Share

Kebangkitan Klan Phoenix
Kebangkitan Klan Phoenix
Author: Jimmy Chuu

Di Pintu Portal.

Author: Jimmy Chuu
last update Last Updated: 2025-01-25 23:04:54

Pohon prem bergoyang lembut, aroma bunganya yang manis memenuhi udara. Awal musim semi membawa keindahan yang memikat siapa saja yang melangkah ke sini.

Tahun ini adalah 575 dalam kalender Kekaisaran Hersen. Di tengah ketenangan, sebuah portal sihir muncul, memancarkan cahaya biru keperakan. Dari dalamnya, tiga sosok muncul: seorang pemuda manusia, seekor Kyuubi berekor sembilan, dan seekor Pegasus yang memancarkan aura agung.

Namun....

"Berhenti!" Suara tegas memecah keheningan Hutan. "Jangan bergerak, serahkan diri sekarang juga!"

Sekelompok prajurit Kekaisaran dengan baju zirah muncul dari balik pepohonan, lanngsun mengepung. Gerakan tentara itu serempak, jumlahnya lima ratus orang.

"Tentara Suci Qinchang?" gumam pemuda bernama Kiran itu bingung.

Kiran memandang sekeliling dengan heran. "Kenapa kalian, pasukan elit Kekaisaran, mengepungku? Apa salahku?" tanyanya tenang.

"Aku juga bagian dari Tentara Suci. Aku sedang menjalankan tugas rahasia!" Kiran mengangkat sebuah token emas. Token ini adalah simbol kehormatan tertinggi, bukti statusnya yang tinggi di Tentara Suci.

Pemimpin pasukan itu, seorang pria besar dengan helm berbentuk naga, berhenti sejenak, menatap token itu.

Namun, wajahnya mengeras.

"Ini bukan urusanku. Tugas kami menangkap Anda dan membawa Anda ke hadapan Kaisar. Di sana Anda akan mengetahui kesalahan Anda," jawabnya dingin.

Kiran tersenyum tipis, lalu tertawa. "Menangkapku dengan lima ratus orang ini? Kalian terlalu percaya diri. Aku ragu kalian bisa melakukannya," katanya.

Gadis kecil bernama Roneko maju. Meskipun kecil, sembilan ekor Kyuubi di belakangnya menegaskan identitasnya sebagai makhluk mistis legendaris. Matanya memancarkan aura api. Roneko adalah ahli chakra api. Kali ini dia siap memuntahkan api tekutuk, menghabisi lima ratu tentara.

Keheningan langsung menyelimuti area, ketegangan memenuhi udara.

Pemimpin Tentara Suci, Khanze, melangkah maju, ia memberi kode dengan jarinya. Seketika, seratus Tentara Suci bergerak serentak, mengepung Kiran dengan pedang dan tombak terhunus.

"Baiklah," ujar Kiran menantang. "Jika kalian ingin melihat kemampuan seorang penyihir, aku akan menunjukkannya."

Sebagai penyihir tingkat tinggi, Kiran hanya perlu menggumamkan kata kunci sederhana untuk menghabisi seseorang.

BAM!

Sebuah pedang api muncul di tangannya, menyala-nyala dengan kilauan merah kekuningan yang ganas.

"Berani melawan ini?" ejeknya, pandangannya penuh provokasi.

"Sombong!" cecar Khanze dengan kemarahan. Ia menunjuk Kiran dengan pedangnya, memberi perintah tanpa suara.

Seratus Tentara Suci bergerak serentak. Pedang berukir rumit di tangan mereka berkilau dalam serangan yang terkoordinasi.

"Menyerah!" desis mereka dari balik helm.

Namun, Kiran hanya melambaikan pedang apinya dengan santai.

WHOOSH!

Api berkobar menghantam seratus prajurit itu. Kobaran api mengaum seperti harimau yang dilepaskan.

PANG!

Sebuah ledakan terdengar, diikuti suara logam remuk.

Baju zirah sepuluh prajurit melengkung dan koyak. Tubuh mereka terlempar seperti layang putus. Tak lama batuk-batuk, dan memuntahkan darah.

