Share

Kebangkitan Klan Phoenix
Kebangkitan Klan Phoenix
Author: Jimmy Chuu

Di Pintu Portal.

Author: Jimmy Chuu
last update Last Updated: 2025-01-25 23:04:54

Pohon prem bergoyang lembut, aroma bunganya yang manis memenuhi udara. Awal musim semi membawa keindahan yang memikat siapa saja yang melangkah ke sini.

Tahun ini adalah 575 dalam kalender Kekaisaran Hersen. Di tengah ketenangan, sebuah portal sihir muncul, memancarkan cahaya biru keperakan. Dari dalamnya, tiga sosok muncul: seorang pemuda manusia, seekor Kyuubi berekor sembilan, dan seekor Pegasus yang memancarkan aura agung.

Namun....

"Berhenti!" Suara tegas memecah keheningan Hutan. "Jangan bergerak, serahkan diri sekarang juga!"

Sekelompok prajurit Kekaisaran dengan baju zirah muncul dari balik pepohonan, lanngsun mengepung. Gerakan tentara itu serempak, jumlahnya lima ratus orang.

"Tentara Suci Qinchang?" gumam pemuda bernama Kiran itu bingung.

Kiran memandang sekeliling dengan heran. "Kenapa kalian, pasukan elit Kekaisaran, mengepungku? Apa salahku?" tanyanya tenang.

"Aku juga bagian dari Tentara Suci. Aku sedang menjalankan tugas rahasia!" Kiran mengangkat sebuah token emas. Token ini adalah simbol kehormatan tertinggi, bukti statusnya yang tinggi di Tentara Suci.

Pemimpin pasukan itu, seorang pria besar dengan helm berbentuk naga, berhenti sejenak, menatap token itu.

Namun, wajahnya mengeras.

"Ini bukan urusanku. Tugas kami menangkap Anda dan membawa Anda ke hadapan Kaisar. Di sana Anda akan mengetahui kesalahan Anda," jawabnya dingin.

Kiran tersenyum tipis, lalu tertawa. "Menangkapku dengan lima ratus orang ini? Kalian terlalu percaya diri. Aku ragu kalian bisa melakukannya," katanya.

Gadis kecil bernama Roneko maju. Meskipun kecil, sembilan ekor Kyuubi di belakangnya menegaskan identitasnya sebagai makhluk mistis legendaris. Matanya memancarkan aura api. Roneko adalah ahli chakra api. Kali ini dia siap memuntahkan api tekutuk, menghabisi lima ratu tentara.

Keheningan langsung menyelimuti area, ketegangan memenuhi udara.

Pemimpin Tentara Suci, Khanze, melangkah maju, ia memberi kode dengan jarinya. Seketika, seratus Tentara Suci bergerak serentak, mengepung Kiran dengan pedang dan tombak terhunus.

"Baiklah," ujar Kiran menantang. "Jika kalian ingin melihat kemampuan seorang penyihir, aku akan menunjukkannya."

Sebagai penyihir tingkat tinggi, Kiran hanya perlu menggumamkan kata kunci sederhana untuk menghabisi seseorang.

BAM!

Sebuah pedang api muncul di tangannya, menyala-nyala dengan kilauan merah kekuningan yang ganas.

"Berani melawan ini?" ejeknya, pandangannya penuh provokasi.

"Sombong!" cecar Khanze dengan kemarahan. Ia menunjuk Kiran dengan pedangnya, memberi perintah tanpa suara.

Seratus Tentara Suci bergerak serentak. Pedang berukir rumit di tangan mereka berkilau dalam serangan yang terkoordinasi.

"Menyerah!" desis mereka dari balik helm.

Namun, Kiran hanya melambaikan pedang apinya dengan santai.

WHOOSH!

Api berkobar menghantam seratus prajurit itu. Kobaran api mengaum seperti harimau yang dilepaskan.

PANG!

Sebuah ledakan terdengar, diikuti suara logam remuk.

Baju zirah sepuluh prajurit melengkung dan koyak. Tubuh mereka terlempar seperti layang putus. Tak lama batuk-batuk, dan memuntahkan darah.

Melihat ini, Kiran memandang Khanze dengan senyum dingin.

Keheningan melanda. Kiran bahkan belum mengeluarkan sihir apinya sepenuhnya, tetapi efeknya sudah sedemikian brutal.

