“Pak Atin, kumpulkan informasi rahasia mengenai para elit di Kota Jatayu.” Jay mengucapkannya di suatu pagi.
Atin yang menjadi penasihatnya sedikit terkejut.
“Apakah ada yang ingin kamu hancurkan, Jek?”
Atin bukannya meragukan kemampuan Jay, hanya ingin memastikan tekad pria itu saja.
“Ya, beberapa.” Suara Jay terdengar santai.
Sesekali dia akan menyeruput kopi hitamnya yang pahit sembari asap membelai ujung hidungnya.
“Apakah ini berkaitan dengan perceraianmu dengan putri keluarga Sagara?” tanya Atin, langsung ke sasaran.
Sebagai orang yang melatih ilmu medis tradisional dan ilmu kanuragan ke Jay sejak pemuda itu direkrut PhantomClaw, Atin leluasa bicara seperti ayah ke anaknya. Dan Jay tidak keberatan.
“Sebagiannya begitu. Dan sebagian lainnya karena rencanaku berikutnya.” Jay melirik Atin. “Aku mengandalkanmu, Pak!”
Atin mengangguk dan keluar dari ruang pribadi Jay.
Esoknya, Atin menemui Jay bersama empat panglima organisasinya.
“Aku ingin kalian memilih anak buah kalian yang pandai menyamar dan menyusup ke kantor pemerintahan sebagai staf kebersihan atau menjadi pelayan di acara-acara eksklusif. Mereka harus bisa memasang penyadap dan kamera tersembunyi di tempat-tempat strategis.” Jay membagikan rencananya.
Ini merupakan langkah awalnya dalam membuat gebrakan untuk menapaki jalan menuju puncak tertinggi rantai makanan. Kalau pun tak bisa di dunia internasional, maka hanya di Astronesia pun sudah cukup.
“Baik, Bos!” Empat panglimanya serempak menjawab seraya mengangguk.
Dalam beberapa hari ini, anggota PhantomClaw disebar ke beberapa kantor pemerintahan untuk menyamar sebagai petugas kebersihan. Beberapa lainnya menyusup sebagai pelayan di acara-acara eksklusif.
“Apakah kinerja mereka beres?” tanya Jay pada Atin melalui telepon pada suatu siang saat dia memiliki waktu luang di jam rehatnya sebagai petugas kebersihan.
“Kamu bisa tenang, Jek. Nggak usah kamu ragukan mengenai anak buahmu.” Atin memberikan jawaban sehingga Jay bisa tenang.
Kepala Jay mengangguk-angguk. Dia berharap kepercayaannya pada semua anak buahnya tidak sia-sia. Dia tak mau lagi dikhianati. Cukup Vanya saja.
“Jek, kapan kamu berhenti dari pekerjaanmu di jalanan?” tanya Atin. “Aku nggak tega melihatmu di sana.”
Tawa Jay berderai santai.
“Ha ha … kenapa, Pak? Aku masih menikmati pekerjaan ini. Aku masih menunggu waktu yang tepat untuk berhenti, jangan khawatir.” Jay lalu tersenyum.
Sesungguhnya, hatinya merasa hangat atas perhatian Atin. Dia menemukan figur ayah yang tak pernah dia miliki sejak bayi.
“Aku kembali ke lapangan dulu, Pak! Kutunggu kabar baik dari kalian.” Setelah itu, Jay menutup sambungan dan pergi ke taman kota.
Sore itu, taman kota Jatayu dipenuhi oleh warna-warni bunga dan dedaunan yang rimbun. Di antara keramaian pengunjung, sosok seorang pria berpakaian seragam petugas kebersihan tampak tekun menyapu. Dia adalah Jay, sang ketua mafia PhantomClaw yang ditakuti, sedang menjalankan misi penyamarannya.
Di taman kota, banyak orang bersantai. Keluarga kecil saling berbagi kasih, membuat Jay iri. Tapi dia enyahkan perasaan melankolis itu dan terus fokus menyapu dan mengumpulkan sampah.
“Papa! Papa! Astaga!” pekik seorang gadis berusia sekitar 19 tahun, tak jauh dari tempat Jay menyapu. Di dekatnya, seorang pria paruh baya tergeletak di tanah, memegangi dadanya dengan wajah menampilkan kesakitan.
