Mendengar teriakan seorang wanita, secara otomatis Jay berlari ke sumber suara.
“Hei!” Jay meneriaki sekumpulan preman berjumlah mencapai 11 orang.
Mereka semua menoleh ke Jay yang ada di ujung gang.
“Bung, jangan ikut campur!” Salah satu preman bertubuh besar berujar ke Jay.
Seorang wanita muda berpakaian setelan blazer merah dan celana panjang hitam sederhana namun elegan sedang dikepung 11 preman. Meski begitu, sikapnya masih terlihat tenang dan ini cukup menggelitik benak Jay.
Dia tadi melihat wanita itu dengan cekatan menghindari serangan para preman, menunjukkan kemampuan bela diri. Namun, jumlah preman yang terlalu banyak mulai memojokkannya.
“Kalian nggak malu keroyokan mengganggu satu wanita kayak gitu?” Jay terus mendekat.
“Mau jadi pahlawan, Bro?” teriak preman lainnya dengan tatapan sengit ke Jay.
Tanpa pikir panjang, Jay melemparkan karungnya ke samping dan bergegas ke kerumunan itu. Satu tendangan lompatannya mengakibatkan seorang preman terpental dengan cepat, sehingga dia sudah ada di dekat sang wanita.
"Kamu nggak apa-apa? Ada luka?" tanya Jay sambil mempertahankan mempertahankan kewaspadaannya terhadap sekeliling.
Wanita itu menatap Jay dengan tatapan menilai. "Aku baik-baik aja, nggak ada luka. Tapi kamu sebaiknya pergi, ini berbahaya."
Jay tersenyum tipis. "Justru karena berbahaya, aku nggak bisa membiarkan kamu sendirian."
Akhirnya, para preman maju secara bersamaan. Yang tadi kena tendang Jay pun ikut bergabung meski masih kesakitan.
Jay mencegah si wanita yang hendak ikut bertarung. “ Biar aku.” Maka, wanita itu pun urung bergerak dan membiarkan Jay mengambil alih.
Tanpa aba-aba, dua preman menyerang secara bersamaan. Jay bergerak cepat, mengelak dari pukulan preman pertama. Kemudian, dengan presisi tinggi, dia mendaratkan telapak tangannya ke arah titik solar plexus preman kedua. Preman kedua terhuyung ke belakang, napasnya tercekat akibat syok pada sistem sarafnya.
“Bro!” Rekannya berteriak melihat kawannya sudah jatuh begitu saja dalam hitungan detik.
Tak memberi kesempatan pada yang lain untuk bereaksi, Jay memutar tubuhnya dan melayangkan sikunya ke arah titik karotid artery di leher samping preman pertama. Pukulan telak itu membuat preman tersebut langsung roboh, kesadarannya hilang seketika akibat gangguan aliran darah ke otak.
"Brengsek! Hajar dia!" teriak ketua preman yang bertubuh paling besar.
Tiga preman menyerang sekaligus. Jay menunduk, menghindari pukulan yang mengarah ke kepalanya. Dalam posisi itu, dia mendaratkan pukulan cepat ke arah titik vagus nerve preman ketiga. Preman itu langsung terjatuh, tubuhnya kejang akibat gangguan pada sistem saraf parasimpatetiknya.
“Hyaaa!” Preman keempat berteriak keras.
Tanpa jeda, Jay berdiri dan dengan gerakan memutar, dia menghantam pelipis preman keempat dengan punggung tangannya. Preman keempat terhuyung, pandangannya kabur. Sebelum dia bisa pulih, Jay sudah melompat dan menghantamkan lututnya ke arah titik septum nasal preman keempat. Darah menyembur, dan preman itu roboh sambil menjerit kesakitan.
“Wow!” Si wanita bergumam kagum melihat kemampuan bela diri Jay yang efisien dan menakjubkan karena langsung menyerang di titik-titik mematikan.
Preman kelima mencoba menyerang dari belakang, namun Jay sudah mengantisipasinya. Dia berbalik cepat dan melancarkan pukulan telak ke titik mandibular angle lawannya. Preman kelima terhuyung, rahangnya seketika mati rasa. Belum puas, Jay melanjutkan dengan uppercut ke dagu, membuat preman itu kehilangan kesadaran seketika.
