Raul, tuan Zavier dan istrinya tertegun, terdengar suara seseorang dari alah luar, suara yang penuh kemarahan. Namun belum sempat hilang keterkejutan mereka, tiba-tiba seorang gadis menerobos masuk dan langsung memukuli Raul.“Dasar bajingan! Pecundang! Tiga tahun kamu mengurung kakakku, pergilah ke neraka! Bangsat!”Bagai kesetanan Chavela memukuli Raul, namun lelaki itu bergeming, ia tak melawan ataupun mengelak, Raul hanya pasrah menerima apapun yang akan dilakukan keluarga Elena, karena semua memang kesalahannya.“Vela! Tahan sayang!” teriak nyonya Zavier, tuan Zavier pun berdiri hendak melerai Chavela yang mengamuk, namun Miguel telah lebih dulu masuk dan menarik Chavela lalu memeluknya.Chavela menangis sejadi-jadinya, ia baru saja tiba dengan membawa kabar gembira kalau dia di terima di salah satu perguruan tinggi ternama di Barcelona. Saat turun dari mobil ia berlari lebih dulu untuk menyampaikan kabar itu pada paman dan bibinya, sedangkan Miguel menyusul di belakangnya sambil
“Tinggal beberapa hari lagi Elena…” Emma bergumam sambil tersenyum, ia melingkari angka-angka di kalender. Hanya dalam hitungan hari, bulan akan berganti, itu artinya Diego akan segera sampai pada harinya, sebagaimana vonis dokter.Begitu pun dengan Jose dan Mia, kedua orang yang sudah bekerja sangat lama di kediaman Rodriguez itu nampak tegang dan gelisah, namun tidak demikian dengan Dona, ia terlihat gembira dan sangat bersemangat.“Hey Jose, kenapa lesu begitu? Cepat masak, buat masakan yang enak untuk nyonya Emma Rodriguez,” ujar Dona memerintah. Jose hanya terdiam melihat tingkah Dona.“Oya, menu yang ini harus dihapus, karena sudah tidak dibutuhkan,” ucap Dona sambil menunjuk jadwal dan jenis makanan yang dibuat Jose untuk Diego. “Yang ini juga, ganti! Perempuan kampung itu tidak pantas mendapatkan pelayanan istimewa. Setelah tuan tiada, dia hanya akan kembali menjadi seorang gembel.”“Cukup Dona!” bentak Jose. Sejak tadi dia berdiam, namun kelakuan Dona semakin kurang ajar.B
“Apa? Pemakaman?” tanya Mia terkejut, “siapa yang menyuruh kalian?”“Kami adalah lembaga yang mengurus prosesi pemakamain klien kami, kemarin nyonya Rodriguez datang untuk mendaftarkan prosesi pemakaman tuan Diego Rodriguez.”“Kalian jangan bicara sembarangan, tuan kami masih hidup!” bentak Mia kesal.“Maaf, kami hanya menjalankan tugas sesuai permintaan klien kami,” jawab petugas itu, “kemaren nyonya Rodriguez bilang tuan Diego dalam keadaan sekarat dan akan segera meninggal, maka kami kemari untuk meminta berbagai berkas yang diperlukan termasuk foto tuan Diego.”“Apa Anda yakin nyonya Rodriguez yang mengajukan permintaan?” desak Mia heran, ia hanya berpikir jika nyonya Rodriguez adalah Elena. Maka sangat tidak mungkin Elena memesan pemakaman untuk tuan Diego, sedang dia sendiri sangat tahu bagaimana kondisi tuan Diego saat ini.“Ya, di formulir pendaftarannya memang tertera nyonya Rodriguez,” jawab lelaki itu.Mia menjadi sangat bingung, ia hendak melapor pada Elena, saat itulah Mar
“Apa?!” pekik Emma terbelalak. “Apa kalian gila?! Pasti kalian salah baca!”“Tidak nyonya, di formulir permohonan yang tertera memang begitu, prosesi pemakaman untuk nyonya Emma Rodriguez yang akan meninggal akibat serangan jantung mendadak.”Petugas pemakaman itu membacakan formulir yang tadi ditulis oleh Mario, sontak wajah Emma merah padam terbakar amarah. Namun tidak demikian dengan Mario, Mia, Elena serta Diego, mereka hanya senyum-senyum melihat cara Mario memberi pelajaran pada Emma.Dengan amarah yang meletup-letup, Emma langsung menyambar formulir yang dipegang oleh salah seorang lelaki itu, mata wanita itu membulat karena terkejut.“Sial! Siapa yang merubah formulir ini? Bukankah kemarin yang kudaftarkan adalah Diego Rodriguez?”Karena terbawa emosi yang menggebu-gebu Emma tidak bisa mengontrol ucapannya lagi, sehingga tanpa sadar dia menyatakan kalau dia yang telah mendaftarkan pemakaman Diego.“Jadi, Anda yang telah mendaftarkan pemakaman untuk tuan Diego kan, nyonya?” tany
