“Hmm, ya Carmen. Apa kamu tahu mengenai cincin ini?” tanya Raul sambil menunjukan cincin berlian cantik di tangannya.Carmen terbelalak, tentu saja ia tahu kalau itu adalah cincin Elena. Bahkan, dia sendiri yang diperintahkan mendiang nyonya Maria untuk memesannya.“Iya tuan, saya tahu. Itu adalah cincin pernikahan tuan dan Elena.”“Aku bukan tanya itu Carmen, tadi aku melihat perempuan itu memakai cincin ini, setelah aku paksa baru dia mengaku kalau mama yang memberikan cincin ini. Jadi bagaimana cincin ini bisa berada di tangan mama?”Carmen tertunduk, sudah pasti dia tahu bagaimana cincin itu bisa berada di tangan nyonya Victoria. Akhirnya Carmen pun menceritakan kalau dia yang pertama menemukan cincin itu tergeletak di atas meja hias Elena, pada malam pesta ulang tahun nyonya Victoria, dan dia juga yang memberikannya pada nyonya Victoria.Raul tertegun, berarti Elena memang melepas cincin ini, dia benar-benar tidak membawa apa-apa. Seketika hati Raul menjadi sangat berat dan sesa
“Sejak sekarang!” sahut Raul, tiba-tiba lelaki itu sudah berdiri di samping Carmen, sontak Beatriz terkesiap.“Buenos días, Raul.” Wajah Beatriz yang semula ketus berubah menjadi manis di depan Raul. Sayangnya, Raul tidak menanggapi sapaan manis Beatriz, alih-alih menjawab lelaki itu malah bicara pada Carmen.“Kamu memanggil apa tadi, Carmen?” tanya Raul sambil menoleh pada Carmen. Kepala pelayan itu sedikit gugup, ia takut salah memanggil, takut Raul menyuruhnya memanggil nyonya. Sedangkan Beatriz nampak senyum-senyum, merasa kalau Raul akan meminta pelayan itu memanggilnya dengan panggilan nyonya.“Maaf tadi saya panggil nona Beatriz, tuan. Tapi nanti akan saya panggil….”“Cukup kamu panggil sebagaimana dulu selama tiga tahun kamu memanggil seseorang di sini. Kamu paham maksudku Carmen?” potong Raul sambil berkata tegas.Tentu saja Carmen paham apa yang dimaksud Raul, dia harus memanggil sebagaimana Carmen dulu memanggil Elena.“Baik tuan, saya mengerti,” sahut Carmen. Wanita itu p
“Itu tidak akan terjadi,” tegas Raul. “Tapi, Nak. Bukankah sebelumnya Beatriz melakukan itu, menjebakmu dan menyebarkan foto-foto itu, bukan tidak mungkin dia melakukan hal yang sama.”Raul menghela napas sambil menatap wajah ibunya yang terlihat cemas.“Ma, mama tenang aja ya, aku sudah memperhitungkan semuanya. Perempuan itu tidak akan berani lagi melakukannya, karena kartu matinya ada di tanganku.”“Kartu mati? Maksudnya bagaimana, Raul?” tanya nyonya Victoria bingung.Raul tersenyum, akhirnya ia menceritakan perjanjiannya dengan Beatriz sebelum memutuskan menikah, dan juga ancaman Raul pada Beatriz terkait foto-foto mesum perempuan itu.“Ya Tuhan, Raul. Darimana kamu mendapatkan foto-foto ini?”Suara nyonya Victoria bergetar manakala melihat foto-foto Beatriz yang diberikan Raul. Ia sama sekali tidak menyangka keponakan jauhnya yang terlihat polos dan lugu, bisa melakukan perbuatan memalukan seperti itu.“Itu mudah saja, Ma. Lagipula aku sudah lama tahu sepak terjang perempuan itu
“Kabar apa, Miguel?” tanya Chavela penasaran yang melihat Miguel datang tergesa-gesa, dengan wajah gembira.“Aku baru saja menemukan butik tempat Elena dulu bekerja,” jawab Miguel.“Oh benarkah?” Chavela bereaksi senang, Miguel mengangguk, ia segera mengajak Chavela ke salah satu butik ternama dimana dulu Elena pernah bekerja.Sebelumnya, Miguel mencari informasi dengan mendatangi beberapa butik dan menanyakan apakah ada karyawan yang bernama Elena Torres, yang aktif bekerja pada 3 tahun lalu. Miguel tidak sendiri melakukannya, ia mengeluarkan sejumlah uang dan membayar beberapa orang-orang untuk membantunya, termasuk teman-temannya.Miguel dan Chavela diterima sang manajer dengan ramah, namun wanita paruh baya itu tertegun saat melihat Chavela, ia merasa sangat familier dengan wajah itu.“Selamat siang tuan dan nona, apa ada yang bisa saya bantu?” tanya sang manajer menyambut ramah.Miguel pun memperkenalkan dirinya dan Chavela yang membuat perempuan itu kembali tertegun, Isabella To