Khanze, yang awalnya penuh percaya diri, kini ragu. Matanya mengamati Kiran dengan waspada, tetapi ia tidak bergerak.

Kabar burung diantara Tentara Suci berkata, Kiran adalah Knight sekaligus penyihir. Ini sosok yang mengerikan diantara dua job petarung.

Kebisuan melanda arena.

Khanze menggenggam pedangnya lebih erat, berusaha mencari sisa keberaniannya. Namun, sebelum ia sempat mengambil keputusan, suara lantang dari langit terdengar memecah kesunyian.

"Kiran! Menyerahlah!" Suara pria itu menggema. "Kau tahu tindakanmu tak bisa dimaafkan. Tapi jika kau menyerah sekarang, aku mungkin bisa membantumu di hadapan Kaisar."

Dari langit, seorang pria tampan muncul, mengenakan zirah perang yang memantulkan cahaya. Ia berdiri di atas pedang raksasa yang melayang, melawan gravitasi dengan mudah.

Prajurit yang mengepung Kiran terdiam, terkesima melihat aksi luar biasa itu.

Wajah Kiran tetap datar, tetapi sorot matanya tajam. Ia tidak menjawab, hanya memandangi pria itu dengan ekspresi rumit.

>>> 

“Master Cho!” seru Kiran, terkejut, saat melihat sosok yang melayang di udara.

Sosok itu berdiri di atas pedangnya yang memancarkan cahaya sihir, tampak gagah dan menakutkan.

Dalam sekejap, Master Cho meluncur turun dengan anggun, mendarat di tanah dengan kedua kaki tegak.

Ia menjaga jarak dari Kiran, aura dominannya membuat para tentara di sekitarnya mundur beberapa langkah.

Master Cho adalah guru pribadi Kiran di Akademi Sihir Golden Arrow. Ia mengenakan zirah perak berukiran sihir kuno dan membawa tombak panjang bercahaya magis. Auranya memancarkan seorang ahli sihir level lima.

Kiran segera membungkuk hormat. Rasa segan dan kagum bercampur di wajahnya.

Di dekatnya, Roneko, Kyuubi berekor sembilan, dan Diolos, pegasus bersayap emas, bersiap siaga, tubuh mereka tegang. Kehadiran Master Cho terasa memberatkan udara. Mereka mulai membaca mantar siap bertarung.

“Hentikan...” desis Kiran, memberi isyarat. “Dia guruku.”

Roneko dan Diolos menurunkan sikap siaga, meski tatapan mereka tetap tajam.

“Master Cho,” kata Kiran, suaranya hormat meski nada waspada terdengar. “Anda datang mewakili Kekaisaran Qingchang, bukan? Tolong jelaskan kesalahan saya agar saya yakin kekaisaran tidak salah tangkap!”

Master Cho tidak langsung menjawab, memindai Kiran dari atas hingga bawah.

Hatinya bergetar saat menyadari keahlian tempur sihir Kiran telah menyamai dirinya. Aura pesona level lima Kiran begitu kuat, seperti badai terkurung di dalam tubuhnya.

“Kiran...” akhirnya Master Cho berbicara, suaranya rendah. “Aku mewakili kekaisaran untuk memintamu pulang. Kamu dituduh sebagai mata-mata Klan Phoenix Merah.”

Kiran mengangkat alis, menunggu gurunya melanjutkan.

“Berita tentang transformasimu di Hutan Ternola telah menyebar. Mereka mengatakan kamu menggunakan sihir Phoenix di Realm Wonderland.”

Master Cho mencondongkan tubuh, suaranya berubah menjadi bisikan. “Berita ini mengguncang Kekaisaran Qingchang. Sebaiknya kamu ikut denganku dan menjelaskan semuanya di hadapan Kaisar.”

Nada tekanan Master Cho membuat Kiran sulit membantah. Sementara Roneko dan Diolos tampak gelisah, tidak rela Kiran pergi sebagai tawanan perang.

Tiba-tiba, Roneko membuka mulut lebar. Suara menggelegar terdengar dari tenggorokannya.

ROAR!

Uap panas memenuhi atmosfer. Api besar menyambar ke arah Master Cho.

“Tahan, Roneko! Jangan gegabah!” teriak Kiran, ekspresinya ngeri. Namun, seruannya terlambat.

Lidah api menghantam Master Cho.

DUAR!

