Langkahnya tidak gontai dan juga tidak gemetar seperti awal tadi turun karena saat ini rasa takutnya telah hilang berganti api yang berkobar kala Syahla mendapatkan tangan mongil itu menggandeng tangan suaminya dengan binaran mata yang menyala sambil menyalami tamu yang datang. Dan langkah Syahla makin kencang hingga orang yang ada di depannya ia tabrak begitu saja dan Syahla tidak perduli itu yang terpenting saat ini harus menunjuhkan kalau dirinya adalah Syahla Ananda putri istri Sah dari Adam Baihaqi. "Mas Adam!" teriak Syahla hingga menggelegar ke ruangan sehingga semua orang yang tadinya berbincang kecil sambil menikmati suguhan shontak langsung shok dan melupakan kalau mereka sedang berbahagia di hari pernikahan sang pengantin. Syahla menatap suaminya dengan tajam. Kini ke duanya saling berhadapan, beradu pandang satu sama lain. Sementara istri barunya itu hanya menunduk tak berani menatap Syahla maupun sang suami, tangannya yang tadi menggengam erat perlahan ia lepas. Plak! Satau tamparan kerasa mendarat sempurna di pipi Adam, yang kini hanya menganga tak membalasnya. Ia masih Shok atas kehadiran istri pertama itu, dan akalnya dari mana ia tahu kalau dirinya saat ini sedang melangsungkan akad nikah padahal ia sudah menyembunyikan tapi bukan niat selamanya setelah akad nikah selesai Adam sudah berencana akan membawa Aurel istri barunya itu datang menemui Syahla dan meminta do'a restunya. Plak!. "Pengkhianat!" Tamparan ke dua juga mendarat di pipi mulus Aurel yang sama-sama maksh Shok dan terpana oleh kedatangan Syahla yang tanpa di duga. Sementara itu sosok ibu paruh baya langsung menarik tangan Aurel lebih mundur ke belakang ia tahu kalau Syahla sedang dalam keadaan marah besar jadi ia menyelamatkan Aurel dari amukan buta Syahla. "Dek, Syahla......," Kalimat Adam membuyarkan lamunan Syhala. Sorot matanya kembali menatap tajam sang suami sedang laki-laki itu hanya diam bersama dabaran jantungnya yang berdegup kencang. "Iya, Mas aku datang dan aku ada di sini, kenapa Mas tidak mengundang ku kalau Mas lagi melangsungkan akad nikah? kenapa Mas? Tapi ya sudahlah tak masalah, to' sudah terlanjur kan dan sekarang kalian sudah resmi menjadi suami istri. Selamat, ya." Ucapan Syahla yang tenang dan mimik wajah tersenyum tapi itu yang malah membuat Adam lebih takut dan tercengang karena walau suara Syahla yang tenang tapi sorot matanya bisa di tangkap kalau tersirat kekecewaan yang mendalam. Manik mata coklatnya menatap tangan Aurel yang kini menggamit lengan tangan sang suami dan itu makin menyayat ulu hatinya karena tangan itu hanya dirinya yang berhak menyentuhnya. Syahla berjalan selangkah, mendekati Aurel lalu memadangi wajah cantik itu dengan tatapan takjub. Ke tiga jarinya menyentuh pundak Aurel yang langsung terasa kalau pundaknya bergetar hebat begitupun dengan Adam yang mulai khawatir kalau Syahla bakal menyerang Aurel kembali. "Masyaallah adikku ternyata sudah besar sekarang dan sangat cantik menjadi pengantin, kenapa kamu tidak mengundang Mbak mu ini," ucapnya dengan nada senyum dan ceria. Sedetik kemudian, Syahla merengkuh adik madunya dengan erat. Dan sedikit ketakutan yang bergelut kini mencair lega. "Selamat, saya datang ke sini bukan untuk menghajarmu karena itu perbuatan kunu dan kolot dan yang ada hanya membuat saya menjadi wanita rendahan dan itu akan menyamakan saya dengan mu, dan saya tidak sudi derajatku di samakan dengan wanita seperti mu tapi saya percaya suatu saat nanti Allah akan mengirim balasan yang setimpal pada wanita yang sudah tega mengambil kebahagiaan orang lain, itu janjinya!"Ini memang sangat menyesakkan dada bagi Syahla tapi