Enam preman yang tersisa mulai ragu-ragu. Mereka tidak menyangka satu orang bisa memberikan perlawanan sehebat ini hanya dalam waktu di bawah 1 menit. Namun, ego mereka tidak membiarkan mereka mundur.
“Maju!” teriak kepala preman.
Preman keenam dan ketujuh menyerang dari sisi kanan dan kiri. Jay menunggu sampai detik terakhir sebelum melompat ke belakang, membuat kedua penyerangnya saling bertubrukan. Memanfaatkan momen itu, dia melancarkan dua pukulan cepat ke arah ginjal kedua preman tersebut. Mereka mengerang kesakitan, tubuh mereka lemas seketika.
“Hukh!”
Preman kedelapan, yang bertubuh cukup besar, mencoba mengunci gerakan Jay dari belakang. Namun, Jay lebih cepat. Dia berbalik dan melancarkan cardiac punch tepat ke dada si preman. Pukulan itu mengganggu irama jantung lawannya, membuatnya terjatuh sambil memegangi dadanya yang sesak.
“Kau memang bangsat!” Ketua preman pun meraung marah.
Dua preman terakhir mulai panik. Salah satunya nekat menyerang menggunakan pisau. Jay mengelak dari tebasan pertama, lalu dengan cepat dia mencengkeram pergelangan tangan penyerangnya. Dengan satu gerakan mulus, dia memukul base of the skull preman kesembilan, membuatnya langsung tak sadarkan diri.
“Ayo!” tantang Jay pada dua yang tersisa.
Ketua preman dan satu anak buah terakhir mencoba menyerang bersamaan. Jay berputar, menghindari pukulan pertama dan menangkis yang kedua. Dalam gerakan yang sama, dia melancarkan pukulan telak ke arah tenggorokan preman kesepuluh. Preman itu terbatuk-batuk, kesulitan bernapas dan tumbang.
“Krrhhh!” Ketua preman geram sekaligus gentar melihat semua anak buahnya tumbang. Ada yang pingsan dan ada pula yang mengerang kesakitan di tanah.
Menyadari dirinya tak memiliki kesempatan menang karena sendirian, maka ketua preman memilih kabur, mencoba melarikan diri.
“Eh? Mau kabur? Dasar sampah!” maki Jay keras-keras.
Si ketua preman tak menggubris hinaan Jay padanya. Dia terus berlari demi nyawanya.
Namun Jay lebih cepat. Dengan dua langkah panjang, dia sudah berada di belakang ketua preman tersebut. Sebuah pukulan keras dan telak terarah ke tengkuk, dan ketua preman pun roboh tak sadarkan diri.
“Orang yang meninggalkan anak buah sepertimu hanyalah sampah menjijikkan! Puih!” Jay meludahi ketua preman yang tergeletak pingsan.
Dalam hitungan menit yang singkat, sebelas preman yang tadinya begitu percaya diri kini tergeletak tak berdaya. Jay berdiri di tengah-tengah mereka, napasnya sedikit terengah namun terkendali. Dia memandang sekelilingnya, memastikan tidak ada ancaman lain.
“Huh!” dengus Jay sambil meninggalkan para preman untuk berjalan menghampiri si wanita yang masih berdiri tenang menunggunya sambil melipat kedua tangan di depan dada.
Jay dan wanita itu saling berhadapan, mata mereka saling bertaut. Akhirnya Jay bisa melihat bahwa wanita itu sangat cantik dan memesona. Tapi kenapa wanita secantik itu masih berada di jalanan di malam selarut ini?
"Terima kasih atas bantuannya," ujar si wanita. "Tapi aku rasa kamu bukan pemulung biasa."
Mendengar tuduhan si wanita, Jay tersenyum misterius.
"Dan aku rasa kamu bukan wanita biasa yang tersesat di gang ini, ya kan?" balas Jay dengan mata mengerling tajam.
