Mendengar teriakan seorang wanita, secara otomatis Jay berlari ke sumber suara.
“Hei!” Jay meneriaki sekumpulan preman berjumlah mencapai 11 orang.
Mereka semua menoleh ke Jay yang ada di ujung gang.
“Bung, jangan ikut campur!” Salah satu preman bertubuh besar berujar ke Jay.
Seorang wanita muda berpakaian setelan blazer merah dan celana panjang hitam sederhana namun elegan sedang dikepung 11 preman. Meski begitu, sikapnya masih terlihat tenang dan ini cukup menggelitik benak Jay.
Dia tadi melihat wanita itu dengan cekatan menghindari serangan para preman, menunjukkan kemampuan bela diri. Namun, jumlah preman yang terlalu banyak mulai memojokkannya.
“Kalian nggak malu keroyokan mengganggu satu wanita kayak gitu?” Jay terus mendekat.
“Mau jadi pahlawan, Bro?” teriak preman lainnya dengan tatapan sengit ke Jay.
Tanpa pikir panjang, Jay melemparkan karungnya ke samping dan bergegas ke kerumunan itu. Satu tendangan lompatannya mengakibatkan seorang preman terpental dengan cepat, sehingga dia sudah ada di dekat sang wanita.
"Kamu nggak apa-apa? Ada luka?" tanya Jay sambil mempertahankan mempertahankan kewaspadaannya terhadap sekeliling.
Wanita itu menatap Jay dengan tatapan menilai. "Aku baik-baik aja, nggak ada luka. Tapi kamu sebaiknya pergi, ini berbahaya."
Jay tersenyum tipis. "Justru karena berbahaya, aku nggak bisa membiarkan kamu sendirian."
Akhirnya, para preman maju secara bersamaan. Yang tadi kena tendang Jay pun ikut bergabung meski masih kesakitan.
Jay mencegah si wanita yang hendak ikut bertarung. “ Biar aku.” Maka, wanita itu pun urung bergerak dan membiarkan Jay mengambil alih.
Tanpa aba-aba, dua preman menyerang secara bersamaan. Jay bergerak cepat, mengelak dari pukulan preman pertama. Kemudian, dengan presisi tinggi, dia mendaratkan telapak tangannya ke arah titik solar plexus preman kedua. Preman kedua terhuyung ke belakang, napasnya tercekat akibat syok pada sistem sarafnya.
“Bro!” Rekannya berteriak melihat kawannya sudah jatuh begitu saja dalam hitungan detik.
Tak memberi kesempatan pada yang lain untuk bereaksi, Jay memutar tubuhnya dan melayangkan sikunya ke arah titik karotid artery di leher samping preman pertama. Pukulan telak itu membuat preman tersebut langsung roboh, kesadarannya hilang seketika akibat gangguan aliran darah ke otak.
"Brengsek! Hajar dia!" teriak ketua preman yang bertubuh paling besar.
Tiga preman menyerang sekaligus. Jay menunduk, menghindari pukulan yang mengarah ke kepalanya. Dalam posisi itu, dia mendaratkan pukulan cepat ke arah titik vagus nerve preman ketiga. Preman itu langsung terjatuh, tubuhnya kejang akibat gangguan pada sistem saraf parasimpatetiknya.
“Hyaaa!” Preman keempat berteriak keras.
Tanpa jeda, Jay berdiri dan dengan gerakan memutar, dia menghantam pelipis preman keempat dengan punggung tangannya. Preman keempat terhuyung, pandangannya kabur. Sebelum dia bisa pulih, Jay sudah melompat dan menghantamkan lututnya ke arah titik septum nasal preman keempat. Darah menyembur, dan preman itu roboh sambil menjerit kesakitan.
“Wow!” Si wanita bergumam kagum melihat kemampuan bela diri Jay yang efisien dan menakjubkan karena langsung menyerang di titik-titik mematikan.
Preman kelima mencoba menyerang dari belakang, namun Jay sudah mengantisipasinya. Dia berbalik cepat dan melancarkan pukulan telak ke titik mandibular angle lawannya. Preman kelima terhuyung, rahangnya seketika mati rasa. Belum puas, Jay melanjutkan dengan uppercut ke dagu, membuat preman itu kehilangan kesadaran seketika.
