“Kenapa Carmen? Dulu dengan Elena kamu bisa melakukannya, mengapa dengan Beatriz tidak?” tanya Raul sinis. Dulu ketika Elena masih di kediaman ini, dengan mudahnya Carmen memperlakukan Elena layaknya para pelayan lain, padahal status Elena di situ adalah istrinya, yang seharusnya menjadi seorang nyonya.Raul merasa sedih jika ingat itu semua, hatinya terasa sakit, ia tak henti merutuki dan memaki dirinya sendiri, atas segala kebodohan dan keangkuhannya dulu, yang hanya tutup mata melihat perlakuan tidak adil yang diterima Elena.“Baiklah, tuan. Tapi… Kalau nyonya marah bagaimana? Karena nona Beatriz adalah masih family nyonya.”Carmen berkata dengan takut-takut, bagaimanapun ia merasa serba salah. Di mana dia harus berpihak diantara dua tuannya ini, nyonya Victoria memerintahkannya untuk memperlakukan Beatriz dengan baik supaya dia betah di rumah itu, namun sekarang, Raul memerintahkan yang sebaliknya.“Memang benar Beatriz masih keponakan jauh mama, tapi jangan lupa ini adalah kediam
“Carmeeeen!!” teriak Beatriz, matanya nanar menatap seluruh ruangan di hadapannya.“Ada apa nona Beatriz, kenapa teriak-teriak? Saya tidak tuli.” Carmen datang dan berkata dengan sinis.“Ini kamar apaan Carmen?” tanya Beatriz ketus.“Ini kamar tidur nona, bukan kamar tamu,” sahut Carmen.“Iya aku tahu ini kamar tidur, tapi kamar siapa? Ini lebih pantas untuk kamar pelayan sepertimu!”“Ini kamar Anda nona Beatriz, tuan yang memeritahkan saya menyiapkannya untuk nona. Jadi, kalau mau protes, silakan protes sama tuan, saya hanya menjalankan tugas.”“Carmen! Aku adalah istri sah Raul, aku adalah nyonya di sini, kamu jangan kurang ajar!”“Maaf nona, siapa yang kurang ajar? Saya hanya menjalankan perintah tuan, jadi kalau nona mau protes silahkan protes sama tuan. Saya permisi, masih banyak tugas di dapur, oya kalau nona sudah cukup beristirahat, nona bisa membantu saya di dapur.”Setelah berkata Carmen segera meninggalkan Beatriz yang meraung kesal. Nona Victoria hanya menghela napas panja
“Hmm, ya Carmen. Apa kamu tahu mengenai cincin ini?” tanya Raul sambil menunjukan cincin berlian cantik di tangannya.Carmen terbelalak, tentu saja ia tahu kalau itu adalah cincin Elena. Bahkan, dia sendiri yang diperintahkan mendiang nyonya Maria untuk memesannya.“Iya tuan, saya tahu. Itu adalah cincin pernikahan tuan dan Elena.”“Aku bukan tanya itu Carmen, tadi aku melihat perempuan itu memakai cincin ini, setelah aku paksa baru dia mengaku kalau mama yang memberikan cincin ini. Jadi bagaimana cincin ini bisa berada di tangan mama?”Carmen tertunduk, sudah pasti dia tahu bagaimana cincin itu bisa berada di tangan nyonya Victoria. Akhirnya Carmen pun menceritakan kalau dia yang pertama menemukan cincin itu tergeletak di atas meja hias Elena, pada malam pesta ulang tahun nyonya Victoria, dan dia juga yang memberikannya pada nyonya Victoria.Raul tertegun, berarti Elena memang melepas cincin ini, dia benar-benar tidak membawa apa-apa. Seketika hati Raul menjadi sangat berat dan sesa