Ledakan mengguncang tanah. Green Dragon Crescent Blade, senjata legendaris Master Cho, berputar di udara, menciptakan layar pelindung magis yang memantulkan api ke segala arah.

Roneko terhuyung mundur, kekuatan sihirnya terhisap oleh pukulan balik. Namun, Master Cho berdiri tegak, matanya tajam memandang makhluk legendaris itu.

Para Tentara Suci yang dipimpin Khanze bergegas maju, suara gemerincing senjata menambah ketegangan. Khanze, wajah merah karena amarah, maju paling depan.

“Mahluk terkutuk!” teriak Khanze. “Berani melawan titah Kaisar! Kau sudah bosan hidup?”

Dengan keberanian ambisius, Khanze mengangkat katana dan mengayunkannya ke arah Roneko, berharap serangan itu mengubah keadaan.

Namun, angin kencang melanda.

WUSH!

Diolos mengepakkan sayap, menciptakan ratusan belati angin yang meluncur tajam ke arah Khanze dan para prajuritnya.

Belati itu berkilauan dalam cahaya sihir, mengincar titik vital.

Sebelum belati itu mencapai sasaran, Green Dragon Crescent Blade bergerak lagi. Master Cho menciptakan layar pelindung sihir di depan para prajurit.

TRANG!

Suara hantaman logam dan sihir menggema. Semua belati terpatahkan, berubah menjadi debu berkilauan yang menghilang.

Khanze dan prajuritnya terhindar dari kematian.

“Sungguh berbahaya!” desis Khanze, mengusap keringat dingin.

Matanya melirik Kiran, yang berdiri siap perang di tengah medan. “Anak muda ini benar-benar berbahaya. Dia membawa dua makhluk aneh yang kekuatannya mengerikan!”

Khanze menggenggam katana lebih erat, sementara para prajurit menunggu perintah, ketakutan bercampur rasa ingin bertahan hidup.

Di depan mereka, Kiran siap bertempur, sorot matanya tajam.

Master Cho terlihat murka. Dengan suara berat, ia menegur muridnya.

“Kiran, murid Akademi Golden Arrow! Apakah kau merasa cukup kuat untuk melawan perintah gurumu? Sudahkah kau melupakan hubungan antara Master dan murid?” Kata-kata ini menusuk hati Kiran, membuat keberaniannya runtuh.

Bersambung

Related chapters

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Teh Bunga Krisan

    “Muridku, Kiran, setujukah kau ikut denganku ke ibu kota? Di hadapan Kaisar, kau akan bersaksi bahwa kau tidak terlibat dengan Klan Phoenix Merah!” kata Master Cho memecah keheningan.Sejak menjadi muridnya, Kiran jarang dipanggil "murid." Namun, panggilan itu membuatnya merasa hangat, meski ia tetap diam.“Aku akan menjamin keselamatanmu,” lanjut Master Cho tegas.Kiran membatu, tatapannya dingin.“Aku akan bersaksi di depan Kaisar bahwa kau tidak bersalah!” suaranya sedikit meninggi, mencoba meyakinkan Kiran.Akhirnya, Kiran menarik napas dalam. Ekspresi tulus Master Cho membuat hatinya sedikit tenang.“Aku setuju! Aku akan ikut ke ibu kota. Tolong buka jalan!” katanya, mendekati Master Cho dan mengangkat tangan, siap diborgol.Ekspresi lega tampak di wajah Khanze dan para Tentara Emas, sementara wajah Master Cho tetap sulit dibaca.Roneko dan Diolos tidak setuju. Roneko, gadis kecil berambut merah, berdiri marah.“Tuan Kiran, aku tidak setuju! Firasatku mengatakan ada yang tidak be

    Last Updated : 2025-01-27
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Di Balairung Istana Raja