Enam preman yang tersisa mulai ragu-ragu. Mereka tidak menyangka satu orang bisa memberikan perlawanan sehebat ini hanya dalam waktu di bawah 1 menit. Namun, ego mereka tidak membiarkan mereka mundur.
“Maju!” teriak kepala preman.
Preman keenam dan ketujuh menyerang dari sisi kanan dan kiri. Jay menunggu sampai detik terakhir sebelum melompat ke belakang, membuat kedua penyerangnya saling bertubrukan. Memanfaatkan momen itu, dia melancarkan dua pukulan cepat ke arah ginjal kedua preman tersebut. Mereka mengerang kesakitan, tubuh mereka lemas seketika.
“Hukh!”
Preman kedelapan, yang bertubuh cukup besar, mencoba mengunci gerakan Jay dari belakang. Namun, Jay lebih cepat. Dia berbalik dan melancarkan cardiac punch tepat ke dada si preman. Pukulan itu mengganggu irama jantung lawannya, membuatnya terjatuh sambil memegangi dadanya yang sesak.
“Kau memang bangsat!” Ketua preman pun meraung marah.
Dua preman terakhir mulai panik. Salah satunya nekat menyerang menggunakan pisau. Jay mengelak dari tebasan pertama, lalu dengan cepat dia mencengkeram pergelangan tangan penyerangnya. Dengan satu gerakan mulus, dia memukul base of the skull preman kesembilan, membuatnya langsung tak sadarkan diri.
“Ayo!” tantang Jay pada dua yang tersisa.
Ketua preman dan satu anak buah terakhir mencoba menyerang bersamaan. Jay berputar, menghindari pukulan pertama dan menangkis yang kedua. Dalam gerakan yang sama, dia melancarkan pukulan telak ke arah tenggorokan preman kesepuluh. Preman itu terbatuk-batuk, kesulitan bernapas dan tumbang.
“Krrhhh!” Ketua preman geram sekaligus gentar melihat semua anak buahnya tumbang. Ada yang pingsan dan ada pula yang mengerang kesakitan di tanah.
Menyadari dirinya tak memiliki kesempatan menang karena sendirian, maka ketua preman memilih kabur, mencoba melarikan diri.
“Eh? Mau kabur? Dasar sampah!” maki Jay keras-keras.
Si ketua preman tak menggubris hinaan Jay padanya. Dia terus berlari demi nyawanya.
Namun Jay lebih cepat. Dengan dua langkah panjang, dia sudah berada di belakang ketua preman tersebut. Sebuah pukulan keras dan telak terarah ke tengkuk, dan ketua preman pun roboh tak sadarkan diri.
“Orang yang meninggalkan anak buah sepertimu hanyalah sampah menjijikkan! Puih!” Jay meludahi ketua preman yang tergeletak pingsan.
Dalam hitungan menit yang singkat, sebelas preman yang tadinya begitu percaya diri kini tergeletak tak berdaya. Jay berdiri di tengah-tengah mereka, napasnya sedikit terengah namun terkendali. Dia memandang sekelilingnya, memastikan tidak ada ancaman lain.
“Huh!” dengus Jay sambil meninggalkan para preman untuk berjalan menghampiri si wanita yang masih berdiri tenang menunggunya sambil melipat kedua tangan di depan dada.
Jay dan wanita itu saling berhadapan, mata mereka saling bertaut. Akhirnya Jay bisa melihat bahwa wanita itu sangat cantik dan memesona. Tapi kenapa wanita secantik itu masih berada di jalanan di malam selarut ini?
"Terima kasih atas bantuannya," ujar si wanita. "Tapi aku rasa kamu bukan pemulung biasa."
Mendengar tuduhan si wanita, Jay tersenyum misterius.
"Dan aku rasa kamu bukan wanita biasa yang tersesat di gang ini, ya kan?" balas Jay dengan mata mengerling tajam.
Wanita itu tertawa singkat secara tulus atas tuduhan Jay.
Mereka terdiam sejenak, saling mengamati. Ada percikan ketertarikan dan rasa penasaran di mata keduanya.
"Siapa kamu sebenarnya?" tanya si wanita.