Jay segera menoleh menghentikan kegiatannya dan dengan sigap menghampiri. "Serangan jantung?" tanyanya tenang.
Dengan sekali lihat, Jay sudah bisa mengetahui apa yang sedang diderita pria paruh baya itu. Sementara, orang mulai berkerumun karena ingin tahu.
“Iya, Papa kena serangan jantung. Aku akan panggil ambu—hei!” Gadis itu berteriak.
Dia melihat Jay langsung berlutut di samping ayahnya dan mengambil tangan ayahnya untuk diraba nadinya.
“Jangan seenaknya!” hardik si gadis.
Jay tidak banyak bicara dan mulai melakukan pertolongan menggunakan kemampuan medis tradisional dicampur tenaga dalam.
“Hei! Minggir dari papaku!” Si gadis berusaha mendorong Jay, tapi mendadak saja dia terkejut karena merasa seperti mendorong beton kokoh yang tak bisa digerakkan meski sejengkal.
Jay tidak bergeming dari tempatnya dan masih menopang si bapak di pangkuannya sambil dia terus berupaya.
"Aku punya pengetahuan medis tradisional yang mungkin bisa menolong Beliau."
Jay memberikan premisnya.
Sang putri menatap Jay dengan tatapan tidak percaya dan sedikit kesal. "Apa? Medis tradisional? Nggak, terima kasih! Papaku butuh pertolongan medis modern, bukan dukun!"
Tanpa menghiraukan penolakan tersebut, Jay terus mengalirkan energi chakra dan menekan titik-titik Anahata di area dada, yang terkait dengan jantung dan paru-paru.
"Hei! Apa yang kamu lakukan?" teriak si gadis panik. "Lepaskan papaku! Aku udah bilang nggak mau!"
Jay tetap fokus pada tindakannya, mengabaikan teriakan gadis itu.
Beberapa pengunjung taman mulai berkerumun, ada yang berbisik-bisik kebingungan, ada pula yang tampak khawatir dengan tindakan Jay.
"Tolong hentikan orang lancang ini!" seru si gadis pada orang-orang di sekitarnya. Namun, tak ada yang berani mendekat, melihat keseriusan dan kepercayaan diri yang terpancar dari sikap Jay.
Tanpa bisa dilihat oleh mata telanjang, Jay mengalirkan energi listrik dari telapak tangannya ke dada si bapak.
“Ugh!” Tubuh bapak itu seperti melonjak kecil seakan terkena alat kejut jantung. Dia mulai membuka matanya.
Perlahan, wajah pria paruh baya itu menunjukkan perubahan. Napasnya yang tadinya tersengal mulai teratur. Raut kesakitan di wajahnya berangsur menghilang.
“Astaga! Petugas PPSU itu berhasil!” seru seorang ibu sambil memekik takjub.
Putri si bapak hanya bisa melongo melihat apa yang terjadi. Bagaimana bisa medis tradisional memberikan pertolongan pertama pada pasien serangan jantung? Bukankah itu sebuah kemustahilan?
Bapak itu menatap ke sekeliling. "Apa yang terjadi?" tanyanya lemah.
Dia masih belum sepenuhnya paham karena yang dia ingat hanyalah merasakan dadanya sakit dan setengah tak sadarkan diri.
"Papa!" seru sang putri, berlutut di samping ayahnya. "Papa nggak apa-apa? Gimana perasaan Papa?"
Gadis itu menggeser Jay untuk meraih ayahnya. Kali ini sangat mudah.
Itu karena Jay tidak melawan dan membiarkan saja. Toh, dia sudah menyelesaikan apa yang harus dia lakukan. Menolong orang dengan pengetahuan medis tradisional dicampur kanuragan sudah biasa dia lakukan sebelum ini. Sudah banyak tokoh penting di berbagai belahan dunia terselamatkan nyawanya berkat kemampuan dia.
Si bapak mengangguk pelan. "Ya, Fei. Papa baik-baik aja. Malahan rasanya ... jauh lebih baik. Seperti ada energi baru yang mengalir dalam tubuh Papa."
