Raul mengacak-ngacak rambutnya dengan kesal, wajah tampan pria itu menjadi sangat kusut. Ia merasa sangat bodoh, karena telah masuk jebakan perempuan jalang itu.Nyonya Victoria menghela napas, ia merasa iba dengan putra semata wayangnya.“Raul, mengapa kamu jadi begini, Nak?”Nyonya Victoria duduk di samping Raul, ia mengelus-elus bahu putranya yang terdiam dan terlihat mengenaskan. “Jujur pada Mama, Nak. Apa kamu mencintai Elena?” tanya nyonya Victoria pelan, selama ini Raul selalu mengelak jika ia menanyakan hal itu.Perlahan Raul menoleh pada ibunya yang juga sedang menatapnya, Raul kembali melemparkan pandangannya jauh menembus dinding kamarnya. Perlahan lelaki itu mengangguk.“Iya, Ma. Kini aku menyadari kalau aku telah jatuh cinta pada Elena. Aku menyesal telah menceraikannya, Ma. Aku menyesal telah menyakitinya selama ini. Elena adalah wanita yang baik, bermartabat dan berpendidikan. Tapi sekarang semuanya sudah terlambat, Ma….”Raul tak kuasa lagi menahan beban berat di hatin
“Syarat? Syarat apa, Raul?” tanya Beatriz penasaran.Raul menghela napas, lalu mengangkat wajahnya dan menatap wanita yang duduk di hadapannya itu dengan tatapan jijik dan sedingin es.“Pertama, jangan pernah berharap kalau pernikahan ini adalah pernikahan layaknya pasangan-pasangan pada umumnya, karena pernikahan ini hanya pernikahan di atas kertas, dan kamu tidak berhak menuntut apapun dariku.”Beatriz terdiam, perempuan itu nampak sedang berpikir keras.“Kedua, pernikahan ini hanya akan dicatatkan di catatan sipil. Jadi jangan berharap pernikahan gereja ataupun chapel yang sakral, dan tidak ada yang namanya pesta. Kalau kamu mau adakan pesta, silahkan. Tapi jangan menuntutku untuk ada di sana.”“Baiklah Raul….”“Aku belum selesai!” potong Raul ketus. Beatriz langsung terdiam.“Yang ketiga, kamu harus tunduk pada aturan dan perintahku, apapun itu, karena aku tidak suka dibantah!”“Masih ada lagi?” tanya Beatriz pelan, ketika melihat Raul terdiam.“Oya satu hal lagi, kalau sekarang k
“Kenapa Carmen? Dulu dengan Elena kamu bisa melakukannya, mengapa dengan Beatriz tidak?” tanya Raul sinis. Dulu ketika Elena masih di kediaman ini, dengan mudahnya Carmen memperlakukan Elena layaknya para pelayan lain, padahal status Elena di situ adalah istrinya, yang seharusnya menjadi seorang nyonya.Raul merasa sedih jika ingat itu semua, hatinya terasa sakit, ia tak henti merutuki dan memaki dirinya sendiri, atas segala kebodohan dan keangkuhannya dulu, yang hanya tutup mata melihat perlakuan tidak adil yang diterima Elena.“Baiklah, tuan. Tapi… Kalau nyonya marah bagaimana? Karena nona Beatriz adalah masih family nyonya.”Carmen berkata dengan takut-takut, bagaimanapun ia merasa serba salah. Di mana dia harus berpihak diantara dua tuannya ini, nyonya Victoria memerintahkannya untuk memperlakukan Beatriz dengan baik supaya dia betah di rumah itu, namun sekarang, Raul memerintahkan yang sebaliknya.“Memang benar Beatriz masih keponakan jauh mama, tapi jangan lupa ini adalah kediam
“Carmeeeen!!” teriak Beatriz, matanya nanar menatap seluruh ruangan di hadapannya.“Ada apa nona Beatriz, kenapa teriak-teriak? Saya tidak tuli.” Carmen datang dan berkata dengan sinis.“Ini kamar apaan Carmen?” tanya Beatriz ketus.“Ini kamar tidur nona, bukan kamar tamu,” sahut Carmen.“Iya aku tahu ini kamar tidur, tapi kamar siapa? Ini lebih pantas untuk kamar pelayan sepertimu!”“Ini kamar Anda nona Beatriz, tuan yang memeritahkan saya menyiapkannya untuk nona. Jadi, kalau mau protes, silakan protes sama tuan, saya hanya menjalankan tugas.”“Carmen! Aku adalah istri sah Raul, aku adalah nyonya di sini, kamu jangan kurang ajar!”“Maaf nona, siapa yang kurang ajar? Saya hanya menjalankan perintah tuan, jadi kalau nona mau protes silahkan protes sama tuan. Saya permisi, masih banyak tugas di dapur, oya kalau nona sudah cukup beristirahat, nona bisa membantu saya di dapur.”Setelah berkata Carmen segera meninggalkan Beatriz yang meraung kesal. Nona Victoria hanya menghela napas panja
