Siang itu di penjara Albis—tempat para narapidana kelas kakap dan penjahat berbahaya ditempatkan, seorang pria berada di Ruang Pembebasan setelah selesai melakukan pemeriksaan medis di Ruang Kesehatan.
“Apakah ini sudah semuanya?” Suara bariton keluar dari narapidana yang hari itu dibebaskan, lebih cepat dari tuntutan 5 tahun yang seharusnya, dikarenakan berkelakuan baik dan mendapatkan remisi.
Dia merupakan sosok pria setinggi 187 cm yang bertubuh atletis meski tidak memiliki massa otot berlebihan. Wajahnya memiliki gurat ketampanan maskulin dengan kulit warna cokelat terang. Rambut lurus sepanjang tengkuknya tertata asal-asalan. Mata tajamnya selaras dengan aura wibawa dan juga berbahaya yang menguar darinya.
“Sudah, Jay.” Sipir penjara menjawab.
Kemudian, Jay melangkah keluar setelah berganti pakaian ke baju kasual dan pergi dengan perahu motor yang akan membawanya keluar pulau.
Penjara Albis terletak di Pulau Kaswatu, pulau khusus di Negara Astronesia untuk bangunan penjara terbesar dan paling ditakuti banyak narapidana. Selain sebagai sarang penjahat besar dan berbahaya, juga sipirnya dikenal yang paling kejam.
Perahu motor melaju ke destinasi yang diinginkan hingga akhirnya bertemu dengan perahu motor lebih besar yang sudah menunggu di tengah selat. Dengan kedua tangan ada di belakang punggung, dia melompat menggunakan ilmu kanuragannya. Jay berpindah ke perahu motor besar tersebut tanpa banyak upaya. Gerakannya elegan namun gagah.
“Selamat atas pembebasannya, Bos Jek Jon!” seru salah satu orang di perahu motor besar itu sambil membungkuk, diikuti belasan anak buah lainnya.
Jay mengangguk santai dan masuk ke ruang duduk. Segera saja perahu itu melaju ke Pulau Cendana, pulau terbesar di Astronesia.
Dia adalah orang yang dipanggil Bos Jek Jon, sosok yang ditakuti sekaligus disegani banyak kaum old money dan petinggi di Astronesia. Nama aslinya Jay Mahawira. Saat ini usianya 32 tahun.
“Bos, kami sudah menyiapkan pakaian yang lebih patut untuk Anda!” Si anak buah maju sambil menyodorkan baki dengan setelan jas mahal di atasnya.
Sedangkan anak buah lainnya menyodorkan baki berisi sepatu mahal yang sudah disemir sampai mengkilat hingga Jay bisa melihat pantulan wajahnya di sana.
“Tak perlu. Pakaian ini saja sudah cukup.” Jay menaikkan tangan, memberi gestur penolakan.
Kemudian pemuda yang sepertinya paling berkuasa atas mereka, menyodorkan sekotak cerutu. Kali ini Jay tidak menolak dan mengambil 1 batang. Tak berapa lama, asap cerutu sudah dihembuskan dari mulutnya sambil dia duduk santai tanpa menghilangkan sikap jumawanya.
“Kita ke markas dulu?” tanya Jay pada salah satu orang kepercayaannya.
“Benar, Bos!” Pemuda itu menjawab sambil mengangguk hormat. Sangat kentara rasa hormatnya pada Jay.
Maka, usai perahu mendarat di dermaga, Jay bersama semua anak buahnya berjalan ke mobil mahal yang sudah menanti. Tak lama, mobil yang membawa Jay sudah melaju di jalanan Kota Jatayu.
Kota Jatayu merupakan kota metropolitan dan ibu kota Astronesia. Markas yang disebut Jay berada di sana, di tempat yang tak mudah dijangkau.
Mobil pun tiba di kawasan perbukitan dekat kota. Di sana merupakan daerah tersembunyi yang cukup jauh dari pusat kota. Lahan seluas 3 hektar berdiri kokoh bagaikan benteng modern. Tak sembarangan orang bisa melintas begitu saja di dekatnya karena itu merupakan properti pribadi atas nama Jay.
“Silakan, Bos!” Si pemuda membukakan pintu.
Jay keluar dan semua anak buah yang berjumlah lima ratusan sudah berbaris rapi membentuk lorong panjang dari gerbang depan hingga pintu depan bangunan utama, sebuah mansion megah.