Gadis itu makin heran dengan ucapan ayahnya. Energi baru? Yang lebih mengherankan, ayahnya bisa langsung berdiri dengan kondisi prima, seakan tak pernah mengalami serangan jantung.
Jay mengambil sapunya dan berkata pada si bapak. "Sebaiknya Bapak selalu menjaga pola makanan bergizi agar terhindar dari serangan jantung lagi dan menjauhi stres."
Si bapak menatap Jay, mengetahui bahwa pemuda itu yang sudah menyelamatkannya. Bahkan dalam ingatan samarnya, dia mengetahui energi kejut nan ajaib dari tangan Jay di dadanya.
Si bapak menatap Jay dengan penuh kekaguman. "Terima kasih, Nak. Kamu ... kamu telah menyelamatkan nyawaku. Siapa namamu? Aku Tristan."
"Saya Jay, Pak Tristan. Hanya seorang tukang sapu biasa," jawab Jay rendah hati.
Tatapan mata si bapak penuh akan kekaguman melihat Jay yang rendah hati, tapi memiliki kemampuan hebat.
Si bapak tersenyum, lalu menatap putrinya. "Fei, kamu harus minta maaf pada Jay. Dia udah menolongku, padahal tadi kayaknya kamu marah-marah ke dia, kan?"
Meski dalam kondisi setengah sadar, Tristan mengetahui samar-samar apa yang terjadi di sekitarnya.
Wajah si gadis memerah karena malu. Mau tak mau, dia berdiri dan berbicara pada Jay dengan suara yang lebih lembut, "Aku Feinata. Ung … maafkan aku. Tadi aku ... aku terlalu panik dan nggak percaya sama kamu. Makasih banyak udah menyelamatkan papaku."
Meski begitu, masih ada keengganan di hati Feinata mengucapkan itu. Sepertinya Tristan terlalu memanjakannya sehingga putrinya kurang bisa tulus mengakui kekeliruannya.
Meski Jay paham Feinata terpaksa meminta maaf dan berterima kasih padanya, dia tidak mempermasalahkan hal remeh semacam itu. "Nggak apa-apa. Yang penting Pak Tristan baik-baik aja."
Kerumunan di sekitar mereka mulai berbisik-bisik kagum. "Luar biasa ... siapa dia?"
"Gimana bisa seorang pasukan oranye punya kemampuan seperti itu?" Ada yang berkomentar demikian.
“Eh, jangan meremehkan petugas PPSU.” Orang di sampingnya menegur.
Tak lama kemudian, ambulans yang dipanggil tiba. Petugas medis terkejut mendapati kondisi pasien sudah stabil. Mereka bertanya-tanya siapa yang telah memberikan pertolongan pertama yang sangat efektif ini.
Sementara itu, Jay sudah kembali ke pekerjaannya, menyapu daun-daun kering seolah tak terjadi apa-apa.
Tanpa ada yang tahu, Jay tersenyum tipis. Misinya hari ini berjalan lancar, bahkan lebih dari yang diharapkan. Dia berhasil membangun citra sebagai orang biasa dengan kemampuan luar biasa, semakin memperkuat penyamarannya di kota Jatayu.
Malam harinya, Jay membawa karung besar dan memulai penyamarannya sambil mencari info di jalan.
“Jek, mau pergi lagi? Dandananmu ….” Atin menatap Jay dari atas sampai bawah.
“Malam ini aku ingin jadi pemulung. Sampai nanti!” Jay melambai santai ke Atin yang menghela napas pasrah.
Kali ini Jay melakukan ‘patroli rahasia’ di distrik pinggiran Kota Jatayu yang terkenal rawan. Menyamar sebagai pemulung, dia memanggul karung berisi botol-botol bekas.
“Jangan sembarangan! Minggir! Argh!”
Tiba-tiba, Jay mendengar suara teriakan wanita dari sebuah gang sempit.