Melihat ini, Kiran memandang Khanze dengan senyum dingin.

Keheningan melanda. Kiran bahkan belum mengeluarkan sihir apinya sepenuhnya, tetapi efeknya sudah sedemikian brutal.

Khanze, yang awalnya penuh percaya diri, kini ragu. Matanya mengamati Kiran dengan waspada, tetapi ia tidak bergerak.

Kabar burung diantara Tentara Suci berkata, Kiran adalah Knight sekaligus penyihir. Ini sosok yang mengerikan diantara dua job petarung.

Kebisuan melanda arena.

Khanze menggenggam pedangnya lebih erat, berusaha mencari sisa keberaniannya. Namun, sebelum ia sempat mengambil keputusan, suara lantang dari langit terdengar memecah kesunyian.

"Kiran! Menyerahlah!" Suara pria itu menggema. "Kau tahu tindakanmu tak bisa dimaafkan. Tapi jika kau menyerah sekarang, aku mungkin bisa membantumu di hadapan Kaisar."

Dari langit, seorang pria tampan muncul, mengenakan zirah perang yang memantulkan cahaya. Ia berdiri di atas pedang raksasa yang melayang, melawan gravitasi dengan mudah.

Prajurit yang mengepung Kiran terdiam, terkesima melihat aksi luar biasa itu.

Wajah Kiran tetap datar, tetapi sorot matanya tajam. Ia tidak menjawab, hanya memandangi pria itu dengan ekspresi rumit.

>>> 

“Master Cho!” seru Kiran, terkejut, saat melihat sosok yang melayang di udara.

Sosok itu berdiri di atas pedangnya yang memancarkan cahaya sihir, tampak gagah dan menakutkan.

Dalam sekejap, Master Cho meluncur turun dengan anggun, mendarat di tanah dengan kedua kaki tegak.

Ia menjaga jarak dari Kiran, aura dominannya membuat para tentara di sekitarnya mundur beberapa langkah.

Master Cho adalah guru pribadi Kiran di Akademi Sihir Golden Arrow. Ia mengenakan zirah perak berukiran sihir kuno dan membawa tombak panjang bercahaya magis. Auranya memancarkan seorang ahli sihir level lima.

Kiran segera membungkuk hormat. Rasa segan dan kagum bercampur di wajahnya.

Di dekatnya, Roneko, Kyuubi berekor sembilan, dan Diolos, pegasus bersayap emas, bersiap siaga, tubuh mereka tegang. Kehadiran Master Cho terasa memberatkan udara. Mereka mulai membaca mantar siap bertarung.

“Hentikan...” desis Kiran, memberi isyarat. “Dia guruku.”

Roneko dan Diolos menurunkan sikap siaga, meski tatapan mereka tetap tajam.

“Master Cho,” kata Kiran, suaranya hormat meski nada waspada terdengar. “Anda datang mewakili Kekaisaran Qingchang, bukan? Tolong jelaskan kesalahan saya agar saya yakin kekaisaran tidak salah tangkap!”

Master Cho tidak langsung menjawab, memindai Kiran dari atas hingga bawah.

Hatinya bergetar saat menyadari keahlian tempur sihir Kiran telah menyamai dirinya. Aura pesona level lima Kiran begitu kuat, seperti badai terkurung di dalam tubuhnya.

“Kiran...” akhirnya Master Cho berbicara, suaranya rendah. “Aku mewakili kekaisaran untuk memintamu pulang. Kamu dituduh sebagai mata-mata Klan Phoenix Merah.”

Kiran mengangkat alis, menunggu gurunya melanjutkan.

“Berita tentang transformasimu di Hutan Ternola telah menyebar. Mereka mengatakan kamu menggunakan sihir Phoenix di Realm Wonderland.”

Master Cho mencondongkan tubuh, suaranya berubah menjadi bisikan. “Berita ini mengguncang Kekaisaran Qingchang. Sebaiknya kamu ikut denganku dan menjelaskan semuanya di hadapan Kaisar.”

Nada tekanan Master Cho membuat Kiran sulit membantah. Sementara Roneko dan Diolos tampak gelisah, tidak rela Kiran pergi sebagai tawanan perang.