apa boleh buat semua sudah hancur berkeping jika ia berontak sudikah sang suami saat ini kembali menarik ucapannya dan meninggalkan telak bagi Aurel. Rasanya itu tak mungkin karena Syahla tahu siapa suaminya itu. Syahla melepas rengkuhannya lalu tersenyum sambil menatap secara bergantian pada suami dan adik madunya yang wajahnya kini menjadi pucat pasi entah apa yang ada dalam pikirannya apakah ia sadar atau ia hanya takut pada Syahla sebagai istri pertama dan Sah di mata hukum agama dan negara."Sekali lagi saya ucapkan selamat pada kalian berdua, selamat atas mahligai yang kalian bangun dan membuat dongeng baru untuk kalian dan saya pastikan dongeng kalian akan menang karena saya sadar kalau saya sudah kalah," ucap Syahla serambi memaksa senyumnya. Degh!Mendengar itu Adam terkejut," Apa maksud kamu Dek?" tanya Adam gemeteran pikirannya sudah melayang jauh kalau Syahla bakal meminta cerai darinya dan hal itu mustahil bagi Adam
Suasana kembali hening karena perdebatan masih berlanjut kaku dan alot, Syahla yang masih belum terima di poligami secara diam-diam membuat hatinya hancur berkeping-keping, tidak bisakah sang suami menunggunya kala ia benar-benar sudah siap bukan dengan cara tidak punya adab seperti ini dan saat hatinya terlanjur sakit kini ia mempertanyakan sikap dirinya yang berubah seratus delapan puluh derajat karena seorang perempuan kalau sudah di sakiti maka sama saja telah membangunkan singa yang siap menerkam kapanpun dan dimanapun. "Maaf Nak Syahla, di mananya yang buat nak Syahla tidak bisa menerima kenyataan ini bukankah yang di lakukan nak Adam sudah sesuai tuntunan syari'at tidak menyalahi aturan dan satu lagi nak Adam laki-laki Sholeh insyaallah bisa berbuat adil," ucap ibuk Zulfa kembali berharap Syahla bisa menerimanya dengan lapang dada. "Bukankah hukum poligami itu lebih harus mendapat izin dari istri tuanya? Sedang yang di lakukan Mas Adam tidak seperti itu dan kalian melakukan
Adam melirik sekilas ke arah Aurel istri mudanya yang menandakan tidak ingin ia tinggal. "Aurel,Mas pulang dulu ya," pintanya. Namun Aurel hanya menunduk ia tak menjawab hatinya terasa pilu sambil memandangi suaminya dengan mata berkaca-kaca, bingung antara ingin terus di samping sang suami dan mengalah karena situasi yang belum memungkinkan ia tidak mau di katakan tak patuh sama suami karena ia sudah berjanji pada almarhum Abinya untuk selalu patuh sama perintah sang suami. "Mas, jujur aku sakit karena bagaimanapun nanti malam adalah malam pengantin kita yang seharusnya di habiskan penuh ceria dan bahagia bukan seperti ini bukankah aku punya hak atas dirimu Mas sama seperti Mbak Syahla dan akupun hanya meminta dua kali dalam seminggu tidak bisakah kalian berbicara besok pagi," tutur Aurel dengan derai air mata. "Maaf Aurel, semuanya butuh waktu kamu tahu kan keadaan kita menikah seperti apa, dan aku juga nggak tahu kalau Syahla bakal mengetahui secepat ini jadi Mas pulang dulu
Karena pintu tidak kunjung di buka oleh Syahla akhirnya Adam memilih untuk menyudahi bujukannya mungkin sang istri memang perlu sendiri dan Adam menghargai itu. "Baik, Mas ada di sini tidak akan pergi kemana-mana jika kamu sudah lega maka bukalah pintunya Dek," ucap Adam dari luar yang akhirnya duduk di shofa sendirian serta coba merenungi semua yang telah terjadi. Mungkinkah dirinya sudah salah mengambil keputusan atau ia terlalu cepat, tali sebelumnya Adam sudah memikirkan matang-matang bukan karena rencana ini sudah ada sejak lima bulan yang lalu hanya saja kejadiannya yang terasa begitu mendadak kala Abi Husen meninggal tepat satu minggu yang lalu. Hingga larut malam ternyata Syahla tidak kunjung membuka pintunya ternyata perempuan itu tengah bersujud panjang di dalam kamar sunyinya. Kala kecamuk batin telah membara, sajalah yang jadi pengantar terkahir untuk mengobati lara duka yang ada. Mengadukan segala gemeluk keresahan serta kerupekkan pada sang khalik. "Dek, makan dulu