“Hmm, ya Carmen. Apa kamu tahu mengenai cincin ini?” tanya Raul sambil menunjukan cincin berlian cantik di tangannya.Carmen terbelalak, tentu saja ia tahu kalau itu adalah cincin Elena. Bahkan, dia sendiri yang diperintahkan mendiang nyonya Maria untuk memesannya.“Iya tuan, saya tahu. Itu adalah cincin pernikahan tuan dan Elena.”“Aku bukan tanya itu Carmen, tadi aku melihat perempuan itu memakai cincin ini, setelah aku paksa baru dia mengaku kalau mama yang memberikan cincin ini. Jadi bagaimana cincin ini bisa berada di tangan mama?”Carmen tertunduk, sudah pasti dia tahu bagaimana cincin itu bisa berada di tangan nyonya Victoria. Akhirnya Carmen pun menceritakan kalau dia yang pertama menemukan cincin itu tergeletak di atas meja hias Elena, pada malam pesta ulang tahun nyonya Victoria, dan dia juga yang memberikannya pada nyonya Victoria.Raul tertegun, berarti Elena memang melepas cincin ini, dia benar-benar tidak membawa apa-apa. Seketika hati Raul menjadi sangat berat dan sesa
“Sejak sekarang!” sahut Raul, tiba-tiba lelaki itu sudah berdiri di samping Carmen, sontak Beatriz terkesiap.“Buenos días, Raul.” Wajah Beatriz yang semula ketus berubah menjadi manis di depan Raul. Sayangnya, Raul tidak menanggapi sapaan manis Beatriz, alih-alih menjawab lelaki itu malah bicara pada Carmen.“Kamu memanggil apa tadi, Carmen?” tanya Raul sambil menoleh pada Carmen. Kepala pelayan itu sedikit gugup, ia takut salah memanggil, takut Raul menyuruhnya memanggil nyonya. Sedangkan Beatriz nampak senyum-senyum, merasa kalau Raul akan meminta pelayan itu memanggilnya dengan panggilan nyonya.“Maaf tadi saya panggil nona Beatriz, tuan. Tapi nanti akan saya panggil….”“Cukup kamu panggil sebagaimana dulu selama tiga tahun kamu memanggil seseorang di sini. Kamu paham maksudku Carmen?” potong Raul sambil berkata tegas.Tentu saja Carmen paham apa yang dimaksud Raul, dia harus memanggil sebagaimana Carmen dulu memanggil Elena.“Baik tuan, saya mengerti,” sahut Carmen. Wanita itu p
“Itu tidak akan terjadi,” tegas Raul. “Tapi, Nak. Bukankah sebelumnya Beatriz melakukan itu, menjebakmu dan menyebarkan foto-foto itu, bukan tidak mungkin dia melakukan hal yang sama.”Raul menghela napas sambil menatap wajah ibunya yang terlihat cemas.“Ma, mama tenang aja ya, aku sudah memperhitungkan semuanya. Perempuan itu tidak akan berani lagi melakukannya, karena kartu matinya ada di tanganku.”“Kartu mati? Maksudnya bagaimana, Raul?” tanya nyonya Victoria bingung.Raul tersenyum, akhirnya ia menceritakan perjanjiannya dengan Beatriz sebelum memutuskan menikah, dan juga ancaman Raul pada Beatriz terkait foto-foto mesum perempuan itu.“Ya Tuhan, Raul. Darimana kamu mendapatkan foto-foto ini?”Suara nyonya Victoria bergetar manakala melihat foto-foto Beatriz yang diberikan Raul. Ia sama sekali tidak menyangka keponakan jauhnya yang terlihat polos dan lugu, bisa melakukan perbuatan memalukan seperti itu.“Itu mudah saja, Ma. Lagipula aku sudah lama tahu sepak terjang perempuan itu
“Kabar apa, Miguel?” tanya Chavela penasaran yang melihat Miguel datang tergesa-gesa, dengan wajah gembira.“Aku baru saja menemukan butik tempat Elena dulu bekerja,” jawab Miguel.“Oh benarkah?” Chavela bereaksi senang, Miguel mengangguk, ia segera mengajak Chavela ke salah satu butik ternama dimana dulu Elena pernah bekerja.Sebelumnya, Miguel mencari informasi dengan mendatangi beberapa butik dan menanyakan apakah ada karyawan yang bernama Elena Torres, yang aktif bekerja pada 3 tahun lalu. Miguel tidak sendiri melakukannya, ia mengeluarkan sejumlah uang dan membayar beberapa orang-orang untuk membantunya, termasuk teman-temannya.Miguel dan Chavela diterima sang manajer dengan ramah, namun wanita paruh baya itu tertegun saat melihat Chavela, ia merasa sangat familier dengan wajah itu.“Selamat siang tuan dan nona, apa ada yang bisa saya bantu?” tanya sang manajer menyambut ramah.Miguel pun memperkenalkan dirinya dan Chavela yang membuat perempuan itu kembali tertegun, Isabella To