Siang itu di penjara Albis—tempat para narapidana kelas kakap dan penjahat berbahaya ditempatkan, seorang pria berada di Ruang Pembebasan setelah selesai melakukan pemeriksaan medis di Ruang Kesehatan.
“Apakah ini sudah semuanya?” Suara bariton keluar dari narapidana yang hari itu dibebaskan, lebih cepat dari tuntutan 5 tahun yang seharusnya, dikarenakan berkelakuan baik dan mendapatkan remisi.
Dia merupakan sosok pria setinggi 187 cm yang bertubuh atletis meski tidak memiliki massa otot berlebihan. Wajahnya memiliki gurat ketampanan maskulin dengan kulit warna cokelat terang. Rambut lurus sepanjang tengkuknya tertata asal-asalan. Mata tajamnya selaras dengan aura wibawa dan juga berbahaya yang menguar darinya.
“Sudah, Jay.” Sipir penjara menjawab.
Kemudian, Jay melangkah keluar setelah berganti pakaian ke baju kasual dan pergi dengan perahu motor yang akan membawanya keluar pulau.
Penjara Albis terletak di Pulau Kaswatu, pulau khusus di Negara Astronesia untuk bangunan penjara terbesar dan paling ditakuti banyak narapidana. Selain sebagai sarang penjahat besar dan berbahaya, juga sipirnya dikenal yang paling kejam.
Perahu motor melaju ke destinasi yang diinginkan hingga akhirnya bertemu dengan perahu motor lebih besar yang sudah menunggu di tengah selat. Dengan kedua tangan ada di belakang punggung, dia melompat menggunakan ilmu kanuragannya. Jay berpindah ke perahu motor besar tersebut tanpa banyak upaya. Gerakannya elegan namun gagah.
“Selamat atas pembebasannya, Bos Jek Jon!” seru salah satu orang di perahu motor besar itu sambil membungkuk, diikuti belasan anak buah lainnya.
Jay mengangguk santai dan masuk ke ruang duduk. Segera saja perahu itu melaju ke Pulau Cendana, pulau terbesar di Astronesia.
Dia adalah orang yang dipanggil Bos Jek Jon, sosok yang ditakuti sekaligus disegani banyak kaum old money dan petinggi di Astronesia. Nama aslinya Jay Mahawira. Saat ini usianya 32 tahun.
“Bos, kami sudah menyiapkan pakaian yang lebih patut untuk Anda!” Si anak buah maju sambil menyodorkan baki dengan setelan jas mahal di atasnya.
Sedangkan anak buah lainnya menyodorkan baki berisi sepatu mahal yang sudah disemir sampai mengkilat hingga Jay bisa melihat pantulan wajahnya di sana.
“Tak perlu. Pakaian ini saja sudah cukup.” Jay menaikkan tangan, memberi gestur penolakan.
Kemudian pemuda yang sepertinya paling berkuasa atas mereka, menyodorkan sekotak cerutu. Kali ini Jay tidak menolak dan mengambil 1 batang. Tak berapa lama, asap cerutu sudah dihembuskan dari mulutnya sambil dia duduk santai tanpa menghilangkan sikap jumawanya.
“Kita ke markas dulu?” tanya Jay pada salah satu orang kepercayaannya.
“Benar, Bos!” Pemuda itu menjawab sambil mengangguk hormat. Sangat kentara rasa hormatnya pada Jay.
Maka, usai perahu mendarat di dermaga, Jay bersama semua anak buahnya berjalan ke mobil mahal yang sudah menanti. Tak lama, mobil yang membawa Jay sudah melaju di jalanan Kota Jatayu.
Kota Jatayu merupakan kota metropolitan dan ibu kota Astronesia. Markas yang disebut Jay berada di sana, di tempat yang tak mudah dijangkau.
Mobil pun tiba di kawasan perbukitan dekat kota. Di sana merupakan daerah tersembunyi yang cukup jauh dari pusat kota. Lahan seluas 3 hektar berdiri kokoh bagaikan benteng modern. Tak sembarangan orang bisa melintas begitu saja di dekatnya karena itu merupakan properti pribadi atas nama Jay.
“Silakan, Bos!” Si pemuda membukakan pintu.