Tiba-tiba, Roneko membuka mulut lebar. Suara menggelegar terdengar dari tenggorokannya.

ROAR!

Uap panas memenuhi atmosfer. Api besar menyambar ke arah Master Cho.

“Tahan, Roneko! Jangan gegabah!” teriak Kiran, ekspresinya ngeri. Namun, seruannya terlambat.

Lidah api menghantam Master Cho.

DUAR!

Ledakan mengguncang tanah. Green Dragon Crescent Blade, senjata legendaris Master Cho, berputar di udara, menciptakan layar pelindung magis yang memantulkan api ke segala arah.

Roneko terhuyung mundur, kekuatan sihirnya terhisap oleh pukulan balik. Namun, Master Cho berdiri tegak, matanya tajam memandang makhluk legendaris itu.

Para Tentara Suci yang dipimpin Khanze bergegas maju, suara gemerincing senjata menambah ketegangan. Khanze, wajah merah karena amarah, maju paling depan.

“Mahluk terkutuk!” teriak Khanze. “Berani melawan titah Kaisar! Kau sudah bosan hidup?”

Dengan keberanian ambisius, Khanze mengangkat katana dan mengayunkannya ke arah Roneko, berharap serangan itu mengubah keadaan.

Namun, angin kencang melanda.

WUSH!

Diolos mengepakkan sayap, menciptakan ratusan belati angin yang meluncur tajam ke arah Khanze dan para prajuritnya.

Belati itu berkilauan dalam cahaya sihir, mengincar titik vital.

Sebelum belati itu mencapai sasaran, Green Dragon Crescent Blade bergerak lagi. Master Cho menciptakan layar pelindung sihir di depan para prajurit.

TRANG!

Suara hantaman logam dan sihir menggema. Semua belati terpatahkan, berubah menjadi debu berkilauan yang menghilang.

Khanze dan prajuritnya terhindar dari kematian.

“Sungguh berbahaya!” desis Khanze, mengusap keringat dingin.

Matanya melirik Kiran, yang berdiri siap perang di tengah medan. “Anak muda ini benar-benar berbahaya. Dia membawa dua makhluk aneh yang kekuatannya mengerikan!”

Khanze menggenggam katana lebih erat, sementara para prajurit menunggu perintah, ketakutan bercampur rasa ingin bertahan hidup.

Di depan mereka, Kiran siap bertempur, sorot matanya tajam.

Master Cho terlihat murka. Dengan suara berat, ia menegur muridnya.

“Kiran, murid Akademi Golden Arrow! Apakah kau merasa cukup kuat untuk melawan perintah gurumu? Sudahkah kau melupakan hubungan antara Master dan murid?” Kata-kata ini menusuk hati Kiran, membuat keberaniannya runtuh.

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Jimmy Chuu
itu untuk mempercepat cerita
goodnovel comment avatar
Christyvera liem
kiran sudah pesona level Lima? kok bisa? kan sebelumnya masih level 3, kapan naik level pesonanya?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Teh Bunga Krisan

    “Muridku, Kiran, setujukah kau ikut denganku ke ibu kota? Di hadapan Kaisar, kau akan bersaksi bahwa kau tidak terlibat dengan Klan Phoenix Merah!” kata Master Cho memecah keheningan.Sejak menjadi muridnya, Kiran jarang dipanggil "murid." Namun, panggilan itu membuatnya merasa hangat, meski ia tetap diam.“Aku akan menjamin keselamatanmu,” lanjut Master Cho tegas.Kiran membatu, tatapannya dingin.“Aku akan bersaksi di depan Kaisar bahwa kau tidak bersalah!” suaranya sedikit meninggi, mencoba meyakinkan Kiran.Akhirnya, Kiran menarik napas dalam. Ekspresi tulus Master Cho membuat hatinya sedikit tenang.“Aku setuju! Aku akan ikut ke ibu kota. Tolong buka jalan!” katanya, mendekati Master Cho dan mengangkat tangan, siap diborgol.Ekspresi lega tampak di wajah Khanze dan para Tentara Emas, sementara wajah Master Cho tetap sulit dibaca.Roneko dan Diolos tidak setuju. Roneko, gadis kecil berambut merah, berdiri marah.“Tuan Kiran, aku tidak setuju! Firasatku mengatakan ada yang tidak be

