“Apa?!” pekik Emma terbelalak. “Apa kalian gila?! Pasti kalian salah baca!”“Tidak nyonya, di formulir permohonan yang tertera memang begitu, prosesi pemakaman untuk nyonya Emma Rodriguez yang akan meninggal akibat serangan jantung mendadak.”Petugas pemakaman itu membacakan formulir yang tadi ditulis oleh Mario, sontak wajah Emma merah padam terbakar amarah. Namun tidak demikian dengan Mario, Mia, Elena serta Diego, mereka hanya senyum-senyum melihat cara Mario memberi pelajaran pada Emma.Dengan amarah yang meletup-letup, Emma langsung menyambar formulir yang dipegang oleh salah seorang lelaki itu, mata wanita itu membulat karena terkejut.“Sial! Siapa yang merubah formulir ini? Bukankah kemarin yang kudaftarkan adalah Diego Rodriguez?”Karena terbawa emosi yang menggebu-gebu Emma tidak bisa mengontrol ucapannya lagi, sehingga tanpa sadar dia menyatakan kalau dia yang telah mendaftarkan pemakaman Diego.“Jadi, Anda yang telah mendaftarkan pemakaman untuk tuan Diego kan, nyonya?” tany
“Hola, Anda penipu! Apa yang Anda katakan semua tidak benar!” teriak Emma begitu mendapat jawaban dari seorang lelaki.“Apa maksud Anda nyonya?” tanya lelaki itu.“Bukankah Anda memvonis jika Diego tidak akan bisa bertahan melebihi bulan ini? Anda memvonis Diego akan mati pada bulan ini.”“Ya benar, nyonya. Perkembangan klinis memang menunjukan seperti itu. Tuan akan melewati ambang batas kekuatannya pada bulan ini.”“Omong kosong! Nyatanya Diego sekarang masih segar bugar, apanya yang mati, hah? Dasar dokter gadungan!”“Tungu-tunggu, apa maksud Anda, nyonya? Saya memang sedang menunggu kabar dari tuan Mario.”“Persetan dengan si Mario. Kamu memang dokter gadungan, kerjamu nggak becus! Aku akan bilang Diego untuk menggantimu!”Dengan kesal Emma segera memutus panggilan, ia melemparkan ponselnya sembarangan lalu berteriak memanggil Dona.“I-iya nyonya,” jawab Dona dengan tergopoh-gopoh.“Cepat kemasi barang-barangku!” “Hah? Nyonya mau kemana?” tanya Dona bingung.“Berlibur. Kalau di s
“Lalu, apa yang membuatmu khawatir dan gelisah seperti ini, Elena?” tanya Mia bingung.Elena menghela napas panjang, ada kegelisahan yang hendak dihempaskannya.“Mia, keluarga Rodriguez tidak boleh terputus di Diego,” ujar Elena pelan.Mia terkejut mendengar ucapan Elena.“Maksudmu, kamu bicara mengenai penerus keluarga Rodriguez?” tanya Mia menebak, Elena mengangguk.“Aku sangat setuju Elena, memang harus seperti itu. Supaya tidak diklaim oleh yang tidak berhak. Tapi masalahnya….”Mia tidak melanjutkan kalimatnya, ia menatap Elena dengan perasaan tidak enak hati. Elena masih muda dan normal, sedangkan tuan Diego hanya seorang pria lumpuh, apa mungkin untuk mempunyai keturunan?“Masalahnya kenapa, Mia? Pasti kamu berpikir kalau orang lumpuh tidak akan bisa mempunyai keturunan, kan?”“I-iyaa… yang aku dengar begitu.”“Itu tidak sepenuhnya benar, sebenarnya orang lumpuh pun masih bisa mempunyai anak,” jawab Elena pelan, "aku sudah mencari berbagai informasi, tentunya dengan bantuan dan k
“Sayang, ayo kita pulang,” ucap Diego mesra pada istrinya, membuat Elena tersipu dan salah tingkah, pasalnya perkataan Diego diucapkan di depan sang dokter yang tersenyum-senyum melihatnya.“Tidak apa-apa kan, dok?” tanya Diego memastikan pada sang dokter.“Oh tidak apa-apa, tuan. Semuanya Ok, dan reaksinya sangat bagus. Sepertinya Anda sudah mulai normal.”“Benar dokter, saya merasa bergairah kembali.” Diego berkata dengan semangat.“Haha, itu bagus tuan Rodriguez, selamat!” ujar Androlog itu gembira, “tapi tolong diingat, tuan. Jika nanti saat ejakulasi Anda mengalami kesulitan bernapas Anda bisa memperlambat gerakan dan langsung lepaskan.“Siap dok,” sahut Diego penuh percaya diri. Setelah mendapatkan beberapa nasehat dan menerima resep obat-obatan, Diego segera kembali pulang. Rasanya sudah tak sabar ingin bermesraan dengan Elena, ia merasa sangat bergairah, bahkan di mobil pun ia bersikap sangat mesra dan mencium sang istri dengan penuh hasrat.“Sayang, siap-siap untuk malam pert
