Tanpa berpikir, Alex langsung melompat mengikuti Bella. Kemudian, dia memeluk Bella dengan erat di udara. "Bella, tanpa izin dariku, kamu tidak boleh kabur ataupun mati!"Suara Alex bahkan lebih besar daripada deru angin. Pelukan pria ini benar-benar kencang. Bella tidak bisa memercayai kenyataan ini. Dia membuka matanya sambil bergumam, "Alex, kamu ...."Ketika kepala pelayan dan pengawal menemukannya, Bella sudah mendaki sampai tengah gunung. Dia pun berdiri di tebing yang sangat tinggi. Untungnya, ada lereng curam di bawah tebing ini.Sesudah terjun sekitar 10 meter, mereka terlihat hendak mendarat di lereng tersebut. Tiba-tiba, Bella membalikkan posisi mereka. Dia mengerahkan seluruh tenaganya agar posisinya menjadi di bawah.Bam! Keduanya sama-sama terjatuh dengan keras. Kretek! Terdengar suara tulang yang patah, disusul dengan teriakan kesakitan Bella. "Argh!"Alex buru-buru memeriksa kondisi Bella, lalu mendapati bahwa kakinya patah. Raut wajahnya menjadi sangat suram. Dia membe
Setelah dokter pergi, hanya tersisa Alex dan Bella berdua di kamar. Alex tidak tidur semalaman. Dia menatap Bella dengan wajah lesu sambil bertanya, "Kenapa kamu begitu keras kepala? Kenapa kamu bersikeras ingin menyakiti kita berdua?"Bella merasa sangat getir, tetapi wajah cantiknya tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Dia membalas dengan datar, "Bukankah ini yang kamu inginkan?"Alex mengernyit, lalu menatap Bella dan bertanya, "Sejak kapan aku mau hasil seperti ini?" Dia hanya ingin Bella tinggal di sisinya. Dengan begitu, dia akan memanjakan Bella, juga memberinya segalanya, termasuk status sebagai seorang istri. Hanya saja, dia meminta Bella untuk menunggu."Heh." Bella tersenyum sinis. Sorot matanya tampak dipenuhi keputusasaan serta kehampaan. "Alex, kamu pernah bilang akan mematahkan kakiku kalau aku kabur. Sekarang, kamu tidak perlu melakukan itu lagi karena kakiku sudah patah.Selesai berbicara, Bella memperlihatkan senyuman mengejek. Dia menunduk sesaat, lalu mendongak kemba
Tina benar-benar marah mendengarnya. "Kenapa kakakku seperti ini! Tapi, Bella, aku bisa melihat bahwa kakakku benar-benar menyukaimu. Kalau tidak, dia tidak akan ngotot mempertahankanmu di sisinya."Bella menyunggingkan senyuman mengejek, lalu menimpali dengan datar, "Dia hanya suka tubuhku."Tina seketika tidak bisa berkata-kata karena merasa kenyataannya tidak seperti ini. Dia berujar, "Bella, kakakku seharusnya menyukaimu. Aku tahu dia tidak ingin menikah dengan Abby, tapi kesehatan ibu kami kurang baik ...."Tina membantu Alex menjelaskan semuanya. Dia memberi tahu Bella, "Kalau kamu menyukai kakakku, tolong percaya padanya. Dia pasti akan menjelaskan semuanya kepadamu kelak. Selain itu ....""Aku akan menasihati ibuku dan kakakku. Aku tidak bisa membiarkan ibuku memaksa kakakku begini, apalagi sampai mengorbankan pernikahannya. Bella, jaga dirimu baik-baik." Sesudah mengatakan itu, Tina langsung meninggalkan vila.Setibanya di rumah, Tina langsung mencari Viola dan bertanya, "Ibu,
Kamera menyorot Tracy beberapa kali. Bella mendapati bahwa Tracy sangat ingin mendekati Abby. Bahkan, ketika Abby merangkul lengan Kayne memasuki aula, Tracy tampak berkaca-kaca. Dia terlihat seperti seorang ibu yang menangis terharu melihat putrinya menikah.Bella menjadi makin heran, tetapi tidak berpikir terlalu jauh. Kamera pun hanya menyorot Tracy untuk sesaat. Kemudian, Bella menatap pria yang mengenakan setelan hitam dan berparas tampan. Pria ini berjalan ke arah Abby dengan ekspresi dingin.Alex merangkul Abby, lalu keduanya berjalan bersama ke tengah aula. Bella tidak bisa mengendalikan air matanya untuk tidak mengalir. Dia mematikan ponselnya, lalu memandang sinar matahari cerah di luar dengan terbengong-bengong.Sore harinya, seorang pelayan membawakan makanan, tetapi Bella tidak mau memakannya. Sudah 2 hari dia tidak makan sejak kakinya patah.Kepala pelayan tidak punya cara untuk membujuk sehingga hanya bisa menelepon Alex. "Tuan, Nona masih tidak mau makan."Alex mengerny
