“Supreme NeoTech. Gimana menurut Bapak? Namanya keren, kan? Dan terdengar gahar.”
Jay memulaskan senyuman pada wajah tampannya yang dingin.
Atin mengangguk-angguk sembari tersenyum setuju. “Aku percaya apa pun yang menjadi pemikiranmu. Hanya saja, tetaplah waspada dan berhati-hati atas semua ancaman dari berbagai arah. Kau mewarisi organisasi besar yang punya banyak rival. Mereka tentu berlomba ingin menjatuhkanmu.”
Bagaikan seorang ayah, Atin menasehati Jay.
“Iya, Pak. Aku tau. Itulah kenapa, aku berusaha nggak menampakkan wajah asliku di depan orang yang bukan anggota kita. Salah satunya untuk menghindari yang Pak Atin cemaskan tadi.”
Jay menarik napas panjang, merasa lega sudah menyampaikan salah satu langkah awalnya untuk menapaki jalan ke puncak rantai makanan.
“Lalu, apa aja yang kamu butuhkan untuk perusahaanmu, Jek?” tanya Atin.
Sebagai guru dan penasihat Jay, dia juga tak sabar ingin mengetahui apa saja langkah-langkah cerdas murid binaannya.
“Aku ingin merekrut ilmuwan dan teknisi muda berbakat dari seluruh Astronesia. Kurasa udah saatnya yang muda yang unjuk gigi. Daripada mereka diambil negara lain, bukankah itu sebuah kerugian besar?”
Dengan mantap, Jay mengucapkan itu.
"Kamu benar, Jek. Memang udah seharusnya anak bangsa berkarya di negaranya sendiri dan membangun negeri agar tidak tertinggal dari negara lain."
Atin manggut-manggut setuju.
“Tentunya aku nggak kekurangan uang sama sekali, tapi kekurangan SDM yang layak untuk perusahaanku. Maka, sekarang saatnya berburu SDM kelas atas!”
Atin tersenyum bangga mendengar pemikiran Jay. Dia bisa melihat ambisi dan kecerdasan terpancar dari mata anak didiknya itu.
"Bagus, Jek. Tapi ingat, merekrut orang-orang terbaik bukan hanya soal uang. Mereka butuh visi yang bisa mereka ikuti. Apa visimu untuk Supreme NeoTech?"
Jay terdiam sejenak, matanya menerawang jauh.
"Visiku sederhana, Pak. Aku ingin membuat Astronesia menjadi kiblat teknologi dunia. Kita punya potensi besar, tapi selama ini selalu jadi konsumen teknologi negara lain. Saatnya kita yang menciptakan terobosan-terobosan baru."
Jay seakan sedang menuangkan impian dia sendiri mengenai negara yang menurutnya ideal di mata dia.
Atin mengangguk puas. "Visi yang bagus. Tapi gimana cara mewujudkannya?"
Mata Jay berkilat ke Atin, dia seakan sedang diuji oleh mentornya, dan dia tak keberatan akan itu.
"Pertama, kita akan fokus pada riset dan pengembangan. Aku akan membangun laboratorium canggih yang akan menjadi impian setiap ilmuwan. Kedua, kita akan membuat program beasiswa dan pelatihan intensif untuk menjaring talenta-talenta muda. Ketiga, kita akan menjalin kerjasama dengan universitas-universitas top di Astronesia." Jay berhenti sejenak usai berkata cukup panjang.
Mendengar ucapan Jay, Atin tersenyum puas akan apa yang sudah dirancang Jay dengan cermat. Di matanya, Jay bisa diandalkan untuk memikirkan strategi.
Jay berhenti sejenak, menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Dan yang paling penting, Pak, kita akan menciptakan kultur kerja yang mendorong inovasi. Nggak ada ide yang terlalu gila untuk dicoba. Benar?"
Kedua alis Jay terangkat singkat sembari dia tersenyum, bangga akan rencananya sendiri.
Atin mengangguk-angguk, terkesan dengan pemikiran matang Jay. "Lalu, bidang teknologi apa yang akan jadi fokus utama Supreme NeoTech?"
Jay menghirup udara terlebih dahulu banyak-banyak sebelum mulutnya membuka untuk menjawab Atin.