"Hanya pemulung biasa yang kebetulan lewat," jawab Jay ringan. "Dan kamu?"
Wanita itu tersenyum enigmatis. "Hanya warga kota yang sedang menikmati udara malam."
Keduanya tahu bahwa mereka saling menyembunyikan identitas asli. Namun, ada ketertarikan kuat yang tidak bisa disangkal.
"Mungkin kita bisa bertemu lagi di lain waktu, di tempat yang lebih aman," usul Jay.
Matanya sulit dialihkan dari wajah cantik si wanita, seakan paras memesona itu punya kemampuan mengunci.
"Mungkin," jawab si wanita. "Jika takdir mengizinkan."
Dengan anggukan singkat, keduanya berpisah jalan.
Jay masih sempat menoleh ke belakang, tapi si wanita sudah berjalan mantap dengan langkah bagaikan peragawati ternama di atas catwalk. Apalagi bunyi ketukan tumit runcing sepatunya serasa mengetuk jantung Jay.
“Hah … wanita ….” Jay tak mau terlalu lama terhanyut. Meski dia akui, itu adalah wanita paling memikat yang pernah dia lihat sepanjang hidupnya di dunia, entah sebagai Jay maupun sebagai Jek Jon.
Kembali ke mansion megahnya, Jay membersihkan diri dan ada Atin sudah menunggunya di ruang tengah. Kemudian, mereka pergi ke ruang kerja Jay di sebelah kamar tidurnya.
“Jek, ini informasi dan semua data yang kamu inginkan.” Atin sembari menyodorkan satu map plastik berkancing setebal 5 cm. “Anak-anak sudah mengumpulkan cukup banyak informasi. Tapi kalau menurutmu masih kurang, mereka bisa terjun kembali mencarinya.”
Jay menatap lembaran-lembaran kertas yang dia keluarkan dari map plastik. Ada informasi perselingkuhan Bos A, Bos B, Pejabat P, Politisi N.
Ada juga pencucian uang Bos C, Pejabat D, dan beberapa pengusaha besar yang melibatkan segelintir artis ternama. Lalu korupsi tersembunyi milik Pejabat A, Pejabat B, hingga Pejabat Z juga dia dapatkan.
Belum lagi kejahatan mereka di dunia gelap yang berkaitan dengan mafia. Jay tidak ingin berlagak sok suci dengan menghina mereka, karena beberapa dari mereka juga pernah bekerja sama dengan organisasinya untuk keuntungan bersama.
“Aku cukup terkejut dengan banyaknya informasi para elit di Jatayu. Entah dengan kota besar lainnya. Ck ck ck. Luar biasa.” Jay terkekeh. “Oh ya, Pak, tolong carikan aku informasi mengenai pengusaha bernama Tristan. Aku kurang mengenal banyak pengusaha di Astronesia, terlebih pengusaha bersih.”
Atin mengangguk patuh.
“Apa ada lagi, Jek?” tanya Atin sebelum dia mohon diri.
“Dalam waktu dekat ini, aku ingin mendirikan perusahaan startup yang berkaitan dengan teknologi yang fokus pada AI, robotika, dan teknologi green energy. Aku udah memikirkan namanya … Supreme NeoTech.” Mata Jay memancarkan kilatan keyakinan saat mengatakannya.