Pagi sekali Syahla sudah bersiap untuk berangkat ke sekolah ia mengajar di salah satu sekolah dasar sepertinya Adam suaminya belum bangun dan itu dikarenakan Adam tak bisa tidur semalam. Syahla meminta bibi untuk menyiapkan sarapan tapi ia sendiri tidak sarapan. "Bi, apa Bu Syahla sudah keluar?" tanya Adam dengan mata yang berat. "Maaf Tuan, Nyonya Syahla sudah berangkat setengah jam tadi dan Nyonya meminta saya untuk menyiapkan sarapan Tuan Adam, silahkan kalau mau sarapan semuanya sudah lengkap," tutur bibi memberi tahu Adam. "Apa?" terkejut Adam, gimana bisa ia kecolongan sepagi ini padahal semalam ia sudah menunggu Syahla sampai tidak bisa tidur dan berharap pagi ini bisa bertemu dan bicara kembali dengan istrinya itu. "Iya Tuan, kalau begitu saya permisi," ucap bibi berlalu sedang Adam memijet pelipisnya terasa berat. "Kenapa kamu tak mau mengerti Mas, Syahla!" cicitnya dengan mata yang merah.Sementara Syahla saat ini terdiam di bawah pohon rindang ia tak langsung menuj
"Assalamu'alaikum," salam Adam dan Aurel. "Waalaikumussalam, kalian ayo masuk, nak Aurel apa kabar?" Sapa Bu Farida ramah menyambut madu putrinya."Aurel, ayo kita hadapi bersama insyaallah ibuk itu baik sama seperti Syahla kakak madu mu," bisik Adam. Netra memandang lekat wajah suami, lalu mengangguk. Adam sudah menjelaskan kalau ibuk Farida mertuanya itu sudah tahu semuanya. Kini, ke duanya sudah berada di rumah milik Adam dan Syahla."Alhamdulillah Bu, kabar Aurel baik, sangat senang rasanya bisa di terima baik sama penjenengan karena selama ini Aurel belum tahu rasanya kasih sayang seorang ibuk," ucap Aurel lembut sambil mencium dan memeluk tubuh ibuk paruh baya itu yang tak pernah di sangka hatinya begitu besar dan mulia. "Alhamdulilah kalau begitu, oh ya selamat ya atas pernikahan kalian semoga menjadi keluarga yang sakinah mawaddah Warohmah," ucap ibuk Farida. "Terima kasih banyak Bu," sahut Aurel tertegun karena ia belum juga mendapatkan respon dari kakak madunya yang seda
Syahla duduk di meja rias sambil memandangi dirinya melalu cermin dan iapun memijet pelipisnya yang terasa berat. Adam datang dan langsung mengunci pintu lalu menghampiri istrinya berdiri di belakang Syahla memakai sarung motif kotak warna hitam dengan kemeja lengan pendek namun sudah tidak memakai peci. "Kamu capek sayang, Mas pijetin ya?" Jemari Adam berlabuh di pundak sang istri lalu di keningnya namun Syahla hanya diam saja karena ia masih kessal sama suaminya yang semakin menggorot hatinya. "Kenapa kamu mencuci otak ibuk ku Mas? Kamu sangat licik sekali dengan merayu beliau dan menjajinkan segala harapan palsu, apa jangan-jangan ini memang sudah rencana busuk mu sama Aurel Mas?" seketika dadanya terasa di hantam besi yang tajam nyatanya sang suami sudah lama berslingkuh dengan adik madunya itu. "Tidak Dek, itu tidak benar Mas sama sekali sebelumnya tak pernah ada hubungan sama Aurel selain hubungan saudara saja, ini murni memang permintaan Abi sebelum beliau meninggal, kamu bo