    Last Updated : 2025-01-27
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Di Balairung Istana Raja

    Kota Qingchang berdiri megah sebagai pusat kekuasaan, dikelilingi tembok tinggi yang melindungi rahasia kuno dan sungai deras yang memisahkan dunia luar dari kemewahan di dalamnya. Setiap batu tembok menyimpan kisah pertempuran dan kejayaan.Di sisi utara kota, Istana Raja menjulang anggun. Atapnya yang meruncing seakan menembus langit, melambangkan kekuatan negeri ini. Cahaya matahari memantul dari atap, menciptakan kilauan menakjubkan.Kiran melangkah tertatih di koridor istana, dibebani borgol dan rantai. Suara gemerincing rantai mengisi kesunyian, menandai perjalanan menuju takdir yang tak pasti.Dua tentara suci mengawalnya, diikuti dua ahli sihir dengan aura magis yang menakutkan. Mereka berada di bawah perintah Panglima Tertinggi Eadric Windmere dan Menteri Sihir Eamon Thornfield. Kehadiran mereka menambah suasana mencekam.Sepanjang koridor, puluhan prajurit berdiri tegak, siap menghunus senjata. Ketegangan semakin terasa, setiap napas Kiran dipenuhi rasa takut dan ketidakpast

    Last Updated : 2025-01-28
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Alun-alun Kota Qingchang.

    Hari ketiga setelah sidang pengadilan di balairung istana raja. Suasana kota Qingchang pagi itu riuh rendah, dipenuhi oleh desas-desus dan bisikan-bisikan yang bergulir seperti angin.Tuk – tak – tuk – tak!Suara roda kereta kuda bergema di jalanan berbatu, mengiringi langkah kuda-kuda putih yang gagah. Di belakang kereta, sebuah kerangkeng besi setinggi manusia terlihat jelas.Di dalamnya, seorang pemuda berdiri tegak, tubuhnya dibelenggu rantai yang mengikat pergelangan tangan dan kakinya. Wajahnya tenang, tapi matanya yang dingin memancarkan ketegaran.“Siapa dia? Apakah dia tahanan raja?” tanya seorang wanita tua, suaranya bergetar penuh rasa ingin tahu.“Dia masih begitu muda. Sungguh kasihan!” sahut yang lain, suaranya lirih namun penuh simpati.Semua mata penduduk Kota Qingchang tertuju pada kerangkeng itu. Mereka berdesakan, mencoba melihat lebih dekat sosok yang menjadi tahanan.Rantai yang membelenggu pemuda itu berderak setiap kali kereta bergerak, seolah mengingatkan semua

    Last Updated : 2025-01-31
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Hukuman Sang Penyihir.

    Sementara itu, jauh dari keramaian alun-alun ibu kota, Raja Thalion Stormrider berdiri di balkon tinggi istananya.Teleskop perak di tangannya mengarah ke alun-alun kota, lensanya menangkap setiap detail dari kejauhan. Sorot matanya tajam, menembus jarak untuk memastikan sesuatu yang penting terjadi di sana."Dia sudah tiba," gumam Raja dengan suara rendah yang penuh kepuasan. "Semoga tubuh dan jiwanya terbakar habis, dan Raja Hersen memaafkan Qingchang."Di sampingnya, Kanselir Agung Cedric Ironwood berdiri dengan sikap tenang. Wajahnya yang berkerut oleh usia dan pengalaman tampak ikut senang."Raja tak perlu khawatir," ujar Kanselir, suaranya halus namun penuh keyakinan. "Aku sudah memerintahkan Menteri Sihir dan Kepala Akademi Sihir untuk berjaga-jaga di alun-alun.""Mereka telah menyiapkan pasukan sihir terbaik untuk menangkal segala serangan. Jika Klan Phoenix Merah muncul dan mencoba membuat kekacauan, mereka akan dihadapi dengan kekuatan yang tak tertandingi."Raja menurunkan

    Last Updated : 2025-02-01
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Dejavu Lagi?

