Adam melirik sekilas ke arah Aurel istri mudanya yang menandakan tidak ingin ia tinggal.
"Aurel,Mas pulang dulu ya," pintanya. Namun Aurel hanya menunduk ia tak menjawab hatinya terasa pilu sambil memandangi suaminya dengan mata berkaca-kaca, bingung antara ingin terus di samping sang suami dan mengalah karena situasi yang belum memungkinkan ia tidak mau di katakan tak patuh sama suami karena ia sudah berjanji pada almarhum Abinya untuk selalu patuh sama perintah sang suami. "Mas, jujur aku sakit karena bagaimanapun nanti malam adalah malam pengantin kita yang seharusnya di habiskan penuh ceria dan bahagia bukan seperti ini bukankah aku punya hak atas dirimu Mas sama seperti Mbak Syahla dan akupun hanya meminta dua kali dalam seminggu tidak bisakah kalian berbicara besok pagi," tutur Aurel dengan derai air mata. "Maaf Aurel, semuanya butuh waktu kamu tahu kan keadaan kita menikah seperti apa, dan aku juga nggak tahu kalau Syahla bakal mengetahui secepat ini jadi Mas pulang dulu untuk menenangkan hati Mbak mu, tolong mengerti ya." Adam mengusap titisan air mata di pipi Aurel lalu mengusap tangan Aurel dan itu di saksikan oleh Syahla dan kalian tahu bagaimana hancurnya hati Syahla saat ini. "Aurel, sudah janji untuk selalu patuh sama Mas. Ingat kata Abi apapun keputusan Mas, sekarang Mas izin pulang dulu, malam pertama kita di tunda ya, kan masih banyak waktu dan Mas janji semuanya akan indah pada waktunya." Dan pemandangan dramatis itu tentu ingin sekali Syahla melemparkan guci yang ada di samping ustadz Hakam pada suami dan adik madunya. "Aurel, jangan seperti anak kecil donk, kan sudah menikah jadi harus kuat dan membuktikan kalau Aurel adalah perempuan hebat," ujar ibuk Zulfa ikut menenangkan ponakannya karena ia takut melihat mimik wajah Syahla saat ini cara memasang Aurel dan Adam. Sementara Adam masih mengelus kepala Aurel dan tanpa aba-aba Aurel malah menyandarkan kepalanya di dada Adam tentu Adam sendiri terkejut dan kaget, sekilas ia melirik ke arah Syahla dengan kobaran cemburu yang menyala. Satu sisi Adam paham perasaan istri tuanya tapi ia tak mungkin mengabaikan Aurel yang sama-sama memiliki setatus sama. Syahla meremas ujung tangannya matanya mengembun beberapa kali mengedip agar buliran air matanya tidak jatuh sambil menarik napas panjang. Syahla bangkit dari duduknya, lalu ia duduk di dekat Aurel tapi pas samping Adam. Dan kini keduanya saling menatap sedang suami berada di tengah dengan perasaan tidak karuan. Perlahan jemari tangan Syahla mengelus pundak kanan Adam, lalu memandang Aurel dengan senyuman. "Kamu menginginkan malam pertama mu yang indah seperti sinderella bukan! tapi kamu lupa kalau kamu telah merenggut kebahagiaan orang lain adik madu sayang, tidak ada ceritanya orang bisa bahagia dengan cara merebut kebahagian orang lain,"bisik Syahla terlebih dahulu sebelum ia lanjut berkata. "Adik Aurel tidak mau di tinggal suami, gih! Ya sudah tidak papa biar suaminya di sisi gih, saya tidak memintanya untuk ikut pulang hanya saja memintanya besok untuk datang ke pengadilan, lanjutkan dramanya karena saya sudah muak sama kalian berdua." ucap Syahla yang awalnya lembut lalu menikam kembali. Syahla menepis tangannya Adam dengan kasar, saat ini Adam benar kalut dengan situasi yang rumit. Syahla sudah pergi tanpa pamit kecuali mengucap salam dengan ketus ia cengah sama sikap Aurel yang sok manja dan manut padahal sesungguhnya ia pelakor yang berkedok syari'ah. "Aurel, sudah ya aku harus pergi kamu baik-baik di