Wanita itu tertawa singkat secara tulus atas tuduhan Jay.
Mereka terdiam sejenak, saling mengamati. Ada percikan ketertarikan dan rasa penasaran di mata keduanya.
"Siapa kamu sebenarnya?" tanya si wanita.
"Hanya pemulung biasa yang kebetulan lewat," jawab Jay ringan. "Dan kamu?"
Wanita itu tersenyum enigmatis. "Hanya warga kota yang sedang menikmati udara malam."
Keduanya tahu bahwa mereka saling menyembunyikan identitas asli. Namun, ada ketertarikan kuat yang tidak bisa disangkal.
"Mungkin kita bisa bertemu lagi di lain waktu, di tempat yang lebih aman," usul Jay.
Matanya sulit dialihkan dari wajah cantik si wanita, seakan paras memesona itu punya kemampuan mengunci.
"Mungkin," jawab si wanita. "Jika takdir mengizinkan."
Dengan anggukan singkat, keduanya berpisah jalan.
Jay masih sempat menoleh ke belakang, tapi si wanita sudah berjalan mantap dengan langkah bagaikan peragawati ternama di atas catwalk. Apalagi bunyi ketukan tumit runcing sepatunya serasa mengetuk jantung Jay.
“Hah … wanita ….” Jay tak mau terlalu lama terhanyut. Meski dia akui, itu adalah wanita paling memikat yang pernah dia lihat sepanjang hidupnya di dunia, entah sebagai Jay maupun sebagai Jek Jon.
Kembali ke mansion megahnya, Jay membersihkan diri dan ada Atin sudah menunggunya di ruang tengah. Kemudian, mereka pergi ke ruang kerja Jay di sebelah kamar tidurnya.
“Jek, ini informasi dan semua data yang kamu inginkan.” Atin sembari menyodorkan satu map plastik berkancing setebal 5 cm. “Anak-anak sudah mengumpulkan cukup banyak informasi. Tapi kalau menurutmu masih kurang, mereka bisa terjun kembali mencarinya.”
Jay menatap lembaran-lembaran kertas yang dia keluarkan dari map plastik. Ada informasi perselingkuhan Bos A, Bos B, Pejabat P, Politisi N.
Ada juga pencucian uang Bos C, Pejabat D, dan beberapa pengusaha besar yang melibatkan segelintir artis ternama. Lalu korupsi tersembunyi milik Pejabat A, Pejabat B, hingga Pejabat Z juga dia dapatkan.
Belum lagi kejahatan mereka di dunia gelap yang berkaitan dengan mafia. Jay tidak ingin berlagak sok suci dengan menghina mereka, karena beberapa dari mereka juga pernah bekerja sama dengan organisasinya untuk keuntungan bersama.
“Aku cukup terkejut dengan banyaknya informasi para elit di Jatayu. Entah dengan kota besar lainnya. Ck ck ck. Luar biasa.” Jay terkekeh. “Oh ya, Pak, tolong carikan aku informasi mengenai pengusaha bernama Tristan. Aku kurang mengenal banyak pengusaha di Astronesia, terlebih pengusaha bersih.”
Atin mengangguk patuh.
“Apa ada lagi, Jek?” tanya Atin sebelum dia mohon diri.
“Dalam waktu dekat ini, aku ingin mendirikan perusahaan startup yang berkaitan dengan teknologi yang fokus pada AI, robotika, dan teknologi green energy. Aku udah memikirkan namanya … Supreme NeoTech.” Mata Jay memancarkan kilatan keyakinan saat mengatakannya.
