“Sayang, ayo kita pulang,” ucap Diego mesra pada istrinya, membuat Elena tersipu dan salah tingkah, pasalnya perkataan Diego diucapkan di depan sang dokter yang tersenyum-senyum melihatnya.“Tidak apa-apa kan, dok?” tanya Diego memastikan pada sang dokter.“Oh tidak apa-apa, tuan. Semuanya Ok, dan reaksinya sangat bagus. Sepertinya Anda sudah mulai normal.”“Benar dokter, saya merasa bergairah kembali.” Diego berkata dengan semangat.“Haha, itu bagus tuan Rodriguez, selamat!” ujar Androlog itu gembira, “tapi tolong diingat, tuan. Jika nanti saat ejakulasi Anda mengalami kesulitan bernapas Anda bisa memperlambat gerakan dan langsung lepaskan.“Siap dok,” sahut Diego penuh percaya diri. Setelah mendapatkan beberapa nasehat dan menerima resep obat-obatan, Diego segera kembali pulang. Rasanya sudah tak sabar ingin bermesraan dengan Elena, ia merasa sangat bergairah, bahkan di mobil pun ia bersikap sangat mesra dan mencium sang istri dengan penuh hasrat.“Sayang, siap-siap untuk malam pert
“Diego … Kamu baik-baik saja sayang?” tanya Elena khawatir, ia segera membalikan tubuhnya menghadap Diego.Elena mengamati wajah Diego, mata lelaki itu terpejam, napasnya bergerak dengan teratur. Rupanya Diego tertidur setelah tubuhnya melepaskan hormon endropin, dopamin, dan prolaktrin serta hormon-hormon lainnya saat ia mencapai ejakulasi, sehingga tubuhnya menjadi rileks dan mengantuk.Elena tersenyum, Diego nampak sangat rileks dari biasanya, hal itu tentu baik bagi kesehatannya. Elena mendekatkan wajahnya, mencium pipi suaminya. Namun tiba-tiba Diego memeluknya, pria itu tersenyum bahagia.“Terima kasih, sayang,” bisik Diego, ia membuka matanya lalu mencium kening Elena dengan segenap cinta, “maaf sayang, aku mengantuk sekali.”“Iya Diego, kamu istirahat saja ya, aku akan bersih-bersih dulu,” sahut Elena dengan lembut. Diego pun memejamkan matanya lagi. Elena membetulkan posisi tidur Diego, lalu menutupinya dengan selimut. Ia segera ke kamar mandi untuk membersihkan diri, tak lup
“Mario, carikan kursi roda yang lebih kokoh, pegangan tangan bisa dibuka dan pengunci yang kuat.”Diego memberikan intruksi kepada Mario, tentu saja Mario dan Mia bahkan Elena terkejut. Masalahnya kursi roda Diego sekarang juga masih sangat kokoh, dan Design yang tepat untuknya, lalu buat apa menggantinya lagi.Bukan hanya itu, Diego juga meminta Mario mendiskusikan dengannya sebelum sang asisten itu membeli, jadi Diego ingin memastikan design dan rancangannya dahulu.Mario segera berpamitan untuk mencari pesanan tuannya. Begitu pun Mia segera kembali melanjutkan pekerjaannya.“Diego, bukankah kursi rodamu ini masih baru dan masih cukup kokoh?” tanya Elena pada akhirnya.“Iya, sayang. Untuk aku sendiri memang cukup kokoh, tapi aku kurang yakin untuk kita berdua,” jawab Diego santai..“Kita berdua? Maksudnya bagaimana Diego?” tanya Elena bingung. Namun sang suami hanya tersenyum penuh arti.Elena segera mandi dan berdandan cantik, ia akan selalu membuat suaminya merasa bergairah dan ber
“Tidak, Ma! Aku nggak mau! Itu hanya akal-akalannya si Beatriz aja!” kilah Raul berkeras.“Raul, kamu sudah tidur dengan Beatriz dan bercinta dengannya tanpa pengaman, bagaimana kalau dia hamil dan kamu gak mau menikahinya? Mama malu pada keluarga besar Mama, Raul.”“Omong kosong! Itu karena perempuan menjijikan itu menjebakku, memanfaatkan ketidak sadaranku dan berpura-pura menjadi Elena.”Raul mendengus kesal, ia sangat emosi jika ingat kejadian itu, malam dimana Raul mabuk berat, yang baginya merupakan sebuah tragedi dan mimpi buruk. Memang, semenjak masalah pernikahannya dengan Elena terus mengombang-ambingkan dirinya, Raul kerap menenggelamkan diri dalam minuman keras. Apalagi setelah kembalinya dia dari desa Elena dan tidak mendapati wanita itu di sana, Raul menjadi sangat frustasi, ia tidak tahu harus kemana lagi mencari Elena.Dalam keputusasaannya itu, Raul hanya menemukan kenyamanan saat mabuk, ia dapat melupakan segalanya, bahkan Raul merasa bisa menemukan Elena dalam imaji