Mendengar teriakan seorang wanita, secara otomatis Jay berlari ke sumber suara.“Hei!” Jay meneriaki sekumpulan preman berjumlah mencapai 11 orang.Mereka semua menoleh ke Jay yang ada di ujung gang.“Bung, jangan ikut campur!” Salah satu preman bertubuh besar berujar ke Jay.Seorang wanita muda berpakaian setelan blazer merah dan celana panjang hitam sederhana namun elegan sedang dikepung 11 preman. Meski begitu, sikapnya masih terlihat tenang dan ini cukup menggelitik benak Jay.Dia tadi melihat wanita itu dengan cekatan menghindari serangan para preman, menunjukkan kemampuan bela diri. Namun, jumlah preman yang terlalu banyak mulai memojokkannya.“Kalian nggak malu keroyokan mengganggu satu wanita kayak gitu?” Jay terus mendekat.“Mau jadi pahlawan, Bro?” teriak preman lainnya dengan tatapan sengit ke Jay.Tanpa pikir panjang, Jay melemparkan karungnya ke samping dan bergegas ke kerumunan itu. Satu tendangan lompatannya mengakibatkan seorang preman terpental dengan cepat, sehingga
“Supreme NeoTech. Gimana menurut Bapak? Namanya keren, kan? Dan terdengar gahar.”Jay memulaskan senyuman pada wajah tampannya yang dingin.Atin mengangguk-angguk sembari tersenyum setuju. “Aku percaya apa pun yang menjadi pemikiranmu. Hanya saja, tetaplah waspada dan berhati-hati atas semua ancaman dari berbagai arah. Kau mewarisi organisasi besar yang punya banyak rival. Mereka tentu berlomba ingin menjatuhkanmu.”Bagaikan seorang ayah, Atin menasehati Jay.“Iya, Pak. Aku tau. Itulah kenapa, aku berusaha nggak menampakkan wajah asliku di depan orang yang bukan anggota kita. Salah satunya untuk menghindari yang Pak Atin cemaskan tadi.”Jay menarik napas panjang, merasa lega sudah menyampaikan salah satu langkah awalnya untuk menapaki jalan ke puncak rantai makanan.“Lalu, apa aja yang kamu butuhkan untuk perusahaanmu, Jek?” tanya Atin.Sebagai guru dan penasihat Jay, dia juga tak sabar ingin mengetahui apa saja langkah-langkah cerdas murid binaannya.“Aku ingin merekrut ilmuwan dan t
“Gimana, Pak? Apakah menurutmu impianku terlalu muluk? Terlalu mengada-ngada?” Jay hanya sekedar bertanya untuk formalitas saja.Andaikan Atin mengatakan dia memang terlalu muluk-muluk, dia tetap akan menjalankan rencananya. Tak ada yang bisa menghentikan dia apabila dia sudah seyakin ini dengan berbagai rencananya.Atin menepuk pundak Jay. "Nggak muluk, Jek. Cuma aku cuma ingin memberimu pesan dan nasehat yang mungkin sering kamu dengar sampai bosan, aku tak peduli. Yaitu … hati-hati dalam segala langkahmu, Jek. Jangan sampai kekuasaan membutakanmu. Ingat selalu tujuan awal kita."Menatap mata teduh menenangkan Atin, Jek merasakan kedamaian. Apakah ini rasanya punya ayah yang bijak?Jay mengangguk. "Tentu, Pak. Aku nggak akan pernah lupa. Semua ini demi Astronesia yang lebih baik dan demi ambisiku sendiri, ha ha ha!"Dia mengucapkannya secara jujur karena yang di depannya adalah Atin, sosok yang sudah mengenalnya luar dalam dengan jelas."Baiklah," ujar Atin. "Aku percaya padamu, Jek