Adam meletakkan kepala Syahla di pangkuannya, lalu mengusap-usap tangan sang istri yang dingin. "Dek, bangun jangan begini, Mas khawatir sama kamu dek, ayo bangun." Aurel mengamati wajah suaminya, tergambar gurat ketakutan yang sempurna, tepatnya takut kehilangan istri pertamanya itu,hati Aurel sakit karena sang suami begitu mencintai Syahla sedang dirinya belum tau apakah bisa mendapatkan cinta seperti itu nantinya dari sang suami walau ia sudah patuh menjalani perannya sebagai istri yang baik. "Mas, sebaiknya kita bawa Mbak Syahla ke kamar saja biar saya panggilkan Dokter, ya Mas," ucap Aurel berusaha melawan gemeruh di dadanya. Adam hanya mengangguk, lalu ia membopong tubuh sang istri yang keliatan tambah kurus dari biasanya sungguh Syahla hanya waktu dua hari saja tubuhnya mengurang dan itu makin buat hati Adam sakit kalau sang istri terluka karena ulahnya. Aurel membenarkan bantal kakak madunya yang belum jua sadar, sedang ibuk Farida sangat khawatir sama keadaan putrinya ya
"Gimana, Mas?" tanya Syahla saat mereka sedang makan malam bersama di meja makan. "Gimana, apanya?" Adam bertanya ulang seakan ia berpura-pura tidak tahu. "Kalau Mas lupa, biar aku ingatkan kembali tidak perlu sok tidak ingat apa yang sudah kita bincangkan kemaren," tanggal Syahla geram, ia hanya ingin memastikan kalau suaminya benar tidak mau mengabulkan permintaannya dan itu artinya Syahla yang harus siap mundur. "Bisa bicaranya nanti saja setelah kita makan Dek," ucap Adam seraya menatap wajah Syahla agar tidak menambah berdebatan di meja makan. "Baik, kalau begitu aku sudah selesai makanya silahkan kalau gitu aku tunggu di kamar kalau sudah selesai." Syahla langsung meninggalkan piringnya yang jelas masih ada nasi, tak biasanya Syahla seperti itu benar bukan Syahla yang selama ini Adam tahu."Mas, gimana?" tanya Aurel yang mendadak takut kalau suaminya akan goyah lagi saat nanti bicara sama kakak madunya itu. "Kamu tenang saja, aku akan selesaikan masalah ini tapi aku mohon
Adam diam membisu belum tahu mau berbicara apa sebab ia tidak tahu dan harus bagaimana menanggapi ucapan istri mudanya yang saat ini sama-sama bergeleyut dengan kemaraha lantaran kekecewaan yang kini di alami. "Aurel, Syahla itu perempuan yang kuat dan berilmu tidak mudah kita menggoyahkan jalan pikirannya karena dia kalau sudah punya prinsip aksn sulit kita kendilkan dan sekarang aku sadar kalau Syahla memang tidak mudah kita taklukkan dan sekarang semuanya jadi rumit." "Lalu bagiamana Mas, apakah Mas tetap akan memulangkan aku atau menikahkan aku dengan laki-laki lain seperti yang Mbak Syahla mintak? Apa Mas sedikitpun tidak punya rasa sama aku Mas, tak bisakah Mas mencoba untuk menuntun Mbak Syahla pelan-pelan kalau yang dia egokan itu salah dan tidak benar kita melakukan poligami ini atas dasar hukum dan kita tidak ada niatan untuk menyakiti satu sama lain asalkan kita sama-sama ikhlas insyaallah ke belakangnya akan membuahkan hasil, bukankah Mas sudah rindu dengan sosok buah
Adam terkejut saat keluar mendapatkan Aurel yang sedang meninteng kopernya hendak pergi dari rumahnya. "Aurel, kamu mau kemana?" tanya Adam terkejut, apa yang terjadi pada istri mudanya itu. "Kenapa Mas, bukankah Mas dan Mbak Syahla mau memulangkan aku? tidak perlu repot-repot Mas aku bisa pulang sendiri dan aku tidak menyangka orang kini hanya satu-satunya aku percayai setelah kepergian Abi ternyata ia tidak tulus dalam menyangi aku dan hanya karena demi istri tuanya yang egois Mas tidak bisa bersikap tegas dan dewasa." "Aurel....," jadi istri mudanya itu sudah mendengar semuanya. "Aurel, kamu jangan salah faham dulu, kita masih bisa bicara dengan baik-baik, sekarang kamu masuk ya sebentar lagi di luar mau hujan nanti kamu bisa sakit," bujuk Adam, ia sendiri saat ini tak tahu apa yang harus di perbuat tapi ke duanya Adam tak ingin ada yang tersakiti karena dirinya. "Tidak perlu Mas, karena tidak ada yang perlu kita bahas lagi. Mas mau mewujudkan permintaan Mbak Syahla kan Mas!