"Seperti yang udah aku katakan tadi, akan fokus di kecerdasan buatan, robotika, green technology, dan ... nanoteknologi juga boleh! Aku tertantang mengenai itu." jawab Jay tanpa ragu. "Empat bidang ini akan menjadi kunci revolusi teknologi di masa depan. Kita harus jadi pionir, bukan pengikut."
Atin tertawa sambil bertepuk tangan. Itu bukanlah tawa ejekan melainkan sebaliknya.
"Ambisius sekali," komentar Atin. "Tapi aku suka. Lalu, gimana dengan aspek legalnya? Kau tau kan, banyak regulasi yang harus dihadapi?"
Jay sudah bisa menebak pasti itu yang akan ditanyakan Atin sebagai ujian baginya.
Maka, dia tersenyum misterius sebelum menjawab, "Tenang, Pak. Aku udah punya rencana untuk itu. Ada beberapa orang di pemerintahan yang bisa kita ... 'ajak kerjasama'. Mereka akan memastikan jalannya mulus untuk Supreme NeoTech."
Semua langkah sudah diperhitungkan oleh Jay. Itulah kenapa dia memerintahkan anak buahnya untuk mengumpulkan berbagai data mengenai dosa-dosa para elit dan pengusaha besar di Jatayu.
Atin mengangkat alisnya. "Hati-hati, Jek. Jangan sampai terlalu mencolok. Ingat, kamu punya identitas ganda yang harus dijaga."
Jay mengangguk. Dia sangat paham mengenai itu dan selalu menjaganya tetap seimbang dan selaras.
"Aku paham, Pak. Itulah gunanya penyamaranku sebagai tukang sapu. Nggak ada yang akan mencurigai tukang sapu jalanan sebagai otak di balik perusahaan teknologi terbesar di Astronesia, bukan?"
Atin tertawa kecil. "Kau memang cerdik, Jek. Tapi jangan lupa, semakin tinggi pohon, semakin kencang angin yang menerpanya. Persiapkan dirimu menghadapi badai."
Jay mengangguk serius. "Aku siap, Pak. PhantomClaw udah menempaku selama beberapa tahun ini. Meski singkat, aku banyak mendapatkan pelajaran berharga. Nggak ada badai yang nggak bisa aku hadapi."
Ucapan Jay mungkin terdengar terlalu arogan, tapi Atin memiliki keyakinan murid didiknya memang bisa mencapai itu.
"Bagus. Lalu, gimana dengan keamanan? Supreme NeoTech pasti akan jadi incaran banyak pihak."
Sekali lagi, Atin memberikan pengujian melalui pertanyaannya yang mendetail agar dia tahu seberapa siap Jay.
"Aku udah menyiapkan tim keamanan khusus. Mereka bukan hanya ahli dalam pertahanan fisik, tapi juga cyber security. Selain itu, aku juga akan memasang sistem keamanan berlapis yang kurancang sendiri."
Bagaimana Atin tak percaya dengan kemampuan Jay, jika hal semacam keamanan saja sudah diperhitungkan matang oleh Jay.
Atin tampak puas dengan jawaban Jay. "Kamu udah memikirkan semuanya dengan matang, Jek. Aku bangga padamu."
Jay tersenyum, ada kilatan ambisi di matanya. "Ini baru permulaan, Pak. Supreme NeoTech akan menjadi kendaraan sempurna untuk mencapai tujuan akhir kita."
"Oh, apa itu?" tanya Atin, meski dia sudah bisa menebak jawabannya.
"Menguasai Astronesia. Bukan hanya dunia bawah tanahnya, tapi juga ekonomi dan politiknya. Dengan teknologi di tangan kita, nggak ada yang nggak mungkin."