Jay keluar dan semua anak buah yang berjumlah lima ratusan sudah berbaris rapi membentuk lorong panjang dari gerbang depan hingga pintu depan bangunan utama, sebuah mansion megah.
Menggunakan golf car, Jay melaju pelan menuju rumahnya. Di kanan dan kirinya, semua anak buah berpakaian setelan jas hitam membungkuk untuknya.
Setelah Jay masuk ke bangunan utama, ada anak buah yang baru bergabung beberapa bulan ini melongok meski sosok Jay yang sudah menghilang.
“Jadi itu Bos Jek Jon?” tanya si anak baru. “Rupanya dia yang disebut Raja Bengis Jek Jon. Auranya luar biasa!”
Wajahnya menyiratkan kekaguman pada Jay.
Plak! Seniornya menampar belakang kepalanya sampai dia meringis.
“Jangan sembarangan menoleh ke Bos! Kalau dia lagi nggak senang hati, bisa-bisa kepalamu langsung menggelinding, lepas dari badanmu!” Rekannya menakuti.
Si anak baru tidak menyembunyikan rasa takut mendengar ancaman itu.
“Nggak berani! Aku akan bersikap sangat hormat kalau ada di dekatnya!” janji si anak baru sambil menggerak-gerakkan kedua tangan sebagai gestur penyangkalan.
Rekannya yang lebih senior tersenyum sombong karena berhasil menakuti si anak baru.
“Kakak, benarkah Bos Jek Jon bisa menguasai berbagai ilmu bela diri?” tanya si anak baru.
“Tentu saja!” jawab seniornya. “Selain bela diri, Bos juga hebat dalam ilmu kanuragan. Jangan salah, dia juga piawai di ilmu medis tradisional. Dan apa kau tau yang paling hebat sekaligus mengerikan dari Bos?”
Si anak baru hanya melongo sembari menggelengkan kepala. Hal hebat apalagi yang melebihi ketiga hal yang telah disebutkan tadi?
“Bos sangat hebat dalam ilmu kamuflase!” Seniornya memberikan suara bombastis untuk menekankan apa yang sedang dia bicarakan.
Kekaguman semakin kentara di wajah si anak baru. Rasanya dia semakin bangga bisa bergabung ke organisasi PhantomClaw yang dipimpin oleh Jay. Tak mudah menjadi anggota organisasi tersebut.
“Sebenarnya Bos Jek Jon dulunya anak buah seperti kita ini,” sahut senior lainnya. “Karena kemampuan hebat dia disukai pemimpin terdahulu semenjak mereka bertemu di penjara, makanya dia diangkat jadi Bos yang sekarang setelah Bos terdahulu tewas dibunuh rivalnya.”
“Ah, aku masih merinding jika ingat itu.” Anak buah lainnya mendekat setelah mereka bisa bersantai. “Aku melihat sendiri bagaimana Bos Jek Jon mengamuk dan menewaskan puluhan anggota Dark Viper seorang diri. Dia dengan keji mencincang hidup-hidup tubuh pemimpinnya sebagai balas dendam untuk Bos terdahulu!”
“Bocah, kau harus tau, betapa hebatnya Bos kita saat beraksi. Dia bisa membunuh lawan dalam hitungan detik, bahkan matamu tak bisa mengikuti kecepatan tangannya.”
“Dan Bos Jek Jon juga satu-satunya orang di sini yang paling cepat menuntaskan banyak misi dari Bos lama.”
Cerita mengenai kehebatan Jay sebagai pemimpin muda di PhantomClaw secara bergiliran diceritakan anggota senior ke anak baru, membuatnya semakin kagum dan menghormati Jay.
Sementara di dalam rumah besar itu, Jay baru saja menyesap teh jahe hangat yang disiapkan pelayan. Di sebelahnya ada pria tua yang seluruh rambutnya sudah memutih, tapi tubuhnya masih terlihat bugar.
“Ini hadiah dari Halim Group.”
Pria tua itu menaruh map berisi akta tanah seluas 1 hektar.
“Lalu ini dari Shangrila Group. Vila utama perumahan paling elit di Pulau Kesturi untukmu.”