“Supreme NeoTech. Gimana menurut Bapak? Namanya keren, kan? Dan terdengar gahar.”Jay memulaskan senyuman pada wajah tampannya yang dingin.Atin mengangguk-angguk sembari tersenyum setuju. “Aku percaya apa pun yang menjadi pemikiranmu. Hanya saja, tetaplah waspada dan berhati-hati atas semua ancaman dari berbagai arah. Kau mewarisi organisasi besar yang punya banyak rival. Mereka tentu berlomba ingin menjatuhkanmu.”Bagaikan seorang ayah, Atin menasehati Jay.“Iya, Pak. Aku tau. Itulah kenapa, aku berusaha nggak menampakkan wajah asliku di depan orang yang bukan anggota kita. Salah satunya untuk menghindari yang Pak Atin cemaskan tadi.”Jay menarik napas panjang, merasa lega sudah menyampaikan salah satu langkah awalnya untuk menapaki jalan ke puncak rantai makanan.“Lalu, apa aja yang kamu butuhkan untuk perusahaanmu, Jek?” tanya Atin.Sebagai guru dan penasihat Jay, dia juga tak sabar ingin mengetahui apa saja langkah-langkah cerdas murid binaannya.“Aku ingin merekrut ilmuwan dan t
“Gimana, Pak? Apakah menurutmu impianku terlalu muluk? Terlalu mengada-ngada?” Jay hanya sekedar bertanya untuk formalitas saja.Andaikan Atin mengatakan dia memang terlalu muluk-muluk, dia tetap akan menjalankan rencananya. Tak ada yang bisa menghentikan dia apabila dia sudah seyakin ini dengan berbagai rencananya.Atin menepuk pundak Jay. "Nggak muluk, Jek. Cuma aku cuma ingin memberimu pesan dan nasehat yang mungkin sering kamu dengar sampai bosan, aku tak peduli. Yaitu … hati-hati dalam segala langkahmu, Jek. Jangan sampai kekuasaan membutakanmu. Ingat selalu tujuan awal kita."Menatap mata teduh menenangkan Atin, Jek merasakan kedamaian. Apakah ini rasanya punya ayah yang bijak?Jay mengangguk. "Tentu, Pak. Aku nggak akan pernah lupa. Semua ini demi Astronesia yang lebih baik dan demi ambisiku sendiri, ha ha ha!"Dia mengucapkannya secara jujur karena yang di depannya adalah Atin, sosok yang sudah mengenalnya luar dalam dengan jelas."Baiklah," ujar Atin. "Aku percaya padamu, Jek
Bima, sang ahli robotika, langsung terpesona. "Dengan fasilitas seperti ini, aku yakin kita bisa menciptakan robot yang bahkan belum pernah dibayangkan sebelumnya!"Sementara itu, Jay juga mulai menjalankan rencananya untuk menjalin kerjasama dengan universitas-universitas top di Astronesia. Dia mengadakan pertemuan dengan para rektor dan dekan fakultas teknik."Supreme NeoTech ingin menjadi jembatan antara dunia akademis dan industri," Jay memaparkan visinya. "Kami siap mendanai penelitian-penelitian breakthrough dan menyediakan magang bagi mahasiswa terbaik kalian."Tawaran ini disambut antusias oleh pihak universitas. Mereka melihat ini sebagai kesempatan emas untuk mendorong inovasi dan memberikan pengalaman nyata bagi mahasiswa mereka.“Ini hal yang sangat bagus, Pak Jay! Kami sangat mendukung program Anda!” Salah satu rektor memuji.Namun, di balik semua gebrakan ini, Jay tetap waspada. Dia tahu bahwa langkah-langkah agresif Supreme NeoTech pasti akan menarik perhatian, baik dar
