Mata gelap Alex menatap perempuan di depannya dengan lekat, “Kalau aku nggak biarkan kamu pergi, apakah kamu akan mogok makan lagi?”Bella diam seribu bahasa. Namun, jawabannya sudah sangat jelas.“Oke.”Alex takut pada perempuan ini. Dia tidak ingin melihat lagi perempuan itu keras kepala melawannya, tidak mau makan dan membuat dirinya mati kelaparan.Hati Alex sakit melihat Bella yang kehilangan semangat, ingin mati, kurus kerontang seperti orang sekarang. Dia sama sekali tidak tega melihat Bella menjadi seperti itu.Akan tetapi, Alex benar-benar tidak ingin melepaskan Bella. Dia tiba-tiba berpikir, bagaimana kalau perempuan ini mengandung dan memberinya seorang anak? Dengan begitu, apakah Bella menjadi tidak tega untuk pergi? Demi anak, apakah Bella akan tinggal bersamanya?“Bella, kalau kamu benar-benar ingin pergi, nggak apa-apa. Tapi setelah kamu pergi, aku mungkin nggak akan sentuh perempuan mana pun lagi. Mamaku ingin punya cucu, aku juga nggak boleh nggak punya keturunan.”Ale
Perempuan j*lang tua itu pernah memukul Abby sebelumnya. Sekarang berani-beraninya dia datang ke vila keluarga Nodum? Dia datang untuk cari mati?Abby keluar dari mobilnya dengan wajah dingin. Sambil menyilangkan tangannya di depan dada, dia berkata pada Tracy dengan dingin, “Apa yang kamu lakukan di sini?”Pada detik Tracy melihat Abby, putrinya yang hilang selama lebih dari 20 tahun, dia langsung menangis kegirangan. Kemudian, dia pun hendak berjalan ke depan Abby dengan penuh semangat.“Jangan mendekat!”Abby memasang raut wajah jijik. Apalagi setiap kali dia teringat bagaimana Tracy menampar dan menendangnya dengan keras sebelumnya, Abby masih merasa sangat sakit di wajah dan perutnya.Saat ini, Abby ingin mengetahui keberadaan Bella dari Tracy. Kalau tidak, dia pasti sudah langsung minta pengawal di rumah untuk keluar dan pukul Tracy.“Abby, aku mamamu.” Tracy menangis tersedu-sedu dan memberitahu Abby, “Aku baru mamamu, mama kandung yang melahirkan kamu lebih dari 20 tahun yang l
Abby menatap Tracy dan bertanya, “Bella tahu soal ini?”Tracy segera menggelengkan kepala dan menjawab, “Nggak tahu. Bagaimana mungkin aku beritahu dia? Abby, kamu tenang saja. Aku nggak akan biarkan dia tahu tentang semua ini. Aku nggak akan biarkan dia rampas milikmu!”Abby merasa semakin puas. Dia pun bertanya lagi pada Tracy, “Sekarang Bella ada di mana?”“Begitu aku tahu kamu putri kandungku, aku takut dia akan terus rebut Alex dari kamu. Aku juga takut dia akan berkumpul kembali dengan keluarga Nodum dan merebut statusmu. Jadi aku biarkan dia pergi bersama pria bernama Bryan. Aku juga suruh dia untuk jangan kembali ke Kota Yules dan Kota Yongum selamanya.”Abby spontan tertawa sinis. Dia menatap Tracy dan berkata, “Kamu yakin Bella sudah pergi?”Tracy mengangguk yakin. Dia melihat sendiri Bella ikut Bryan masuk ke pintu keberangkatan dan pergi. Tidak mungkin salah.“Benar-benar bodoh!”Abby berkata dengan dingin, “Putrimu yang sialan itu masih belum pergi. Sampai sekarang dia mas