Pria tua menaruh sebuah kunci di meja, bersebelahan dengan map tadi.
“Dan ini … hadiah dari Terra Automotive. Kau mendapatkan 100 supercar mereka.”
Pria tua menaruh kotak kayu berisi kunci-kunci dengan lambang supercar ternama. Jay melirik semua yang ada di atas meja sambil menyesap pelan tehnya.
“Ini … ada beberapa pemilik korporasi raksasa yang menghadiahimu saham cukup besar di perusahaan mereka.”
Pak tua meletakkan beberapa map sekaligus di meja kaca.
“Ah, dan ada juga ini.” Pria tua itu berbalik sebentar ke rak kaca di belakangnya dan mengambil patung giok murni berbentuk kuda gagah dengan pahatan rumit dan tentunya harganya susah dijangkau orang kaya biasa. “Ini hadiah dari pemilik Diamond Vogue Company.”
Jay melirik ke semua hadiah untuknya.
“Pak Atin, apakah mereka memberikan ini semua karena tau aku keluar dari penjara?” tanyanya ke pria tua.
Atin menggeleng sebelum berkata, “Mereka hanya diberitahu bahwa kau sedang berulang tahun.”
Jay manggut-manggut puas.
“Mereka nggak tau wajah asliku, kan?” Jay memastikan. “Hanya kalian yang tau. Benar?”
Sekali lagi Atin mengangguk, melegakan hati Jay.
“Selama ini setiap kamu melakukan misi atau beraksi di luar, selalu berkamuflase, alhasil mereka nggak ada yang tau wajah aslimu. Mereka hanya tau bahwa kamu, Raja Bengis Jek Jon sangat berbahaya dan nggak boleh dijadikan musuh. Banyak orang terkaya di Astronesia dan juga pejabat level 1 negara ini segan pada figur Jek Jonmu.” Atin menjabarkan.
Dari sana sudah jelas bahwa ada banyak pengusaha besar dan petinggi Astronesia berusaha menjilat Jek Jon si Raja Bengis pemimpin baru PhantomClaw, organisasi gelap yang kuat dan tak boleh disinggung atau mereka bisa tamat di tangan Jay.
“Bagus! Aku memang ingin tetap begitu. Nanti sore aku ingin kembali ke rumah mertuaku,” putus Jay. “Jangan ada yang mengawal.”
Pada sore harinya, menggunakan motor listrik disertai penampilan setelan kaos dan jins biasa, Jay pergi ke rumah mertuanya di kompleks perumahan elit. Dia ingin memberi kejutan pada mereka karena dia keluar penjara lebih cepat dari yang seharusnya.
Tapi alangkah kagetnya ketika dia melihat rumah itu sudah berganti pemilik.
“Oh, kamu nyari keluarga Sagara? Mereka udah bangkrut! Katanya sih sekarang tinggal di perumahan belakang sini,” ucap satpam penjaga rumah tersebut.
Perumahan belakang? Seingat Jay, itu merupakan kompleks perumahan kecil yang mirip perkampungan. Jay bergegas melajukan motor listriknya ke perumahan yang dimaksud. Hanya perlu menyebut nama keluarga Sagara saja, banyak warga di sana yang langsung menunjukkan lokasi rumah yang dimaksud.
Ketika Jay tiba di depan rumah petak tipe 36 yang terlihat sangat biasa, dia berjumpa dengan ayah mertuanya yang sedang bersantai minum kopi di teras sembari menatap layar ponselnya. “Papa?”
Pria paruh baya di depannya langsung menyemburkan kopinya akibat terlalu terkejut akan kemunculan Jay yang tak terduga. Dia berteriak memanggil istrinya.
Tak lama, muncul perempuan dengan dandanan ala kadarnya dan memakai daster lusuh. Matanya melotot saat melihat Jay dan berseru, “Mau apa kamu datang ke sini? Dasar menantu sampah!”
