5 ceraikan dia

Karena pintu tidak kunjung di buka oleh Syahla akhirnya Adam memilih untuk menyudahi bujukannya mungkin sang istri memang perlu sendiri dan Adam menghargai itu.

"Baik, Mas ada di sini tidak akan pergi kemana-mana jika kamu sudah lega maka bukalah pintunya Dek," ucap Adam dari luar yang akhirnya duduk di shofa sendirian serta coba merenungi semua yang telah terjadi.

Mungkinkah dirinya sudah salah mengambil keputusan atau ia terlalu cepat, tali sebelumnya Adam sudah memikirkan matang-matang bukan karena rencana ini sudah ada sejak lima bulan yang lalu hanya saja kejadiannya yang terasa begitu mendadak kala Abi Husen meninggal tepat satu minggu yang lalu.

Hingga larut malam ternyata Syahla tidak kunjung membuka pintunya ternyata perempuan itu tengah bersujud panjang di dalam kamar sunyinya. Kala kecamuk batin telah membara, sajalah yang jadi pengantar terkahir untuk mengobati lara duka yang ada. Mengadukan segala gemeluk keresahan serta kerupekkan pada sang khalik.

"Dek, makan dulu kamu pasti belum makan kan, jangan biarkan perut mu tertidur dalam keadaan laper itu tidak baik buat lambung mu," cegah Adam kala Syahla keluar hanya untuk mengambil sesuatu.

"Aku tidak laper Mas, tak ada gunanya lagi jikapun lambung ku bermasalah itu jauh lebih baik," sahut Syahla ketus.

"Astangfirullah Dek, kamu tidak boleh berkata seperti itu, namanya kamu mengufuri nikmat dengan sengaja menginginkan sakit sedang orang di luar sana belomba-lomba untuk sehat," tegur Adam lembut.

Syahla menoleh dengan menatap nanar pada pergelangan tangannya yang di cekal oleh Adam suaminya, lupakan laki-laki itu siapa yang membuatnya sakit dan tak ingin sembuh karena tidak akan ada obatnya yang menyembuhkan lukanya sampai qiamat.

Mendapat tatapan maut sang istri Adam kembali ciut dengan terpaksa ia melepas tangan Syahla.

"Aku mau tidur, cepek!" ketusnya dan hendak segara berpaling dari hadapan Adam.

"Aku menikahi Aurel bukan karena nafsu atau pun aku mencintainya Dek, jika saja bukan karena amanat aku juga tidak akan melakukan ini, Syahla!" ucapnya frustasi hingga menghentikan langkah Syahla.

"Kamu adalah istriku satu-satunya yang paling Mas cintai, karena kamu yang selama ini menemani Mas dari Mas tidak punya apa-apa sampai sekarang Mas punya segalanya itu karena kamu, berkat kamu yang tidak henti-henti mensuport secara lahir dan batin dan itu semuanya tak mungkin aku lupakan Dek, jadi tolong jangan pernah mintak pisah sama Mas."

"Lalu, aku harus diam saja begitu dan ikhlas menerima pernikahan kalian dan besok atau lusa kalian akan pergi berbulan madu, memadu kasih, bercumbu, bermesraan. Begitu Mas!" teriak Syahla bersama kucuran air mata yang tumpah lagi.

"Tadi Mas bilang, kalau aku adalah satu-satunya perempuan yang di cintai? kamu sadar apa yang kamu katakan barusan Mas, kalau aku satu-satunya maka tidak ada yang namanya Aurel sah menjadi istri dari Adam Baihaqi."

"Itu semua Mas lakukan atas dasar pemikiran yang matang Dek, kamu ingat beberapa bulan yang lalu waktu Abi sakit keras, beliau menitipkan pada kita untuk menjaga Aurel."

"Iya, tapi bukan berarti dia harus jadi istrimu kan Mas!" sarkas Syahla.

Adam menghela napasnya berat, bagaimana ia bisa menenangkan Syahla agar bisa mengerti tentang keadaan ini.

"Dek, maaf, Abi sudah tahu kalau kamu sulit memiliki anak dari situ beliau memintaku untuk menikahi Syahla untuk menyempurnakan rumah tangga kita karna beliau kasian sama kita Dek yang sudah lama berikhtiar tapi tidak membuahkan hasil dan Abi juga meminta Aurel berjanji kalau dia akan menjadi adik madu yang baik."