sini. Ustadz, ibuk tolong titip Aurel insyaallah secepatnya aku akan menjemputnya saya yakin Syahla hanya butuh waktu untuk tenang karena saya tahu Syahla seperti apa dia, dia perempuan baik dan berilmu hanya saja saat ini dia masih shok dan belum terima." "Iya nak Adam, kami mengerti kejarlah nak Syahla dan buatlah ia mengerti dan bisa memahami dengan hati jernih kalau poligami bukanlah akhir dari segalanya," balas ibuk Zulfa mengerti. Adam mengangguk, saat ini hati sang istri sedang kalut dan tidak baik Jiak Syahla menyetir sendiri tapi kepergian Syahla telah hilang dari pandangan, mobilnya pun telah melaju. Adam tidak mau mengambil konsekuensi sama keselamatan sang istri ia beranjak tergesa-gesa sampai ia lupa tidak meninggalkan kesan pada Aurel lagi. Sepeninggalan Adam dan Syahla, Aurel menangis meratapi nasibnya yang malang di malam pertamanya yang di tinggal suaminya. Tangan Aurel menggenggam ujung jilbabnya untuk menahan sesak juga bara api yang sedang menganga karena Aurel bisa menatap dan menyaksikan kalau Adam begitu sangat takut kehilangan sang istri. Ia ingin berteriak, bahkan memberontak dengan keadaan tapi ia sadar kalau dirinya hanya no dua jadi harus siap di duakan. "Nak, sebaiknya kamu masuk ke kamar ya, ambil wudhu dan sholat ini sudah masuk waktunya sholat terus mengaji agar hatinya tenang, mintak pertolongan pada Allah agar semuanya di mudahkan," tutur ibuk Zulfa dengah lembut. Cemburu dan sakit hati yang menyala melalap perasaannya kini karena sang suami tidak bisa tegas dan mengambil sikap sesuai tuntunan karena secara hukum malam ini adalah haknya Aurel tapi lagi-lagi ia sadar dan menyadari kalau posisinya istri ke dua. Jadi tiada pilihan lain selain berdamai di tengah gejolak jiwa yang panas, terpaksa harus membuang manjanya walau hatinya perih padahal ia yakin kalau Adam pasti akan gemes sama sikap Aurel yang ke kanak-kanakan karena pada kenyataannya ia memang masih kecil. *. * . *. Di jalan jantung Adam dak-dik-duk karena Syahla yang menyetir mobil begitu sangat kencang sementara Adam terus berusaha melindungi istrinya dari belakang cemas. Hingga pada akhirnya ia bernapas lega kala mobil Syahla memasuki pekarangan rumahnya. Syahla turun dan langsung menerobos rumahnya tak perduli dengan tatapan Bibi Sumi yang penasaran apa yang terjadi sama majikannya itu. Begitupun dengan Adam yang menyusul Syahla ke kamarnya dengan langkah dua kali lebih cepat tapi pintu kamar Syahla keburu tertutup rapat. "Dek, buka pintunya." Berkali-kali Adam mengetuk. Namun, tidak ada jawaban. Istrinya hanya bergeming di kursi meja rias, memandangi dirinya sendiri. Bayangan wajah adik madunya nan cantik juga sikap Aurel yang menggemaskan dan manja, itu membuat hati Syahla sakit, perih juga muak. "Dek, Mas mohon buka pintunya kita harus bicara dari hati kehati, Mas melakukan ini semua atas pertimbangan yang matang karena Mas tahu kalau istriku adalah orang yang kuat dan aku yakin kamu bisa menerima Aurel karena sebelumnya kamu sudah menyayangi Aurel kan! Ayo Syahla buka pintunya." Akan tetapi ucapan Adam sama sekali tidak masuk ke telinga Syahla hanya sekedar lewat seperti angin di sebabkan hatinya saat ini yang keruh dan kelam. Apapun yang mau di jelaskan oleh Adam tak ada gunanya lagi semuanya sudah hilang, semuanya sudah lain kecuali satu, Adam mau menceraikan Aurel sekarang juga karena mereka belum berhubungan ranjang. "Kamu jahat Mas, kamu tega sama adek, aku benci sama kamu Mas Adam!" pekik Syahla merintih sendiri di