“Diego … Kamu baik-baik saja sayang?” tanya Elena khawatir, ia segera membalikan tubuhnya menghadap Diego.Elena mengamati wajah Diego, mata lelaki itu terpejam, napasnya bergerak dengan teratur. Rupanya Diego tertidur setelah tubuhnya melepaskan hormon endropin, dopamin, dan prolaktrin serta hormon-hormon lainnya saat ia mencapai ejakulasi, sehingga tubuhnya menjadi rileks dan mengantuk.Elena tersenyum, Diego nampak sangat rileks dari biasanya, hal itu tentu baik bagi kesehatannya. Elena mendekatkan wajahnya, mencium pipi suaminya. Namun tiba-tiba Diego memeluknya, pria itu tersenyum bahagia.“Terima kasih, sayang,” bisik Diego, ia membuka matanya lalu mencium kening Elena dengan segenap cinta, “maaf sayang, aku mengantuk sekali.”“Iya Diego, kamu istirahat saja ya, aku akan bersih-bersih dulu,” sahut Elena dengan lembut. Diego pun memejamkan matanya lagi. Elena membetulkan posisi tidur Diego, lalu menutupinya dengan selimut. Ia segera ke kamar mandi untuk membersihkan diri, tak lup
“Mario, carikan kursi roda yang lebih kokoh, pegangan tangan bisa dibuka dan pengunci yang kuat.”Diego memberikan intruksi kepada Mario, tentu saja Mario dan Mia bahkan Elena terkejut. Masalahnya kursi roda Diego sekarang juga masih sangat kokoh, dan Design yang tepat untuknya, lalu buat apa menggantinya lagi.Bukan hanya itu, Diego juga meminta Mario mendiskusikan dengannya sebelum sang asisten itu membeli, jadi Diego ingin memastikan design dan rancangannya dahulu.Mario segera berpamitan untuk mencari pesanan tuannya. Begitu pun Mia segera kembali melanjutkan pekerjaannya.“Diego, bukankah kursi rodamu ini masih baru dan masih cukup kokoh?” tanya Elena pada akhirnya.“Iya, sayang. Untuk aku sendiri memang cukup kokoh, tapi aku kurang yakin untuk kita berdua,” jawab Diego santai..“Kita berdua? Maksudnya bagaimana Diego?” tanya Elena bingung. Namun sang suami hanya tersenyum penuh arti.Elena segera mandi dan berdandan cantik, ia akan selalu membuat suaminya merasa bergairah dan ber
“Tidak, Ma! Aku nggak mau! Itu hanya akal-akalannya si Beatriz aja!” kilah Raul berkeras.“Raul, kamu sudah tidur dengan Beatriz dan bercinta dengannya tanpa pengaman, bagaimana kalau dia hamil dan kamu gak mau menikahinya? Mama malu pada keluarga besar Mama, Raul.”“Omong kosong! Itu karena perempuan menjijikan itu menjebakku, memanfaatkan ketidak sadaranku dan berpura-pura menjadi Elena.”Raul mendengus kesal, ia sangat emosi jika ingat kejadian itu, malam dimana Raul mabuk berat, yang baginya merupakan sebuah tragedi dan mimpi buruk. Memang, semenjak masalah pernikahannya dengan Elena terus mengombang-ambingkan dirinya, Raul kerap menenggelamkan diri dalam minuman keras. Apalagi setelah kembalinya dia dari desa Elena dan tidak mendapati wanita itu di sana, Raul menjadi sangat frustasi, ia tidak tahu harus kemana lagi mencari Elena.Dalam keputusasaannya itu, Raul hanya menemukan kenyamanan saat mabuk, ia dapat melupakan segalanya, bahkan Raul merasa bisa menemukan Elena dalam imaji
Raul mengacak-ngacak rambutnya dengan kesal, wajah tampan pria itu menjadi sangat kusut. Ia merasa sangat bodoh, karena telah masuk jebakan perempuan jalang itu.Nyonya Victoria menghela napas, ia merasa iba dengan putra semata wayangnya.“Raul, mengapa kamu jadi begini, Nak?”Nyonya Victoria duduk di samping Raul, ia mengelus-elus bahu putranya yang terdiam dan terlihat mengenaskan. “Jujur pada Mama, Nak. Apa kamu mencintai Elena?” tanya nyonya Victoria pelan, selama ini Raul selalu mengelak jika ia menanyakan hal itu.Perlahan Raul menoleh pada ibunya yang juga sedang menatapnya, Raul kembali melemparkan pandangannya jauh menembus dinding kamarnya. Perlahan lelaki itu mengangguk.“Iya, Ma. Kini aku menyadari kalau aku telah jatuh cinta pada Elena. Aku menyesal telah menceraikannya, Ma. Aku menyesal telah menyakitinya selama ini. Elena adalah wanita yang baik, bermartabat dan berpendidikan. Tapi sekarang semuanya sudah terlambat, Ma….”Raul tak kuasa lagi menahan beban berat di hatin