    BOOM!Suara ledakan mengguncang alun-alun ketika obor yang dilempar algojo menghantam tumpukan kayu kering. Api langsung menjilat ke atas, membakar udara dengan panas yang menyengat.Di langit, awan gelap mulai berkumpul, seakan alam turut merasakan ketegangan yang memuncak.Derak nyala api terdengar seperti suara ular yang mendesis, sementara asap tebal mulai mengepul ke langit.“Hukuman telah dilaksanakan!” teriak algojo dengan suara keras, mengangkat tangannya ke kerumunan. “Biarkan penyihir ini mati, menebus hutang darah atas perbuatan The Flame, sang Phoenix!”Sorak-sorai dan desisan memenuhi alun-alun.Wajah-wajah penduduk yang menonton tampak keras dan puas, tanpa belas kasihan. Namun, di antara kerumunan, beberapa suara lirih terdengar, seperti bisikan yang takut dihukum.“Dia masih muda... terlalu muda untuk mati seperti ini.”“Apakah kesalahannya sebesar itu? Dia hanya dituduh sebagai mata-mata. Belum ada bukti yang jelas.”Kiran, yang terikat di tiang kayu, mulai gelisah.A

    Last Updated : 2025-02-10
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Tiga Pelarian.

    Kiran terbangun ketika hari sudah senja keesokan harinya. Dalam tidurnya—atau lebih tepatnya, dalam keadaan tidak sadarkan diri—dia bermimpi sedang berdoa di Kuil Dewa Tempestia, dewa yang dipuja di dataran Tengah.Dalam mimpinya, para pendeta di kuil membunyikan lonceng, suaranya berdengung keras, menggema dari dunia lain yang misterius. Suara itu menusuk ke dalam benaknya, membuatnya merasa terpisah dari kenyataan.“Di mana aku?” gumam Kiran perlahan saat bangun dari tempat tidurnya yang sederhana.Selimut tebal yang menumpuk di atas jerami terasa kasar di kulitnya. Dia mengusap wajah, mencoba mengusir sisa-sisa mimpi yang masih membayangi pikirannya.Pandangannya tertuju ke arah jendela kecil di kamar itu. Dari sana, ia bisa melihat Ibukota Qingchang yang megah, dengan menara-menara tinggi menjulang dan lampu-lampu yang mulai menyala seiring datangnya malam.“Sebuah kamar rahasia, di bangunan diatas bukit?” Kiran menyipitkan mata.Pikirannya masih melayang, mencoba mengingat apa ya

    Last Updated : 2025-02-14
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Akhirnya, Melarikan Diri!

    “Kalian masuk lebih dulu!” bisik Emma pelan, suaranya hampir tak terdengar. Ia menunjuk ke arah selokan yang gelap, airnya menggenang busuk dengan bau menyengat yang memenuhi udara.Malam ini terlalu berbahaya. Setiap langkah harus dihitung cermat, setiap suara bisa menjadi petaka. Selalu ada mata-mata atau formasi sihir yang siap menangkap pergerakan mencurigakan.Nethon melompat masuk ke dalam lubang saluran pembuangan tanpa ragu, tubuhnya menghilang dalam kegelapan.Kiran menyusul dengan gerakan cepat, dan terakhir Emma, yang meluncur dengan gesit. Sebagai pengendali air, Emma tak kesulitan menghadapi lingkungan basah dan kotor ini. Air adalah sekutunya, bahkan dalam keadaan paling buruk sekalipun.“Nyalakan cahaya!” perintah Emma singkat, suaranya tetap bernada rendah.Tangan Nethon bergerak cepat membentuk segel sihir. Udara di sekitarnya bergetar halus sebelum mantra terlontar. Sebuah titik cahaya redup muncul di ujung jari telunjuknya, mirip nyala lilin yang kecil namun cukup u

    Last Updated : 2025-02-14
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Hutan Maple.