depan cermin.Karena pintu tidak kunjung di buka oleh Syahla akhirnya Adam memilih untuk menyudahi bujukannya mungkin sang istri memang perlu sendiri dan Adam menghargai itu. "Baik, Mas ada di sini tidak akan pergi kemana-mana jika kamu sudah lega maka bukalah pintunya Dek," ucap Adam dari luar yang akhirnya duduk di shofa sendirian serta coba merenungi semua yang telah terjadi. Mungkinkah dirinya sudah salah mengambil keputusan atau ia terlalu cepat, tali sebelumnya Adam sudah memikirkan matang-matang bukan karena rencana ini sudah ada sejak lima bulan yang lalu hanya saja kejadiannya yang terasa begitu mendadak kala Abi Husen meninggal tepat satu minggu yang lalu. Hingga larut malam ternyata Syahla tidak kunjung membuka pintunya ternyata perempuan itu tengah bersujud panjang di dalam kamar sunyinya. Kala kecamuk batin telah membara, sajalah yang jadi pengantar terkahir untuk mengobati lara duka yang ada. Mengadukan segala gemeluk keresahan serta kerupekkan pada sang khalik. "Dek, makan dulu
Pagi sekali Syahla sudah bersiap untuk berangkat ke sekolah ia mengajar di salah satu sekolah dasar sepertinya Adam suaminya belum bangun dan itu dikarenakan Adam tak bisa tidur semalam. Syahla meminta bibi untuk menyiapkan sarapan tapi ia sendiri tidak sarapan. "Bi, apa Bu Syahla sudah keluar?" tanya Adam dengan mata yang berat. "Maaf Tuan, Nyonya Syahla sudah berangkat setengah jam tadi dan Nyonya meminta saya untuk menyiapkan sarapan Tuan Adam, silahkan kalau mau sarapan semuanya sudah lengkap," tutur bibi memberi tahu Adam. "Apa?" terkejut Adam, gimana bisa ia kecolongan sepagi ini padahal semalam ia sudah menunggu Syahla sampai tidak bisa tidur dan berharap pagi ini bisa bertemu dan bicara kembali dengan istrinya itu. "Iya Tuan, kalau begitu saya permisi," ucap bibi berlalu sedang Adam memijet pelipisnya terasa berat. "Kenapa kamu tak mau mengerti Mas, Syahla!" cicitnya dengan mata yang merah.Sementara Syahla saat ini terdiam di bawah pohon rindang ia tak langsung menuj
"Assalamu'alaikum," salam Adam dan Aurel. "Waalaikumussalam, kalian ayo masuk, nak Aurel apa kabar?" Sapa Bu Farida ramah menyambut madu putrinya."Aurel, ayo kita hadapi bersama insyaallah ibuk itu baik sama seperti Syahla kakak madu mu," bisik Adam. Netra memandang lekat wajah suami, lalu mengangguk. Adam sudah menjelaskan kalau ibuk Farida mertuanya itu sudah tahu semuanya. Kini, ke duanya sudah berada di rumah milik Adam dan Syahla."Alhamdulillah Bu, kabar Aurel baik, sangat senang rasanya bisa di terima baik sama penjenengan karena selama ini Aurel belum tahu rasanya kasih sayang seorang ibuk," ucap Aurel lembut sambil mencium dan memeluk tubuh ibuk paruh baya itu yang tak pernah di sangka hatinya begitu besar dan mulia. "Alhamdulilah kalau begitu, oh ya selamat ya atas pernikahan kalian semoga menjadi keluarga yang sakinah mawaddah Warohmah," ucap ibuk Farida. "Terima kasih banyak Bu," sahut Aurel tertegun karena ia belum juga mendapatkan respon dari kakak madunya yang seda