“Gimana, Pak? Apakah menurutmu impianku terlalu muluk? Terlalu mengada-ngada?” Jay hanya sekedar bertanya untuk formalitas saja.Andaikan Atin mengatakan dia memang terlalu muluk-muluk, dia tetap akan menjalankan rencananya. Tak ada yang bisa menghentikan dia apabila dia sudah seyakin ini dengan berbagai rencananya.Atin menepuk pundak Jay. "Nggak muluk, Jek. Cuma aku cuma ingin memberimu pesan dan nasehat yang mungkin sering kamu dengar sampai bosan, aku tak peduli. Yaitu … hati-hati dalam segala langkahmu, Jek. Jangan sampai kekuasaan membutakanmu. Ingat selalu tujuan awal kita."Menatap mata teduh menenangkan Atin, Jek merasakan kedamaian. Apakah ini rasanya punya ayah yang bijak?Jay mengangguk. "Tentu, Pak. Aku nggak akan pernah lupa. Semua ini demi Astronesia yang lebih baik dan demi ambisiku sendiri, ha ha ha!"Dia mengucapkannya secara jujur karena yang di depannya adalah Atin, sosok yang sudah mengenalnya luar dalam dengan jelas."Baiklah," ujar Atin. "Aku percaya padamu, Jek
Bima, sang ahli robotika, langsung terpesona. "Dengan fasilitas seperti ini, aku yakin kita bisa menciptakan robot yang bahkan belum pernah dibayangkan sebelumnya!"Sementara itu, Jay juga mulai menjalankan rencananya untuk menjalin kerjasama dengan universitas-universitas top di Astronesia. Dia mengadakan pertemuan dengan para rektor dan dekan fakultas teknik."Supreme NeoTech ingin menjadi jembatan antara dunia akademis dan industri," Jay memaparkan visinya. "Kami siap mendanai penelitian-penelitian breakthrough dan menyediakan magang bagi mahasiswa terbaik kalian."Tawaran ini disambut antusias oleh pihak universitas. Mereka melihat ini sebagai kesempatan emas untuk mendorong inovasi dan memberikan pengalaman nyata bagi mahasiswa mereka.“Ini hal yang sangat bagus, Pak Jay! Kami sangat mendukung program Anda!” Salah satu rektor memuji.Namun, di balik semua gebrakan ini, Jay tetap waspada. Dia tahu bahwa langkah-langkah agresif Supreme NeoTech pasti akan menarik perhatian, baik dar
Proyek Arcapada adalah sistem AI terintegrasi yang mampu mengendalikan berbagai aspek infrastruktur kota, dari manajemen lalu lintas hingga distribusi energi. Dengan Arcapada, sebuah kota bisa dioperasikan dengan efisiensi maksimal."Tapi Pak, Arcapada belum sepenuhnya siap," protes Runa. "Masih ada beberapa bug yang perlu diperbaiki."Dia tidak menutupinya dari Jay."Kalian punya waktu dua minggu untuk menyempurnakannya," tegas Jay. "Kita akan melakukan uji coba di salah satu distrik Jatayu."Sementara tim teknisinya bekerja lembur menyempurnakan Arcapada, Jay mulai melobi pemerintah kota Jatayu untuk mendapatkan izin uji coba. Dengan bantuan koneksinya di pemerintahan, izin tersebut berhasil didapatkan dalam waktu singkat.Di sisi lain, Viktor Raditya dari TechNova tidak tinggal diam. Dia mulai menyebarkan rumor negatif tentang Supreme NeoTech melalui media yang bisa dipengaruhinya."Supreme NeoTech adalah ancaman bagi privasi warga," tulis salah satu artikel yang disponsori TechNov
Jay tahu ini kesempatan emas. Dia bisa mendapatkan informasi langsung dari musuhnya. "Ba-baik, Pak. Tapi saya harus menyelesaikan pekerjaan saya dulu.""Oh, jangan khawatir soal itu. Aku akan bicara sama atasanmu," ujar Viktor, mengeluarkan ponselnya.Sementara Viktor sibuk menelepon, Jay diam-diam mengaktifkan perekam suara di earpiece-nya.Mereka kemudian berjalan ke sebuah kafe terdekat. Viktor memesan kopi mahal, sementara Jay hanya meminta air putih, mempertahankan peran bersahajanya."Jadi, gimana pendapatmu tentang perubahan yang terjadi di kota ini?" tanya Viktor.Dia langsung ke pokok pembicaraan, tanpa basa-basi.Jay pura-pura bingung. "Maksud Bapak?"Dia langsung waspada atas pertanyaan mendadak semacam itu. Apakah Viktor mengetahui penyamarannya?"Yah, apa kamu tau perusahaan Supreme NeoTech yang bikin Arcapada? Apa kamu nggak merasa itu ... berbahaya?"Sambil meneliti roman wajah Viktor, akhirnya Jay menarik kesimpulan bahwa Viktor benar-benar bertanya dan bukannya menget