"itu tidak mungkin Dek, kalau aku melakukannya sama saja aku menyakiti hatinya karena sudah mempermainkan perasaan Aurel, dan lagi dia sekarang tanggung jawab Mas sayang!"Seketika Syahla yang tadinya tiduran kini mengubah posisinya duduk, dan mengangkat wajahnya menatap nanar sang suami yang jelas menolak permintaannya untuk menceraikan Aurel padahal dalam hal ini tidak ada yang di rugikan, baik Aurel ataupun suaminya kecuali kalau mereka berdua sudah saling mencintai sejak lama tapi bukankah kata Adam ia menikahi Aurel karena pesan sang Abi sedang ia tidak mau di madu jadi jalan satu-satunya adalah mencarikan suami untuk Aurel atau ia nikahkan saja dengan pria yang istri pertamanya siap di madu. "Permintaan ku tidak aneh, bukankah kalian berdua belum melakukan hubungan itu jadi tidak yang di rugikan! Aurel masih suci jadi dan dia bisa kita nikahkan dengan pria lain yang sama-sama single kalau memang dia tidak mau sama ustadz Azril tapi kalau tidak mau apa alasannya bukankah menjala
Adam meletakkan kepala Syahla di pangkuannya, lalu mengusap-usap tangan sang istri yang dingin. "Dek, bangun jangan begini, Mas khawatir sama kamu dek, ayo bangun." Aurel mengamati wajah suaminya, tergambar gurat ketakutan yang sempurna, tepatnya takut kehilangan istri pertamanya itu,hati Aurel sakit karena sang suami begitu mencintai Syahla sedang dirinya belum tau apakah bisa mendapatkan cinta seperti itu nantinya dari sang suami walau ia sudah patuh menjalani perannya sebagai istri yang baik. "Mas, sebaiknya kita bawa Mbak Syahla ke kamar saja biar saya panggilkan Dokter, ya Mas," ucap Aurel berusaha melawan gemeruh di dadanya. Adam hanya mengangguk, lalu ia membopong tubuh sang istri yang keliatan tambah kurus dari biasanya sungguh Syahla hanya waktu dua hari saja tubuhnya mengurang dan itu makin buat hati Adam sakit kalau sang istri terluka karena ulahnya. Aurel membenarkan bantal kakak madunya yang belum jua sadar, sedang ibuk Farida sangat khawatir sama keadaan putrinya ya
Syahla duduk di meja rias sambil memandangi dirinya melalu cermin dan iapun memijet pelipisnya yang terasa berat. Adam datang dan langsung mengunci pintu lalu menghampiri istrinya berdiri di belakang Syahla memakai sarung motif kotak warna hitam dengan kemeja lengan pendek namun sudah tidak memakai peci. "Kamu capek sayang, Mas pijetin ya?" Jemari Adam berlabuh di pundak sang istri lalu di keningnya namun Syahla hanya diam saja karena ia masih kessal sama suaminya yang semakin menggorot hatinya. "Kenapa kamu mencuci otak ibuk ku Mas? Kamu sangat licik sekali dengan merayu beliau dan menjajinkan segala harapan palsu, apa jangan-jangan ini memang sudah rencana busuk mu sama Aurel Mas?" seketika dadanya terasa di hantam besi yang tajam nyatanya sang suami sudah lama berslingkuh dengan adik madunya itu. "Tidak Dek, itu tidak benar Mas sama sekali sebelumnya tak pernah ada hubungan sama Aurel selain hubungan saudara saja, ini murni memang permintaan Abi sebelum beliau meninggal, kamu bo