    Kota Qingchang berdiri megah sebagai pusat kekuasaan, dikelilingi tembok tinggi yang melindungi rahasia kuno dan sungai deras yang memisahkan dunia luar dari kemewahan di dalamnya. Setiap batu tembok menyimpan kisah pertempuran dan kejayaan.Di sisi utara kota, Istana Raja menjulang anggun. Atapnya yang meruncing seakan menembus langit, melambangkan kekuatan negeri ini. Cahaya matahari memantul dari atap, menciptakan kilauan menakjubkan.Kiran melangkah tertatih di koridor istana, dibebani borgol dan rantai. Suara gemerincing rantai mengisi kesunyian, menandai perjalanan menuju takdir yang tak pasti.Dua tentara suci mengawalnya, diikuti dua ahli sihir dengan aura magis yang menakutkan. Mereka berada di bawah perintah Panglima Tertinggi Eadric Windmere dan Menteri Sihir Eamon Thornfield. Kehadiran mereka menambah suasana mencekam.Sepanjang koridor, puluhan prajurit berdiri tegak, siap menghunus senjata. Ketegangan semakin terasa, setiap napas Kiran dipenuhi rasa takut dan ketidakpast

    Last Updated : 2025-01-28
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Alun-alun Kota Qingchang.

    Hari ketiga setelah sidang pengadilan di balairung istana raja. Suasana kota Qingchang pagi itu riuh rendah, dipenuhi oleh desas-desus dan bisikan-bisikan yang bergulir seperti angin.Tuk – tak – tuk – tak!Suara roda kereta kuda bergema di jalanan berbatu, mengiringi langkah kuda-kuda putih yang gagah. Di belakang kereta, sebuah kerangkeng besi setinggi manusia terlihat jelas.Di dalamnya, seorang pemuda berdiri tegak, tubuhnya dibelenggu rantai yang mengikat pergelangan tangan dan kakinya. Wajahnya tenang, tapi matanya yang dingin memancarkan ketegaran.“Siapa dia? Apakah dia tahanan raja?” tanya seorang wanita tua, suaranya bergetar penuh rasa ingin tahu.“Dia masih begitu muda. Sungguh kasihan!” sahut yang lain, suaranya lirih namun penuh simpati.Semua mata penduduk Kota Qingchang tertuju pada kerangkeng itu. Mereka berdesakan, mencoba melihat lebih dekat sosok yang menjadi tahanan.Rantai yang membelenggu pemuda itu berderak setiap kali kereta bergerak, seolah mengingatkan semua

    Last Updated : 2025-01-31
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Hukuman Sang Penyihir.

    Sementara itu, jauh dari keramaian alun-alun ibu kota, Raja Thalion Stormrider berdiri di balkon tinggi istananya.Teleskop perak di tangannya mengarah ke alun-alun kota, lensanya menangkap setiap detail dari kejauhan. Sorot matanya tajam, menembus jarak untuk memastikan sesuatu yang penting terjadi di sana."Dia sudah tiba," gumam Raja dengan suara rendah yang penuh kepuasan. "Semoga tubuh dan jiwanya terbakar habis, dan Raja Hersen memaafkan Qingchang."Di sampingnya, Kanselir Agung Cedric Ironwood berdiri dengan sikap tenang. Wajahnya yang berkerut oleh usia dan pengalaman tampak ikut senang."Raja tak perlu khawatir," ujar Kanselir, suaranya halus namun penuh keyakinan. "Aku sudah memerintahkan Menteri Sihir dan Kepala Akademi Sihir untuk berjaga-jaga di alun-alun.""Mereka telah menyiapkan pasukan sihir terbaik untuk menangkal segala serangan. Jika Klan Phoenix Merah muncul dan mencoba membuat kekacauan, mereka akan dihadapi dengan kekuatan yang tak tertandingi."Raja menurunkan

    Last Updated : 2025-02-01
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Dejavu Lagi?

    BOOM!Suara ledakan mengguncang alun-alun ketika obor yang dilempar algojo menghantam tumpukan kayu kering. Api langsung menjilat ke atas, membakar udara dengan panas yang menyengat.Di langit, awan gelap mulai berkumpul, seakan alam turut merasakan ketegangan yang memuncak.Derak nyala api terdengar seperti suara ular yang mendesis, sementara asap tebal mulai mengepul ke langit.“Hukuman telah dilaksanakan!” teriak algojo dengan suara keras, mengangkat tangannya ke kerumunan. “Biarkan penyihir ini mati, menebus hutang darah atas perbuatan The Flame, sang Phoenix!”Sorak-sorai dan desisan memenuhi alun-alun.Wajah-wajah penduduk yang menonton tampak keras dan puas, tanpa belas kasihan. Namun, di antara kerumunan, beberapa suara lirih terdengar, seperti bisikan yang takut dihukum.“Dia masih muda... terlalu muda untuk mati seperti ini.”“Apakah kesalahannya sebesar itu? Dia hanya dituduh sebagai mata-mata. Belum ada bukti yang jelas.”Kiran, yang terikat di tiang kayu, mulai gelisah.A

    Last Updated : 2025-02-10
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Tiga Pelarian.