Jay menghela napas. Seharusnya dia sudah menduga akan seperti ini reaksi dari mertuanya. “Ma, aku bebas lebih cepat dari pen—““Ah, udah! Nggak usah banyak bacot nggak guna! Mendingan kamu pergi aja daripada aku mual setiap melihat wajahmu! Dasar pembawa sial!” maki Bonita ke Jay.Jay masih bersabar karena memandang Bonita adalah ibu mertuanya. Dia cepat memahami kenapa Bonita memotong ucapannya, karena tak ingin tetangga sekitar mengetahui dia sebagai mantan narapidana.“Ma, mana Vanya?” Jay menanyakan istrinya.Bukannya langsung menjawab, Bonita justru melotot lebih galak dan kedua tangan berada di pinggang.“Masih punya muka menanyakan putri berhargaku? Dia susah payah bekerja jadi karyawan biasa di perusahaan orang lain gara-gara punya suami nggak becus sepertimu!” omel Bonita.Jay merenung sejenak. Dia menyesal karena terlalu sibuk melakukan banyak misi untuk PhantomClaw sampai mengabaikan istrinya yang kini sepertinya menderita. Mau bagaimana lagi?Dia bertemu dengan Hagar—pemim
“Vanya, hei!” seru Jay dengan emosi yang berusaha dia tahan sekuat mungkin.Tidak pernah terkira dalam imaji liarnya sekalipun bahwa istrinya—Vanya, merupakan si wanita dalam aktivitas ‘mobil goyang’ yang bagi Jay sangat memalukan jika menilik dari mewahnya mobil tersebut.Menarik napas panjang, Jay mengetuk kaca jendela agar Vanya yang saat itu sedang bergerak aktif di atas tubuh seorang pria seumuran ayahnya, mau berhenti. “Vanya! Vanya!”Namun, bukannya Vanya terlihat malu karena terpergok olehnya dalam situasi yang sangat memalukan, wanita itu justru menurunkan setengah dari kaca jendela tanpa sungkan. Padahal penampilannya sudah kacau meski tidak telanjang bulat.“Apa sih, Jay?!” bentak Vanya tanpa takut, justru matanya mendelik karena kesenangannya diganggu.Ketika pria di bawah Vanya hendak berpindah posisi, Vanya justru mencegah.“Kenapa kamu di sini dan … dan melakukan hal gini?” Jay sampai tak sanggup mengucapkan hal apa yang sedang dilakukan istrinya.Hati Jay terluka begit
“Pak Atin, kumpulkan informasi rahasia mengenai para elit di Kota Jatayu.” Jay mengucapkannya di suatu pagi.Atin yang menjadi penasihatnya sedikit terkejut.“Apakah ada yang ingin kamu hancurkan, Jek?”Atin bukannya meragukan kemampuan Jay, hanya ingin memastikan tekad pria itu saja.“Ya, beberapa.” Suara Jay terdengar santai.Sesekali dia akan menyeruput kopi hitamnya yang pahit sembari asap membelai ujung hidungnya.“Apakah ini berkaitan dengan perceraianmu dengan putri keluarga Sagara?” tanya Atin, langsung ke sasaran.Sebagai orang yang melatih ilmu medis tradisional dan ilmu kanuragan ke Jay sejak pemuda itu direkrut PhantomClaw, Atin leluasa bicara seperti ayah ke anaknya. Dan Jay tidak keberatan.“Sebagiannya begitu. Dan sebagian lainnya karena rencanaku berikutnya.” Jay melirik Atin. “Aku mengandalkanmu, Pak!”Atin mengangguk dan keluar dari ruang pribadi Jay.Esoknya, Atin menemui Jay bersama empat panglima organisasinya.“Aku ingin kalian memilih anak buah kalian yang pandai