Tina menatap Bella dan bertanya dengan serius, “Katakan saja padaku, mau pergi atau nggak?”Bella terdiam sejenak, lalu dia mengangguk dengan tegas, “Aku mau pergi!”Tina spontan tersenyum. Sorot matanya begitu lembut dan murni. “Kalau begitu, sekarang juga aku pergi cari Jerry dan diskusikan semuanya dengan dia. Setelah itu, aku baru datang ke sini lagi dan beritahu kamu. Kamu harus makan dengan teratur. Jangan sampai sudah waktunya untuk pergi, kamu malah sama sekali nggak punya tenaga dan jadi beban untuk dirimu sendiri.”Bella menganggukkan kepala. Setelah Tina pergi, dia pun mulai makan dengan teratur. Alex merasa heran dengan perubahan Bella. Dia tidak mengerti mengapa Bella tiba-tiba berhenti bersikap keras kepala dan mulai makan dengan teratur.Akan tetapi, hal itu tidak penting. Yang penting Bella mau makan dengan teratur, Alex pun merasa sangat senang.Tracy juga tidak mengerti dengan sikap Bella, dia pun bertanya, “Bella, ada apa denganmu? Apakah kamu nggak ingin tinggalkan
Abby memasang raut wajah sedih dan bertanya pada Tina, “Apa aku ada salah dan menyinggung kamu?”“Hmm!” Tina menganggukkan kepala.Tina sama sekali tidak berusaha menyembunyikan apa pun dari Abby, “Semua hal yang dilakukan perempuan yang pura-pura polos seperti kamu buat aku merasa kesal.”Abby, “....”Wajah Abby seketika menjadi muram. Tina masih menatapnya dengan matanya yang berkilau dan berkata tanpa sungkan-sungkan, “Karena kamu sudah dengar pembicaraanku barusan, lebih baik aku langsung beritahu kamu saja. Aku minta seniorku datang ke sini.”Tina menambahkan, “Dia mahasiswa terbaik Fakultas Kedokteran St. Peter University. Sekarang dia melakukan penelitian dan pengobatan tumor. Selain itu, dia sudah menyembuhkan banyak pasien kanker.”Tina merasa bangga ketika membicarakan seniornya itu. Dia pun berkata pada Abby, “Seniorku pasti bisa sembuhkan penyakit mamaku. Kakakku nggak suka sama kamu. Begitu mamaku sembuh, kakakku nggak akan mau perempuan munafik seperti kamu jadi istrinya
Tengah malam.Ada sebuah kapal pesiar yang berlabuh di pelabuhan tidak terlalu jauh dari vila tepi pantai. Kapal itu adalah kapal pesiar pribadi milik Jerry.Tina membawa Bella ke ke kapal pesiar itu. Begitu melihat Jerry, Tina langsung berkata sambil tersenyum, “Misi selesai dengan sukses. Aku sudah bawa Kak Bella ke sini.”“Terima kasih,” kata Jerry.Kalau Bella tidak perlu dikatakan lagi. Dia sungguh berterima kasih kepada Tina.Tina tersenyum padanya, “Kak Bella, kamu nggak usah sungkan-sungkan sama aku. Aku merasa kakakku yang salah. Selain itu, aku suka Kak Bella. Sudah seharusnya aku bantu kamu.”Ketiga orang itu mengobrol sebentar, lalu Tina berkata, “Sudah, kalian cepat pergi.”Setelah Tina mengucapkan selamat tinggal pada kedua orang itu, dia pun pergi. Tina turun dari lantai dua ke lantai pertama kapal, lalu berjalan ke geladak kapal. Tepat ketika dia hendak meninggalkan kapal pesiar itu, sosok hitam di belakangnya mendekat.Tina mendengar suara langkah kaki di belakangnya.