    Kiran menarik napas dalam-dalam sebelum menyelam ke dalam air yang gelap. Dari balik kabut air yang keruh, dia melihat anak panah meluncur masuk ke dalam arus deras, kecepatannya melambat seiring kedalaman.“Beruntung aku tumbuh di kota kecil. Berenang di sungai bukan hal baru bagiku. Setidaknya, dengan menyelam, aku bisa mengurangi daya serang anak panah dan menghindarinya,” gumam Kiran.Matanya terbuka lebar di dalam air, menatap sekeliling dengan waspada.Cahaya obor yang menyala dari atas memantulkan bayangan samar-samar. Kiran melihat setidaknya sepuluh tentara berdiri di tepi parit, mengelilingi Kota Qingchang. Senjata mereka siap, mata mereka tajam, mencari tanda-tanda gerakannya.“Tapi aku tidak bisa selamanya menyelam. Aku akan kehabisan napas. Aku harus naik ke permukaan dan menghadapi mereka—hidup atau mati.”Kakinya bergerak cepat, menyeret tubuhnya ke tepian. Kepalanya muncul dari air, menghirup udara segar dengan cepat.Di belakangnya, Kiran mendengar suara bentakan dan

    Last Updated : 2025-02-15

Latest chapter

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Dibawah Willow Daun Perak

    Kon pikir dia sudah bersusah payah melakukan akting seperti yang di tunjukan manusia, namun perempuan culas itu tak tersentuh sama sekali.Namun Kiran menyentuh tangannya, memberi kode agar mereka pergi...Dengan berat hati, mereka keluar dari penginapan itu dan mencoba beberapa penginapan lain di sekitarnya. Namun, jawaban yang mereka terima selalu sama—semua kamar penuh karena festival musim semi. Di beberapa tempat, bahkan dengan tawaran uang lebih, mereka tetap ditolak—tanda bahwa kepadatan pengunjung festival memang luar biasa.+++Matahari mulai terbenam, mewarnai langit Zahranar dengan semburat oranye dan merah keunguan yang indah. Menara-menara tinggi kota tampak seperti tombak-tombak raksasa yang menusuk langit, dengan cahaya-cahaya sihir yang mulai berpendar di puncaknya. Kiran, yang kini hampir tidak bisa berjalan sendiri, duduk di sebuah bangku taman kecil di pinggir jalan, di bawah pohon willow perak yang daunnya seperti elf sedang berbisik-bisik dalam bahasa kuno seti

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Penginapan Bulan Perak.

    Kiran menepis tangan Imp yang mencoba mentransfer energi spiritualnya..."Aku... baik-baik saja," katanya. Padahal.. wajahnya pucat pasi seperti kertas dan bibir bawahnya mulai berdarah karena terlalu keras ia gigit untuk menahan sakit. "Well.. mungkin aku hanya... butuh istirahat."Burs melihat sekeliling dengan cemas, matanya yang besar berkilat dengan kekhawatiran. "Kita harus menemukan tempat untuk beristirahat. Tuan membutuhkan meditasi - metode Xiulian untuk memulihkan energi spiritualnya. Jika tidak... ilusi ini tidak akan bertahan sampai fajar."Apa yang tidak dikatakan Burs adalah bahwa jika ilusi itu lenyap, identitas asli mereka akan terungkap. Kiran adalah penyihir api buronan dari Qingchang. Kon dan Burs, dua Impnyam mereka akan menerima hukuman mati jika tertangkap.Saat itu juga.. Mereka berjalan dengan susah payah menyusuri jalanan Zahranar yang ramai. Beruntungnya kehadiran mereka dengan mudah tenggelam di antara kerumunan pengunjung festival. Ibukota Zolia ini me

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Penyihir Lyra.