Mendengar teriakan seorang wanita, secara otomatis Jay berlari ke sumber suara.“Hei!” Jay meneriaki sekumpulan preman berjumlah mencapai 11 orang.Mereka semua menoleh ke Jay yang ada di ujung gang.“Bung, jangan ikut campur!” Salah satu preman bertubuh besar berujar ke Jay.Seorang wanita muda berpakaian setelan blazer merah dan celana panjang hitam sederhana namun elegan sedang dikepung 11 preman. Meski begitu, sikapnya masih terlihat tenang dan ini cukup menggelitik benak Jay.Dia tadi melihat wanita itu dengan cekatan menghindari serangan para preman, menunjukkan kemampuan bela diri. Namun, jumlah preman yang terlalu banyak mulai memojokkannya.“Kalian nggak malu keroyokan mengganggu satu wanita kayak gitu?” Jay terus mendekat.“Mau jadi pahlawan, Bro?” teriak preman lainnya dengan tatapan sengit ke Jay.Tanpa pikir panjang, Jay melemparkan karungnya ke samping dan bergegas ke kerumunan itu. Satu tendangan lompatannya mengakibatkan seorang preman terpental dengan cepat, sehingga
“Supreme NeoTech. Gimana menurut Bapak? Namanya keren, kan? Dan terdengar gahar.”Jay memulaskan senyuman pada wajah tampannya yang dingin.Atin mengangguk-angguk sembari tersenyum setuju. “Aku percaya apa pun yang menjadi pemikiranmu. Hanya saja, tetaplah waspada dan berhati-hati atas semua ancaman dari berbagai arah. Kau mewarisi organisasi besar yang punya banyak rival. Mereka tentu berlomba ingin menjatuhkanmu.”Bagaikan seorang ayah, Atin menasehati Jay.“Iya, Pak. Aku tau. Itulah kenapa, aku berusaha nggak menampakkan wajah asliku di depan orang yang bukan anggota kita. Salah satunya untuk menghindari yang Pak Atin cemaskan tadi.”Jay menarik napas panjang, merasa lega sudah menyampaikan salah satu langkah awalnya untuk menapaki jalan ke puncak rantai makanan.“Lalu, apa aja yang kamu butuhkan untuk perusahaanmu, Jek?” tanya Atin.Sebagai guru dan penasihat Jay, dia juga tak sabar ingin mengetahui apa saja langkah-langkah cerdas murid binaannya.“Aku ingin merekrut ilmuwan dan t
“Gimana, Pak? Apakah menurutmu impianku terlalu muluk? Terlalu mengada-ngada?” Jay hanya sekedar bertanya untuk formalitas saja.Andaikan Atin mengatakan dia memang terlalu muluk-muluk, dia tetap akan menjalankan rencananya. Tak ada yang bisa menghentikan dia apabila dia sudah seyakin ini dengan berbagai rencananya.Atin menepuk pundak Jay. "Nggak muluk, Jek. Cuma aku cuma ingin memberimu pesan dan nasehat yang mungkin sering kamu dengar sampai bosan, aku tak peduli. Yaitu … hati-hati dalam segala langkahmu, Jek. Jangan sampai kekuasaan membutakanmu. Ingat selalu tujuan awal kita."Menatap mata teduh menenangkan Atin, Jek merasakan kedamaian. Apakah ini rasanya punya ayah yang bijak?Jay mengangguk. "Tentu, Pak. Aku nggak akan pernah lupa. Semua ini demi Astronesia yang lebih baik dan demi ambisiku sendiri, ha ha ha!"Dia mengucapkannya secara jujur karena yang di depannya adalah Atin, sosok yang sudah mengenalnya luar dalam dengan jelas."Baiklah," ujar Atin. "Aku percaya padamu, Jek
Bima, sang ahli robotika, langsung terpesona. "Dengan fasilitas seperti ini, aku yakin kita bisa menciptakan robot yang bahkan belum pernah dibayangkan sebelumnya!"Sementara itu, Jay juga mulai menjalankan rencananya untuk menjalin kerjasama dengan universitas-universitas top di Astronesia. Dia mengadakan pertemuan dengan para rektor dan dekan fakultas teknik."Supreme NeoTech ingin menjadi jembatan antara dunia akademis dan industri," Jay memaparkan visinya. "Kami siap mendanai penelitian-penelitian breakthrough dan menyediakan magang bagi mahasiswa terbaik kalian."Tawaran ini disambut antusias oleh pihak universitas. Mereka melihat ini sebagai kesempatan emas untuk mendorong inovasi dan memberikan pengalaman nyata bagi mahasiswa mereka.“Ini hal yang sangat bagus, Pak Jay! Kami sangat mendukung program Anda!” Salah satu rektor memuji.Namun, di balik semua gebrakan ini, Jay tetap waspada. Dia tahu bahwa langkah-langkah agresif Supreme NeoTech pasti akan menarik perhatian, baik dar