Bella terus bertahan, tidak pernah sekali pun dia ingin menyerah. Dia mengerahkan seluruh tenaganya yang tersisa untuk berdiri dan melompat dengan kaki kirinya. Dia terus berjalan di tengah api yang berkobar.Karena sekarang mereka berada di atas latu, angin laut bertiup yang membuat api berkobar dengan semakin cepat dan besar. Bella merasa sangat tidak nyaman saat asap hitam menyapu dirinya, terkadang asap itu membuatnya tersedak. Untungnya, ini bukan ruang tertutup.Bella akhirnya berhasil sampai di kokpit. Dia mendengar suara Jerry yang juga terkunci di dalam kabin kokpit. Pria itu masih berusaha mendobrak pintu besi itu.Pada saat ini, Jerry sudah panik setengah mati. Dia mengkhawatirkan Bella. Demi keluar dari kokpit yang terkunci, Jerry menghantam pintu yang berat itu berulang kali dengan tubuhnya.Karena tubuhnya menghantam pintu terlalu keras, Jerry mengalami luka dalam dan muntah darah. Tangan besarnya yang menarik kuat pegangan pintu juga sudah terluka.“Jerry!”Tiba-tiba Jer
Viola ingin menghentikan Alex.“Alex, lepaskan adikmu. Dia sudah terluka begini, masa kamu nggak lihat?”Akan tetapi, Alex sama sekali tidak mendengar perkataan ibunya. Tanpa menunggu Viola selesai bicara, sosok Alex yang tinggi sudah pergi bersama Tina dan menghilang dari pandangan Viola.Viola sangat marah, Abby pun segera berjalan mendekat dan menghiburnya, “Ma, jangan marah. Alex terlalu khawatir. Bagaimanapun, Bella mungkin sudah mati.”“Huh!” Viola mendengus sinis, “Baguslah kalau sudah mati.”Kalau Bella sudah mati, maka perempuan itu tidak akan bisa mengganggu putranya lagi. Setelah menemani Viola mengobrol sebentar, Abby kembali ke kamarnya. Dia menutup pintu dan segera menghubungi nomor telepon Tracy.“Kamu sudah selesaikan masalah itu?” tanya Abby dengan dingin.“Sudah!” jawab Tracy. Dia pun berkata pada Abby dengan sedikit ketakutan, “Aku sudah bakar mereka bertiga seperti yang kamu suruh.”“Kamu yakin?”“Iya.”Tracy menceritakan semua yang dia lakukan tadi malam dengan de
Ally tertawa, kaget dengan tanggapan Abby. "Kenapa nggak mau tes DNA kalau kamu yakin aku bukan kakakmu, penipu?" tanya Ally. Abby terdiam, wajahnya merah padam. Dia hanya bisa menatap dengan marah, balik berkata, "Nggak perlu. Buat aku sudah jelas, kamu bukan kakakku!" Abby tampak ingin menambahkan sesuatu lagi, tetapi terhenti.Pada saat itu, Sabrina, yang sedang berbaring di rumah sakit, menyela dengan nada tidak senang, "Abby, ada apa dengan kamu? Dia memang Ally, anak Mama. Mama nggak mungkin salah mengenalinya!" Sabrina menambahkan, "Seharusnya kamu senang kakakmu pulang. Kenapa kamu malah bersikap seperti ini?"Dalam situasi tersebut, Kayne, sebagai kepala keluarga, dengan tatapan tajam dan nada keras memperingatkan Abby, "Sudah cukup, Abby! Atau jika tidak, Papa usir kamu!” Dengan pulangnya Ally, kondisi Sabrina tampak membaik. Dia juga tampak semakin bersemangat. Sabrina meminta Kayne untuk segera membawa dirinya pulang dari rumah sakit untuk berkumpul dengan putrinya.Di
Jari-jari Sabrina bergerak-gerak. Kelopak matanya bergetar menunjukkan ia berjuang untuk terjaga. Ally memperhatikan ini. Kayne juga melihat perubahan tersebut dan dengan perasaan haru mendekati Sabrina, sambil terbata berkata, "Sabrina, kamu sadar, ‘kan?" Dengan kegirangan dia menambahkan, "Ayo, buka mata dan lihat, anak kita sudah pulang!"Sabrina perlahan membuka matanya dan saat melihat Ally, air matanya langsung mengalir. Dengan suara lemah yang penuh dengan kebahagiaan yang tak tersembunyikan, ia bertanya, "Ally, itu kamu?" "Apa anakku sudah pulang? Atau ini cuma mimpi?" Ally menggeleng, menahan air mata dan menjawab, "Ini nyata, Mama. Aku sudah pulang, anakmu Ally ada di sini!" Sabrina mulai menangis, air matanya mengalir deras. "Ally, Mama tahu kamu belum meninggal!" ucapnya. "Sejak kecelakaanmu, Mama selalu berusaha menahan tangis karena aku merasa kamu masih hidup!" Sabrina menyembunyikan tangisnya selama ini, menangis diam-diam agar tidak terdengar. Dia membasahi ban