Raul mengacak-ngacak rambutnya dengan kesal, wajah tampan pria itu menjadi sangat kusut. Ia merasa sangat bodoh, karena telah masuk jebakan perempuan jalang itu.Nyonya Victoria menghela napas, ia merasa iba dengan putra semata wayangnya.“Raul, mengapa kamu jadi begini, Nak?”Nyonya Victoria duduk di samping Raul, ia mengelus-elus bahu putranya yang terdiam dan terlihat mengenaskan. “Jujur pada Mama, Nak. Apa kamu mencintai Elena?” tanya nyonya Victoria pelan, selama ini Raul selalu mengelak jika ia menanyakan hal itu.Perlahan Raul menoleh pada ibunya yang juga sedang menatapnya, Raul kembali melemparkan pandangannya jauh menembus dinding kamarnya. Perlahan lelaki itu mengangguk.“Iya, Ma. Kini aku menyadari kalau aku telah jatuh cinta pada Elena. Aku menyesal telah menceraikannya, Ma. Aku menyesal telah menyakitinya selama ini. Elena adalah wanita yang baik, bermartabat dan berpendidikan. Tapi sekarang semuanya sudah terlambat, Ma….”Raul tak kuasa lagi menahan beban berat di hatin
“Syarat? Syarat apa, Raul?” tanya Beatriz penasaran.Raul menghela napas, lalu mengangkat wajahnya dan menatap wanita yang duduk di hadapannya itu dengan tatapan jijik dan sedingin es.“Pertama, jangan pernah berharap kalau pernikahan ini adalah pernikahan layaknya pasangan-pasangan pada umumnya, karena pernikahan ini hanya pernikahan di atas kertas, dan kamu tidak berhak menuntut apapun dariku.”Beatriz terdiam, perempuan itu nampak sedang berpikir keras.“Kedua, pernikahan ini hanya akan dicatatkan di catatan sipil. Jadi jangan berharap pernikahan gereja ataupun chapel yang sakral, dan tidak ada yang namanya pesta. Kalau kamu mau adakan pesta, silahkan. Tapi jangan menuntutku untuk ada di sana.”“Baiklah Raul….”“Aku belum selesai!” potong Raul ketus. Beatriz langsung terdiam.“Yang ketiga, kamu harus tunduk pada aturan dan perintahku, apapun itu, karena aku tidak suka dibantah!”“Masih ada lagi?” tanya Beatriz pelan, ketika melihat Raul terdiam.“Oya satu hal lagi, kalau sekarang k
“Kenapa Carmen? Dulu dengan Elena kamu bisa melakukannya, mengapa dengan Beatriz tidak?” tanya Raul sinis. Dulu ketika Elena masih di kediaman ini, dengan mudahnya Carmen memperlakukan Elena layaknya para pelayan lain, padahal status Elena di situ adalah istrinya, yang seharusnya menjadi seorang nyonya.Raul merasa sedih jika ingat itu semua, hatinya terasa sakit, ia tak henti merutuki dan memaki dirinya sendiri, atas segala kebodohan dan keangkuhannya dulu, yang hanya tutup mata melihat perlakuan tidak adil yang diterima Elena.“Baiklah, tuan. Tapi… Kalau nyonya marah bagaimana? Karena nona Beatriz adalah masih family nyonya.”Carmen berkata dengan takut-takut, bagaimanapun ia merasa serba salah. Di mana dia harus berpihak diantara dua tuannya ini, nyonya Victoria memerintahkannya untuk memperlakukan Beatriz dengan baik supaya dia betah di rumah itu, namun sekarang, Raul memerintahkan yang sebaliknya.“Memang benar Beatriz masih keponakan jauh mama, tapi jangan lupa ini adalah kediam
“Carmeeeen!!” teriak Beatriz, matanya nanar menatap seluruh ruangan di hadapannya.“Ada apa nona Beatriz, kenapa teriak-teriak? Saya tidak tuli.” Carmen datang dan berkata dengan sinis.“Ini kamar apaan Carmen?” tanya Beatriz ketus.“Ini kamar tidur nona, bukan kamar tamu,” sahut Carmen.“Iya aku tahu ini kamar tidur, tapi kamar siapa? Ini lebih pantas untuk kamar pelayan sepertimu!”“Ini kamar Anda nona Beatriz, tuan yang memeritahkan saya menyiapkannya untuk nona. Jadi, kalau mau protes, silakan protes sama tuan, saya hanya menjalankan tugas.”“Carmen! Aku adalah istri sah Raul, aku adalah nyonya di sini, kamu jangan kurang ajar!”“Maaf nona, siapa yang kurang ajar? Saya hanya menjalankan perintah tuan, jadi kalau nona mau protes silahkan protes sama tuan. Saya permisi, masih banyak tugas di dapur, oya kalau nona sudah cukup beristirahat, nona bisa membantu saya di dapur.”Setelah berkata Carmen segera meninggalkan Beatriz yang meraung kesal. Nona Victoria hanya menghela napas panja