"Assalamu'alaikum," salam Adam dan Aurel.
"Waalaikumussalam, kalian ayo masuk, nak Aurel apa kabar?" Sapa Bu Farida ramah menyambut madu putrinya. "Aurel, ayo kita hadapi bersama insyaallah ibuk itu baik sama seperti Syahla kakak madu mu," bisik Adam. Netra memandang lekat wajah suami, lalu mengangguk. Adam sudah menjelaskan kalau ibuk Farida mertuanya itu sudah tahu semuanya. Kini, ke duanya sudah berada di rumah milik Adam dan Syahla. "Alhamdulillah Bu, kabar Aurel baik, sangat senang rasanya bisa di terima baik sama penjenengan karena selama ini Aurel belum tahu rasanya kasih sayang seorang ibuk," ucap Aurel lembut sambil mencium dan memeluk tubuh ibuk paruh baya itu yang tak pernah di sangka hatinya begitu besar dan mulia. "Alhamdulilah kalau begitu, oh ya selamat ya atas pernikahan kalian semoga menjadi keluarga yang sakinah mawaddah Warohmah," ucap ibuk Farida. "Terima kasih banyak Bu," sahut Aurel tertegun karena ia belum juga mendapatkan respon dari kakak madunya yang sedari tadi hanya diam membisu tapi kali ini tak ada lontaran kalimat pedas seperti kemaren, Aurel berharap semoga kakak madunya itu sudah bisa menerimanya. "Oh iya, ini ibuk ada hadiah buat kamu semoga kamu sukak ya nak, oh ya Adam kamu sudah memberi tahu Aurel di mana dia akan tinggal nantinya?" "Belum buk, mungkin habis ini Adam akan menjelaskannya," sahut Adam yang seraya memandangi wajah istri pertamanya yang sedang menatap dirinya. "Ya sudah, ayo kita sholat dulu baru setelah itu kita lanjut ngobrol, nak Aurel di kamar tamu dulu ya." "Iya Bu," sahut Aurel. Bu Farida berusaha mengalihkan pembicaraan terlebih dahulu karena ia sangat tahu perasaan putrinya saat ini lalu mereka segera mengambil wudhu dan sholat jema'ah bersama. Adam menjadi imam, salat berlangsung sangat khitmah begitu dengan Syahla yang masih kesal berusaha sabar demi menghargai ibuknya. Setelah wirid dan do'a, ibuk Farida memperhatikan putrinya begitu sangat pucat yang sedang melipat mukenahnya. "Nak, kamu sakit?" tanya Farida. "Tidak, mungkin hanya kecape'an saja karena akhir-akhir ini banyak pekerjaan Syahla di sekolah, begitupun rumah makan Syahla sekarang lagi rame-ramenya Bu dan insyaallah Syahla mau buka cabang baru lagi nanti, do'anya." "Nak, sepetinya kamu selama ini terlalu fokus sama pekerjaan ada kalanya kamu ambil cuti untuk istirahat atau mungkin kalian bertiga pergi berlibur," usul Bu Farida. Mendengar itu, Syahla hanya menghela nafasnya bukan tak mau berlibur kalau sekarang karena biasanya Syahla memang berusaha meluangkan waktunya bersama Adam tiga bulan sekali untuk pergi berlibur tapi kalau sekarang Syahla tidak tahu karena keadaannya sudah berbeda. Sedang Aurel hanya mendengarkan saja, dan Adam masih larut dalam do'anya demi kelanggengan keluarganya terhusus untuk istri pertamanya semoga di lembutkan hatinya dan menerima Aurel sebagai adik madunya dan mereka menjalani rumah tangga poligami yang bahagia saling mendukung satu sama lainnya. "Bu, Syahla mau ke dapur mau masak karena tadi Syahla belum sempat masak, Bibi juga tadi pamit sehabis bersih-bersih pulang," pamitnya. "Biar Aurel bantu ya mbak," sambung Aurel. Syahla menatap Aurel yang sepertinya masih ketakutan sekaligus malu dan canggung. "Tidak perlu, saya sudah biasa masak sendiri," balas Syahla berusaha menahan marahnya sekuat tenaga ia agar tidak bicara ketus terhadap Aurel. "Sudah, sebaiknya kalian tidak perlu masak biar Adam memesan online tadi ibuk juga bawa makanan sedikit dan itu kesukaan Syahla, Nak sebaiknya kamu istirahat di kamar." Syahla kembali ke kamar karena hati dan fisiknya masih terasa lebih, tak menyangka sang suami menggunakan kelemahannya yaitu