“Hola, Anda penipu! Apa yang Anda katakan semua tidak benar!” teriak Emma begitu mendapat jawaban dari seorang lelaki.“Apa maksud Anda nyonya?” tanya lelaki itu.“Bukankah Anda memvonis jika Diego tidak akan bisa bertahan melebihi bulan ini? Anda memvonis Diego akan mati pada bulan ini.”“Ya benar, nyonya. Perkembangan klinis memang menunjukan seperti itu. Tuan akan melewati ambang batas kekuatannya pada bulan ini.”“Omong kosong! Nyatanya Diego sekarang masih segar bugar, apanya yang mati, hah? Dasar dokter gadungan!”“Tungu-tunggu, apa maksud Anda, nyonya? Saya memang sedang menunggu kabar dari tuan Mario.”“Persetan dengan si Mario. Kamu memang dokter gadungan, kerjamu nggak becus! Aku akan bilang Diego untuk menggantimu!”Dengan kesal Emma segera memutus panggilan, ia melemparkan ponselnya sembarangan lalu berteriak memanggil Dona.“I-iya nyonya,” jawab Dona dengan tergopoh-gopoh.“Cepat kemasi barang-barangku!” “Hah? Nyonya mau kemana?” tanya Dona bingung.“Berlibur. Kalau di s
“Lalu, apa yang membuatmu khawatir dan gelisah seperti ini, Elena?” tanya Mia bingung.Elena menghela napas panjang, ada kegelisahan yang hendak dihempaskannya.“Mia, keluarga Rodriguez tidak boleh terputus di Diego,” ujar Elena pelan.Mia terkejut mendengar ucapan Elena.“Maksudmu, kamu bicara mengenai penerus keluarga Rodriguez?” tanya Mia menebak, Elena mengangguk.“Aku sangat setuju Elena, memang harus seperti itu. Supaya tidak diklaim oleh yang tidak berhak. Tapi masalahnya….”Mia tidak melanjutkan kalimatnya, ia menatap Elena dengan perasaan tidak enak hati. Elena masih muda dan normal, sedangkan tuan Diego hanya seorang pria lumpuh, apa mungkin untuk mempunyai keturunan?“Masalahnya kenapa, Mia? Pasti kamu berpikir kalau orang lumpuh tidak akan bisa mempunyai keturunan, kan?”“I-iyaa… yang aku dengar begitu.”“Itu tidak sepenuhnya benar, sebenarnya orang lumpuh pun masih bisa mempunyai anak,” jawab Elena pelan, "aku sudah mencari berbagai informasi, tentunya dengan bantuan dan k
“Sayang, ayo kita pulang,” ucap Diego mesra pada istrinya, membuat Elena tersipu dan salah tingkah, pasalnya perkataan Diego diucapkan di depan sang dokter yang tersenyum-senyum melihatnya.“Tidak apa-apa kan, dok?” tanya Diego memastikan pada sang dokter.“Oh tidak apa-apa, tuan. Semuanya Ok, dan reaksinya sangat bagus. Sepertinya Anda sudah mulai normal.”“Benar dokter, saya merasa bergairah kembali.” Diego berkata dengan semangat.“Haha, itu bagus tuan Rodriguez, selamat!” ujar Androlog itu gembira, “tapi tolong diingat, tuan. Jika nanti saat ejakulasi Anda mengalami kesulitan bernapas Anda bisa memperlambat gerakan dan langsung lepaskan.“Siap dok,” sahut Diego penuh percaya diri. Setelah mendapatkan beberapa nasehat dan menerima resep obat-obatan, Diego segera kembali pulang. Rasanya sudah tak sabar ingin bermesraan dengan Elena, ia merasa sangat bergairah, bahkan di mobil pun ia bersikap sangat mesra dan mencium sang istri dengan penuh hasrat.“Sayang, siap-siap untuk malam pert
“Diego … Kamu baik-baik saja sayang?” tanya Elena khawatir, ia segera membalikan tubuhnya menghadap Diego.Elena mengamati wajah Diego, mata lelaki itu terpejam, napasnya bergerak dengan teratur. Rupanya Diego tertidur setelah tubuhnya melepaskan hormon endropin, dopamin, dan prolaktrin serta hormon-hormon lainnya saat ia mencapai ejakulasi, sehingga tubuhnya menjadi rileks dan mengantuk.Elena tersenyum, Diego nampak sangat rileks dari biasanya, hal itu tentu baik bagi kesehatannya. Elena mendekatkan wajahnya, mencium pipi suaminya. Namun tiba-tiba Diego memeluknya, pria itu tersenyum bahagia.“Terima kasih, sayang,” bisik Diego, ia membuka matanya lalu mencium kening Elena dengan segenap cinta, “maaf sayang, aku mengantuk sekali.”“Iya Diego, kamu istirahat saja ya, aku akan bersih-bersih dulu,” sahut Elena dengan lembut. Diego pun memejamkan matanya lagi. Elena membetulkan posisi tidur Diego, lalu menutupinya dengan selimut. Ia segera ke kamar mandi untuk membersihkan diri, tak lup