Proyek Arcapada adalah sistem AI terintegrasi yang mampu mengendalikan berbagai aspek infrastruktur kota, dari manajemen lalu lintas hingga distribusi energi. Dengan Arcapada, sebuah kota bisa dioperasikan dengan efisiensi maksimal."Tapi Pak, Arcapada belum sepenuhnya siap," protes Runa. "Masih ada beberapa bug yang perlu diperbaiki."Dia tidak menutupinya dari Jay."Kalian punya waktu dua minggu untuk menyempurnakannya," tegas Jay. "Kita akan melakukan uji coba di salah satu distrik Jatayu."Sementara tim teknisinya bekerja lembur menyempurnakan Arcapada, Jay mulai melobi pemerintah kota Jatayu untuk mendapatkan izin uji coba. Dengan bantuan koneksinya di pemerintahan, izin tersebut berhasil didapatkan dalam waktu singkat.Di sisi lain, Viktor Raditya dari TechNova tidak tinggal diam. Dia mulai menyebarkan rumor negatif tentang Supreme NeoTech melalui media yang bisa dipengaruhinya."Supreme NeoTech adalah ancaman bagi privasi warga," tulis salah satu artikel yang disponsori TechNov
Jay tahu ini kesempatan emas. Dia bisa mendapatkan informasi langsung dari musuhnya. "Ba-baik, Pak. Tapi saya harus menyelesaikan pekerjaan saya dulu.""Oh, jangan khawatir soal itu. Aku akan bicara sama atasanmu," ujar Viktor, mengeluarkan ponselnya.Sementara Viktor sibuk menelepon, Jay diam-diam mengaktifkan perekam suara di earpiece-nya.Mereka kemudian berjalan ke sebuah kafe terdekat. Viktor memesan kopi mahal, sementara Jay hanya meminta air putih, mempertahankan peran bersahajanya."Jadi, gimana pendapatmu tentang perubahan yang terjadi di kota ini?" tanya Viktor.Dia langsung ke pokok pembicaraan, tanpa basa-basi.Jay pura-pura bingung. "Maksud Bapak?"Dia langsung waspada atas pertanyaan mendadak semacam itu. Apakah Viktor mengetahui penyamarannya?"Yah, apa kamu tau perusahaan Supreme NeoTech yang bikin Arcapada? Apa kamu nggak merasa itu ... berbahaya?"Sambil meneliti roman wajah Viktor, akhirnya Jay menarik kesimpulan bahwa Viktor benar-benar bertanya dan bukannya menget
Jay menggunakan tubuh pria yang roboh sebagai perisai, kemudian melemparkannya ke arah si penembak. Kedua pria itu bertabrakan, jatuh berguling di lantai.Dengan cepat, dia menghubungi Erlangga melalui earpiece-nya. "Kirim bantuan."Malam yang seharusnya menjadi persiapan terakhir sebelum peluncuran Arcapada, kini berubah menjadi pertarungan hidup dan mati. Jay tahu, dia harus bertahan dan keluar hidup-hidup dari situasi ini. Bukan hanya demi Supreme NeoTech dan PhantomClaw, tapi juga demi masa depan Astronesia yang dia impikan.“Tiga lawan jatuh, tersisa empat lagi.” Jay bisa merasakan energi murni mengalir deras dalam tubuhnya. Dia mulai mengaktifkan ilmu kanuragan yang dia kuasai.Tiba-tiba, Jay menghilang dari pandangan. Para penyerang kebingungan."Ke mana dia?" Salah satu dari mereka bertanya panik.Jawaban datang dalam bentuk tendangan keras yang menghantam rusuk salah satu pria, membuatnya terpental beberapa meter. Jay muncul seolah dari udara kosong, berkat ilmu meringankan t
"Tapi ini hanya membuktikan betapa revolusionernya proyek ini. Kami di Supreme NeoTech tidak akan mundur hanya karena ancaman," tegas Jay. Sorot matanya tajam menatap kamera-kamera wartawan yang menyorot padanya, seakan sedang memberikan determinasi ke siapa pun yang menontonnya.Di tempatnya, Viktor menghela napas lega karena Jay tidak mengatakan apa-apa mengenai siapa pelaku."Sepertinya dia nggak tau." Dengan itu, Viktor terkekeh, merasa menang.Setelah konferensi pers berakhir, Jay segera kembali ke markas untuk memulai implementasi Arcapada.“Aku harap lorong bawah tanah ini aman dari mana pun dan nggak ditemukan siapa pun kecuali kita.” Jay berkata sambil menyusuri jalanan yang dia bangun di bawah gedung Supreme NeoTech menggunakan golf car.Dengan adanya terowongan rahasia di bawah tanah, Jay selalu punya jalan pintas tersendiri. Uang memang bisa melakukan berbagai macam hal.“Anda begitu genius, Bos! Memban