Syahla duduk di meja rias sambil memandangi dirinya melalu cermin dan iapun memijet pelipisnya yang terasa berat. Adam datang dan langsung mengunci pintu lalu menghampiri istrinya berdiri di belakang Syahla memakai sarung motif kotak warna hitam dengan kemeja lengan pendek namun sudah tidak memakai peci. "Kamu capek sayang, Mas pijetin ya?" Jemari Adam berlabuh di pundak sang istri lalu di keningnya namun Syahla hanya diam saja karena ia masih kessal sama suaminya yang semakin menggorot hatinya. "Kenapa kamu mencuci otak ibuk ku Mas? Kamu sangat licik sekali dengan merayu beliau dan menjajinkan segala harapan palsu, apa jangan-jangan ini memang sudah rencana busuk mu sama Aurel Mas?" seketika dadanya terasa di hantam besi yang tajam nyatanya sang suami sudah lama berslingkuh dengan adik madunya itu. "Tidak Dek, itu tidak benar Mas sama sekali sebelumnya tak pernah ada hubungan sama Aurel selain hubungan saudara saja, ini murni memang permintaan Abi sebelum beliau meninggal, kamu bo
Adam meletakkan kepala Syahla di pangkuannya, lalu mengusap-usap tangan sang istri yang dingin. "Dek, bangun jangan begini, Mas khawatir sama kamu dek, ayo bangun." Aurel mengamati wajah suaminya, tergambar gurat ketakutan yang sempurna, tepatnya takut kehilangan istri pertamanya itu,hati Aurel sakit karena sang suami begitu mencintai Syahla sedang dirinya belum tau apakah bisa mendapatkan cinta seperti itu nantinya dari sang suami walau ia sudah patuh menjalani perannya sebagai istri yang baik. "Mas, sebaiknya kita bawa Mbak Syahla ke kamar saja biar saya panggilkan Dokter, ya Mas," ucap Aurel berusaha melawan gemeruh di dadanya. Adam hanya mengangguk, lalu ia membopong tubuh sang istri yang keliatan tambah kurus dari biasanya sungguh Syahla hanya waktu dua hari saja tubuhnya mengurang dan itu makin buat hati Adam sakit kalau sang istri terluka karena ulahnya. Aurel membenarkan bantal kakak madunya yang belum jua sadar, sedang ibuk Farida sangat khawatir sama keadaan putrinya ya
"itu tidak mungkin Dek, kalau aku melakukannya sama saja aku menyakiti hatinya karena sudah mempermainkan perasaan Aurel, dan lagi dia sekarang tanggung jawab Mas sayang!"Seketika Syahla yang tadinya tiduran kini mengubah posisinya duduk, dan mengangkat wajahnya menatap nanar sang suami yang jelas menolak permintaannya untuk menceraikan Aurel padahal dalam hal ini tidak ada yang di rugikan, baik Aurel ataupun suaminya kecuali kalau mereka berdua sudah saling mencintai sejak lama tapi bukankah kata Adam ia menikahi Aurel karena pesan sang Abi sedang ia tidak mau di madu jadi jalan satu-satunya adalah mencarikan suami untuk Aurel atau ia nikahkan saja dengan pria yang istri pertamanya siap di madu. "Permintaan ku tidak aneh, bukankah kalian berdua belum melakukan hubungan itu jadi tidak yang di rugikan! Aurel masih suci jadi dan dia bisa kita nikahkan dengan pria lain yang sama-sama single kalau memang dia tidak mau sama ustadz Azril tapi kalau tidak mau apa alasannya bukankah menjala
Adam terkejut saat keluar mendapatkan Aurel yang sedang meninteng kopernya hendak pergi dari rumahnya. "Aurel, kamu mau kemana?" tanya Adam terkejut, apa yang terjadi pada istri mudanya itu. "Kenapa Mas, bukankah Mas dan Mbak Syahla mau memulangkan aku? tidak perlu repot-repot Mas aku bisa pulang sendiri dan aku tidak menyangka orang kini hanya satu-satunya aku percayai setelah kepergian Abi ternyata ia tidak tulus dalam menyangi aku dan hanya karena demi istri tuanya yang egois Mas tidak bisa bersikap tegas dan dewasa." "Aurel....," jadi istri mudanya itu sudah mendengar semuanya. "Aurel, kamu jangan salah faham dulu, kita masih bisa bicara dengan baik-baik, sekarang kamu masuk ya sebentar lagi di luar mau hujan nanti kamu bisa sakit," bujuk Adam, ia sendiri saat ini tak tahu apa yang harus di perbuat tapi ke duanya Adam tak ingin ada yang tersakiti karena dirinya. "Tidak perlu Mas, karena tidak ada yang perlu kita bahas lagi. Mas mau mewujudkan permintaan Mbak Syahla kan Mas!
