Share

6 - Supreme NeoTech

“Supreme NeoTech. Gimana menurut Bapak? Namanya keren, kan? Dan terdengar gahar.”

Jay memulaskan senyuman pada wajah tampannya yang dingin.

Atin mengangguk-angguk sembari tersenyum setuju. “Aku percaya apa pun yang menjadi pemikiranmu. Hanya saja, tetaplah waspada dan berhati-hati atas semua ancaman dari berbagai arah. Kau mewarisi organisasi besar yang punya banyak rival. Mereka tentu berlomba ingin menjatuhkanmu.”

Bagaikan seorang ayah, Atin menasehati Jay.

“Iya, Pak. Aku tau. Itulah kenapa, aku berusaha nggak menampakkan wajah asliku di depan orang yang bukan anggota kita. Salah satunya untuk menghindari yang Pak Atin cemaskan tadi.”

Jay menarik napas panjang, merasa lega sudah menyampaikan salah satu langkah awalnya untuk menapaki jalan ke puncak rantai makanan.

“Lalu, apa aja yang kamu butuhkan untuk perusahaanmu, Jek?” tanya Atin.

Sebagai guru dan penasihat Jay, dia juga tak sabar ingin mengetahui apa saja langkah-langkah cerdas murid binaannya.

“Aku ingin merekrut ilmuwan dan teknisi muda berbakat dari seluruh Astronesia. Kurasa udah saatnya yang muda yang unjuk gigi. Daripada mereka diambil negara lain, bukankah itu sebuah kerugian besar?”

Dengan mantap, Jay mengucapkan itu.

"Kamu benar, Jek. Memang udah seharusnya anak bangsa berkarya di negaranya sendiri dan membangun negeri agar tidak tertinggal dari negara lain."

Atin manggut-manggut setuju.

“Tentunya aku nggak kekurangan uang sama sekali, tapi kekurangan SDM yang layak untuk perusahaanku. Maka, sekarang saatnya berburu SDM kelas atas!”

Atin tersenyum bangga mendengar pemikiran Jay. Dia bisa melihat ambisi dan kecerdasan terpancar dari mata anak didiknya itu.

"Bagus, Jek. Tapi ingat, merekrut orang-orang terbaik bukan hanya soal uang. Mereka butuh visi yang bisa mereka ikuti. Apa visimu untuk Supreme NeoTech?"

Jay terdiam sejenak, matanya menerawang jauh.

"Visiku sederhana, Pak. Aku ingin membuat Astronesia menjadi kiblat teknologi dunia. Kita punya potensi besar, tapi selama ini selalu jadi konsumen teknologi negara lain. Saatnya kita yang menciptakan terobosan-terobosan baru."

Jay seakan sedang menuangkan impian dia sendiri mengenai negara yang menurutnya ideal di mata dia.

Atin mengangguk puas. "Visi yang bagus. Tapi gimana cara mewujudkannya?"

Mata Jay berkilat ke Atin, dia seakan sedang diuji oleh mentornya, dan dia tak keberatan akan itu.

"Pertama, kita akan fokus pada riset dan pengembangan. Aku akan membangun laboratorium canggih yang akan menjadi impian setiap ilmuwan. Kedua, kita akan membuat program beasiswa dan pelatihan intensif untuk menjaring talenta-talenta muda. Ketiga, kita akan menjalin kerjasama dengan universitas-universitas top di Astronesia." Jay berhenti sejenak usai berkata cukup panjang.

Mendengar ucapan Jay, Atin tersenyum puas akan apa yang sudah dirancang Jay dengan cermat. Di matanya, Jay bisa diandalkan untuk memikirkan strategi.

Jay berhenti sejenak, menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Dan yang paling penting, Pak, kita akan menciptakan kultur kerja yang mendorong inovasi. Nggak ada ide yang terlalu gila untuk dicoba. Benar?"

Kedua alis Jay terangkat singkat sembari dia tersenyum, bangga akan rencananya sendiri.