Alex merasa sangat sakit hati ketika melihat Ally bersama Jerry. Bayangan Ally yang bermesraan dengan Jerry di kantor terus menghantui pikirannya. “Uhuk!”Alex tiba-tiba terbatuk darah karena rasa sakit yang tak tertahankan.Sementara itu, Jerry membawa Ally kembali ke rumah keluarga Nodum di Kota Yules. Ally merasa aneh ketika melihat rumah yang asing namun terasa akrab. Hatinya bergejolak dengan rasa sakit yang halus di dadanya.Jerry memegang tangan Ally dan berkata, "Ini rumahmu. Meskipun orang tuamu nggak setuju kita bersama, tapi mereka sangat menyayangimu. Tapi, jauhi adikmu, Abby." Jerry mencurigai Abby bertanggung jawab atas kecelakaan Ally. Saat Ally kecelakaan, hanya Jerry dan Abby yang ada di lokasi kejadian. Mengiyakan, Ally hendak merespon ketika seorang pelayan di vila itu melihatnya dari kejauhan dan terkejut. Pelayan tersebut, Bi Jum, yang telah merawatnya sejak kecil, segera mendekati dan dengan mata berkaca-kaca serta tangan gemetar, memegang tangan Ally, "Ini No
Benny memberikan pandangan tajam. Pada saat itu, aura yang ia pancarkan dan kata-katanya tentang menampar Abby sama sekali bukan candaan. Abby jelas kesal.Dia menegur Benny, "Heh, kamu harus ngerti. Aku yang seharusnya kamu panggil Kakak!"Benny mengernyit, bingung. "Maksudmu apa?"Ia menoleh mencari penjelasan dari Tracy, "Mama, apa maksudnya?"Di dalam benak Benny, ia tahu Mamanya tidak pernah akrab dengan Bella sang Kakak, tapi selalu bersikap lembut kepada Abby. Semua yang terdengar dalam pertengkaran itu membuat Benny berspekulasi ….Benny tak percaya pada pikirannya sendiri, dia bertanya pada Tracy, "Mama, apa yang sebenarnya terjadi di sini? Benar dia anak kandung Mama?"Sebelum Tracy menjawab, Benny buru-buru menyatakan, "Meski itu benar, aku nggak mau ngakui dia jadi kakakku! Aku hanya punya satu Kakak, dan itu Bella! Nggak ada yang lain yang pantas mendapat gelar itu dari aku!"Tracy menghela napas, lalu menjelaskan langkah demi langkah, "Abby sangat menyayangi Mama dan ingi
Matanya menatap Abby dengan ejekan, "Kalau memang begitu, kenapa kamu kelihatan ketakutan akan kemungkinan aku muncul lagi di hadapan lelaki itu?""Bahkan empat tahun lalu Alex sudah jelas-jelas bilang betapa dia merasa muak saat lihat kamu, loh. Kayaknya nggak mungkin dia akan menjadikan kamu istrinya!"Sudut bibir Bella membentuk sebuah senyum sinis. Ia memandang Abby dan berkata, "Jadi, apa dia sekarang sudah jadi suamimu? Hanya karena kejadian malam itu ketika dia mabuk dan menidurimu, apa itu membuat Alex jadi menikahimu?"Rasa marah terpancar dari wajah Abby, seolah-olah dia ingin memuntahkan darah.Abby melontarkan sumpah serapah, "Wanita rendahan, nggak tahu malu! Semua ini karena ulahmu, kalau tidak, aku dan Alex nggak akan berakhir seperti ini!"Bella mengernyit, berpikir, sepertinya dia sudah terlalu sabar menghadapi cemoohan Abby yang tiada henti.Setelah merenung sejenak, Bella menegaskan wajahnya dan tanpa peringatan, tangannya bergerak cepat, "PLAK!" - sebuah tamparan me