“Nyonya, kenapa Anda menangis?” tanya Chavela bingung, begitupun dengan Miguel.“Benar nyonya, maafkan jika pertanyaan Vela terlalu menggebu-gebu, dia sudah lama sekali tidak bertemu kakaknya, sekitar tiga tahun lebih, jadi wajar kalau Vela kurang bisa menahan diri.”“Tidak-tidak, kalian tidak perlu meminta maaf, tante yang seharusnya meminta maaf, terutama pada kamu Chavela.”Nyonya Victroia berkata di sela isaknya, membuat Chavela dan Miguel bertambah bingung. Namun akhirnya keduanya terdiam, menunggu apa yang akan dikatakan nyonya besar Mendez.Akhirnya nyonya Victroia menghela napas panjang, ia bisa menguasai diri kembali. Belakangan, semenjak ia menyadari kekeliruan dan kesalahannya pada Elena, ditambah melihat keadaan putranya yang mengenaskan, membuat wanita itu banyak menangis dihimpit penyesalan dan rasa bersalah.Dengan suara bergetar, nyonya Victoria pun menceritakan semuanya, mulai pernikahan Elena dan Raul yang terjadi karena keinginan nyonya Maria, nenek Raul. Lalu perlak
“Rencana? Rencana apa itu, Migu?” tanya Chavela penasaran, ia segera mengangkat kepalanya dari dada pemuda itu.Miguel pun menjelaskan rencana kelanjutannya dalam mencari Elena. Chavela hanya mengangguk pelan, ia hanya akan mengikuti rencana kekasihnya itu, karena ia sendiri benar-benar bingung dan nyaris frustasi, tidak tahu lagi apa yang harus di lakukannya.Miguel segera mengajak Chavela untuk makan siang, karena gadis itu mulai kehilangan semangat dan selera makannya. Bahkan gadis itu kembali menangis sedih manakala sang paman menghubunginya.“Vela, dengarkan paman sayang. Kamu harus sabar dan tetap tenang, jangan sampai hal itu mempengaruhi kesehatanmu dan juga mengganggu belajarmu.”“Baik, paman. Aku dan Miguel akan melakukan berbagai cara untuk menemukan Elena, mohon doa dari paman dan bibi. Oya, Vela sudah mendaftar dan mengikuti seleksi untuk program beasiswa yang diadakan di kampus, minggu ini akan keluar hasilnya.”Chavela kembali bersemangat ketika ia menceritakan kegiatan
“Besok, nyonya Rodriguez sendiri yang akan menyerahkan.” Chavela berkata antusias, namun kemudian ia termangu memperhatikan Miguel yang terdiam, seolah sedang mengingat sesuatu.“Kenapa Migu? Apa kamu tahu tentang yayasan Rodriguez?” tanya Chavela penasaran.“Tidak terlalu banyak tahu sih, cuma aku pernah dengar yayasan Rodriguez ini yayasan sosial yang cukup ternama yang bergerak dibidang kesehatan dan pendidikan. Pemiliknya adalah keluarga Rodriguez, salah satu keluarga paling terpandang dan disegani di kota ini.”“Wah, kamu banyak tahu ya?” puji Chavela kagum.“Aku juga tahu dari papa, kata papa bisnis Rodriguez ini sangat besar, hampir di berbagai lini, dari rumah sakit, mall, cafe dan bar, juga resto. Dan mereka adalah salah satu pelanggan utama cava kami.”“Oh, jadi ada kerjasama bisnis antara papa kamu dan perusahaan Rodriguez?”“Yeah begitulah,” sahut Miguel santai.“Hebat ya mereka, meskipun kaya raya tapi tidak sombong, tidak seperti perempuan yang di rumah Mendez itu,” gumam
“Sayang, ada apa?” tanya Diego bingung, begitu pun Mario. Tadi nyonya Rodriguez ini sangat bersemangat, namun tiba-tiba ia menjadi sedih ketika membicarakan Bellen.“Tidak apa-apa Diego, aku hanya sedikit emosional, sebab jika melihat Bellen, aku selalu teringan Chavela,” jawab Elena sambil menghela napas. Seketika kerinduan pada keluarganya terutama pada sang adik menyeruak kembali.“Oh, iya. Aku hampir lupa, aku berjanji akan menemanimu menemui keluargamu. Apa adikmu sekarang sudah selesai sekolah menengah?”“Harusnya sudah Diego, Chavela seumuran dengan Bellen. Cuma aku tidak tahu apakah dia melanjutkan studinya atau tidak.” Elena bergumam lirih, ingin sekali ia pulang ke desanya menemui paman dan bibi serta adiknya, namun dia tidak tega meninggalkan Diego, khawatir hal yang buruk tiba-tiba terjadi saat dia tidak ada di sisi lelaki itu.“Kamu tenang sayang, lusa kita akan menjemput Chavela, bawa Chavela ke mari, kita carikan dia universitas terbaik di kota ini, supaya adikmu selal