memperdaya ibuknya sendiri demi misinya lancar, mereka benar tidak punya hati dan perasaan. "Nak, Aurel boleh nggak Nak Adam biar menamani Mbak mu dulu, kamu di sini sama ibuk sambil kita menunggu pesanan datang lalu makan bersama," ucap Bu Farida lembut, ia sangat paham dalam situasi seperti ini yang harus ia utamakan adalah perasaan putrinya tapi ia juga harus memperhatikan Aurel sebagai istri Adam juga. "Aurel tidak papa Bu, Mbak Syahla memang belum bisa menerima kenyataan ini jadi alangkah baiknya Mas Adam biar membujuknya dahulu," sahut Aurel tersenyum, sudah di terima oleh ibuk Farida saja ia sangat bersyukur. "Kamu memang baik nak, semoga selamanya begitu dan manjadi adik madu Syahla." "Aaminn." "Mas Adam sekarang tolong samperin Mbak Syahla ya Mas, Aurel biar ngobrol sama ibuk dulu dan Aurel mau banyak belajar sama beliau," ucap Aurel. "Masyaallah, ibuk itu perempuan hebat Aurel kamu bisa belajar apapun dari beliau insyaallah akan jadi manfaat buat kamu nantinya." Aurel mengangguk, sedang di ujung sana di balik pintu Syahla mendengar percakapan mereka hatinya makin teriris karena merasa Aurel sudah berhasil mengambil semua orang yang dia cintai. "Kamu benar hebat Aurel, dalam sekejap kamu bisa mengambil suamiku dan ibuk ku," batin Syahla ia benar makin hancur melihat kedetakan mereka tanpa memperdulikan perasaanya dirinya saat ini.Syahla duduk di meja rias sambil memandangi dirinya melalu cermin dan iapun memijet pelipisnya yang terasa berat. Adam datang dan langsung mengunci pintu lalu menghampiri istrinya berdiri di belakang Syahla memakai sarung motif kotak warna hitam dengan kemeja lengan pendek namun sudah tidak memakai peci. "Kamu capek sayang, Mas pijetin ya?" Jemari Adam berlabuh di pundak sang istri lalu di keningnya namun Syahla hanya diam saja karena ia masih kessal sama suaminya yang semakin menggorot hatinya. "Kenapa kamu mencuci otak ibuk ku Mas? Kamu sangat licik sekali dengan merayu beliau dan menjajinkan segala harapan palsu, apa jangan-jangan ini memang sudah rencana busuk mu sama Aurel Mas?" seketika dadanya terasa di hantam besi yang tajam nyatanya sang suami sudah lama berslingkuh dengan adik madunya itu. "Tidak Dek, itu tidak benar Mas sama sekali sebelumnya tak pernah ada hubungan sama Aurel selain hubungan saudara saja, ini murni memang permintaan Abi sebelum beliau meninggal, kamu bo
Adam meletakkan kepala Syahla di pangkuannya, lalu mengusap-usap tangan sang istri yang dingin. "Dek, bangun jangan begini, Mas khawatir sama kamu dek, ayo bangun." Aurel mengamati wajah suaminya, tergambar gurat ketakutan yang sempurna, tepatnya takut kehilangan istri pertamanya itu,hati Aurel sakit karena sang suami begitu mencintai Syahla sedang dirinya belum tau apakah bisa mendapatkan cinta seperti itu nantinya dari sang suami walau ia sudah patuh menjalani perannya sebagai istri yang baik. "Mas, sebaiknya kita bawa Mbak Syahla ke kamar saja biar saya panggilkan Dokter, ya Mas," ucap Aurel berusaha melawan gemeruh di dadanya. Adam hanya mengangguk, lalu ia membopong tubuh sang istri yang keliatan tambah kurus dari biasanya sungguh Syahla hanya waktu dua hari saja tubuhnya mengurang dan itu makin buat hati Adam sakit kalau sang istri terluka karena ulahnya. Aurel membenarkan bantal kakak madunya yang belum jua sadar, sedang ibuk Farida sangat khawatir sama keadaan putrinya ya