"Aku Fia," Sang Ratu Kota Jatayu memperkenalkan diri, mengulurkan tangannya.Dia menggunakan nama panggilan, bukan nama aslinya: Zafia.Jay menyambut uluran tangan itu, merasakan kelembutan kulitnya. "Jay. Tapi kurasa kamu udah tau itu."Zafia mengangguk. "Sulit untuk nggak mengenal orang yang wajahnya ada di mana-mana akhir-akhir ini."Mereka mulai mengobrol, pembicaraan mengalir dengan mudah. Jay menemukan dirinya terpesona. Zafia bukan hanya cantik, tapi juga cerdas dan memiliki selera humor yang tajam."Jadi, gimana rasanya mengubah seluruh kota dengan teknologimu?" tanya Zafia.Jay memiringkan kepalanya, ada kilat jenaka di matanya. "M
“Membawa Rabbit ke Astronesia?” Dragon sampai menaikkan kedua alisnya tinggi-tinggi.Pria paruh baya itu tidak menyangka bahwa hal yang diminta darinya dari Jay adalah salah satu putrinya yang kebetulan sedang dihukum.“Benar, Tuan Dragon. Itu pun jika Anda berkenan.” Jay menatap lurus ke mata Dragon.Bahkan Phoenix saja sampai membelalakkan matanya ketika mendengarnya. Berani sekali Jay meminta sesuatu sejauh itu!“Tuan Jay, bukankah permintaan Anda terlalu berlebihan? Kenapa Anda menginginkan anak saya yang itu untuk Anda bawa ke negara Anda?” tanya Dragon sembari menyipitkan matanya.Nada suaranya rendah dan berat, dengan membawa sekilas raut wajah curiga.Supaya tidak menimbulkan asumsi liar dari Dragon, maka Jay lekas mengatakan alasannya. “Tuan Dragon, saya tidak bermaksud ingin menyakiti atau berbuat hal yang sekiranya berlawanan dengan norma. Saya hanya ingin menjadikan dia salah satu anak buah saya. Itu pun jika Anda memperbolehkan.”Mendengar penjelasan dari Jay, Dragon diam
“Jay!” Zafia terkejut ketika tubuhnya diangkat sang suami dan mulai direbahkan di kasur besar nan mewah di sana.Jay bergerak cekatan melucuti celana jins istrinya, beserta kain segitiga mungil berwarna putih, dan menikmati pemandangan luar biasa indah yang tergolek pasrah di atas ranjang.Mata Zafia basah dengan mulut terbuka sedikit, menimbulkan sensasi birahi tersendiri untuk Jay.“Fi … kamu keterlaluan godain aku kayak gitu.” Jay mulai mengurai semua lapisan pakaiannya sendiri dan menjatuhkan secara sembarangan di lantai.Dia sudah tak sabar ingin menjadikan Zafia miliknya, utuh dan sempurna.“Hi hi! Aku ingin belajar menggoda kamu, Jay.” Zafia tersenyum binal sambil menggigit jarinya. Mata mengerling nakal ke Jay. "Gimana? Apakah udah lulus?"Yang membuat jantung Jay serasa digedor palu Thor, ketika Zafia membuka kedua kakinya dan memperlihatkan keutuhan dari surga dunia pada Jay, meski kemudian dia merayapkan tangan untuk menutupi lembah suburnya, menaikkan rasa penasaran Jay.“