Adam diam membisu belum tahu mau berbicara apa sebab ia tidak tahu dan harus bagaimana menanggapi ucapan istri mudanya yang saat ini sama-sama bergeleyut dengan kemaraha lantaran kekecewaan yang kini di alami. "Aurel, Syahla itu perempuan yang kuat dan berilmu tidak mudah kita menggoyahkan jalan pikirannya karena dia kalau sudah punya prinsip aksn sulit kita kendilkan dan sekarang aku sadar kalau Syahla memang tidak mudah kita taklukkan dan sekarang semuanya jadi rumit." "Lalu bagiamana Mas, apakah Mas tetap akan memulangkan aku atau menikahkan aku dengan laki-laki lain seperti yang Mbak Syahla mintak? Apa Mas sedikitpun tidak punya rasa sama aku Mas, tak bisakah Mas mencoba untuk menuntun Mbak Syahla pelan-pelan kalau yang dia egokan itu salah dan tidak benar kita melakukan poligami ini atas dasar hukum dan kita tidak ada niatan untuk menyakiti satu sama lain asalkan kita sama-sama ikhlas insyaallah ke belakangnya akan membuahkan hasil, bukankah Mas sudah rindu dengan sosok buah
"Gimana, Mas?" tanya Syahla saat mereka sedang makan malam bersama di meja makan. "Gimana, apanya?" Adam bertanya ulang seakan ia berpura-pura tidak tahu. "Kalau Mas lupa, biar aku ingatkan kembali tidak perlu sok tidak ingat apa yang sudah kita bincangkan kemaren," tanggal Syahla geram, ia hanya ingin memastikan kalau suaminya benar tidak mau mengabulkan permintaannya dan itu artinya Syahla yang harus siap mundur. "Bisa bicaranya nanti saja setelah kita makan Dek," ucap Adam seraya menatap wajah Syahla agar tidak menambah berdebatan di meja makan. "Baik, kalau begitu aku sudah selesai makanya silahkan kalau gitu aku tunggu di kamar kalau sudah selesai." Syahla langsung meninggalkan piringnya yang jelas masih ada nasi, tak biasanya Syahla seperti itu benar bukan Syahla yang selama ini Adam tahu."Mas, gimana?" tanya Aurel yang mendadak takut kalau suaminya akan goyah lagi saat nanti bicara sama kakak madunya itu. "Kamu tenang saja, aku akan selesaikan masalah ini tapi aku mohon
Adam diam membisu belum tahu mau berbicara apa sebab ia tidak tahu dan harus bagaimana menanggapi ucapan istri mudanya yang saat ini sama-sama bergeleyut dengan kemaraha lantaran kekecewaan yang kini di alami. "Aurel, Syahla itu perempuan yang kuat dan berilmu tidak mudah kita menggoyahkan jalan pikirannya karena dia kalau sudah punya prinsip aksn sulit kita kendilkan dan sekarang aku sadar kalau Syahla memang tidak mudah kita taklukkan dan sekarang semuanya jadi rumit." "Lalu bagiamana Mas, apakah Mas tetap akan memulangkan aku atau menikahkan aku dengan laki-laki lain seperti yang Mbak Syahla mintak? Apa Mas sedikitpun tidak punya rasa sama aku Mas, tak bisakah Mas mencoba untuk menuntun Mbak Syahla pelan-pelan kalau yang dia egokan itu salah dan tidak benar kita melakukan poligami ini atas dasar hukum dan kita tidak ada niatan untuk menyakiti satu sama lain asalkan kita sama-sama ikhlas insyaallah ke belakangnya akan membuahkan hasil, bukankah Mas sudah rindu dengan sosok buah
Adam terkejut saat keluar mendapatkan Aurel yang sedang meninteng kopernya hendak pergi dari rumahnya. "Aurel, kamu mau kemana?" tanya Adam terkejut, apa yang terjadi pada istri mudanya itu. "Kenapa Mas, bukankah Mas dan Mbak Syahla mau memulangkan aku? tidak perlu repot-repot Mas aku bisa pulang sendiri dan aku tidak menyangka orang kini hanya satu-satunya aku percayai setelah kepergian Abi ternyata ia tidak tulus dalam menyangi aku dan hanya karena demi istri tuanya yang egois Mas tidak bisa bersikap tegas dan dewasa." "Aurel....," jadi istri mudanya itu sudah mendengar semuanya. "Aurel, kamu jangan salah faham dulu, kita masih bisa bicara dengan baik-baik, sekarang kamu masuk ya sebentar lagi di luar mau hujan nanti kamu bisa sakit," bujuk Adam, ia sendiri saat ini tak tahu apa yang harus di perbuat tapi ke duanya Adam tak ingin ada yang tersakiti karena dirinya. "Tidak perlu Mas, karena tidak ada yang perlu kita bahas lagi. Mas mau mewujudkan permintaan Mbak Syahla kan Mas!