"itu tidak mungkin Dek, kalau aku melakukannya sama saja aku menyakiti hatinya karena sudah mempermainkan perasaan Aurel, dan lagi dia sekarang tanggung jawab Mas sayang!"Seketika Syahla yang tadinya tiduran kini mengubah posisinya duduk, dan mengangkat wajahnya menatap nanar sang suami yang jelas menolak permintaannya untuk menceraikan Aurel padahal dalam hal ini tidak ada yang di rugikan, baik Aurel ataupun suaminya kecuali kalau mereka berdua sudah saling mencintai sejak lama tapi bukankah kata Adam ia menikahi Aurel karena pesan sang Abi sedang ia tidak mau di madu jadi jalan satu-satunya adalah mencarikan suami untuk Aurel atau ia nikahkan saja dengan pria yang istri pertamanya siap di madu. "Permintaan ku tidak aneh, bukankah kalian berdua belum melakukan hubungan itu jadi tidak yang di rugikan! Aurel masih suci jadi dan dia bisa kita nikahkan dengan pria lain yang sama-sama single kalau memang dia tidak mau sama ustadz Azril tapi kalau tidak mau apa alasannya bukankah menjala
Adam terkejut saat keluar mendapatkan Aurel yang sedang meninteng kopernya hendak pergi dari rumahnya. "Aurel, kamu mau kemana?" tanya Adam terkejut, apa yang terjadi pada istri mudanya itu. "Kenapa Mas, bukankah Mas dan Mbak Syahla mau memulangkan aku? tidak perlu repot-repot Mas aku bisa pulang sendiri dan aku tidak menyangka orang kini hanya satu-satunya aku percayai setelah kepergian Abi ternyata ia tidak tulus dalam menyangi aku dan hanya karena demi istri tuanya yang egois Mas tidak bisa bersikap tegas dan dewasa." "Aurel....," jadi istri mudanya itu sudah mendengar semuanya. "Aurel, kamu jangan salah faham dulu, kita masih bisa bicara dengan baik-baik, sekarang kamu masuk ya sebentar lagi di luar mau hujan nanti kamu bisa sakit," bujuk Adam, ia sendiri saat ini tak tahu apa yang harus di perbuat tapi ke duanya Adam tak ingin ada yang tersakiti karena dirinya. "Tidak perlu Mas, karena tidak ada yang perlu kita bahas lagi. Mas mau mewujudkan permintaan Mbak Syahla kan Mas!
Adam diam membisu belum tahu mau berbicara apa sebab ia tidak tahu dan harus bagaimana menanggapi ucapan istri mudanya yang saat ini sama-sama bergeleyut dengan kemaraha lantaran kekecewaan yang kini di alami. "Aurel, Syahla itu perempuan yang kuat dan berilmu tidak mudah kita menggoyahkan jalan pikirannya karena dia kalau sudah punya prinsip aksn sulit kita kendilkan dan sekarang aku sadar kalau Syahla memang tidak mudah kita taklukkan dan sekarang semuanya jadi rumit." "Lalu bagiamana Mas, apakah Mas tetap akan memulangkan aku atau menikahkan aku dengan laki-laki lain seperti yang Mbak Syahla mintak? Apa Mas sedikitpun tidak punya rasa sama aku Mas, tak bisakah Mas mencoba untuk menuntun Mbak Syahla pelan-pelan kalau yang dia egokan itu salah dan tidak benar kita melakukan poligami ini atas dasar hukum dan kita tidak ada niatan untuk menyakiti satu sama lain asalkan kita sama-sama ikhlas insyaallah ke belakangnya akan membuahkan hasil, bukankah Mas sudah rindu dengan sosok buah
"Gimana, Mas?" tanya Syahla saat mereka sedang makan malam bersama di meja makan. "Gimana, apanya?" Adam bertanya ulang seakan ia berpura-pura tidak tahu. "Kalau Mas lupa, biar aku ingatkan kembali tidak perlu sok tidak ingat apa yang sudah kita bincangkan kemaren," tanggal Syahla geram, ia hanya ingin memastikan kalau suaminya benar tidak mau mengabulkan permintaannya dan itu artinya Syahla yang harus siap mundur. "Bisa bicaranya nanti saja setelah kita makan Dek," ucap Adam seraya menatap wajah Syahla agar tidak menambah berdebatan di meja makan. "Baik, kalau begitu aku sudah selesai makanya silahkan kalau gitu aku tunggu di kamar kalau sudah selesai." Syahla langsung meninggalkan piringnya yang jelas masih ada nasi, tak biasanya Syahla seperti itu benar bukan Syahla yang selama ini Adam tahu."Mas, gimana?" tanya Aurel yang mendadak takut kalau suaminya akan goyah lagi saat nanti bicara sama kakak madunya itu. "Kamu tenang saja, aku akan selesaikan masalah ini tapi aku mohon