"Assalamu'alaikum," salam Adam dan Aurel. "Waalaikumussalam, kalian ayo masuk, nak Aurel apa kabar?" Sapa Bu Farida ramah menyambut madu putrinya."Aurel, ayo kita hadapi bersama insyaallah ibuk itu baik sama seperti Syahla kakak madu mu," bisik Adam. Netra memandang lekat wajah suami, lalu mengangguk. Adam sudah menjelaskan kalau ibuk Farida mertuanya itu sudah tahu semuanya. Kini, ke duanya sudah berada di rumah milik Adam dan Syahla."Alhamdulillah Bu, kabar Aurel baik, sangat senang rasanya bisa di terima baik sama penjenengan karena selama ini Aurel belum tahu rasanya kasih sayang seorang ibuk," ucap Aurel lembut sambil mencium dan memeluk tubuh ibuk paruh baya itu yang tak pernah di sangka hatinya begitu besar dan mulia. "Alhamdulilah kalau begitu, oh ya selamat ya atas pernikahan kalian semoga menjadi keluarga yang sakinah mawaddah Warohmah," ucap ibuk Farida. "Terima kasih banyak Bu," sahut Aurel tertegun karena ia belum juga mendapatkan respon dari kakak madunya yang seda
Pagi sekali Syahla sudah bersiap untuk berangkat ke sekolah ia mengajar di salah satu sekolah dasar sepertinya Adam suaminya belum bangun dan itu dikarenakan Adam tak bisa tidur semalam. Syahla meminta bibi untuk menyiapkan sarapan tapi ia sendiri tidak sarapan. "Bi, apa Bu Syahla sudah keluar?" tanya Adam dengan mata yang berat. "Maaf Tuan, Nyonya Syahla sudah berangkat setengah jam tadi dan Nyonya meminta saya untuk menyiapkan sarapan Tuan Adam, silahkan kalau mau sarapan semuanya sudah lengkap," tutur bibi memberi tahu Adam. "Apa?" terkejut Adam, gimana bisa ia kecolongan sepagi ini padahal semalam ia sudah menunggu Syahla sampai tidak bisa tidur dan berharap pagi ini bisa bertemu dan bicara kembali dengan istrinya itu. "Iya Tuan, kalau begitu saya permisi," ucap bibi berlalu sedang Adam memijet pelipisnya terasa berat. "Kenapa kamu tak mau mengerti Mas, Syahla!" cicitnya dengan mata yang merah.Sementara Syahla saat ini terdiam di bawah pohon rindang ia tak langsung menuj
Karena pintu tidak kunjung di buka oleh Syahla akhirnya Adam memilih untuk menyudahi bujukannya mungkin sang istri memang perlu sendiri dan Adam menghargai itu. "Baik, Mas ada di sini tidak akan pergi kemana-mana jika kamu sudah lega maka bukalah pintunya Dek," ucap Adam dari luar yang akhirnya duduk di shofa sendirian serta coba merenungi semua yang telah terjadi. Mungkinkah dirinya sudah salah mengambil keputusan atau ia terlalu cepat, tali sebelumnya Adam sudah memikirkan matang-matang bukan karena rencana ini sudah ada sejak lima bulan yang lalu hanya saja kejadiannya yang terasa begitu mendadak kala Abi Husen meninggal tepat satu minggu yang lalu. Hingga larut malam ternyata Syahla tidak kunjung membuka pintunya ternyata perempuan itu tengah bersujud panjang di dalam kamar sunyinya. Kala kecamuk batin telah membara, sajalah yang jadi pengantar terkahir untuk mengobati lara duka yang ada. Mengadukan segala gemeluk keresahan serta kerupekkan pada sang khalik. "Dek, makan dulu