Jay menggunakan tubuh pria yang roboh sebagai perisai, kemudian melemparkannya ke arah si penembak. Kedua pria itu bertabrakan, jatuh berguling di lantai.Dengan cepat, dia menghubungi Erlangga melalui earpiece-nya. "Kirim bantuan."Malam yang seharusnya menjadi persiapan terakhir sebelum peluncuran Arcapada, kini berubah menjadi pertarungan hidup dan mati. Jay tahu, dia harus bertahan dan keluar hidup-hidup dari situasi ini. Bukan hanya demi Supreme NeoTech dan PhantomClaw, tapi juga demi masa depan Astronesia yang dia impikan.“Tiga lawan jatuh, tersisa empat lagi.” Jay bisa merasakan energi murni mengalir deras dalam tubuhnya. Dia mulai mengaktifkan ilmu kanuragan yang dia kuasai.Tiba-tiba, Jay menghilang dari pandangan. Para penyerang kebingungan."Ke mana dia?" Salah satu dari mereka bertanya panik.Jawaban datang dalam bentuk tendangan keras yang menghantam rusuk salah satu pria, membuatnya terpental beberapa meter. Jay muncul seolah dari udara kosong, berkat ilmu meringankan t
"Tapi ini hanya membuktikan betapa revolusionernya proyek ini. Kami di Supreme NeoTech tidak akan mundur hanya karena ancaman," tegas Jay. Sorot matanya tajam menatap kamera-kamera wartawan yang menyorot padanya, seakan sedang memberikan determinasi ke siapa pun yang menontonnya.Di tempatnya, Viktor menghela napas lega karena Jay tidak mengatakan apa-apa mengenai siapa pelaku."Sepertinya dia nggak tau." Dengan itu, Viktor terkekeh, merasa menang.Setelah konferensi pers berakhir, Jay segera kembali ke markas untuk memulai implementasi Arcapada.“Aku harap lorong bawah tanah ini aman dari mana pun dan nggak ditemukan siapa pun kecuali kita.” Jay berkata sambil menyusuri jalanan yang dia bangun di bawah gedung Supreme NeoTech menggunakan golf car.Dengan adanya terowongan rahasia di bawah tanah, Jay selalu punya jalan pintas tersendiri. Uang memang bisa melakukan berbagai macam hal.“Anda begitu genius, Bos! Memban
"Aku Fia," Sang Ratu Kota Jatayu memperkenalkan diri, mengulurkan tangannya.Dia menggunakan nama panggilan, bukan nama aslinya: Zafia.Jay menyambut uluran tangan itu, merasakan kelembutan kulitnya. "Jay. Tapi kurasa kamu udah tau itu."Zafia mengangguk. "Sulit untuk nggak mengenal orang yang wajahnya ada di mana-mana akhir-akhir ini."Mereka mulai mengobrol, pembicaraan mengalir dengan mudah. Jay menemukan dirinya terpesona. Zafia bukan hanya cantik, tapi juga cerdas dan memiliki selera humor yang tajam."Jadi, gimana rasanya mengubah seluruh kota dengan teknologimu?" tanya Zafia.Jay memiringkan kepalanya, ada kilat jenaka di matanya. "M
Kesuksesan Supreme NeoTech dan Arcapada yang begitu cepat mulai mengundang kecemburuan dan ketakutan dari para kompetitor. Beberapa perusahaan teknologi besar, dipimpin oleh TechNova milik Viktor Raditya, mulai melancarkan serangan terselubung.Awalnya, hanya rumor-rumor kecil yang beredar di forum-forum teknologi online. Namun, perlahan tapi pasti, rumor ini mulai merembes ke media mainstream."Arcapada Ancaman Privasi?" Demikian judul headline salah satu koran nasional pagi itu.Jay membaca artikel tersebut dengan seksama, dahinya berkerut. Artikel itu mengklaim bahwa Arcapada sebenarnya adalah alat pengintai massal yang bisa mengakses data pribadi warga tanpa izin."Erlangga," panggil Jay melalui interkom. "Kumpulkan tim manajemen sekarang juga."Dalam hitungan menit, ruang rapat utama Supreme NeoTech dipenuhi oleh para eksekutif top perusahaan. Wajah mereka tegang, menyadari situasi genting yang sedang mereka hadapi.