    *Bab Ekstra, karena gem bertambah diatas 5 gem. Terima kasih pembaca.Akhirnya, giliran mereka tiba. Kiran melangkah maju dengan sikap seorang petani sederhana, sedikit membungkuk dan menghindari kontak mata langsung—sikap yang umum di kalangan rakyat biasa saat berhadapan dengan otoritas. Ia bisa merasakan sihir ilusinya bergetar halus di sekitar tubuhnya, seperti lapisan tipis air yang berusaha mempertahankan bentuknya di telapak tangan."Nama dan tujuan," perintah seorang prajurit dengan suara datar, tombaknya mengetuk tanah sekali — sesekali mengirimkan getaran magis kecil yang bisa Kiran rasakan merambat melalui kakinya."Rajan dari Desa Rohini," jawab Kiran dengan suara yang ia buat lebih berat dan kasar, sempurna meniru aksen pedesaan Wilayah Timur Zolia.Tatapan prajurit manatap dengan sorot menusuk, membuat Kiran memperjelas..."Er... Aku membawa keponakan-keponakanku untuk melihat festival musim semi. Anak-anak ini belum pernah melihat sirkus Arvandis sebelumnya."Kapten B

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Sihir Ilusi - Pesona Level Lima

    Dengan gerakan halus yang hampir tak terlihat — hanya jari-jarinya yang bergerak dalam pola rumit di balik jubah — Kiran mulai melafalkan mantra ilusi tingkat tinggi dalam bahasa kuno. Kata-kata magis mengalir dari bibirnya seperti melodi lembut, hampir tak terdengar namun menggetarkan udara di sekitarnya. Kiran memusatkan energi spiritualnya, merasakan aliran reiki yang berputar di dalam meridiannya, bersinar keemasan dalam pandangan mata batinnya, sebelum kemudian menyebar ke luar, menyelimuti dirinya, Kon, dan Burs dalam lapisan tipis energi tak kasat mata."Lumiiseo Aviectum Mortalis," bisik Kiran, menambahkan kata terakhir untuk memperkuat mantra. Seketika, perubahan halus mulai terjadi pada penampilan mereka, menyebar seperti riak air di kolam yang tenang.Wajah Kiran yang khas dengan mata tajam seperti serigala dan tulang pipi tinggi berubah menjadi wajah pria biasa dengan fitur-fitur yang mudah dilupakan— tipe wajah yang akan terlewatkan dalam kerumunan dan terlupakan seger

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Di Gerbang Zahranar

    Gerbang ZahranarGerbang Zahranar menjulang tinggi, dibangun dari batu marmer putih yang berkilau keperakan di bawah sinar matahari. Ukiran-ukiran rumit menghiasi setiap sentinya, menggambarkan sejarah kuno Kekaisaran Zolia—pertempuran epik, perjanjian damai, dan ritual sihir kuno yang telah lama terlupakan.Simbol-simbol arkais dan rune-rune sihir tersembunyi di antara relief, memancarkan aura magis yang hanya bisa dirasakan oleh mereka yang memiliki kepekaan terhadap energi spiritual.Di bawah lengkungan tembok kota yang megah, ada lebih dari lima ratus orang berbaris dalam antrean panjang yang meliuk seperti naga raksasa yang sedang tertidur. Udara dipenuhi dengan aroma beragam—rempah-rempah eksotis dari pedagang dengan gerobak penuh barang dagangan, aroma dupa yang dibawa peziarah berjubah sederhana, dan wewangian mahal yang menguar dari bangsawan dengan tandu mewah berukir. Semua berbaur dalam ketidaknyamanan yang sama, menunggu giliran diperiksa dalam panas terik yang menyenga

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Kenalan Lama Yang Tak Diinginkan.

    Kiran berdiri diantara sosok penyamun yang kesakitan, tiada tara..."Bagaimana rasanya?" tanya Kiran, suaranya hampir berbisik namun entah bagaimana terdengar jelas di tengah teriakan-teriakan kesakitan. "Bagaimana rasanya tidak berdaya menghadapi sesuatu yang tidak bisa kau lawan?"Kon dan Burs menatap pemandangan itu dengan campuran kekaguman dan ketakutan yang tidak bisa disembunyikan. Mereka telah menyaksikan Kiran bertarung sebelumnya—melihatnya memanggil api Phoenix yang membakar musuh-musuhnya menjadi abu, atau menggunakan Crimson Dawn yang membelah baja seolah itu hanya kain sutra. Tapi ini—sihir ilusi yang menciptakan rasa sakit tanpa meninggalkan bekas fisik—adalah manifestasi kekuatan yang jauh lebih mengerikan. Lebih halus, namun pada saat yang sama, jauh lebih kejam."Tuan," bisik Burs akhirnya, suaranya bergetar. Ia memberanikan diri menyentuh lengan Kiran. "Mereka... mereka sudah cukup menderita."Kiran tidak langsung merespon. Matanya masih terfokus pada para bandit ya

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Ilusi Rasa Sakit.