"itu tidak mungkin Dek, kalau aku melakukannya sama saja aku menyakiti hatinya karena sudah mempermainkan perasaan Aurel, dan lagi dia sekarang tanggung jawab Mas sayang!"Seketika Syahla yang tadinya tiduran kini mengubah posisinya duduk, dan mengangkat wajahnya menatap nanar sang suami yang jelas menolak permintaannya untuk menceraikan Aurel padahal dalam hal ini tidak ada yang di rugikan, baik Aurel ataupun suaminya kecuali kalau mereka berdua sudah saling mencintai sejak lama tapi bukankah kata Adam ia menikahi Aurel karena pesan sang Abi sedang ia tidak mau di madu jadi jalan satu-satunya adalah mencarikan suami untuk Aurel atau ia nikahkan saja dengan pria yang istri pertamanya siap di madu. "Permintaan ku tidak aneh, bukankah kalian berdua belum melakukan hubungan itu jadi tidak yang di rugikan! Aurel masih suci jadi dan dia bisa kita nikahkan dengan pria lain yang sama-sama single kalau memang dia tidak mau sama ustadz Azril tapi kalau tidak mau apa alasannya bukankah menjala
Adam meletakkan kepala Syahla di pangkuannya, lalu mengusap-usap tangan sang istri yang dingin. "Dek, bangun jangan begini, Mas khawatir sama kamu dek, ayo bangun." Aurel mengamati wajah suaminya, tergambar gurat ketakutan yang sempurna, tepatnya takut kehilangan istri pertamanya itu,hati Aurel sakit karena sang suami begitu mencintai Syahla sedang dirinya belum tau apakah bisa mendapatkan cinta seperti itu nantinya dari sang suami walau ia sudah patuh menjalani perannya sebagai istri yang baik. "Mas, sebaiknya kita bawa Mbak Syahla ke kamar saja biar saya panggilkan Dokter, ya Mas," ucap Aurel berusaha melawan gemeruh di dadanya. Adam hanya mengangguk, lalu ia membopong tubuh sang istri yang keliatan tambah kurus dari biasanya sungguh Syahla hanya waktu dua hari saja tubuhnya mengurang dan itu makin buat hati Adam sakit kalau sang istri terluka karena ulahnya. Aurel membenarkan bantal kakak madunya yang belum jua sadar, sedang ibuk Farida sangat khawatir sama keadaan putrinya ya
Syahla duduk di meja rias sambil memandangi dirinya melalu cermin dan iapun memijet pelipisnya yang terasa berat. Adam datang dan langsung mengunci pintu lalu menghampiri istrinya berdiri di belakang Syahla memakai sarung motif kotak warna hitam dengan kemeja lengan pendek namun sudah tidak memakai peci. "Kamu capek sayang, Mas pijetin ya?" Jemari Adam berlabuh di pundak sang istri lalu di keningnya namun Syahla hanya diam saja karena ia masih kessal sama suaminya yang semakin menggorot hatinya. "Kenapa kamu mencuci otak ibuk ku Mas? Kamu sangat licik sekali dengan merayu beliau dan menjajinkan segala harapan palsu, apa jangan-jangan ini memang sudah rencana busuk mu sama Aurel Mas?" seketika dadanya terasa di hantam besi yang tajam nyatanya sang suami sudah lama berslingkuh dengan adik madunya itu. "Tidak Dek, itu tidak benar Mas sama sekali sebelumnya tak pernah ada hubungan sama Aurel selain hubungan saudara saja, ini murni memang permintaan Abi sebelum beliau meninggal, kamu bo