Proyek Arcapada adalah sistem AI terintegrasi yang mampu mengendalikan berbagai aspek infrastruktur kota, dari manajemen lalu lintas hingga distribusi energi. Dengan Arcapada, sebuah kota bisa dioperasikan dengan efisiensi maksimal."Tapi Pak, Arcapada belum sepenuhnya siap," protes Runa. "Masih ada beberapa bug yang perlu diperbaiki."Dia tidak menutupinya dari Jay."Kalian punya waktu dua minggu untuk menyempurnakannya," tegas Jay. "Kita akan melakukan uji coba di salah satu distrik Jatayu."Sementara tim teknisinya bekerja lembur menyempurnakan Arcapada, Jay mulai melobi pemerintah kota Jatayu untuk mendapatkan izin uji coba. Dengan bantuan koneksinya di pemerintahan, izin tersebut berhasil didapatkan dalam waktu singkat.Di sisi lain, Viktor Raditya dari TechNova tidak tinggal diam. Dia mulai menyebarkan rumor negatif tentang Supreme NeoTech melalui media yang bisa dipengaruhinya."Supreme NeoTech adalah ancaman bagi privasi warga," tulis salah satu artikel yang disponsori TechNov
* * *Ketika pesta yang dinantikan tiba, semua mata tertuju pada pasangan yang tengah menjadi pusat perhatian.Jay tampil memukau dalam setelan jas hitam klasik dengan aksen emas di bagian kerah, yang dirancang khusus oleh perancang busana ternama dunia. Rambutnya disisir rapi ke belakang, memancarkan aura karisma dan kekuasaan.Zafia, di sisi lain, terlihat seperti dewi. Gaun pengantinnya, rancangan desainer haute couture terkenal dari kota mode internasional, Parisiane, terbuat dari bahan sutra putih yang dihiasi kristal Swarovski.Sebuah jubah panjang dengan bordir emas mengalir di belakangnya, membuatnya tampak seperti ratu sejati. Tiara berlian bertengger di kepalanya, melengkapi penampilannya yang elegan dan memesona.“Astaga! Mereka keren banget!” seru salah satu tamu undangan.“Duhai! Aku yakin baju mereka bukan barang sepele.” Tamu lain berdesis saat melihat Jay dan Zafia.“Mana ada barang sepele di sekitar pengusaha muda dan sukses yang kekayaan bersihnya dikatakan mencapai
“Terima kasih, suamiku.” Di samping Jay, Zafia tersenyum ketika tatapan mereka saling bertaut mesra.“Hah? Jadi … selama ini Kak Fia udah menikah?” Tiba-tiba muncul Feinata di ruang tamu.Gadis itu mendekat dengan wajah terkejutnya.“Maaf kalau kamu baru tau ini sekarang, Fei.” Zafia meraih adiknya untuk dia rangkul.Saat Feinata hendak menyahut, terdengar bunyi bel pagar depan.“Ah! Itu pasti si bodoh itu!” Feinata melepaskan rangkulan kakaknya dan berlari ke depan untuk membukakan pagar.Tak berapa lama, Feinata kembali masuk ke dalam sambil membawa pria muda. Jay tersenyum karena sangat mengenali pemuda itu. Radeva.“Permisi, Tante dan Om.” Radeva menyapa pasangan Narendra. “Oh, Kak Fia dan Bang Jay juga.” Dia tidak melupakan pasangan muda di sana.“Heh, kamu tau,” Feinata menepuk keras lengan Radeva dan berkata, “Kak Fia dan Bang Jay udah menikah! Kamu kapan ngelamar aku?”“Fei!” Ibunya langsung menegur putri bungsunya yang terlalu frontal ketika bertutur. “Kamu ini perempuan, loh