“Supreme NeoTech. Gimana menurut Bapak? Namanya keren, kan? Dan terdengar gahar.”Jay memulaskan senyuman pada wajah tampannya yang dingin.Atin mengangguk-angguk sembari tersenyum setuju. “Aku percaya apa pun yang menjadi pemikiranmu. Hanya saja, tetaplah waspada dan berhati-hati atas semua ancaman dari berbagai arah. Kau mewarisi organisasi besar yang punya banyak rival. Mereka tentu berlomba ingin menjatuhkanmu.”Bagaikan seorang ayah, Atin menasehati Jay.“Iya, Pak. Aku tau. Itulah kenapa, aku berusaha nggak menampakkan wajah asliku di depan orang yang bukan anggota kita. Salah satunya untuk menghindari yang Pak Atin cemaskan tadi.”Jay menarik napas panjang, merasa lega sudah menyampaikan salah satu langkah awalnya untuk menapaki jalan ke puncak rantai makanan.“Lalu, apa aja yang kamu butuhkan untuk perusahaanmu, Jek?” tanya Atin.Sebagai guru dan penasihat Jay, dia juga tak sabar ingin mengetahui apa saja langkah-langkah cerdas murid binaannya.“Aku ingin merekrut ilmuwan dan t
“Gimana, Pak? Apakah menurutmu impianku terlalu muluk? Terlalu mengada-ngada?” Jay hanya sekedar bertanya untuk formalitas saja.Andaikan Atin mengatakan dia memang terlalu muluk-muluk, dia tetap akan menjalankan rencananya. Tak ada yang bisa menghentikan dia apabila dia sudah seyakin ini dengan berbagai rencananya.Atin menepuk pundak Jay. "Nggak muluk, Jek. Cuma aku cuma ingin memberimu pesan dan nasehat yang mungkin sering kamu dengar sampai bosan, aku tak peduli. Yaitu … hati-hati dalam segala langkahmu, Jek. Jangan sampai kekuasaan membutakanmu. Ingat selalu tujuan awal kita."Menatap mata teduh menenangkan Atin, Jek merasakan kedamaian. Apakah ini rasanya punya ayah yang bijak?Jay mengangguk. "Tentu, Pak. Aku nggak akan pernah lupa. Semua ini demi Astronesia yang lebih baik dan demi ambisiku sendiri, ha ha ha!"Dia mengucapkannya secara jujur karena yang di depannya adalah Atin, sosok yang sudah mengenalnya luar dalam dengan jelas."Baiklah," ujar Atin. "Aku percaya padamu, Jek
Bima, sang ahli robotika, langsung terpesona. "Dengan fasilitas seperti ini, aku yakin kita bisa menciptakan robot yang bahkan belum pernah dibayangkan sebelumnya!"Sementara itu, Jay juga mulai menjalankan rencananya untuk menjalin kerjasama dengan universitas-universitas top di Astronesia. Dia mengadakan pertemuan dengan para rektor dan dekan fakultas teknik."Supreme NeoTech ingin menjadi jembatan antara dunia akademis dan industri," Jay memaparkan visinya. "Kami siap mendanai penelitian-penelitian breakthrough dan menyediakan magang bagi mahasiswa terbaik kalian."Tawaran ini disambut antusias oleh pihak universitas. Mereka melihat ini sebagai kesempatan emas untuk mendorong inovasi dan memberikan pengalaman nyata bagi mahasiswa mereka.“Ini hal yang sangat bagus, Pak Jay! Kami sangat mendukung program Anda!” Salah satu rektor memuji.Namun, di balik semua gebrakan ini, Jay tetap waspada. Dia tahu bahwa langkah-langkah agresif Supreme NeoTech pasti akan menarik perhatian, baik dar
Proyek Arcapada adalah sistem AI terintegrasi yang mampu mengendalikan berbagai aspek infrastruktur kota, dari manajemen lalu lintas hingga distribusi energi. Dengan Arcapada, sebuah kota bisa dioperasikan dengan efisiensi maksimal."Tapi Pak, Arcapada belum sepenuhnya siap," protes Runa. "Masih ada beberapa bug yang perlu diperbaiki."Dia tidak menutupinya dari Jay."Kalian punya waktu dua minggu untuk menyempurnakannya," tegas Jay. "Kita akan melakukan uji coba di salah satu distrik Jatayu."Sementara tim teknisinya bekerja lembur menyempurnakan Arcapada, Jay mulai melobi pemerintah kota Jatayu untuk mendapatkan izin uji coba. Dengan bantuan koneksinya di pemerintahan, izin tersebut berhasil didapatkan dalam waktu singkat.Di sisi lain, Viktor Raditya dari TechNova tidak tinggal diam. Dia mulai menyebarkan rumor negatif tentang Supreme NeoTech melalui media yang bisa dipengaruhinya."Supreme NeoTech adalah ancaman bagi privasi warga," tulis salah satu artikel yang disponsori TechNov