“Sejak sekarang!” sahut Raul, tiba-tiba lelaki itu sudah berdiri di samping Carmen, sontak Beatriz terkesiap.“Buenos días, Raul.” Wajah Beatriz yang semula ketus berubah menjadi manis di depan Raul. Sayangnya, Raul tidak menanggapi sapaan manis Beatriz, alih-alih menjawab lelaki itu malah bicara pada Carmen.“Kamu memanggil apa tadi, Carmen?” tanya Raul sambil menoleh pada Carmen. Kepala pelayan itu sedikit gugup, ia takut salah memanggil, takut Raul menyuruhnya memanggil nyonya. Sedangkan Beatriz nampak senyum-senyum, merasa kalau Raul akan meminta pelayan itu memanggilnya dengan panggilan nyonya.“Maaf tadi saya panggil nona Beatriz, tuan. Tapi nanti akan saya panggil….”“Cukup kamu panggil sebagaimana dulu selama tiga tahun kamu memanggil seseorang di sini. Kamu paham maksudku Carmen?” potong Raul sambil berkata tegas.Tentu saja Carmen paham apa yang dimaksud Raul, dia harus memanggil sebagaimana Carmen dulu memanggil Elena.“Baik tuan, saya mengerti,” sahut Carmen. Wanita itu p
“Itu tidak akan terjadi,” tegas Raul. “Tapi, Nak. Bukankah sebelumnya Beatriz melakukan itu, menjebakmu dan menyebarkan foto-foto itu, bukan tidak mungkin dia melakukan hal yang sama.”Raul menghela napas sambil menatap wajah ibunya yang terlihat cemas.“Ma, mama tenang aja ya, aku sudah memperhitungkan semuanya. Perempuan itu tidak akan berani lagi melakukannya, karena kartu matinya ada di tanganku.”“Kartu mati? Maksudnya bagaimana, Raul?” tanya nyonya Victoria bingung.Raul tersenyum, akhirnya ia menceritakan perjanjiannya dengan Beatriz sebelum memutuskan menikah, dan juga ancaman Raul pada Beatriz terkait foto-foto mesum perempuan itu.“Ya Tuhan, Raul. Darimana kamu mendapatkan foto-foto ini?”Suara nyonya Victoria bergetar manakala melihat foto-foto Beatriz yang diberikan Raul. Ia sama sekali tidak menyangka keponakan jauhnya yang terlihat polos dan lugu, bisa melakukan perbuatan memalukan seperti itu.“Itu mudah saja, Ma. Lagipula aku sudah lama tahu sepak terjang perempuan itu
“Kabar apa, Miguel?” tanya Chavela penasaran yang melihat Miguel datang tergesa-gesa, dengan wajah gembira.“Aku baru saja menemukan butik tempat Elena dulu bekerja,” jawab Miguel.“Oh benarkah?” Chavela bereaksi senang, Miguel mengangguk, ia segera mengajak Chavela ke salah satu butik ternama dimana dulu Elena pernah bekerja.Sebelumnya, Miguel mencari informasi dengan mendatangi beberapa butik dan menanyakan apakah ada karyawan yang bernama Elena Torres, yang aktif bekerja pada 3 tahun lalu. Miguel tidak sendiri melakukannya, ia mengeluarkan sejumlah uang dan membayar beberapa orang-orang untuk membantunya, termasuk teman-temannya.Miguel dan Chavela diterima sang manajer dengan ramah, namun wanita paruh baya itu tertegun saat melihat Chavela, ia merasa sangat familier dengan wajah itu.“Selamat siang tuan dan nona, apa ada yang bisa saya bantu?” tanya sang manajer menyambut ramah.Miguel pun memperkenalkan dirinya dan Chavela yang membuat perempuan itu kembali tertegun, Isabella To
“Nyonya, kenapa Anda menangis?” tanya Chavela bingung, begitupun dengan Miguel.“Benar nyonya, maafkan jika pertanyaan Vela terlalu menggebu-gebu, dia sudah lama sekali tidak bertemu kakaknya, sekitar tiga tahun lebih, jadi wajar kalau Vela kurang bisa menahan diri.”“Tidak-tidak, kalian tidak perlu meminta maaf, tante yang seharusnya meminta maaf, terutama pada kamu Chavela.”Nyonya Victroia berkata di sela isaknya, membuat Chavela dan Miguel bertambah bingung. Namun akhirnya keduanya terdiam, menunggu apa yang akan dikatakan nyonya besar Mendez.Akhirnya nyonya Victroia menghela napas panjang, ia bisa menguasai diri kembali. Belakangan, semenjak ia menyadari kekeliruan dan kesalahannya pada Elena, ditambah melihat keadaan putranya yang mengenaskan, membuat wanita itu banyak menangis dihimpit penyesalan dan rasa bersalah.Dengan suara bergetar, nyonya Victoria pun menceritakan semuanya, mulai pernikahan Elena dan Raul yang terjadi karena keinginan nyonya Maria, nenek Raul. Lalu perlak