“Fu fu fu ….” Jay terkekeh santai.Dia duduk di kursi kulit hitamnya yang megah, di ruang kerja yang memancarkan kemewahan modern.Sambil memegang cangkir teh herbal yang baru saja dituangkan oleh Atin, wajahnya tetap tenang, dengan sedikit senyum penuh keyakinan yang hanya dia tunjukkan pada orang-orang terdekatnya.“Aku tidak bermain, Pak,” kata Jay dengan suara datar namun penuh makna. “Aku hanya memastikan papan catur tetap di bawah kendaliku. Apa gunanya menjadi raja jika kamu tidak bisa mengontrol bidak-bidakmu?”Atin tersenyum tipis, mengakui kecerdikan bosnya. “Kamu bahkan mengalahkan mereka yang mencoba mengaitkanmu dengan PhantomClaw. Kini publik melihatmu sebagai pahlawan teknologi Astronesia.”Jay menyesap tehnya perlahan, matanya menatap jendela besar yang memperlihatkan pemandangan Jatayu yang gemerlap di malam hari.Kota itu, dengan segala kesibukannya, kini terasa seperti berada di telapak tangannya.Seiring waktu, NeoTech, perusahaan teknologi milik Jay, menjadi binta
Jonas mencoba mempertahankan argumennya. “Jenderal, saya yakin ada sesuatu yang disembunyikan oleh Jay. Keberadaannya di Jorgandia bisa saja ....”“Cukup!” potong Hambali dengan nada keras, membuat Jonas terdiam. “Fakta menunjukkan bahwa Jay Mahawira berada di Jorgandia, bekerja sama dengan ilmuwan internasional untuk sesuatu yang sangat penting bagi masa depan dunia. Dan sementara itu, Anda menyebarkan tuduhan bahwa dia adalah seorang kriminal yang memimpin organisasi bawah tanah. Apa yang Anda harapkan? Bahwa publik akan percaya omong kosong ini tanpa bukti yang jelas?”Jonas berusaha keras menyusun pembelaan. “Saya memiliki informasi dari Bruno sebelum dia mati, dan saya yakin itu valid. Jay—”“Bruno adalah kriminal yang bermain di dua sisi!” bentak Hambali. “Dan sekarang Anda ingin membangun seluruh argumenmu berdasarkan kata-kata seorang pengkhianat?”“Pak Jonas,&rdqu
“Jangan harap kamu bisa sewenang-wenang, Jek Jon!” seru Jonas.Pertarungan semakin sengit. Jonas menggunakan teknik Cakar Garuda, sebuah gaya bertarung yang memadukan kekuatan fisik dengan gerakan cepat.Dengan teknik itu, dia berhasil meloloskan dirinya dari cengkeraman Jek Jon.Namun, Jek Jon memiliki keunggulan dalam pengalaman dan teknik kanuragan tingkat tinggi.Dengan gerakan Langkah Naga Terbang, dia mengelak dari setiap serangan Jonas sambil melancarkan pukulan dan tendangan presisi yang mulai melemahkan sang mayor jenderal.Jonas tidak gentar. Dia mengaktifkan teknik bela diri Harimau Lembah yang menjadi kebanggaan Kostrad.Membawa serangan cepat, dia melancarkan pukulan dan tendangan yang ditujukan ke titik vital Jek Jon.Namun, Jek Jon memblokir setiap serangan dengan mudah, menggunakan teknik Cengkraman Naga Hitam untuk menangkap pergelangan tangan Jonas dan memutarnya hingga terdengar bunyi retakan kecil.Jonas meringis kesakitan, tetapi dia tidak menyerah. Dengan lompata
"Rupanya sungguh Pak Mayjen Jonas Patulubi, salah satu orang kepercayaan Pak Jendral Hambali Sardi." Jek Jon terkekeh santai. Dia berdiri di depan pondok utama milik Bruno, sedangkan mayat pria itu masih di dalam sana. Di belakang Jonas, sekelompok pasukan Kostrad bersenjata lengkap berjaga dalam formasi disiplin. Jonas maju selangkah, tatapannya tajam mencoba memberikan perasaan superior ke Jek Jon. "Kamu tak perlu berpura-pura lagi, Jek Jon. Kami tau siapa kamu sebenarnya. Kamu pikir bisa menyembunyikan identitasmu selamanya? Bruno sudah memberiku cukup petunjuk." Jay dalam wujud Jek Jon, menyeringai kecil seraya berkata, "Bruno? Anda mengandalkan ucapan orang yang bahkan tak tau caranya melindungi diri sendiri? Saya berduka untuk Anda, Mayjen. Saya kira Anda lebih pintar dari itu." Kemudian Jek Jon memberikan gestur mengejek ke Jonas beserta ekspresi wajah yang tak berlebihan tapi menusuk ulu hati lawannya. Jonas menggeram pelan, menahan amarah. "Kami tau kamu adalah Jay M