"Assalamu'alaikum," salam Adam dan Aurel. "Waalaikumussalam, kalian ayo masuk, nak Aurel apa kabar?" Sapa Bu Farida ramah menyambut madu putrinya."Aurel, ayo kita hadapi bersama insyaallah ibuk itu baik sama seperti Syahla kakak madu mu," bisik Adam. Netra memandang lekat wajah suami, lalu mengangguk. Adam sudah menjelaskan kalau ibuk Farida mertuanya itu sudah tahu semuanya. Kini, ke duanya sudah berada di rumah milik Adam dan Syahla."Alhamdulillah Bu, kabar Aurel baik, sangat senang rasanya bisa di terima baik sama penjenengan karena selama ini Aurel belum tahu rasanya kasih sayang seorang ibuk," ucap Aurel lembut sambil mencium dan memeluk tubuh ibuk paruh baya itu yang tak pernah di sangka hatinya begitu besar dan mulia. "Alhamdulilah kalau begitu, oh ya selamat ya atas pernikahan kalian semoga menjadi keluarga yang sakinah mawaddah Warohmah," ucap ibuk Farida. "Terima kasih banyak Bu," sahut Aurel tertegun karena ia belum juga mendapatkan respon dari kakak madunya yang seda
Pagi sekali Syahla sudah bersiap untuk berangkat ke sekolah ia mengajar di salah satu sekolah dasar sepertinya Adam suaminya belum bangun dan itu dikarenakan Adam tak bisa tidur semalam. Syahla meminta bibi untuk menyiapkan sarapan tapi ia sendiri tidak sarapan. "Bi, apa Bu Syahla sudah keluar?" tanya Adam dengan mata yang berat. "Maaf Tuan, Nyonya Syahla sudah berangkat setengah jam tadi dan Nyonya meminta saya untuk menyiapkan sarapan Tuan Adam, silahkan kalau mau sarapan semuanya sudah lengkap," tutur bibi memberi tahu Adam. "Apa?" terkejut Adam, gimana bisa ia kecolongan sepagi ini padahal semalam ia sudah menunggu Syahla sampai tidak bisa tidur dan berharap pagi ini bisa bertemu dan bicara kembali dengan istrinya itu. "Iya Tuan, kalau begitu saya permisi," ucap bibi berlalu sedang Adam memijet pelipisnya terasa berat. "Kenapa kamu tak mau mengerti Mas, Syahla!" cicitnya dengan mata yang merah.Sementara Syahla saat ini terdiam di bawah pohon rindang ia tak langsung menuj
Karena pintu tidak kunjung di buka oleh Syahla akhirnya Adam memilih untuk menyudahi bujukannya mungkin sang istri memang perlu sendiri dan Adam menghargai itu. "Baik, Mas ada di sini tidak akan pergi kemana-mana jika kamu sudah lega maka bukalah pintunya Dek," ucap Adam dari luar yang akhirnya duduk di shofa sendirian serta coba merenungi semua yang telah terjadi. Mungkinkah dirinya sudah salah mengambil keputusan atau ia terlalu cepat, tali sebelumnya Adam sudah memikirkan matang-matang bukan karena rencana ini sudah ada sejak lima bulan yang lalu hanya saja kejadiannya yang terasa begitu mendadak kala Abi Husen meninggal tepat satu minggu yang lalu. Hingga larut malam ternyata Syahla tidak kunjung membuka pintunya ternyata perempuan itu tengah bersujud panjang di dalam kamar sunyinya. Kala kecamuk batin telah membara, sajalah yang jadi pengantar terkahir untuk mengobati lara duka yang ada. Mengadukan segala gemeluk keresahan serta kerupekkan pada sang khalik. "Dek, makan dulu