“Rencana? Rencana apa itu, Migu?” tanya Chavela penasaran, ia segera mengangkat kepalanya dari dada pemuda itu.Miguel pun menjelaskan rencana kelanjutannya dalam mencari Elena. Chavela hanya mengangguk pelan, ia hanya akan mengikuti rencana kekasihnya itu, karena ia sendiri benar-benar bingung dan nyaris frustasi, tidak tahu lagi apa yang harus di lakukannya.Miguel segera mengajak Chavela untuk makan siang, karena gadis itu mulai kehilangan semangat dan selera makannya. Bahkan gadis itu kembali menangis sedih manakala sang paman menghubunginya.“Vela, dengarkan paman sayang. Kamu harus sabar dan tetap tenang, jangan sampai hal itu mempengaruhi kesehatanmu dan juga mengganggu belajarmu.”“Baik, paman. Aku dan Miguel akan melakukan berbagai cara untuk menemukan Elena, mohon doa dari paman dan bibi. Oya, Vela sudah mendaftar dan mengikuti seleksi untuk program beasiswa yang diadakan di kampus, minggu ini akan keluar hasilnya.”Chavela kembali bersemangat ketika ia menceritakan kegiatan
“Elena? Ada apa?” tanya Raul cemas.“Raul, Mia… tolong selamatkan Mia, Emma sudah menyiksanya, dia bahkan nyaris membunuh Mia jika aku tidak mau menandatangani berkas-berkas itu.”Elena menjadi sangat syock, tubuhnya bergetar ketakutan, air matanya tidak terbendung lagi, seketika dia teringat kembali bagaimana kejamnya orang-orang itu menyiksa Mia.Raul segera merengkuh Elena ke pelukannya, ia berusaha menenangkan wanita itu.“Tenang Elena, semua baik-baik saja. Mia sudah berada di tempat yang aman,” ucap Raul sambil mengelus punggung Elena.“Maksudmu? Mia?”“Ketika kami tiba di tempat itu, kami menemukan Mia tergeletak tak sadarkan diri dengan tubuh penuh luka, tidak jauh dari tempat kamu disekap. Aku memerintahkan Miguel dan beberapa orang untuk membawa Mia ke rumah sakit.”“Migu? Berarti Vela…?”“Ya Elena, sebenarnya Vela juga ikut dalam misi penyelamatan dirimu, tapi aku meminta Vela untuk menunggu di mobil.”“Oh, aku harus menemui adikku, dia pasti cemas…” Elena hendak bangun, na
Perlahan Elena membuka matanya, lalu berkedip-kedip sambil memperhatikan sekeliling. Ia menyadari dirinya terbaring di atas sebuah tempat tidur di dalam sebuah kamar yang nyaman. Elena mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi padanya, terakhir yang ingat ketika ia akan menandatangani berkas yang disodorkan Emma, tiba-tiba datang serangan dari sekelompok orang bertopeng, mereka menyerang Emma dan orang-orangnya, lalu salah satu dari mereka menangkap tubuh Elena yang dilemparkan oleh orangnya Emma, kemudian membawanya pergi, setelah itu Elena tidak ingat apa-apa lagi.“Siapa sebenarnya mereka? Dan, di mana aku sekarang?” gumam Elena, ia mencoba bangun namun tubuhnya terasa lemas. Elena ingat, sejak pagi perutnya belum terisi apa pun. Tanpa sengaja Elea menoleh ke samping tempatnya terbaring, sebuah meja penuh dengan makanan dan minuman. Elena menelan ludah, seketika rasa lapar menyergapnya. Ingin rasanya ia menyantap makanan-makanan itu agar tubuhnya mempunyai energi. Tapi tidak, Elena