Bima, sang ahli robotika, langsung terpesona. "Dengan fasilitas seperti ini, aku yakin kita bisa menciptakan robot yang bahkan belum pernah dibayangkan sebelumnya!"Sementara itu, Jay juga mulai menjalankan rencananya untuk menjalin kerjasama dengan universitas-universitas top di Astronesia. Dia mengadakan pertemuan dengan para rektor dan dekan fakultas teknik."Supreme NeoTech ingin menjadi jembatan antara dunia akademis dan industri," Jay memaparkan visinya. "Kami siap mendanai penelitian-penelitian breakthrough dan menyediakan magang bagi mahasiswa terbaik kalian."Tawaran ini disambut antusias oleh pihak universitas. Mereka melihat ini sebagai kesempatan emas untuk mendorong inovasi dan memberikan pengalaman nyata bagi mahasiswa mereka.“Ini hal yang sangat bagus, Pak Jay! Kami sangat mendukung program Anda!” Salah satu rektor memuji.Namun, di balik semua gebrakan ini, Jay tetap waspada. Dia tahu bahwa langkah-langkah agresif Supreme NeoTech pasti akan menarik perhatian, baik dar
Proyek Arcapada adalah sistem AI terintegrasi yang mampu mengendalikan berbagai aspek infrastruktur kota, dari manajemen lalu lintas hingga distribusi energi. Dengan Arcapada, sebuah kota bisa dioperasikan dengan efisiensi maksimal."Tapi Pak, Arcapada belum sepenuhnya siap," protes Runa. "Masih ada beberapa bug yang perlu diperbaiki."Dia tidak menutupinya dari Jay."Kalian punya waktu dua minggu untuk menyempurnakannya," tegas Jay. "Kita akan melakukan uji coba di salah satu distrik Jatayu."Sementara tim teknisinya bekerja lembur menyempurnakan Arcapada, Jay mulai melobi pemerintah kota Jatayu untuk mendapatkan izin uji coba. Dengan bantuan koneksinya di pemerintahan, izin tersebut berhasil didapatkan dalam waktu singkat.Di sisi lain, Viktor Raditya dari TechNova tidak tinggal diam. Dia mulai menyebarkan rumor negatif tentang Supreme NeoTech melalui media yang bisa dipengaruhinya."Supreme NeoTech adalah ancaman bagi privasi warga," tulis salah satu artikel yang disponsori TechNov
Jay tahu ini kesempatan emas. Dia bisa mendapatkan informasi langsung dari musuhnya. "Ba-baik, Pak. Tapi saya harus menyelesaikan pekerjaan saya dulu.""Oh, jangan khawatir soal itu. Aku akan bicara sama atasanmu," ujar Viktor, mengeluarkan ponselnya.Sementara Viktor sibuk menelepon, Jay diam-diam mengaktifkan perekam suara di earpiece-nya.Mereka kemudian berjalan ke sebuah kafe terdekat. Viktor memesan kopi mahal, sementara Jay hanya meminta air putih, mempertahankan peran bersahajanya."Jadi, gimana pendapatmu tentang perubahan yang terjadi di kota ini?" tanya Viktor.Dia langsung ke pokok pembicaraan, tanpa basa-basi.Jay pura-pura bingung. "Maksud Bapak?"Dia langsung waspada atas pertanyaan mendadak semacam itu. Apakah Viktor mengetahui penyamarannya?"Yah, apa kamu tau perusahaan Supreme NeoTech yang bikin Arcapada? Apa kamu nggak merasa itu ... berbahaya?"Sambil meneliti roman wajah Viktor, akhirnya Jay menarik kesimpulan bahwa Viktor benar-benar bertanya dan bukannya menget
Jay menggunakan tubuh pria yang roboh sebagai perisai, kemudian melemparkannya ke arah si penembak. Kedua pria itu bertabrakan, jatuh berguling di lantai.Dengan cepat, dia menghubungi Erlangga melalui earpiece-nya. "Kirim bantuan."Malam yang seharusnya menjadi persiapan terakhir sebelum peluncuran Arcapada, kini berubah menjadi pertarungan hidup dan mati. Jay tahu, dia harus bertahan dan keluar hidup-hidup dari situasi ini. Bukan hanya demi Supreme NeoTech dan PhantomClaw, tapi juga demi masa depan Astronesia yang dia impikan.“Tiga lawan jatuh, tersisa empat lagi.” Jay bisa merasakan energi murni mengalir deras dalam tubuhnya. Dia mulai mengaktifkan ilmu kanuragan yang dia kuasai.Tiba-tiba, Jay menghilang dari pandangan. Para penyerang kebingungan."Ke mana dia?" Salah satu dari mereka bertanya panik.Jawaban datang dalam bentuk tendangan keras yang menghantam rusuk salah satu pria, membuatnya terpental beberapa meter. Jay muncul seolah dari udara kosong, berkat ilmu meringankan t