"Astangfirullah!""Astangfirullah!""Astangfirullah!"Tiga kali perempuan cantik yang berhijab warna sage itu mengucapakan kalimat istingfar yang entah ini sebuah kutukan atau dirinya sedang berada di lembah jurang saat ini.Syahla berusaha memegang dadanya yang kian terasa amat sesak berusaha menguatkan hatinya namun perlahan ketahan itu hancur ia tidak tahu lagi harus berbuat apa.Di sana suami tercinta sudah melangsungkan akad nikah tanpa sepengetahuan dirinya gemeruh di dadanya menggelegar tidak mampu lagi ia menahan."Tidak, aku harus datang ke sana, Mas Adam harus tahu kalau aku adalah perempuan kuat," gumamnya seraya mengusap air matanya yang tersisa padahal sudah satu jam lebih perempuan itu menangis.Syahla mengambil ponselnya lalau mengetikkan sesuatu.[ Na, tolong kamu kirim kan alamatnya sekarang ] kata Syahla mengetik dengan tangan bergetar.Ia takkan kalau temannya itu tahu kalau ia bisa dapat vidio akad nikah sang suami itu artinya ia tahu di mana lokasinya.[ Syah, kam
Ini memang sangat menyesakkan dada bagi Syahla tapi apa boleh buat semua sudah hancur berkeping jika ia berontak sudikah sang suami saat ini kembali menarik ucapannya dan meninggalkan telak bagi Aurel. Rasanya itu tak mungkin karena Syahla tahu siapa suaminya itu. Syahla melepas rengkuhannya lalu tersenyum sambil menatap secara bergantian pada suami dan adik madunya yang wajahnya kini menjadi pucat pasi entah apa yang ada dalam pikirannya apakah ia sadar atau ia hanya takut pada Syahla sebagai istri pertama dan Sah di mata hukum agama dan negara."Sekali lagi saya ucapkan selamat pada kalian berdua, selamat atas mahligai yang kalian bangun dan membuat dongeng baru untuk kalian dan saya pastikan dongeng kalian akan menang karena saya sadar kalau saya sudah kalah," ucap Syahla serambi memaksa senyumnya. Degh!Mendengar itu Adam terkejut," Apa maksud kamu Dek?" tanya Adam gemeteran pikirannya sudah melayang jauh kalau Syahla bakal meminta cerai darinya dan hal itu mustahil bagi Adam
"Gimana, Mas?" tanya Syahla saat mereka sedang makan malam bersama di meja makan. "Gimana, apanya?" Adam bertanya ulang seakan ia berpura-pura tidak tahu. "Kalau Mas lupa, biar aku ingatkan kembali tidak perlu sok tidak ingat apa yang sudah kita bincangkan kemaren," tanggal Syahla geram, ia hanya ingin memastikan kalau suaminya benar tidak mau mengabulkan permintaannya dan itu artinya Syahla yang harus siap mundur. "Bisa bicaranya nanti saja setelah kita makan Dek," ucap Adam seraya menatap wajah Syahla agar tidak menambah berdebatan di meja makan. "Baik, kalau begitu aku sudah selesai makanya silahkan kalau gitu aku tunggu di kamar kalau sudah selesai." Syahla langsung meninggalkan piringnya yang jelas masih ada nasi, tak biasanya Syahla seperti itu benar bukan Syahla yang selama ini Adam tahu."Mas, gimana?" tanya Aurel yang mendadak takut kalau suaminya akan goyah lagi saat nanti bicara sama kakak madunya itu. "Kamu tenang saja, aku akan selesaikan masalah ini tapi aku mohon
Adam diam membisu belum tahu mau berbicara apa sebab ia tidak tahu dan harus bagaimana menanggapi ucapan istri mudanya yang saat ini sama-sama bergeleyut dengan kemaraha lantaran kekecewaan yang kini di alami. "Aurel, Syahla itu perempuan yang kuat dan berilmu tidak mudah kita menggoyahkan jalan pikirannya karena dia kalau sudah punya prinsip aksn sulit kita kendilkan dan sekarang aku sadar kalau Syahla memang tidak mudah kita taklukkan dan sekarang semuanya jadi rumit." "Lalu bagiamana Mas, apakah Mas tetap akan memulangkan aku atau menikahkan aku dengan laki-laki lain seperti yang Mbak Syahla mintak? Apa Mas sedikitpun tidak punya rasa sama aku Mas, tak bisakah Mas mencoba untuk menuntun Mbak Syahla pelan-pelan kalau yang dia egokan itu salah dan tidak benar kita melakukan poligami ini atas dasar hukum dan kita tidak ada niatan untuk menyakiti satu sama lain asalkan kita sama-sama ikhlas insyaallah ke belakangnya akan membuahkan hasil, bukankah Mas sudah rindu dengan sosok buah