    Kiran terbangun ketika hari sudah senja keesokan harinya. Dalam tidurnya—atau lebih tepatnya, dalam keadaan tidak sadarkan diri—dia bermimpi sedang berdoa di Kuil Dewa Tempestia, dewa yang dipuja di dataran Tengah.Dalam mimpinya, para pendeta di kuil membunyikan lonceng, suaranya berdengung keras, menggema dari dunia lain yang misterius. Suara itu menusuk ke dalam benaknya, membuatnya merasa terpisah dari kenyataan.“Di mana aku?” gumam Kiran perlahan saat bangun dari tempat tidurnya yang sederhana.Selimut tebal yang menumpuk di atas jerami terasa kasar di kulitnya. Dia mengusap wajah, mencoba mengusir sisa-sisa mimpi yang masih membayangi pikirannya.Pandangannya tertuju ke arah jendela kecil di kamar itu. Dari sana, ia bisa melihat Ibukota Qingchang yang megah, dengan menara-menara tinggi menjulang dan lampu-lampu yang mulai menyala seiring datangnya malam.“Sebuah kamar rahasia, di bangunan diatas bukit?” Kiran menyipitkan mata.Pikirannya masih melayang, mencoba mengingat apa ya

    Last Updated : 2025-02-14
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Akhirnya, Melarikan Diri!

    “Kalian masuk lebih dulu!” bisik Emma pelan, suaranya hampir tak terdengar. Ia menunjuk ke arah selokan yang gelap, airnya menggenang busuk dengan bau menyengat yang memenuhi udara.Malam ini terlalu berbahaya. Setiap langkah harus dihitung cermat, setiap suara bisa menjadi petaka. Selalu ada mata-mata atau formasi sihir yang siap menangkap pergerakan mencurigakan.Nethon melompat masuk ke dalam lubang saluran pembuangan tanpa ragu, tubuhnya menghilang dalam kegelapan.Kiran menyusul dengan gerakan cepat, dan terakhir Emma, yang meluncur dengan gesit. Sebagai pengendali air, Emma tak kesulitan menghadapi lingkungan basah dan kotor ini. Air adalah sekutunya, bahkan dalam keadaan paling buruk sekalipun.“Nyalakan cahaya!” perintah Emma singkat, suaranya tetap bernada rendah.Tangan Nethon bergerak cepat membentuk segel sihir. Udara di sekitarnya bergetar halus sebelum mantra terlontar. Sebuah titik cahaya redup muncul di ujung jari telunjuknya, mirip nyala lilin yang kecil namun cukup u

    Last Updated : 2025-02-14

Latest chapter

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Akhirnya, Melarikan Diri!

    “Kalian masuk lebih dulu!” bisik Emma pelan, suaranya hampir tak terdengar. Ia menunjuk ke arah selokan yang gelap, airnya menggenang busuk dengan bau menyengat yang memenuhi udara.Malam ini terlalu berbahaya. Setiap langkah harus dihitung cermat, setiap suara bisa menjadi petaka. Selalu ada mata-mata atau formasi sihir yang siap menangkap pergerakan mencurigakan.Nethon melompat masuk ke dalam lubang saluran pembuangan tanpa ragu, tubuhnya menghilang dalam kegelapan.Kiran menyusul dengan gerakan cepat, dan terakhir Emma, yang meluncur dengan gesit. Sebagai pengendali air, Emma tak kesulitan menghadapi lingkungan basah dan kotor ini. Air adalah sekutunya, bahkan dalam keadaan paling buruk sekalipun.“Nyalakan cahaya!” perintah Emma singkat, suaranya tetap bernada rendah.Tangan Nethon bergerak cepat membentuk segel sihir. Udara di sekitarnya bergetar halus sebelum mantra terlontar. Sebuah titik cahaya redup muncul di ujung jari telunjuknya, mirip nyala lilin yang kecil namun cukup u

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Tiga Pelarian.