Menggunakan golf car, Jay melaju pelan menuju rumahnya. Di kanan dan kirinya, semua anak buah berpakaian setelan jas hitam membungkuk untuknya.
Setelah Jay masuk ke bangunan utama, ada anak buah yang baru bergabung beberapa bulan ini melongok meski sosok Jay yang sudah menghilang.
“Jadi itu Bos Jek Jon?” tanya si anak baru. “Rupanya dia yang disebut Raja Bengis Jek Jon. Auranya luar biasa!”
Wajahnya menyiratkan kekaguman pada Jay.
Plak! Seniornya menampar belakang kepalanya sampai dia meringis.
“Jangan sembarangan menoleh ke Bos! Kalau dia lagi nggak senang hati, bisa-bisa kepalamu langsung menggelinding, lepas dari badanmu!” Rekannya menakuti.
Si anak baru tidak menyembunyikan rasa takut mendengar ancaman itu.
“Nggak berani! Aku akan bersikap sangat hormat kalau ada di dekatnya!” janji si anak baru sambil menggerak-gerakkan kedua tangan sebagai gestur penyangkalan.
Rekannya yang lebih senior tersenyum sombong karena berhasil menakuti si anak baru.
“Kakak, benarkah Bos Jek Jon bisa menguasai berbagai ilmu bela diri?” tanya si anak baru.
“Tentu saja!” jawab seniornya. “Selain bela diri, Bos juga hebat dalam ilmu kanuragan. Jangan salah, dia juga piawai di ilmu medis tradisional. Dan apa kau tau yang paling hebat sekaligus mengerikan dari Bos?”
Si anak baru hanya melongo sembari menggelengkan kepala. Hal hebat apalagi yang melebihi ketiga hal yang telah disebutkan tadi?
“Bos sangat hebat dalam ilmu kamuflase!” Seniornya memberikan suara bombastis untuk menekankan apa yang sedang dia bicarakan.
Kekaguman semakin kentara di wajah si anak baru. Rasanya dia semakin bangga bisa bergabung ke organisasi PhantomClaw yang dipimpin oleh Jay. Tak mudah menjadi anggota organisasi tersebut.
“Sebenarnya Bos Jek Jon dulunya anak buah seperti kita ini,” sahut senior lainnya. “Karena kemampuan hebat dia disukai pemimpin terdahulu semenjak mereka bertemu di penjara, makanya dia diangkat jadi Bos yang sekarang setelah Bos terdahulu tewas dibunuh rivalnya.”
“Ah, aku masih merinding jika ingat itu.” Anak buah lainnya mendekat setelah mereka bisa bersantai. “Aku melihat sendiri bagaimana Bos Jek Jon mengamuk dan menewaskan puluhan anggota Dark Viper seorang diri. Dia dengan keji mencincang hidup-hidup tubuh pemimpinnya sebagai balas dendam untuk Bos terdahulu!”
“Bocah, kau harus tau, betapa hebatnya Bos kita saat beraksi. Dia bisa membunuh lawan dalam hitungan detik, bahkan matamu tak bisa mengikuti kecepatan tangannya.”
“Dan Bos Jek Jon juga satu-satunya orang di sini yang paling cepat menuntaskan banyak misi dari Bos lama.”
Cerita mengenai kehebatan Jay sebagai pemimpin muda di PhantomClaw secara bergiliran diceritakan anggota senior ke anak baru, membuatnya semakin kagum dan menghormati Jay.
Sementara di dalam rumah besar itu, Jay baru saja menyesap teh jahe hangat yang disiapkan pelayan. Di sebelahnya ada pria tua yang seluruh rambutnya sudah memutih, tapi tubuhnya masih terlihat bugar.
“Ini hadiah dari Halim Group.”
Pria tua itu menaruh map berisi akta tanah seluas 1 hektar.
“Lalu ini dari Shangrila Group. Vila utama perumahan paling elit di Pulau Kesturi untukmu.”
Pria tua menaruh sebuah kunci di meja, bersebelahan dengan map tadi.
“Dan ini … hadiah dari Terra Automotive. Kau mendapatkan 100 supercar mereka.”
Pria tua menaruh kotak kayu berisi kunci-kunci dengan lambang supercar ternama. Jay melirik semua yang ada di atas meja sambil menyesap pelan tehnya.
“Ini … ada beberapa pemilik korporasi raksasa yang menghadiahimu saham cukup besar di perusahaan mereka.”