Adam terkejut saat keluar mendapatkan Aurel yang sedang meninteng kopernya hendak pergi dari rumahnya. "Aurel, kamu mau kemana?" tanya Adam terkejut, apa yang terjadi pada istri mudanya itu. "Kenapa Mas, bukankah Mas dan Mbak Syahla mau memulangkan aku? tidak perlu repot-repot Mas aku bisa pulang sendiri dan aku tidak menyangka orang kini hanya satu-satunya aku percayai setelah kepergian Abi ternyata ia tidak tulus dalam menyangi aku dan hanya karena demi istri tuanya yang egois Mas tidak bisa bersikap tegas dan dewasa." "Aurel....," jadi istri mudanya itu sudah mendengar semuanya. "Aurel, kamu jangan salah faham dulu, kita masih bisa bicara dengan baik-baik, sekarang kamu masuk ya sebentar lagi di luar mau hujan nanti kamu bisa sakit," bujuk Adam, ia sendiri saat ini tak tahu apa yang harus di perbuat tapi ke duanya Adam tak ingin ada yang tersakiti karena dirinya. "Tidak perlu Mas, karena tidak ada yang perlu kita bahas lagi. Mas mau mewujudkan permintaan Mbak Syahla kan Mas!
"itu tidak mungkin Dek, kalau aku melakukannya sama saja aku menyakiti hatinya karena sudah mempermainkan perasaan Aurel, dan lagi dia sekarang tanggung jawab Mas sayang!"Seketika Syahla yang tadinya tiduran kini mengubah posisinya duduk, dan mengangkat wajahnya menatap nanar sang suami yang jelas menolak permintaannya untuk menceraikan Aurel padahal dalam hal ini tidak ada yang di rugikan, baik Aurel ataupun suaminya kecuali kalau mereka berdua sudah saling mencintai sejak lama tapi bukankah kata Adam ia menikahi Aurel karena pesan sang Abi sedang ia tidak mau di madu jadi jalan satu-satunya adalah mencarikan suami untuk Aurel atau ia nikahkan saja dengan pria yang istri pertamanya siap di madu. "Permintaan ku tidak aneh, bukankah kalian berdua belum melakukan hubungan itu jadi tidak yang di rugikan! Aurel masih suci jadi dan dia bisa kita nikahkan dengan pria lain yang sama-sama single kalau memang dia tidak mau sama ustadz Azril tapi kalau tidak mau apa alasannya bukankah menjala
Adam meletakkan kepala Syahla di pangkuannya, lalu mengusap-usap tangan sang istri yang dingin. "Dek, bangun jangan begini, Mas khawatir sama kamu dek, ayo bangun." Aurel mengamati wajah suaminya, tergambar gurat ketakutan yang sempurna, tepatnya takut kehilangan istri pertamanya itu,hati Aurel sakit karena sang suami begitu mencintai Syahla sedang dirinya belum tau apakah bisa mendapatkan cinta seperti itu nantinya dari sang suami walau ia sudah patuh menjalani perannya sebagai istri yang baik. "Mas, sebaiknya kita bawa Mbak Syahla ke kamar saja biar saya panggilkan Dokter, ya Mas," ucap Aurel berusaha melawan gemeruh di dadanya. Adam hanya mengangguk, lalu ia membopong tubuh sang istri yang keliatan tambah kurus dari biasanya sungguh Syahla hanya waktu dua hari saja tubuhnya mengurang dan itu makin buat hati Adam sakit kalau sang istri terluka karena ulahnya. Aurel membenarkan bantal kakak madunya yang belum jua sadar, sedang ibuk Farida sangat khawatir sama keadaan putrinya ya