"Tapi bukan berati aku mandul kan Mas, yang tidak bisa memberikan kamu keturunan seumur hidup kamu."

"Bu-kan gitu sayang, Mas tidak meragukan kamu bahkan Mas sangat yakin kalau suatu saat nanti kamu hamil buah cinta kita," cicit Adam.

"Sudah kan penjelasannya, sekarang aku mau tidur besok harus bekerja lagi," sarkas Syahla lagi begitu mudahnya mereka membuat keputusan di mana hati nuraninya menyakiti seseorang mengatasnamakan bantuan yang tidak masuk akal.

"Dek, Mas harus apa agar kamu percaya kalau Mas sangat mencintai mu menikahi Aurel tidak akan mengurangi rasa cintaku pada mu Syahla!"

"Apa kamu benar-benar ingin mendapatkan maaf dari aku Mas?" tekan Syahla.

"Iya Dek, katakan apapun akan Mas lakukan asalkan Syahlaku tetap bersama ku."

"Kamu yakin, Mas?" tekan lagi Syahla seraya memicingkan matanya sinis.

Adam mulai tidak enak dengan tatapan sang istri tapi ia berusaha tenang dan PD.

"Iya Dek, katakan," ucapnya setelah berhasil menarik napasnya lalu membuangnya pelan.

"Keputasan ku hanya satu, ceraikan Aurel karena dalam hal ini tidak ada yang di rugikan baik kamu maupun Aurel!"

Degh!.

"Maksud kamu Dek?" tanyak Adam bergetar.

"Apa kurang jelas yang aku katakan Mas, ceraikan Aurel! Bukankah selama ini kita sudah menganggap sebagai adik dan aku bisa menyayangi Aurel Mas tapi tidak dengan jadi adik maduku Mas!"

Akan tetapi Adam terdiam hanya bergeming tak tahu harus berkata apa jika menyangkal maka Syahla akan mengartikan kalau dirinya sudah jatuh cinta sama Aurel walau pada kenyataannya Adam memang tidak tega bila harus melepas putri Abai Husen gadis kecil yang telah sah kini menjadi istri mudanya.

"Kenapa diam Mas, apakah Mas sudah mencicipinya sehingga tidak rela melepas Aurel dan dia ternyata lebih enak dan nikmat dari aku Mas!"

"Demi Allah aku tidak pernah menyentuh Aurel Dek, itu dosa besar hukumnya apakah kamu sudah tidak percaya sama aku Dek?"

"Lalu, kenapa?"

"Dek, tolong mengertilah kamu boleh minta yang lain apapun itu tapi jangan meminta Mas untuk menceraikan Aurel, percayalah Dek kehadiran Aurel tidak akan mengubah apapun dalam rumah tangga kita."

"Itu karena kamu telah mencintainya Mas dan aku yakin selama ini kamu diam-diam telah menjalin hubungan dengan Aurel di belakang ku," ucap Syahla pelan, air matanya kembali menites mengingat pengkhianatan sang suami dan pedihnya hati Syahla kalau mengingat selama ini ia sayang sama Aurel sebagai sosok adik karena ia tidak punya adik.

"De---," ucapan Adam terhenti karena Syahla langsung pergi lagi dan menutup pintu membantingnya dengan kerasa seraya mengusap air matanya melalui tangan kanannya.

Adam dapat melihat rasa sakit yang di derita oleh Syahla saat ini tapi ia juga tidak tahu harus bagaimana.

"Arrggh.......," teriak Adam frustasi kenapa semuanya jadi rumit tidak semudah waktu ia bayangkan kalau Syahla istri pertamanya itu akan mudah menerima adik madunya sebab selama ini Syahla telah tahu siapa asal usul Aurel dan kehidupannya tapi nyatanya sekarang Adam malah seperti dilema menghantam jiwanya.

Syahla dan Aurel sekarang adalah tanggung jawabnya yang ingin sekali Adam bahagiakan tanpa ada yang di bedakan dan ingin mereka berdua akur, rukun dan damai.