“Tidak…! Hentikan!!” Elena berteriak histeris, ia tak tahan melihat Mia disiksa seperti itu. Tubuh Elena bergetar ketakutan. “Hentikan Emma, lepaskan Mia, dia tidak ada hubungannya dengan masalah ini. Urusanmu adalah denganku.”“Hmm, bagus. Sekarang cepat tanda tangani berkas-berkas itu, atau kau akan melihat perempuan tua itu mati.”“Baiklah Emma, aku akan turuti keinginanmu, tapi lepaskan Mia, biarkan dia pergi.” Elena mencoba mengajukan persyaratan.“Apa?” Emma bertanya sambil mendekati Elena, “kamu mau mencoba mengelabuiku hah? Setelah dilepas perempuan tua itu akan mencari bantuan, itu kan rencanamu, kamu pikir aku bodoh!”“Tidak, Emma. Aku sungguh-sungguh akan memenuhi keinginanmu, aku akan menandatangani berkas-berkas ini. Aku hanya tidak ingin ada korban dalam masalah ini.” Elena berkata dengan kesungguhan pada kata-katanya, perlahan ia melihat pada Mia yang sudah tidak berdaya.“Lihatlah, Mia sudah terluka dan tidak berdaya begitu, dia tidak akan bisa berbuat apa-apa, mau car
“Apa maksudmu, Emma? Dan apa yang kamu inginkan?” Elena bertanya dengan tenang, meskipun dia sudah bisa meraba apa yang diinginkan Emma.Demi melihat ketenangan sikap Elena, Emma menjadi gusar, ia mendekati Elena lalu dengan geram menarik rambut wanita itu hingga Elena merasa kesakitan, ia memejamkan mata dan mengigit bibirnya menahan rasa sakit. Namun ia tidak berteriak, sebisa mungkin ia menahannya dan berusaha untuk tenang.“Jangan pura-pura lugu, aku tahu meskipun kamu perempuan kampung tapi kalau soal harta kamu tidak bodoh. Itu sebabnya kamu mau menikahi lelaki lumpuh yang sudah mau mati, sehingga bisa menguasai seluruh harta Rodriguez.” Emma berkata berang.“Bukan begitu, Emma. Sedikitpun aku tidak ada keinginan menguasai harta Rodriguez.” Elena berkata pelan, ia terdiam sesaat lalu menatap Emma dengan kesungguhan di matanya. “Begini saja Emma, aku akan memberikan bagianku padamu. Aku hanya akan mendampingi putraku hingga dewasa, setelah itu aku akan mengelola milik keluargaku
Malam terus merangkak hingga kegelapan menyelimuti sekeliling, hanya lampu-lampu jalan dan juga lampu-lampu dari celah jendela setiap bangunan yang menjadi pemandangan malam itu. Raul dan rombongannya mengambil jalan pintas sehingga tidak melalui jalan utama kota. Untungnya, Raul dulu aktif melakukan kegiatan outdoor, sehingga dia hapal setiap sudut wilayah kota itu.Setelah menempuh perjalanan sekitar tiga puluh menit, mereka pun tiba di daerah yang di tuju. Raul menghentikan mobilnya diikuti mobil-mobil lain di belakangnya. Raul segera turun, begitu pun Mario dan Miguel. Mereka mengamati sekeliling tempat itu.Miguel kembali melihat map di ponselnya, dan memang titiknya sangat tepat. “Di arah sana lokasinya, tuan.” Migu menunjuk arah sesuai petunjuk peta. Raul dan Mario mengamati arah yang ditunjuk Miguel.“Yah benar, di sana ada bangunan yang terpisah dengan bangunan lainnya, tempatnya terpencil, kalau tidak salah dulu dipakai sebagai istal untuk menyimpan kuda, tapi sepertinya sud
“Bagaimana kalau kita menjebak Emma.” Miguel mengemukakan pendapatnya. “Maksudnya menjebak bagaimana, tuan Miguel?” tanya Mario tertarik.Miguel menghela napas lalu melihat pada Clara, “Kita akan mencari tahu di mana keberadaan Emma melalui nyonya Clara.”“A-apa? Maksudnya bagaimana, tuan?” tanya Clara bingung sekaligus khawatir, “kalau tuan meminta saya menanyakan Emma di mana, pasti dia tidak akan memberitahu, yang ada malah akan curiga kepada saya.”“Tidak, saya tidak akan meminta nyonya menanyakan di mana lokasi Emma,” sahut Migu sambil mengeluarkan ponselnya. “Tapi kita akan melacak keberadaan Emma melalui nomor teleponnya.”“Apa itu efektif, Migu?” tanya Raul penasaran.“Selama lokasinya akurat, maka akan sangat efektif, tuan. Yang penting ponsel sasaran harus aktif dan untuk memastikan kita bisa meminta nyonya Clara menelepon Emma.”Raul mengangguk mengerti, begitu pun Mario dan yang lainnya. “Vela, tolong pinjamkan aku laptopmu, supaya kita bisa melihat peta lebih leluasa diba