“Zafia?” Betapa terkejutnya Jay ketika mendengar nama istrinya disebutkan.Karena Dragon menghargai Jay, maka Zafia tentu saja diizinkan masuk ke ruangan.“Silakan, Nona.” Pelayan membungkuk, mempersilakan Zafia masuk.Ketika Jay melihat kedatangan istrinya yang dirindukan, dia langsung maju. “Fi ….” Kemudian dia memeluk erat Zafia.Sebenarnya Zafia sudah bersiap untuk bertempur mati-matian andaikan memang diharuskan jika dia dipersulit bertemu Jay.“Jay ….” Zafia membalas pelukan erat suaminya. Matanya terpejam dengan pelupuknya basah oleh air mata.Dia lega, sangat lega karena ternyata Jay baik-baik saja, tidak terluka ataupun tersandera.Setelah pelukan itu diurai satu sama lain, Jay memperkenalkan Zafia. “Tuan Dragon, Phoenix, perkenalkan … ini istriku, Zafia.”Ada kilat keterkejutan di mata Phoenix, meski setelah itu reda dengan cepat.“Wah, selamat datang kepada Nyonya Jay.” Dragon menyambut disertai senyuman.Atas kuasa Dragon, Jay dan Zafia diberikan kamar tamu yang layak. Bag
“Ayah!” jerit Phoenix.Sayang sekali, Phoenix terlalu jauh untuk menjangkau ayahnya.Burfhh!Sebuah sapuan energi kuat melanda tubuh Tiger, menyebabkan dia terpental cukup jauh ke belakang. Ternyata itu Jay yang menghantamkan energi kanuragannya ke Tiger.“Buhaahh!” Tiger berteriak kaget.Brakk!Tiger jatuh dengan kedua lutut terlebih dahulu mendarat ke lantai dengan keras.“Arrghhh!” Tiger meraung kesakitan disertai bunyi retakan renyah di bagian kedua lututnya.Di saat dia sedang dalam kondisi paling lemah karena belum pulihnya energi tenaga dalam dia, justru mendapatkan tragedi pada lututnya.“Hui’er!” seru Dragon pada putranya dengan mata melebar.Dia lekas mendekat ke Tiger dengan raut wajah cemas. Putra tercinta mengalami keretakan tulang di kedua lutut, akan sesakit apa itu?“Arrghhh! Sialan kalian semua! Jek, awas saja kamu! Akan kubuat NeoTech milikmu hancur! Arghhh! Kultivasiku! Dantianku pecah! Arghhh!” Tiger berteriak-teriak penuh amarah.Dia menatap nyalang ke Jay yang be
Jay paham dan menebaskan telapak tangannya di udara, seakan memutus sesuatu.Swuung!Dari atas, tiba-tiba saja muncul sebuah jaring yang jatuh di atas Tiger, sedangkan Phoenix sudah menyingkir.“Apa maksudmu ini?” Tiger marah karena sadar bahwa itu jaring khusus pelemah tenaga dalam.Ini sama halnya dengan jarum yang diterima Jay sebelumnya, hanya saja kekuatan pelemahannya lebih kuat sehingga Tiger yang sudah kalah dominasi, semakin tak berdaya.“Kamu harus menerima hukuman mati, Tiger!” seru Phoenix.Meski Tiger merupakan half brother dia, tapi apa yang sudah dilakukan Tiger sudah terlalu jauh untuk bisa dimaafkan.Sementara, Rabbit yang sedang bertarung melawan Jay, melihat kakak tercintanya terkena jaring pelemah tenaga dalam. “Kakak!” serunya.Rabbit menembakkan energinya untuk bisa terlepas dari dominasi Jay. Dia bermaksud ingin menolong kakaknya.“Argh!” Rabbit berteriak ketika mendadak saja kakinya terjerat sesuatu. “Sialan!”Dia berteriak ketika menyadari bahwa ada tali energ
Rabbit mendekat dan ikut berbicara, “Ayah, jangan salahkan kami. Jangan bilang kami kejam karena meracuni Ayah, yah! Ini semua karena kebodohan Ayah sendiri. Sudah jelas Kak Tiger lebih hebat dan lebih mampu mengurus organisasimu, tapi Ayah justru melimpahkan kuasa penerus ke wanita sialan itu.”Dengan lancarnya, Rabbit mengakui dosanya di depan Dragon.“Ayah, jangan khawatir, kalau kamu kesepian di alam baka, aku akan mengirim si sialan anak jalang itu untuk menemanimu.” Kemudian Tiger terkekeh.Dia benar-benar menyampaikan semua kejahatannya di hadapan Dragon, bahkan tersirat mengenai rencana hendak membunuh Phoenix pula. Sedangkan Rabbit tertawa kecil di sebelah kakaknya.Yang mengejutkan, mendadak saja mereka saling tatap dan kemudian berciuman mesra seakan itu bukan hal aneh lagi bagi mereka. Tiger mndekap erat pinggang adiknya.Sedangkan Rabbit mengalungkan lengannya ke leher kakaknya dengan sikap manja agresifnya.“Kamu sepertinya sudah melupakan kakakmu ini, bermain dengan bud