Syahla duduk di meja rias sambil memandangi dirinya melalu cermin dan iapun memijet pelipisnya yang terasa berat. Adam datang dan langsung mengunci pintu lalu menghampiri istrinya berdiri di belakang Syahla memakai sarung motif kotak warna hitam dengan kemeja lengan pendek namun sudah tidak memakai peci. "Kamu capek sayang, Mas pijetin ya?" Jemari Adam berlabuh di pundak sang istri lalu di keningnya namun Syahla hanya diam saja karena ia masih kessal sama suaminya yang semakin menggorot hatinya. "Kenapa kamu mencuci otak ibuk ku Mas? Kamu sangat licik sekali dengan merayu beliau dan menjajinkan segala harapan palsu, apa jangan-jangan ini memang sudah rencana busuk mu sama Aurel Mas?" seketika dadanya terasa di hantam besi yang tajam nyatanya sang suami sudah lama berslingkuh dengan adik madunya itu. "Tidak Dek, itu tidak benar Mas sama sekali sebelumnya tak pernah ada hubungan sama Aurel selain hubungan saudara saja, ini murni memang permintaan Abi sebelum beliau meninggal, kamu bo
"Assalamu'alaikum," salam Adam dan Aurel. "Waalaikumussalam, kalian ayo masuk, nak Aurel apa kabar?" Sapa Bu Farida ramah menyambut madu putrinya."Aurel, ayo kita hadapi bersama insyaallah ibuk itu baik sama seperti Syahla kakak madu mu," bisik Adam. Netra memandang lekat wajah suami, lalu mengangguk. Adam sudah menjelaskan kalau ibuk Farida mertuanya itu sudah tahu semuanya. Kini, ke duanya sudah berada di rumah milik Adam dan Syahla."Alhamdulillah Bu, kabar Aurel baik, sangat senang rasanya bisa di terima baik sama penjenengan karena selama ini Aurel belum tahu rasanya kasih sayang seorang ibuk," ucap Aurel lembut sambil mencium dan memeluk tubuh ibuk paruh baya itu yang tak pernah di sangka hatinya begitu besar dan mulia. "Alhamdulilah kalau begitu, oh ya selamat ya atas pernikahan kalian semoga menjadi keluarga yang sakinah mawaddah Warohmah," ucap ibuk Farida. "Terima kasih banyak Bu," sahut Aurel tertegun karena ia belum juga mendapatkan respon dari kakak madunya yang seda
Pagi sekali Syahla sudah bersiap untuk berangkat ke sekolah ia mengajar di salah satu sekolah dasar sepertinya Adam suaminya belum bangun dan itu dikarenakan Adam tak bisa tidur semalam. Syahla meminta bibi untuk menyiapkan sarapan tapi ia sendiri tidak sarapan. "Bi, apa Bu Syahla sudah keluar?" tanya Adam dengan mata yang berat. "Maaf Tuan, Nyonya Syahla sudah berangkat setengah jam tadi dan Nyonya meminta saya untuk menyiapkan sarapan Tuan Adam, silahkan kalau mau sarapan semuanya sudah lengkap," tutur bibi memberi tahu Adam. "Apa?" terkejut Adam, gimana bisa ia kecolongan sepagi ini padahal semalam ia sudah menunggu Syahla sampai tidak bisa tidur dan berharap pagi ini bisa bertemu dan bicara kembali dengan istrinya itu. "Iya Tuan, kalau begitu saya permisi," ucap bibi berlalu sedang Adam memijet pelipisnya terasa berat. "Kenapa kamu tak mau mengerti Mas, Syahla!" cicitnya dengan mata yang merah.Sementara Syahla saat ini terdiam di bawah pohon rindang ia tak langsung menuj
Karena pintu tidak kunjung di buka oleh Syahla akhirnya Adam memilih untuk menyudahi bujukannya mungkin sang istri memang perlu sendiri dan Adam menghargai itu. "Baik, Mas ada di sini tidak akan pergi kemana-mana jika kamu sudah lega maka bukalah pintunya Dek," ucap Adam dari luar yang akhirnya duduk di shofa sendirian serta coba merenungi semua yang telah terjadi. Mungkinkah dirinya sudah salah mengambil keputusan atau ia terlalu cepat, tali sebelumnya Adam sudah memikirkan matang-matang bukan karena rencana ini sudah ada sejak lima bulan yang lalu hanya saja kejadiannya yang terasa begitu mendadak kala Abi Husen meninggal tepat satu minggu yang lalu. Hingga larut malam ternyata Syahla tidak kunjung membuka pintunya ternyata perempuan itu tengah bersujud panjang di dalam kamar sunyinya. Kala kecamuk batin telah membara, sajalah yang jadi pengantar terkahir untuk mengobati lara duka yang ada. Mengadukan segala gemeluk keresahan serta kerupekkan pada sang khalik. "Dek, makan dulu