“Kamu, apa kamu yang menculik kakakku?” tanya Chavela penuh emosi, ia mendekati Clara dan menarik serta mencengkram lengannya. Clara hanya menunduk dan tidak berusaha melawan. “Bukankah kamu memang menginginkan Elena celaka sehingga kamu bisa merebut harta Rodriguez? “Nona, jaga sikap Anda, jangan menuduh tanpa bukti. Beginikah cara orang-orang terhormat memperlakukan tamu?” Lucy mendekati Chavela, namun Vela tetap tidak melepaskan cengkramannya.“Perempuan ini sudah jelas jahat. Beberapa waktu lalu dia telah memanipulasi data putranya sendiri dan hendak mengelabui kakakku!”“Di sebuah sidang pengadilan pun ada kesempatan bagi tersangka untuk melakukan pembelaan. Apakah Anda yang terhormat akan melakukan hukum rimba?” Lucy menjawab lantang.“Ah persetan! Cepat katakan di mana kakakku?” seru Chavela geram.“Kami tidak tahu di mana nyonya Rodriguez, tapi maksud kedataangan kami adalah baik, untuk memberikan informasi yang akan sangat penting buat kalian.”“Ahm, Vela. Tolong lepaskan Cl
“S-siapa kalian?” tanya Mia tergagap, namun dia berusaha untuk tenang. Sedangkan Elena terlihat ketakutan, wajahnya seketika pucat, ia memegang tangan Mia erat.Mia menghela napas, berusaha mengumpulkan keberaniannya, dia menatap kedua orang yang menghadangnya itu. “Minggirlah, jangan menghalangi jalan kami. Apa yang kalian inginkan? Kami tidak ada urusan dengan kalian.”Mia berkata dengan lantang, namun kedua orang bertopeng itu tidak berkata apa-apa, mereka saling menoleh satu sama lain, lalu salah seorang dari mereka menenglengkan kepalanya yang direspon anggukan oleh rekannya.Detik berikutnya kedua orang itu melangkah maju sehingga tak ada jarak diantara mereka. Mia refleks mundur sambil menarik Elena, namun kedua lelaki bertopeng itu bergerak lebih cepat, menarik tangan Mia dan Elena. Belum sempat Elena dan Mia bereaksi, kedua pria itu mengeluarkan sesuatu dari saku mereka dan dengan gerakan cepat mendekap mulut dan hidung kedua wanita di depan mereka. Mia dan Elena berusaha mer
“Tuan Mendez…” Clara bergumam lirih, ia ingat saat peristiwa terakhir di kediaman Rodriguez dan baru mengetahui hubungan baik antara Raul Mendez dan Luis. “Tuan Mendez? Siapa dia?” tanya Lucy penasaran.“Dia adalah sahabat Luis sekaligus sahabat mendiang Diego. Dan tuan Raul Mendez juga sekarang adalah kekasih Elena, mantan istri Diego.”“Wow, tokoh yang penting dan tepat, yang bisa membantumu mendapatkan maaf dari mantan suamimu, agar dia menarik tuntutannya dan mengizinkanmu bertemu Hugo.” Lucy mengomentari dengan antusias, namun Clara hanya menghela napas sambil menggeleng. “Aku tidak yakin tuan Mendez mau membantu, dan jika dia maupun aku nggak yakin juga Luis mau memaafkan aku.”“Belum tentu juga, yang terpenting tunjukan kesungguhan dan rasa penyesalanmu, minta bantuan tuan Mendez untuk membujuk Luis, atau…”“Atau apa Lucy? Usulanmu sungguh sesuatu yang sepertinya tidak mungkin, mereka sudah tahu perlakuanku yang hendak menipu mereka.”“Hmh, kamu tuh belum apa-apa sudah menyer