“Satu hal penting lainnya, Tuan Dragon … bahwa Anda patut waspada terhadap putra Anda, Tiger.” Jay tidak menahan diri dari menyampaikan informasi ini.Mata Dragon menyala akan keterkejutan. Mana pernah dia menyangka bahwa dia diminta waspada pada salah satu anaknya?!“Tuan Jay dari Astronesia, bukankah Anda sudah keterlaluan, hanya karena Tiger menindasmu?” Suara berat Dragon keluar disertai wajah curiganya.“Ayah, aku sudah melihat memorinya ketika dia menguping pembicaraan Tiger dengan pelayanku yang berkhianat.Kemudian, Phoenix menceritakan apa yang dia dengar dari berbagi ingatan dengan Jay. Raut wajah Dragon semakin terkejut atas apa yang dituturkan putrinya.Rasanya Dragon tidak ingin percaya tapi ketika putrinya ini sudah meyakini sesuatu hal, tak ada alasan baginya untuk menyangsikannya. Phoenix merupakan orang yang paling teliti dan bisa diandalkan dari semua orang di sekelilingnya. Itulah kenapa Dragon memilih Phoenix menjadi penerusnya.Dragon mengembuskan napas panjang se
“Mau ayahmu sembuh?” ulang Jay di telinga Phoenix.Jay tak mau setengah-setengah bertindak jika ingin lekas kembali ke Astronesia dengan selamat dan utuh. Dia butuh akses dari Phoenix, dan semoga pilihannya tidak keliru.“Ke-keluar!” geram Phoenix dengan suara rendah.Tubuhnya bergetar akibat telinganya yang tertiup napas Jay ketika pria itu berbicara lirih sambil memeluknya.“Ya, Nona?” Pelayannya bingung, mengira salah dengar.Jay menyangka dirinya yang dihardik untuk keluar.“Kubilang, keluar!” Phoenix melirik tajam pelayannya.Ternyata Phoenix berbicara pada pelayannya dan bukan ke Jay. Maka, si pelayan pun bergegas keluar sebelum membuat kesal sang majikan.“Apa yang kamu tunggu?” ucap Phoenix sambil melirik ke samping.Jay terkekeh dan mulai melepaskan pelukannya. Setelah yakin hanya ada mereka berdua dan sang pasien, maka Jay pun memunculkan keberadaan fisiknya.“Baiklah! Aku akan memulai.” Jay berjalan ke meja nakas di samping kepala ayah Phoenix.Dia mengambil tempat bakar du
“Hei!” Phoenix mengenali suara Jay dan lekas menoleh.Jay tersenyum nakal di belakang Phoenix yang terkejut.“Kau lagi!” geram Phoenix sambil menatap tajam ke Jay. “Keluar!”Phoenix bangkit dari duduknya. Hanya ada mereka saja berdua di kamar itu, ditambah dengan ayah Phoenix yang sedang dalam kondisi vegetative.“Tidak mau!” tegas Jay sambil menahan senyum.Melihat gelagat Phoenix yang ingin menyerang, Jay buru-buru menahan tangan wanita itu.“Aku mendengar sesuatu yang menarik dari Tiger dan orang yang kau suruh mengundang tabib Wu.” Jay lekas mengatakannya sebelum tangan Phoenix terbebas dari genggamannya.Seperti perkiraan Jay, mata Phoenix langsung menyala akan keingintahuan yang besar.“Apa?” Akhirnya, Phoenix mulai tenang.Karenanya, Jay pun melepaskan genggamannya sehingga kini mereka berdiri berhadapan. Jay menatap Phoenix yang sudah mengenakan cheongsam putih. Phoenix memang serasi dan manis dalam balutan busana semacam itu.Karena Phoenix sudah setuju untuk mendengarkan, ma