Pak tua meletakkan beberapa map sekaligus di meja kaca.
“Ah, dan ada juga ini.” Pria tua itu berbalik sebentar ke rak kaca di belakangnya dan mengambil patung giok murni berbentuk kuda gagah dengan pahatan rumit dan tentunya harganya susah dijangkau orang kaya biasa. “Ini hadiah dari pemilik Diamond Vogue Company.”
Jay melirik ke semua hadiah untuknya.
“Pak Atin, apakah mereka memberikan ini semua karena tau aku keluar dari penjara?” tanyanya ke pria tua.
Atin menggeleng sebelum berkata, “Mereka hanya diberitahu bahwa kau sedang berulang tahun.”
Jay manggut-manggut puas.
“Mereka nggak tau wajah asliku, kan?” Jay memastikan. “Hanya kalian yang tau. Benar?”
Sekali lagi Atin mengangguk, melegakan hati Jay.
“Selama ini setiap kamu melakukan misi atau beraksi di luar, selalu berkamuflase, alhasil mereka nggak ada yang tau wajah aslimu. Mereka hanya tau bahwa kamu, Raja Bengis Jek Jon sangat berbahaya dan nggak boleh dijadikan musuh. Banyak orang terkaya di Astronesia dan juga pejabat level 1 negara ini segan pada figur Jek Jonmu.” Atin menjabarkan.
Dari sana sudah jelas bahwa ada banyak pengusaha besar dan petinggi Astronesia berusaha menjilat Jek Jon si Raja Bengis pemimpin baru PhantomClaw, organisasi gelap yang kuat dan tak boleh disinggung atau mereka bisa tamat di tangan Jay.
“Bagus! Aku memang ingin tetap begitu. Nanti sore aku ingin kembali ke rumah mertuaku,” putus Jay. “Jangan ada yang mengawal.”
Pada sore harinya, menggunakan motor listrik disertai penampilan setelan kaos dan jins biasa, Jay pergi ke rumah mertuanya di kompleks perumahan elit. Dia ingin memberi kejutan pada mereka karena dia keluar penjara lebih cepat dari yang seharusnya.
Tapi alangkah kagetnya ketika dia melihat rumah itu sudah berganti pemilik.
“Oh, kamu nyari keluarga Sagara? Mereka udah bangkrut! Katanya sih sekarang tinggal di perumahan belakang sini,” ucap satpam penjaga rumah tersebut.
Perumahan belakang? Seingat Jay, itu merupakan kompleks perumahan kecil yang mirip perkampungan. Jay bergegas melajukan motor listriknya ke perumahan yang dimaksud. Hanya perlu menyebut nama keluarga Sagara saja, banyak warga di sana yang langsung menunjukkan lokasi rumah yang dimaksud.
Ketika Jay tiba di depan rumah petak tipe 36 yang terlihat sangat biasa, dia berjumpa dengan ayah mertuanya yang sedang bersantai minum kopi di teras sembari menatap layar ponselnya. “Papa?”
Pria paruh baya di depannya langsung menyemburkan kopinya akibat terlalu terkejut akan kemunculan Jay yang tak terduga. Dia berteriak memanggil istrinya.
Tak lama, muncul perempuan dengan dandanan ala kadarnya dan memakai daster lusuh. Matanya melotot saat melihat Jay dan berseru, “Mau apa kamu datang ke sini? Dasar menantu sampah!”