"Tapi ini hanya membuktikan betapa revolusionernya proyek ini. Kami di Supreme NeoTech tidak akan mundur hanya karena ancaman," tegas Jay. Sorot matanya tajam menatap kamera-kamera wartawan yang menyorot padanya, seakan sedang memberikan determinasi ke siapa pun yang menontonnya.Di tempatnya, Viktor menghela napas lega karena Jay tidak mengatakan apa-apa mengenai siapa pelaku."Sepertinya dia nggak tau." Dengan itu, Viktor terkekeh, merasa menang.Setelah konferensi pers berakhir, Jay segera kembali ke markas untuk memulai implementasi Arcapada.“Aku harap lorong bawah tanah ini aman dari mana pun dan nggak ditemukan siapa pun kecuali kita.” Jay berkata sambil menyusuri jalanan yang dia bangun di bawah gedung Supreme NeoTech menggunakan golf car.Dengan adanya terowongan rahasia di bawah tanah, Jay selalu punya jalan pintas tersendiri. Uang memang bisa melakukan berbagai macam hal.“Anda begitu genius, Bos! Memban
* * *Ketika pesta yang dinantikan tiba, semua mata tertuju pada pasangan yang tengah menjadi pusat perhatian.Jay tampil memukau dalam setelan jas hitam klasik dengan aksen emas di bagian kerah, yang dirancang khusus oleh perancang busana ternama dunia. Rambutnya disisir rapi ke belakang, memancarkan aura karisma dan kekuasaan.Zafia, di sisi lain, terlihat seperti dewi. Gaun pengantinnya, rancangan desainer haute couture terkenal dari kota mode internasional, Parisiane, terbuat dari bahan sutra putih yang dihiasi kristal Swarovski.Sebuah jubah panjang dengan bordir emas mengalir di belakangnya, membuatnya tampak seperti ratu sejati. Tiara berlian bertengger di kepalanya, melengkapi penampilannya yang elegan dan memesona.“Astaga! Mereka keren banget!” seru salah satu tamu undangan.“Duhai! Aku yakin baju mereka bukan barang sepele.” Tamu lain berdesis saat melihat Jay dan Zafia.“Mana ada barang sepele di sekitar pengusaha muda dan sukses yang kekayaan bersihnya dikatakan mencapai
“Terima kasih, suamiku.” Di samping Jay, Zafia tersenyum ketika tatapan mereka saling bertaut mesra.“Hah? Jadi … selama ini Kak Fia udah menikah?” Tiba-tiba muncul Feinata di ruang tamu.Gadis itu mendekat dengan wajah terkejutnya.“Maaf kalau kamu baru tau ini sekarang, Fei.” Zafia meraih adiknya untuk dia rangkul.Saat Feinata hendak menyahut, terdengar bunyi bel pagar depan.“Ah! Itu pasti si bodoh itu!” Feinata melepaskan rangkulan kakaknya dan berlari ke depan untuk membukakan pagar.Tak berapa lama, Feinata kembali masuk ke dalam sambil membawa pria muda. Jay tersenyum karena sangat mengenali pemuda itu. Radeva.“Permisi, Tante dan Om.” Radeva menyapa pasangan Narendra. “Oh, Kak Fia dan Bang Jay juga.” Dia tidak melupakan pasangan muda di sana.“Heh, kamu tau,” Feinata menepuk keras lengan Radeva dan berkata, “Kak Fia dan Bang Jay udah menikah! Kamu kapan ngelamar aku?”“Fei!” Ibunya langsung menegur putri bungsunya yang terlalu frontal ketika bertutur. “Kamu ini perempuan, loh