    Kiran terbangun ketika hari sudah senja keesokan harinya. Dalam tidurnya—atau lebih tepatnya, dalam keadaan tidak sadarkan diri—dia bermimpi sedang berdoa di Kuil Dewa Tempestia, dewa yang dipuja di dataran Tengah.Dalam mimpinya, para pendeta di kuil membunyikan lonceng, suaranya berdengung keras, menggema dari dunia lain yang misterius. Suara itu menusuk ke dalam benaknya, membuatnya merasa terpisah dari kenyataan.“Di mana aku?” gumam Kiran perlahan saat bangun dari tempat tidurnya yang sederhana.Selimut tebal yang menumpuk di atas jerami terasa kasar di kulitnya. Dia mengusap wajah, mencoba mengusir sisa-sisa mimpi yang masih membayangi pikirannya.Pandangannya tertuju ke arah jendela kecil di kamar itu. Dari sana, ia bisa melihat Ibukota Qingchang yang megah, dengan menara-menara tinggi menjulang dan lampu-lampu yang mulai menyala seiring datangnya malam.“Sebuah kamar rahasia, di bangunan diatas bukit?” Kiran menyipitkan mata.Pikirannya masih melayang, mencoba mengingat apa ya

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Dejavu Lagi?

    BOOM!Suara ledakan mengguncang alun-alun ketika obor yang dilempar algojo menghantam tumpukan kayu kering. Api langsung menjilat ke atas, membakar udara dengan panas yang menyengat.Di langit, awan gelap mulai berkumpul, seakan alam turut merasakan ketegangan yang memuncak.Derak nyala api terdengar seperti suara ular yang mendesis, sementara asap tebal mulai mengepul ke langit.“Hukuman telah dilaksanakan!” teriak algojo dengan suara keras, mengangkat tangannya ke kerumunan. “Biarkan penyihir ini mati, menebus hutang darah atas perbuatan The Flame, sang Phoenix!”Sorak-sorai dan desisan memenuhi alun-alun.Wajah-wajah penduduk yang menonton tampak keras dan puas, tanpa belas kasihan. Namun, di antara kerumunan, beberapa suara lirih terdengar, seperti bisikan yang takut dihukum.“Dia masih muda... terlalu muda untuk mati seperti ini.”“Apakah kesalahannya sebesar itu? Dia hanya dituduh sebagai mata-mata. Belum ada bukti yang jelas.”Kiran, yang terikat di tiang kayu, mulai gelisah.A

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Hukuman Sang Penyihir.

    Sementara itu, jauh dari keramaian alun-alun ibu kota, Raja Thalion Stormrider berdiri di balkon tinggi istananya.Teleskop perak di tangannya mengarah ke alun-alun kota, lensanya menangkap setiap detail dari kejauhan. Sorot matanya tajam, menembus jarak untuk memastikan sesuatu yang penting terjadi di sana."Dia sudah tiba," gumam Raja dengan suara rendah yang penuh kepuasan. "Semoga tubuh dan jiwanya terbakar habis, dan Raja Hersen memaafkan Qingchang."Di sampingnya, Kanselir Agung Cedric Ironwood berdiri dengan sikap tenang. Wajahnya yang berkerut oleh usia dan pengalaman tampak ikut senang."Raja tak perlu khawatir," ujar Kanselir, suaranya halus namun penuh keyakinan. "Aku sudah memerintahkan Menteri Sihir dan Kepala Akademi Sihir untuk berjaga-jaga di alun-alun.""Mereka telah menyiapkan pasukan sihir terbaik untuk menangkal segala serangan. Jika Klan Phoenix Merah muncul dan mencoba membuat kekacauan, mereka akan dihadapi dengan kekuatan yang tak tertandingi."Raja menurunkan

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Alun-alun Kota Qingchang.

    Hari ketiga setelah sidang pengadilan di balairung istana raja. Suasana kota Qingchang pagi itu riuh rendah, dipenuhi oleh desas-desus dan bisikan-bisikan yang bergulir seperti angin.Tuk – tak – tuk – tak!Suara roda kereta kuda bergema di jalanan berbatu, mengiringi langkah kuda-kuda putih yang gagah. Di belakang kereta, sebuah kerangkeng besi setinggi manusia terlihat jelas.Di dalamnya, seorang pemuda berdiri tegak, tubuhnya dibelenggu rantai yang mengikat pergelangan tangan dan kakinya. Wajahnya tenang, tapi matanya yang dingin memancarkan ketegaran.“Siapa dia? Apakah dia tahanan raja?” tanya seorang wanita tua, suaranya bergetar penuh rasa ingin tahu.“Dia masih begitu muda. Sungguh kasihan!” sahut yang lain, suaranya lirih namun penuh simpati.Semua mata penduduk Kota Qingchang tertuju pada kerangkeng itu. Mereka berdesakan, mencoba melihat lebih dekat sosok yang menjadi tahanan.Rantai yang membelenggu pemuda itu berderak setiap kali kereta bergerak, seolah mengingatkan semua