Jay menghela napas. Seharusnya dia sudah menduga akan seperti ini reaksi dari mertuanya. “Ma, aku bebas lebih cepat dari pen—““Ah, udah! Nggak usah banyak bacot nggak guna! Mendingan kamu pergi aja daripada aku mual setiap melihat wajahmu! Dasar pembawa sial!” maki Bonita ke Jay.Jay masih bersabar karena memandang Bonita adalah ibu mertuanya. Dia cepat memahami kenapa Bonita memotong ucapannya, karena tak ingin tetangga sekitar mengetahui dia sebagai mantan narapidana.“Ma, mana Vanya?” Jay menanyakan istrinya.Bukannya langsung menjawab, Bonita justru melotot lebih galak dan kedua tangan berada di pinggang.“Masih punya muka menanyakan putri berhargaku? Dia susah payah bekerja jadi karyawan biasa di perusahaan orang lain gara-gara punya suami nggak becus sepertimu!” omel Bonita.Jay merenung sejenak. Dia menyesal karena terlalu sibuk melakukan banyak misi untuk PhantomClaw sampai mengabaikan istrinya yang kini sepertinya menderita. Mau bagaimana lagi?Dia bertemu dengan Hagar—pemim
“Vanya, hei!” seru Jay dengan emosi yang berusaha dia tahan sekuat mungkin.Tidak pernah terkira dalam imaji liarnya sekalipun bahwa istrinya—Vanya, merupakan si wanita dalam aktivitas ‘mobil goyang’ yang bagi Jay sangat memalukan jika menilik dari mewahnya mobil tersebut.Menarik napas panjang, Jay mengetuk kaca jendela agar Vanya yang saat itu sedang bergerak aktif di atas tubuh seorang pria seumuran ayahnya, mau berhenti. “Vanya! Vanya!”Namun, bukannya Vanya terlihat malu karena terpergok olehnya dalam situasi yang sangat memalukan, wanita itu justru menurunkan setengah dari kaca jendela tanpa sungkan. Padahal penampilannya sudah kacau meski tidak telanjang bulat.“Apa sih, Jay?!” bentak Vanya tanpa takut, justru matanya mendelik karena kesenangannya diganggu.Ketika pria di bawah Vanya hendak berpindah posisi, Vanya justru mencegah.“Kenapa kamu di sini dan … dan melakukan hal gini?” Jay sampai tak sanggup mengucapkan hal apa yang sedang dilakukan istrinya.Hati Jay terluka begit
“Pak Atin, kumpulkan informasi rahasia mengenai para elit di Kota Jatayu.” Jay mengucapkannya di suatu pagi.Atin yang menjadi penasihatnya sedikit terkejut.“Apakah ada yang ingin kamu hancurkan, Jek?”Atin bukannya meragukan kemampuan Jay, hanya ingin memastikan tekad pria itu saja.“Ya, beberapa.” Suara Jay terdengar santai.Sesekali dia akan menyeruput kopi hitamnya yang pahit sembari asap membelai ujung hidungnya.“Apakah ini berkaitan dengan perceraianmu dengan putri keluarga Sagara?” tanya Atin, langsung ke sasaran.Sebagai orang yang melatih ilmu medis tradisional dan ilmu kanuragan ke Jay sejak pemuda itu direkrut PhantomClaw, Atin leluasa bicara seperti ayah ke anaknya. Dan Jay tidak keberatan.“Sebagiannya begitu. Dan sebagian lainnya karena rencanaku berikutnya.” Jay melirik Atin. “Aku mengandalkanmu, Pak!”Atin mengangguk dan keluar dari ruang pribadi Jay.Esoknya, Atin menemui Jay bersama empat panglima organisasinya.“Aku ingin kalian memilih anak buah kalian yang pandai
Mendengar teriakan seorang wanita, secara otomatis Jay berlari ke sumber suara.“Hei!” Jay meneriaki sekumpulan preman berjumlah mencapai 11 orang.Mereka semua menoleh ke Jay yang ada di ujung gang.“Bung, jangan ikut campur!” Salah satu preman bertubuh besar berujar ke Jay.Seorang wanita muda berpakaian setelan blazer merah dan celana panjang hitam sederhana namun elegan sedang dikepung 11 preman. Meski begitu, sikapnya masih terlihat tenang dan ini cukup menggelitik benak Jay.Dia tadi melihat wanita itu dengan cekatan menghindari serangan para preman, menunjukkan kemampuan bela diri. Namun, jumlah preman yang terlalu banyak mulai memojokkannya.“Kalian nggak malu keroyokan mengganggu satu wanita kayak gitu?” Jay terus mendekat.“Mau jadi pahlawan, Bro?” teriak preman lainnya dengan tatapan sengit ke Jay.Tanpa pikir panjang, Jay melemparkan karungnya ke samping dan bergegas ke kerumunan itu. Satu tendangan lompatannya mengakibatkan seorang preman terpental dengan cepat, sehingga