“Fu fu fu ….” Jay terkekeh santai.Dia duduk di kursi kulit hitamnya yang megah, di ruang kerja yang memancarkan kemewahan modern.Sambil memegang cangkir teh herbal yang baru saja dituangkan oleh Atin, wajahnya tetap tenang, dengan sedikit senyum penuh keyakinan yang hanya dia tunjukkan pada orang-orang terdekatnya.“Aku tidak bermain, Pak,” kata Jay dengan suara datar namun penuh makna. “Aku hanya memastikan papan catur tetap di bawah kendaliku. Apa gunanya menjadi raja jika kamu tidak bisa mengontrol bidak-bidakmu?”Atin tersenyum tipis, mengakui kecerdikan bosnya. “Kamu bahkan mengalahkan mereka yang mencoba mengaitkanmu dengan PhantomClaw. Kini publik melihatmu sebagai pahlawan teknologi Astronesia.”Jay menyesap tehnya perlahan, matanya menatap jendela besar yang memperlihatkan pemandangan Jatayu yang gemerlap di malam hari.Kota itu, dengan segala kesibukannya, kini terasa seperti berada di telapak tangannya.Seiring waktu, NeoTech, perusahaan teknologi milik Jay, menjadi binta
Jonas mencoba mempertahankan argumennya. “Jenderal, saya yakin ada sesuatu yang disembunyikan oleh Jay. Keberadaannya di Jorgandia bisa saja ....”“Cukup!” potong Hambali dengan nada keras, membuat Jonas terdiam. “Fakta menunjukkan bahwa Jay Mahawira berada di Jorgandia, bekerja sama dengan ilmuwan internasional untuk sesuatu yang sangat penting bagi masa depan dunia. Dan sementara itu, Anda menyebarkan tuduhan bahwa dia adalah seorang kriminal yang memimpin organisasi bawah tanah. Apa yang Anda harapkan? Bahwa publik akan percaya omong kosong ini tanpa bukti yang jelas?”Jonas berusaha keras menyusun pembelaan. “Saya memiliki informasi dari Bruno sebelum dia mati, dan saya yakin itu valid. Jay—”“Bruno adalah kriminal yang bermain di dua sisi!” bentak Hambali. “Dan sekarang Anda ingin membangun seluruh argumenmu berdasarkan kata-kata seorang pengkhianat?”“Pak Jonas,&rdqu
“Jangan harap kamu bisa sewenang-wenang, Jek Jon!” seru Jonas.Pertarungan semakin sengit. Jonas menggunakan teknik Cakar Garuda, sebuah gaya bertarung yang memadukan kekuatan fisik dengan gerakan cepat.Dengan teknik itu, dia berhasil meloloskan dirinya dari cengkeraman Jek Jon.Namun, Jek Jon memiliki keunggulan dalam pengalaman dan teknik kanuragan tingkat tinggi.Dengan gerakan Langkah Naga Terbang, dia mengelak dari setiap serangan Jonas sambil melancarkan pukulan dan tendangan presisi yang mulai melemahkan sang mayor jenderal.Jonas tidak gentar. Dia mengaktifkan teknik bela diri Harimau Lembah yang menjadi kebanggaan Kostrad.Membawa serangan cepat, dia melancarkan pukulan dan tendangan yang ditujukan ke titik vital Jek Jon.Namun, Jek Jon memblokir setiap serangan dengan mudah, menggunakan teknik Cengkraman Naga Hitam untuk menangkap pergelangan tangan Jonas dan memutarnya hingga terdengar bunyi retakan kecil.Jonas meringis kesakitan, tetapi dia tidak menyerah. Dengan lompata
"Rupanya sungguh Pak Mayjen Jonas Patulubi, salah satu orang kepercayaan Pak Jendral Hambali Sardi." Jek Jon terkekeh santai. Dia berdiri di depan pondok utama milik Bruno, sedangkan mayat pria itu masih di dalam sana. Di belakang Jonas, sekelompok pasukan Kostrad bersenjata lengkap berjaga dalam formasi disiplin. Jonas maju selangkah, tatapannya tajam mencoba memberikan perasaan superior ke Jek Jon. "Kamu tak perlu berpura-pura lagi, Jek Jon. Kami tau siapa kamu sebenarnya. Kamu pikir bisa menyembunyikan identitasmu selamanya? Bruno sudah memberiku cukup petunjuk." Jay dalam wujud Jek Jon, menyeringai kecil seraya berkata, "Bruno? Anda mengandalkan ucapan orang yang bahkan tak tau caranya melindungi diri sendiri? Saya berduka untuk Anda, Mayjen. Saya kira Anda lebih pintar dari itu." Kemudian Jek Jon memberikan gestur mengejek ke Jonas beserta ekspresi wajah yang tak berlebihan tapi menusuk ulu hati lawannya. Jonas menggeram pelan, menahan amarah. "Kami tau kamu adalah Jay M