"Tutup moncong busukmu, Jek! Aku tak butuh belas kasihanmu!" teriak Bruno. "Lebih baik kau lekas menyerah padaku, dan PhantomClaw milikmu akan baik-baik saja!" Jek Jon terkekeh sembari dia menerima pukulan demi pukulan Bruno. Kali ini dia tidak menghindari. "Memangnya apa yang dijanjikan majikanmu mengenai aku dan PhantomClaw?" Jek Jon bertanya dengan bahasa tersirat. Dia sudah paham bahwa di balik pergerakan organisasi milik Bruno yang mengganggu PhantomClaw, pasti ada orang dengan kedudukan tinggi yang ingin dia hancur. Hanya saja, dia belum bisa memastikan orangnya. Tapi dia yakin, tak lama lagi semua tabir akan terbuka untuknya. Bruno menyeringai. "Beliau hanya meminta aku untuk mengendalikan kamu yang mirip kuda liar! Maka dari itu, Jek. Kusarankan kamu lekas menyerah dan kalian akan tetap bisa bertahan. Patuhlah!"Seraya menyerukan kata terakhir, Bruno mengirimkan pukulan tenaga dalam dari jarak 15 meter ke Jek Jon di depannya. "Apakah kepalamu terbentur meja saat kamu m
"Oh, rupanya kau juga mampu menggunakan kekuatan semacam itu, he he!" Keluar seringaian dari Jek Jon. Bukannya gentar, dia justru terpacu untuk lekas menerjang ke Bruno. "Kemari kau, Jek Jon sampah!" teriak Bruno. Malam itu, di sebuah kedalaman wilayah yang jauh dari pemukiman penduduk di Pulau Gaharu, suasana tegang telah tercipta sejak awal. Jek Jon mengumpulkan tenaga murni, aliran chakra segera membanjiri tubuhnya, pergi ke titik-titik chakra untuk memaksimalkan potensi di setiap lini tubuhnya. "Hmph!" Jek Jon mendengus keras seraya meledakkan auranya sehingga debu di sekelilingnya mulai beterbangan. Setelahnya, dia melesat ke Bruno yang telah menanti dengan mata nyalang melotot. "Ayo! Kita tak perlu banyak basa-basi!" seru Bruno tanpa mengendurkan auranya sendiri. Jay yang sedang dalam mode Jek Jon si Raja Bengis, lekas menebaskan tangannya yang membentuk cakar. Angin energi keluar dari sana dan siap mencabik Bruno. "Apa itu basa-basi? Justru kamu yang te
“Dia adalah Jay, Pa.” Zafia menjawab Tistan.Zafia tidak ingin secara gamblang mengungkap mengenai jati diri suaminya.Tapi, Tristan tidak puas dan masih bertanya, “Iya, dia adalah Jay. Tapi apakah dia juga punya identitas lain sebagai Jek Jon?”Sembari memunculkan senyumannya, Zafia menyahut, “Dia Jay, Pa. Jay Mahawira.”Usai mengucapkan kalimat itu, tampaknya tak hanya Tristan yang gemas. Yoana pun demikian.“Fia, jawab yang benar!” Yoana kehilangan kesabaran.Yoana merasa putrinya sedang menutupi sesuatu dan hal tersebut berbahaya dan menakutkan.Bagaimana mungkin sesuatu yang berkaitan dengan organisasi mafia terbesar di Astronesia tidak menakutkan?“Dia suamiku, Ma, Pa. Dia Jay Mahawira. Tentunya jawaban ini sudah lebih dari cukup, kan?” Masih dengan ketenangan yang sama, Zafia menanggapi kedua orang tuanya.Tristan menghela napas, tak tau lagi bagaimana cara berpikir Zafia. Membela suaminya sedemikian kuat di depan orang tuanya sendiri ketika sang suami terindikasi memiliki kait