    Matahari memantulkan cahaya tanpa ampun di lembah berbatu sempit itu, menciptakan bayangan tajam yang menggeliat di permukaan karang.Dua puluh bandit Zolia mengepung Kiran, Kon, dan Burs dalam formasi yang semakin menyempit, pedang-pedang bengkok mereka berkilauan mengerikan setiap kali tertimpa cahaya.Pemimpin bandit, seorang pria dengan bekas luka melintang di pipi kanannya, maju selangkah. Jubah kulitnya yang compang-camping menandakan bertahun-tahun hidup keras di bawah terik matahari padang pasir."Aku tidak akan mengulang perintahku," geramnya, suaranya serak dan penuh ancaman. "Serahkan semua hartamu, atau kau akan menyesal sampai saat-saat terakhir hidupmu."Kiran berdiri tegak, posturnya menunjukkan ketenangan yang ganjil untuk seseorang yang terkepung. Matanya yang tajam bergerak dari satu bandit ke bandit lainnya, mengkalkulasi jarak, senjata, dan postur tubuh mereka."Kami hanya membawa sedikit makanan dan beberapa koin," kata Kiran, suaranya tenang namun tegas. "Ambilla

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Penyamun Yang Tak Tahu Diri.

    Mereka mengisi perbekalan di pasar pagi—roti gandum yang akan tahan beberapa hari, keju keras yang dibungkus dalam daun, buah kering dan kacang-kacangan untuk energi, dan air segar dalam kantong kulit—sebelum meninggalkan kota melalui gerbang utara.Jalan setapak yang mereka ikuti kini lebih lebar dan lebih ramai, dengan beberapa pedagang dan penjelajah yang juga menuju ke arah yang sama."Kota berikutnya adalah Marakand," kata Kiran, mengingat peta yang diberikan Surya. Ia membayangkan garis-garis dan simbol di perkamen tua itu."Kota Seribu Kubah. Kita mungkin bisa mencapai perbatasannya dalam tiga hari jika kita berjalan dengan baik."Perjalanan mereka relatif tenang dan tanpa insiden. Mereka berjalan saat matahari bersinar dan beristirahat di malam hari, terkadang bergabung dengan kelompok pedagang untuk keamanan tambahan.Kon dan Burs semakin terbiasa dengan wujud manusia mereka, meskipun Burs masih sering mengeluh tentang betapa lambatnya berjalan dibandingkan terbang dan bagaim

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Festival Gandum Emas.

    "Kami hanya kaum kelana yang kebetulan lewat," jawab Kiran sopan, menundukkan kepalanya sedikit sebagai tanda hormat."Kami dalam perjalanan ke Zahranar. Bermaksud mengisi perbekalan dan melanjutkan perjalanan besok pagi."Penjaga itu mengangguk, tampak puas dengan jawaban yang jujur."Festival Gandum Emas sedang berlangsung. Kota penuh dengan pengunjung dari seluruh Zolia dan bahkan dari luar kerajaan. Kalian mungkin kesulitan mencari penginapan.""Terima kasih atas informasinya," kata Kiran. "Kami akan mencoba peruntungan kami."Penjaga itu memberi isyarat dengan tombaknya agar mereka lewat. Kiran, Kon, dan Burs melangkah memasuki Samarkhal, segera disambut oleh hiruk-pikuk kota yang sedang berpesta.Jalanan Samarkhal dipenuhi dengan orang-orang yang berpakaian cerah, bernyanyi dan menari dalam lingkaran-lingkaran besar. Musik dari seruling, tambur, dan alat musik senar yang tidak Kiran kenali mengalun di setiap sudut, menciptakan atmosfer pesta yang meriah.Spanduk-spanduk berwarna

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status