"Tutup moncong busukmu, Jek! Aku tak butuh belas kasihanmu!" teriak Bruno. "Lebih baik kau lekas menyerah padaku, dan PhantomClaw milikmu akan baik-baik saja!" Jek Jon terkekeh sembari dia menerima pukulan demi pukulan Bruno. Kali ini dia tidak menghindari. "Memangnya apa yang dijanjikan majikanmu mengenai aku dan PhantomClaw?" Jek Jon bertanya dengan bahasa tersirat. Dia sudah paham bahwa di balik pergerakan organisasi milik Bruno yang mengganggu PhantomClaw, pasti ada orang dengan kedudukan tinggi yang ingin dia hancur. Hanya saja, dia belum bisa memastikan orangnya. Tapi dia yakin, tak lama lagi semua tabir akan terbuka untuknya. Bruno menyeringai. "Beliau hanya meminta aku untuk mengendalikan kamu yang mirip kuda liar! Maka dari itu, Jek. Kusarankan kamu lekas menyerah dan kalian akan tetap bisa bertahan. Patuhlah!"Seraya menyerukan kata terakhir, Bruno mengirimkan pukulan tenaga dalam dari jarak 15 meter ke Jek Jon di depannya. "Apakah kepalamu terbentur meja saat kamu m
"Oh, rupanya kau juga mampu menggunakan kekuatan semacam itu, he he!" Keluar seringaian dari Jek Jon. Bukannya gentar, dia justru terpacu untuk lekas menerjang ke Bruno. "Kemari kau, Jek Jon sampah!" teriak Bruno. Malam itu, di sebuah kedalaman wilayah yang jauh dari pemukiman penduduk di Pulau Gaharu, suasana tegang telah tercipta sejak awal. Jek Jon mengumpulkan tenaga murni, aliran chakra segera membanjiri tubuhnya, pergi ke titik-titik chakra untuk memaksimalkan potensi di setiap lini tubuhnya. "Hmph!" Jek Jon mendengus keras seraya meledakkan auranya sehingga debu di sekelilingnya mulai beterbangan. Setelahnya, dia melesat ke Bruno yang telah menanti dengan mata nyalang melotot. "Ayo! Kita tak perlu banyak basa-basi!" seru Bruno tanpa mengendurkan auranya sendiri. Jay yang sedang dalam mode Jek Jon si Raja Bengis, lekas menebaskan tangannya yang membentuk cakar. Angin energi keluar dari sana dan siap mencabik Bruno. "Apa itu basa-basi? Justru kamu yang te
“Dia adalah Jay, Pa.” Zafia menjawab Tistan.Zafia tidak ingin secara gamblang mengungkap mengenai jati diri suaminya.Tapi, Tristan tidak puas dan masih bertanya, “Iya, dia adalah Jay. Tapi apakah dia juga punya identitas lain sebagai Jek Jon?”Sembari memunculkan senyumannya, Zafia menyahut, “Dia Jay, Pa. Jay Mahawira.”Usai mengucapkan kalimat itu, tampaknya tak hanya Tristan yang gemas. Yoana pun demikian.“Fia, jawab yang benar!” Yoana kehilangan kesabaran.Yoana merasa putrinya sedang menutupi sesuatu dan hal tersebut berbahaya dan menakutkan.Bagaimana mungkin sesuatu yang berkaitan dengan organisasi mafia terbesar di Astronesia tidak menakutkan?“Dia suamiku, Ma, Pa. Dia Jay Mahawira. Tentunya jawaban ini sudah lebih dari cukup, kan?” Masih dengan ketenangan yang sama, Zafia menanggapi kedua orang tuanya.Tristan menghela napas, tak tau lagi bagaimana cara berpikir Zafia. Membela suaminya sedemikian kuat di depan orang tuanya sendiri ketika sang suami terindikasi memiliki kait