Share

5 - Bertemu Sosok Menarik

Mendengar teriakan seorang wanita, secara otomatis Jay berlari ke sumber suara.

“Hei!” Jay meneriaki sekumpulan preman berjumlah mencapai 11 orang.

Mereka semua menoleh ke Jay yang ada di ujung gang.

“Bung, jangan ikut campur!” Salah satu preman bertubuh besar berujar ke Jay.

Seorang wanita muda berpakaian setelan blazer merah dan celana panjang hitam sederhana namun elegan sedang dikepung 11 preman. Meski begitu, sikapnya masih terlihat tenang dan ini cukup menggelitik benak Jay.

Dia tadi melihat wanita itu dengan cekatan menghindari serangan para preman, menunjukkan kemampuan bela diri. Namun, jumlah preman yang terlalu banyak mulai memojokkannya.

“Kalian nggak malu keroyokan mengganggu satu wanita kayak gitu?” Jay terus mendekat.

“Mau jadi pahlawan, Bro?” teriak preman lainnya dengan tatapan sengit ke Jay.

Tanpa pikir panjang, Jay melemparkan karungnya ke samping dan bergegas ke kerumunan itu. Satu tendangan lompatannya mengakibatkan seorang preman terpental dengan cepat, sehingga dia sudah ada di dekat sang wanita.

"Kamu nggak apa-apa? Ada luka?" tanya Jay sambil mempertahankan mempertahankan kewaspadaannya terhadap sekeliling.

Wanita itu menatap Jay dengan tatapan menilai. "Aku baik-baik aja, nggak ada luka. Tapi kamu sebaiknya pergi, ini berbahaya."

Jay tersenyum tipis. "Justru karena berbahaya, aku nggak bisa membiarkan kamu sendirian."

Akhirnya, para preman maju secara bersamaan. Yang tadi kena tendang Jay pun ikut bergabung meski masih kesakitan.

Jay mencegah si wanita yang hendak ikut bertarung. “ Biar aku.” Maka, wanita itu pun urung bergerak dan membiarkan Jay mengambil alih.

Tanpa aba-aba, dua preman menyerang secara bersamaan. Jay bergerak cepat, mengelak dari pukulan preman pertama. Kemudian, dengan presisi tinggi, dia mendaratkan telapak tangannya ke arah titik solar plexus preman kedua. Preman kedua terhuyung ke belakang, napasnya tercekat akibat syok pada sistem sarafnya.

“Bro!” Rekannya berteriak melihat kawannya sudah jatuh begitu saja dalam hitungan detik.

Tak memberi kesempatan pada yang lain untuk bereaksi, Jay memutar tubuhnya dan melayangkan sikunya ke arah titik karotid artery di leher samping preman pertama. Pukulan telak itu membuat preman tersebut langsung roboh, kesadarannya hilang seketika akibat gangguan aliran darah ke otak.

"Brengsek! Hajar dia!" teriak ketua preman yang bertubuh paling besar.

Tiga preman menyerang sekaligus. Jay menunduk, menghindari pukulan yang mengarah ke kepalanya. Dalam posisi itu, dia mendaratkan pukulan cepat ke arah titik vagus nerve preman ketiga. Preman itu langsung terjatuh, tubuhnya kejang akibat gangguan pada sistem saraf parasimpatetiknya.

“Hyaaa!” Preman keempat berteriak keras.

Tanpa jeda, Jay berdiri dan dengan gerakan memutar, dia menghantam pelipis preman keempat dengan punggung tangannya. Preman keempat terhuyung, pandangannya kabur. Sebelum dia bisa pulih, Jay sudah melompat dan menghantamkan lututnya ke arah titik septum nasal preman keempat. Darah menyembur, dan preman itu roboh sambil menjerit kesakitan.

“Wow!” Si wanita bergumam kagum melihat kemampuan bela diri Jay yang efisien dan menakjubkan karena langsung menyerang di titik-titik mematikan.