“Supreme NeoTech. Gimana menurut Bapak? Namanya keren, kan? Dan terdengar gahar.”Jay memulaskan senyuman pada wajah tampannya yang dingin.Atin mengangguk-angguk sembari tersenyum setuju. “Aku percaya apa pun yang menjadi pemikiranmu. Hanya saja, tetaplah waspada dan berhati-hati atas semua ancaman dari berbagai arah. Kau mewarisi organisasi besar yang punya banyak rival. Mereka tentu berlomba ingin menjatuhkanmu.”Bagaikan seorang ayah, Atin menasehati Jay.“Iya, Pak. Aku tau. Itulah kenapa, aku berusaha nggak menampakkan wajah asliku di depan orang yang bukan anggota kita. Salah satunya untuk menghindari yang Pak Atin cemaskan tadi.”Jay menarik napas panjang, merasa lega sudah menyampaikan salah satu langkah awalnya untuk menapaki jalan ke puncak rantai makanan.“Lalu, apa aja yang kamu butuhkan untuk perusahaanmu, Jek?” tanya Atin.Sebagai guru dan penasihat Jay, dia juga tak sabar ingin mengetahui apa saja langkah-langkah cerdas murid binaannya.“Aku ingin merekrut ilmuwan dan t
“Gimana, Pak? Apakah menurutmu impianku terlalu muluk? Terlalu mengada-ngada?” Jay hanya sekedar bertanya untuk formalitas saja.Andaikan Atin mengatakan dia memang terlalu muluk-muluk, dia tetap akan menjalankan rencananya. Tak ada yang bisa menghentikan dia apabila dia sudah seyakin ini dengan berbagai rencananya.Atin menepuk pundak Jay. "Nggak muluk, Jek. Cuma aku cuma ingin memberimu pesan dan nasehat yang mungkin sering kamu dengar sampai bosan, aku tak peduli. Yaitu … hati-hati dalam segala langkahmu, Jek. Jangan sampai kekuasaan membutakanmu. Ingat selalu tujuan awal kita."Menatap mata teduh menenangkan Atin, Jek merasakan kedamaian. Apakah ini rasanya punya ayah yang bijak?Jay mengangguk. "Tentu, Pak. Aku nggak akan pernah lupa. Semua ini demi Astronesia yang lebih baik dan demi ambisiku sendiri, ha ha ha!"Dia mengucapkannya secara jujur karena yang di depannya adalah Atin, sosok yang sudah mengenalnya luar dalam dengan jelas."Baiklah," ujar Atin. "Aku percaya padamu, Jek
Bima, sang ahli robotika, langsung terpesona. "Dengan fasilitas seperti ini, aku yakin kita bisa menciptakan robot yang bahkan belum pernah dibayangkan sebelumnya!"Sementara itu, Jay juga mulai menjalankan rencananya untuk menjalin kerjasama dengan universitas-universitas top di Astronesia. Dia mengadakan pertemuan dengan para rektor dan dekan fakultas teknik."Supreme NeoTech ingin menjadi jembatan antara dunia akademis dan industri," Jay memaparkan visinya. "Kami siap mendanai penelitian-penelitian breakthrough dan menyediakan magang bagi mahasiswa terbaik kalian."Tawaran ini disambut antusias oleh pihak universitas. Mereka melihat ini sebagai kesempatan emas untuk mendorong inovasi dan memberikan pengalaman nyata bagi mahasiswa mereka.“Ini hal yang sangat bagus, Pak Jay! Kami sangat mendukung program Anda!” Salah satu rektor memuji.Namun, di balik semua gebrakan ini, Jay tetap waspada. Dia tahu bahwa langkah-langkah agresif Supreme NeoTech pasti akan menarik perhatian, baik dar
Proyek Arcapada adalah sistem AI terintegrasi yang mampu mengendalikan berbagai aspek infrastruktur kota, dari manajemen lalu lintas hingga distribusi energi. Dengan Arcapada, sebuah kota bisa dioperasikan dengan efisiensi maksimal."Tapi Pak, Arcapada belum sepenuhnya siap," protes Runa. "Masih ada beberapa bug yang perlu diperbaiki."Dia tidak menutupinya dari Jay."Kalian punya waktu dua minggu untuk menyempurnakannya," tegas Jay. "Kita akan melakukan uji coba di salah satu distrik Jatayu."Sementara tim teknisinya bekerja lembur menyempurnakan Arcapada, Jay mulai melobi pemerintah kota Jatayu untuk mendapatkan izin uji coba. Dengan bantuan koneksinya di pemerintahan, izin tersebut berhasil didapatkan dalam waktu singkat.Di sisi lain, Viktor Raditya dari TechNova tidak tinggal diam. Dia mulai menyebarkan rumor negatif tentang Supreme NeoTech melalui media yang bisa dipengaruhinya."Supreme NeoTech adalah ancaman bagi privasi warga," tulis salah satu artikel yang disponsori TechNov