Jay tahu ini kesempatan emas. Dia bisa mendapatkan informasi langsung dari musuhnya. "Ba-baik, Pak. Tapi saya harus menyelesaikan pekerjaan saya dulu.""Oh, jangan khawatir soal itu. Aku akan bicara sama atasanmu," ujar Viktor, mengeluarkan ponselnya.Sementara Viktor sibuk menelepon, Jay diam-diam mengaktifkan perekam suara di earpiece-nya.Mereka kemudian berjalan ke sebuah kafe terdekat. Viktor memesan kopi mahal, sementara Jay hanya meminta air putih, mempertahankan peran bersahajanya."Jadi, gimana pendapatmu tentang perubahan yang terjadi di kota ini?" tanya Viktor.Dia langsung ke pokok pembicaraan, tanpa basa-basi.Jay pura-pura bingung. "Maksud Bapak?"Dia langsung waspada atas pertanyaan mendadak semacam itu. Apakah Viktor mengetahui penyamarannya?"Yah, apa kamu tau perusahaan Supreme NeoTech yang bikin Arcapada? Apa kamu nggak merasa itu ... berbahaya?"Sambil meneliti roman wajah Viktor, akhirnya Jay menarik kesimpulan bahwa Viktor benar-benar bertanya dan bukannya menget
Jay menggunakan tubuh pria yang roboh sebagai perisai, kemudian melemparkannya ke arah si penembak. Kedua pria itu bertabrakan, jatuh berguling di lantai.Dengan cepat, dia menghubungi Erlangga melalui earpiece-nya. "Kirim bantuan."Malam yang seharusnya menjadi persiapan terakhir sebelum peluncuran Arcapada, kini berubah menjadi pertarungan hidup dan mati. Jay tahu, dia harus bertahan dan keluar hidup-hidup dari situasi ini. Bukan hanya demi Supreme NeoTech dan PhantomClaw, tapi juga demi masa depan Astronesia yang dia impikan.“Tiga lawan jatuh, tersisa empat lagi.” Jay bisa merasakan energi murni mengalir deras dalam tubuhnya. Dia mulai mengaktifkan ilmu kanuragan yang dia kuasai.Tiba-tiba, Jay menghilang dari pandangan. Para penyerang kebingungan."Ke mana dia?" Salah satu dari mereka bertanya panik.Jawaban datang dalam bentuk tendangan keras yang menghantam rusuk salah satu pria, membuatnya terpental beberapa meter. Jay muncul seolah dari udara kosong, berkat ilmu meringankan t
"Tapi ini hanya membuktikan betapa revolusionernya proyek ini. Kami di Supreme NeoTech tidak akan mundur hanya karena ancaman," tegas Jay. Sorot matanya tajam menatap kamera-kamera wartawan yang menyorot padanya, seakan sedang memberikan determinasi ke siapa pun yang menontonnya.Di tempatnya, Viktor menghela napas lega karena Jay tidak mengatakan apa-apa mengenai siapa pelaku."Sepertinya dia nggak tau." Dengan itu, Viktor terkekeh, merasa menang.Setelah konferensi pers berakhir, Jay segera kembali ke markas untuk memulai implementasi Arcapada.“Aku harap lorong bawah tanah ini aman dari mana pun dan nggak ditemukan siapa pun kecuali kita.” Jay berkata sambil menyusuri jalanan yang dia bangun di bawah gedung Supreme NeoTech menggunakan golf car.Dengan adanya terowongan rahasia di bawah tanah, Jay selalu punya jalan pintas tersendiri. Uang memang bisa melakukan berbagai macam hal.“Anda begitu genius, Bos! Memban
"Aku Fia," Sang Ratu Kota Jatayu memperkenalkan diri, mengulurkan tangannya.Dia menggunakan nama panggilan, bukan nama aslinya: Zafia.Jay menyambut uluran tangan itu, merasakan kelembutan kulitnya. "Jay. Tapi kurasa kamu udah tau itu."Zafia mengangguk. "Sulit untuk nggak mengenal orang yang wajahnya ada di mana-mana akhir-akhir ini."Mereka mulai mengobrol, pembicaraan mengalir dengan mudah. Jay menemukan dirinya terpesona. Zafia bukan hanya cantik, tapi juga cerdas dan memiliki selera humor yang tajam."Jadi, gimana rasanya mengubah seluruh kota dengan teknologimu?" tanya Zafia.Jay memiringkan kepalanya, ada kilat jenaka di matanya. "M