Atin mengangguk-angguk, terkesan dengan pemikiran matang Jay. "Lalu, bidang teknologi apa yang akan jadi fokus utama Supreme NeoTech?"

Jay menghirup udara terlebih dahulu banyak-banyak sebelum mulutnya membuka untuk menjawab Atin.

"Seperti yang udah aku katakan tadi, akan fokus di kecerdasan buatan, robotika, green technology, dan ... nanoteknologi juga boleh! Aku tertantang mengenai itu." jawab Jay tanpa ragu. "Empat bidang ini akan menjadi kunci revolusi teknologi di masa depan. Kita harus jadi pionir, bukan pengikut."

Atin tertawa sambil bertepuk tangan. Itu bukanlah tawa ejekan melainkan sebaliknya.

"Ambisius sekali," komentar Atin. "Tapi aku suka. Lalu, gimana dengan aspek legalnya? Kau tau kan, banyak regulasi yang harus dihadapi?"

Jay sudah bisa menebak pasti itu yang akan ditanyakan Atin sebagai ujian baginya.

Maka, dia tersenyum misterius sebelum menjawab, "Tenang, Pak. Aku udah punya rencana untuk itu. Ada beberapa orang di pemerintahan yang bisa kita ... 'ajak kerjasama'. Mereka akan memastikan jalannya mulus untuk Supreme NeoTech."

Semua langkah sudah diperhitungkan oleh Jay. Itulah kenapa dia memerintahkan anak buahnya untuk mengumpulkan berbagai data mengenai dosa-dosa para elit dan pengusaha besar di Jatayu.

Atin mengangkat alisnya. "Hati-hati, Jek. Jangan sampai terlalu mencolok. Ingat, kamu punya identitas ganda yang harus dijaga."

Jay mengangguk. Dia sangat paham mengenai itu dan selalu menjaganya tetap seimbang dan selaras.

"Aku paham, Pak. Itulah gunanya penyamaranku sebagai tukang sapu. Nggak ada yang akan mencurigai tukang sapu jalanan sebagai otak di balik perusahaan teknologi terbesar di Astronesia, bukan?"

Atin tertawa kecil. "Kau memang cerdik, Jek. Tapi jangan lupa, semakin tinggi pohon, semakin kencang angin yang menerpanya. Persiapkan dirimu menghadapi badai."

Jay mengangguk serius. "Aku siap, Pak. PhantomClaw udah menempaku selama beberapa tahun ini. Meski singkat, aku banyak mendapatkan pelajaran berharga. Nggak ada badai yang nggak bisa aku hadapi."

Ucapan Jay mungkin terdengar terlalu arogan, tapi Atin memiliki keyakinan murid didiknya memang bisa mencapai itu.

"Bagus. Lalu, gimana dengan keamanan? Supreme NeoTech pasti akan jadi incaran banyak pihak."

Sekali lagi, Atin memberikan pengujian melalui pertanyaannya yang mendetail agar dia tahu seberapa siap Jay.

"Aku udah menyiapkan tim keamanan khusus. Mereka bukan hanya ahli dalam pertahanan fisik, tapi juga cyber security. Selain itu, aku juga akan memasang sistem keamanan berlapis yang kurancang sendiri."

Bagaimana Atin tak percaya dengan kemampuan Jay, jika hal semacam keamanan saja sudah diperhitungkan matang oleh Jay.

Atin tampak puas dengan jawaban Jay. "Kamu udah memikirkan semuanya dengan matang, Jek. Aku bangga padamu."

Jay tersenyum, ada kilatan ambisi di matanya. "Ini baru permulaan, Pak. Supreme NeoTech akan menjadi kendaraan sempurna untuk mencapai tujuan akhir kita."

"Oh, apa itu?" tanya Atin, meski dia sudah bisa menebak jawabannya.

"Menguasai Astronesia. Bukan hanya dunia bawah tanahnya, tapi juga ekonomi dan politiknya. Dengan teknologi di tangan kita, nggak ada yang nggak mungkin."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status