Preman kelima mencoba menyerang dari belakang, namun Jay sudah mengantisipasinya. Dia berbalik cepat dan melancarkan pukulan telak ke titik mandibular angle lawannya. Preman kelima terhuyung, rahangnya seketika mati rasa. Belum puas, Jay melanjutkan dengan uppercut ke dagu, membuat preman itu kehilangan kesadaran seketika.

Enam preman yang tersisa mulai ragu-ragu. Mereka tidak menyangka satu orang bisa memberikan perlawanan sehebat ini hanya dalam waktu di bawah 1 menit. Namun, ego mereka tidak membiarkan mereka mundur.

“Maju!” teriak kepala preman.

Preman keenam dan ketujuh menyerang dari sisi kanan dan kiri. Jay menunggu sampai detik terakhir sebelum melompat ke belakang, membuat kedua penyerangnya saling bertubrukan. Memanfaatkan momen itu, dia melancarkan dua pukulan cepat ke arah ginjal kedua preman tersebut. Mereka mengerang kesakitan, tubuh mereka lemas seketika.

“Hukh!”

Preman kedelapan, yang bertubuh cukup besar, mencoba mengunci gerakan Jay dari belakang. Namun, Jay lebih cepat. Dia berbalik dan melancarkan cardiac punch tepat ke dada si preman. Pukulan itu mengganggu irama jantung lawannya, membuatnya terjatuh sambil memegangi dadanya yang sesak.

“Kau memang bangsat!” Ketua preman pun meraung marah.

Dua preman terakhir mulai panik. Salah satunya nekat menyerang menggunakan pisau. Jay mengelak dari tebasan pertama, lalu dengan cepat dia mencengkeram pergelangan tangan penyerangnya. Dengan satu gerakan mulus, dia memukul base of the skull preman kesembilan, membuatnya langsung tak sadarkan diri.

“Ayo!” tantang Jay pada dua yang tersisa.

Ketua preman dan satu anak buah terakhir mencoba menyerang bersamaan. Jay berputar, menghindari pukulan pertama dan menangkis yang kedua. Dalam gerakan yang sama, dia melancarkan pukulan telak ke arah tenggorokan preman kesepuluh. Preman itu terbatuk-batuk, kesulitan bernapas dan tumbang.

“Krrhhh!” Ketua preman geram sekaligus gentar melihat semua anak buahnya tumbang. Ada yang pingsan dan ada pula yang mengerang kesakitan di tanah.

Menyadari dirinya tak memiliki kesempatan menang karena sendirian, maka ketua preman memilih kabur, mencoba melarikan diri.

“Eh? Mau kabur? Dasar sampah!” maki Jay keras-keras.

Si ketua preman tak menggubris hinaan Jay padanya. Dia terus berlari demi nyawanya.

Namun Jay lebih cepat. Dengan dua langkah panjang, dia sudah berada di belakang ketua preman tersebut. Sebuah pukulan keras dan telak terarah ke tengkuk, dan ketua preman pun roboh tak sadarkan diri.

“Orang yang meninggalkan anak buah sepertimu hanyalah sampah menjijikkan! Puih!” Jay meludahi ketua preman yang tergeletak pingsan.

Dalam hitungan menit yang singkat, sebelas preman yang tadinya begitu percaya diri kini tergeletak tak berdaya. Jay berdiri di tengah-tengah mereka, napasnya sedikit terengah namun terkendali. Dia memandang sekelilingnya, memastikan tidak ada ancaman lain.

“Huh!” dengus Jay sambil meninggalkan para preman untuk berjalan menghampiri si wanita yang masih berdiri tenang menunggunya sambil melipat kedua tangan di depan dada.

Jay dan wanita itu saling berhadapan, mata mereka saling bertaut. Akhirnya Jay bisa melihat bahwa wanita itu sangat cantik dan memesona. Tapi kenapa wanita secantik itu masih berada di jalanan di malam selarut ini?

"Terima kasih atas bantuannya," ujar si wanita. "Tapi aku rasa kamu bukan pemulung biasa."