Bella tidak menanggapi. Tidak peduli apa yang dikatakan Alex, dia tetap diam seribu bahasa. Sikap seperti ini tentu membuat Alex murka. Dia berbalik, lalu sontak mencium Bella ...."Lepaskan aku!" seru Bella sambil mendorong pria di depannya. Namun, dia tidak punya tenaga karena sudah tidak makan 2 hari. Apalagi, kakinya masih digips sekarang."Kamu sudah bisa bicara? Aku harus menghukummu seperti ini supaya kamu bisa patuh?" timpal Alex sambil menatapnya dengan kesal.Bella tidak berkata-kata lagi. Sikap Alex pun menjadi lebih lembut sekarang. Dia menatap Bella dengan penuh kasih sayang, lalu berucap, "Sudah kubilang, aroma di tubuhmu telah membuatku kecanduan! Aku hanya ingin menyentuhmu seorang!""Meskipun aku menikahi Abby, semua itu hanya untuk membuat ibuku senang. Aku tidak mengambil akta nikah dengannya, juga tidak akan menyentuhnya!" jelas Alex."Bukan urusanku," sahut Bella. Alex termangu mendengarnya. Dia seperti bertemu wanita yang tidak memiliki perasaan. Antusiasmenya sam
Alex menatap Abby dengan tatapan dingin, “Dengar baik-baik. Aku nggak akan pernah punya pemikiran seperti itu padamu. Sebaiknya kamu nggak usah permalukan dirimu sendiri lagi. Lagi pula, dari awal aku sudah bilang kalau kita hanya pura-pura menikah. Satu-satunya alasan kamu ada di sini hanyalah untuk buat mamaku senang!”Alex berjalan mendekat. Tatapannya yang tertuju pada Abby begitu dingin hingga menusuk tulang, “Mamaku tahu aku nggak pulang selama dua hari, juga tahu soal ke sini. Sebaiknya bukan kamu yang beritahu dia. Selain itu, sebaiknya kamu cari cara agar besok pagi dia bisa pulang dengan tenang. Kalau nggak ....”Alasan Alex menikahi Abby adalah untuk membuat Abby patuh bekerja sama dengannya untuk bersandiwara. Kalau Abby tidak patuh, maka dia tidak membutuhkan perempuan itu. Dia bisa mengakhiri sandiwara ini kapan saja.Abby segera menggelengkan kepala, “Bukan aku! Alex, kamu harus percaya padaku, benar-benar bukan aku yang beritahu Mama. Aku nggak mengatakan apa pun!”Abby
Alex menatap Jerry dengan tatapan dingin, “Bella milikku, di mana dia berada nggak ada hubungannya dengan orang luar seperti kamu!”“Aku teman Bella!” Jerry memperjelas statusnya. Dia menatap Alex dengan tajam dan berakta, “Kamu sudah menikah, kan? Kenapa kamu masih nggak mau lepaskan Bella? Dia nggak ingin jadi kekasihmu! Lepaskan Bella, biarkan dia pergi bersamaku.”Jerry berkata pada pada Alex lagi, “Kamu nggak mau menikahinya, nggak mau berikan dia masa depan, aku bisa berikan semua itu padanya!”Sorot mata Alex tiba-tiba menjadi gelap. Dia tertawa sinis dan menatap Jerry, “Tapi dia belum tentu mau menikah denganmu.”Jerry, “....”Bella memang tidak mau, memangnya kenapa?“Seenggaknya aku bersedia berikan Bella masa depan. Sekalipun dia nggak mau menikah denganku, aku juga bisa selalu menemani dan melindunginya, bukannya merampas dan menahannya secara paksa. Alex, kamu terlalu diktator dan egois. Kamu jelas-jelas tahu Bella nggak ingin terlibat denganmu lagi. Dia nggak mau jadi kek
Mata gelap Alex menatap perempuan di depannya dengan lekat, “Kalau aku nggak biarkan kamu pergi, apakah kamu akan mogok makan lagi?”Bella diam seribu bahasa. Namun, jawabannya sudah sangat jelas.“Oke.”Alex takut pada perempuan ini. Dia tidak ingin melihat lagi perempuan itu keras kepala melawannya, tidak mau makan dan membuat dirinya mati kelaparan.Hati Alex sakit melihat Bella yang kehilangan semangat, ingin mati, kurus kerontang seperti orang sekarang. Dia sama sekali tidak tega melihat Bella menjadi seperti itu.Akan tetapi, Alex benar-benar tidak ingin melepaskan Bella. Dia tiba-tiba berpikir, bagaimana kalau perempuan ini mengandung dan memberinya seorang anak? Dengan begitu, apakah Bella menjadi tidak tega untuk pergi? Demi anak, apakah Bella akan tinggal bersamanya?“Bella, kalau kamu benar-benar ingin pergi, nggak apa-apa. Tapi setelah kamu pergi, aku mungkin nggak akan sentuh perempuan mana pun lagi. Mamaku ingin punya cucu, aku juga nggak boleh nggak punya keturunan.”Ale