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Di Balairung Istana Raja

    Kota Qingchang berdiri megah sebagai pusat kekuasaan, dikelilingi tembok tinggi yang melindungi rahasia kuno dan sungai deras yang memisahkan dunia luar dari kemewahan di dalamnya. Setiap batu tembok menyimpan kisah pertempuran dan kejayaan.Di sisi utara kota, Istana Raja menjulang anggun. Atapnya yang meruncing seakan menembus langit, melambangkan kekuatan negeri ini. Cahaya matahari memantul dari atap, menciptakan kilauan menakjubkan.Kiran melangkah tertatih di koridor istana, dibebani borgol dan rantai. Suara gemerincing rantai mengisi kesunyian, menandai perjalanan menuju takdir yang tak pasti.Dua tentara suci mengawalnya, diikuti dua ahli sihir dengan aura magis yang menakutkan. Mereka berada di bawah perintah Panglima Tertinggi Eadric Windmere dan Menteri Sihir Eamon Thornfield. Kehadiran mereka menambah suasana mencekam.Sepanjang koridor, puluhan prajurit berdiri tegak, siap menghunus senjata. Ketegangan semakin terasa, setiap napas Kiran dipenuhi rasa takut dan ketidakpast

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Teh Bunga Krisan

    “Muridku, Kiran, setujukah kau ikut denganku ke ibu kota? Di hadapan Kaisar, kau akan bersaksi bahwa kau tidak terlibat dengan Klan Phoenix Merah!” kata Master Cho memecah keheningan.Sejak menjadi muridnya, Kiran jarang dipanggil "murid." Namun, panggilan itu membuatnya merasa hangat, meski ia tetap diam.“Aku akan menjamin keselamatanmu,” lanjut Master Cho tegas.Kiran membatu, tatapannya dingin.“Aku akan bersaksi di depan Kaisar bahwa kau tidak bersalah!” suaranya sedikit meninggi, mencoba meyakinkan Kiran.Akhirnya, Kiran menarik napas dalam. Ekspresi tulus Master Cho membuat hatinya sedikit tenang.“Aku setuju! Aku akan ikut ke ibu kota. Tolong buka jalan!” katanya, mendekati Master Cho dan mengangkat tangan, siap diborgol.Ekspresi lega tampak di wajah Khanze dan para Tentara Emas, sementara wajah Master Cho tetap sulit dibaca.Roneko dan Diolos tidak setuju. Roneko, gadis kecil berambut merah, berdiri marah.“Tuan Kiran, aku tidak setuju! Firasatku mengatakan ada yang tidak be

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Di Pintu Portal.

    Pohon prem bergoyang lembut, aroma bunganya yang manis memenuhi udara. Awal musim semi membawa keindahan yang memikat siapa saja yang melangkah ke sini.Tahun ini adalah 575 dalam kalender Kekaisaran Hersen. Di tengah ketenangan, sebuah portal sihir muncul, memancarkan cahaya biru keperakan. Dari dalamnya, tiga sosok muncul: seorang pemuda manusia, seekor Kyuubi berekor sembilan, dan seekor Pegasus yang memancarkan aura agung.Namun...."Berhenti!" Suara tegas memecah keheningan Hutan. "Jangan bergerak, serahkan diri sekarang juga!"Sekelompok prajurit Kekaisaran dengan baju zirah muncul dari balik pepohonan, lanngsun mengepung. Gerakan tentara itu serempak, jumlahnya lima ratus orang."Tentara Suci Qinchang?" gumam pemuda bernama Kiran itu bingung.Kiran memandang sekeliling dengan heran. "Kenapa kalian, pasukan elit Kekaisaran, mengepungku? Apa salahku?" tanyanya tenang."Aku juga bagian dari Tentara Suci. Aku sedang menjalankan tugas rahasia!" Kiran mengangkat sebuah token emas. To

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status