Mendengar tuduhan si wanita, Jay tersenyum misterius.

"Dan aku rasa kamu bukan wanita biasa yang tersesat di gang ini, ya kan?" balas Jay dengan mata mengerling tajam.

Wanita itu tertawa singkat secara tulus atas tuduhan Jay.

Mereka terdiam sejenak, saling mengamati. Ada percikan ketertarikan dan rasa penasaran di mata keduanya.

"Siapa kamu sebenarnya?" tanya si wanita.

"Hanya pemulung biasa yang kebetulan lewat," jawab Jay ringan. "Dan kamu?"

Wanita itu tersenyum enigmatis. "Hanya warga kota yang sedang menikmati udara malam."

Keduanya tahu bahwa mereka saling menyembunyikan identitas asli. Namun, ada ketertarikan kuat yang tidak bisa disangkal.

"Mungkin kita bisa bertemu lagi di lain waktu, di tempat yang lebih aman," usul Jay.

Matanya sulit dialihkan dari wajah cantik si wanita, seakan paras memesona itu punya kemampuan mengunci.

"Mungkin," jawab si wanita. "Jika takdir mengizinkan."

Dengan anggukan singkat, keduanya berpisah jalan.

Jay masih sempat menoleh ke belakang, tapi si wanita sudah berjalan mantap dengan langkah bagaikan peragawati ternama di atas catwalk. Apalagi bunyi ketukan tumit runcing sepatunya serasa mengetuk jantung Jay.

“Hah … wanita ….” Jay tak mau terlalu lama terhanyut. Meski dia akui, itu adalah wanita paling memikat yang pernah dia lihat sepanjang hidupnya di dunia, entah sebagai Jay maupun sebagai Jek Jon.

Kembali ke mansion megahnya, Jay membersihkan diri dan ada Atin sudah menunggunya di ruang tengah. Kemudian, mereka pergi ke ruang kerja Jay di sebelah kamar tidurnya.

“Jek, ini informasi dan semua data yang kamu inginkan.” Atin sembari menyodorkan satu map plastik berkancing setebal 5 cm. “Anak-anak sudah mengumpulkan cukup banyak informasi. Tapi kalau menurutmu masih kurang, mereka bisa terjun kembali mencarinya.”

Jay menatap lembaran-lembaran kertas yang dia keluarkan dari map plastik. Ada informasi perselingkuhan Bos A, Bos B, Pejabat P, Politisi N.

Ada juga pencucian uang Bos C, Pejabat D, dan beberapa pengusaha besar yang melibatkan segelintir artis ternama. Lalu korupsi tersembunyi milik Pejabat A, Pejabat B, hingga Pejabat Z juga dia dapatkan.

Belum lagi kejahatan mereka di dunia gelap yang berkaitan dengan mafia. Jay tidak ingin berlagak sok suci dengan menghina mereka, karena beberapa dari mereka juga pernah bekerja sama dengan organisasinya untuk keuntungan bersama.

“Aku cukup terkejut dengan banyaknya informasi para elit di Jatayu. Entah dengan kota besar lainnya. Ck ck ck. Luar biasa.” Jay terkekeh. “Oh ya, Pak, tolong carikan aku informasi mengenai pengusaha bernama Tristan. Aku kurang mengenal banyak pengusaha di Astronesia, terlebih pengusaha bersih.”

Atin mengangguk patuh.

“Apa ada lagi, Jek?” tanya Atin sebelum dia mohon diri.

“Dalam waktu dekat ini, aku ingin mendirikan perusahaan startup yang berkaitan dengan teknologi yang fokus pada AI, robotika, dan teknologi green energy. Aku udah memikirkan namanya … Supreme NeoTech.” Mata Jay memancarkan kilatan keyakinan saat mengatakannya.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Shefira Alma
pls jadikn mrk couple canon yh thor (●'▽'●)ゝ pls Jay jgn ngeharem >,<
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status