Tracy dengan panik mendekati Abby, "Non, nggak apa-apa? Luka, nggak?""Tenang saja, aku nggak apa-apa," jawab Abby.Dengan tatapan yang intens, Abby berkata kepada Tracy, "Bantu aku! Wanita itu harus kita habisi!"Tracy terdiam, suaranya pelan, "Jangan, lah. Ini rumahku. Kalau dia mati di sini dan ketahuan polisi, kita berabe ....""Takut apa, sih?" potong Abby dengan mata yang bersinar tajam, "Dia nggak boleh hidup melewati hari ini!"Dengan mata yang terbakar kemarahan, Abby bangkit dan sekali lagi meraih pisau buahnya, berlari ke arah Bella.Pada saat itu juga, Benny menyadari ada kegaduhan dari luar. Ia bergegas membuka pintu dan terkejut melihat Abby bersenjatakan pisau hendak menyerang Bella."Berhenti! Jangan sakiti Kakak!" Benny berteriak sambil melindungi Bella.Tracy berteriak panik, "Non, berhenti! Jangan sampai Benny terluka!"Abby menatap Benny, "Minggir!"Namun, Benny tetap teguh di tempatnya.Dia bersikeras tidak akan membiarkan siapa pun menyakiti kakaknya.Dalam ketega
Bella bertanya, "Bukannya Mama yang kasih tahu Abby tentang rencanaku untuk pergi, bantu dia untuk membunuhku?""Gimana mungkin dia kasih Mama begitu banyak uang kalau bukan karena itu?"Tracy diam. Dia sama sekali tidak bisa menjelaskan mengapa Abby memberinya begitu banyak uang. Dia juga tidak ingin menjelaskan!Karena, dibandingkan dengan membuka kebenaran terbesar yang Tracy sembunyikan, lebih baik Bella mengira bahwa semua yang dia lakukan hanyalah demi uang."Terserah apa yang kamu pikir!"Tracy tak peduli, tapi dengan tegas berkata, "Apa yang nggak pernah aku lakukan, ya itu memang nggak pernah aku lakukan!"Hati Bella membeku. Dia merasa seperti berada di dalam gua es dan tubuhnya terendam dalam air es. Begitu dingin hingga tubuhnya menggigil, hatinya seolah-olah juga membeku."Mama menjualku sekali, mencoba membunuhku sekali.""Aku ini anak yang Mama lahirkan, yang Mama besarkan dari kecil, ‘kan?""Tapi sejak aku masih sangat kecil, Mama nggak pernah kayak ibu dari teman-teman
Hari itu, Bella merasa terhimpit dengan pertanyaan yang tidak bisa dia jawab. Bagaimana dia bisa menjelaskan kepada Benny tentang kejadian-kejadian yang telah dilaluinya? Bagaimana cara mengatakan padanya bahwa ia tidak pernah pulang, dan alasannya mereka tidak pernah bisa dihubungi selama bertahun-tahun.Namun, sebelum Bella bisa berkata apa-apa, Benny dengan cepat menyela, "Ah, sudah lah. Nggak perlu diungkit lagi. Pasti ada alasan kuat kenapa kakak nggak bisa pulang. Yang penting sekarang kakak masih hidup dan sehat, itu sudah lebih dari cukup!"Benny kemudian membawa Bella ke rumah baru yang Tracy beli di suatu kawasan elit. Bella hanya bisa mengerutkan kening saat melihat betapa mewah dan lengkapnya rumah tersebut. "Mama sekarang di mana?" tanyanya penasaran. "Kok bisa Mama mendadak kaya dan memiliki rumah semewah ini? Dia ...?"Bella menduga bahwa Tracy mungkin telah bertemu dengan seorang pria kaya raya, yang membuatnya bisa hidup dalam kemewahan. Tapi kenyataannya lain. "Mama
Abby meraih majalah yang dipegang Sabrina dengan mata terbelalak, "Itu Bella! Mustahil dia kakakku!"Tracy terlihat terkejut saat dia memperhatikan lebih dekat gadis yang tercetak di majalah di tangan Sabrina. "Bella!" ucapnya.Memanfaatkan momen tersebut, Abby berkata kepada orang tuanya, "Kalian mendengar itu, ‘kan?" Dia bergegas menyampaikan argumennya, "Perempuan di majalah ini bukan kakakku. Mustahil dia kakakku!"Namun, di lubuk hati Kayne dan Sabrina, mereka yakin bahwa gadis di majalah itu adalah Ally, putri mereka yang telah lama menghilang. "Abby, cukup berhenti bertingkah konyol!" Kayne berkata dengan tegas, mengingatkan Abby, "Itu adalah kakakmu, Papa dan Mama nggak mungkin salah."Abby menolak, "Tapi, dia bukan kakakku!" Abby berusaha keras untuk menyangkal bahwa sosok di majalah itu adalah Ally, berupaya menghalangi orang tuanya untuk bertemu dengan wanita bernama Zoe di majalah tersebut. "Pa, Ma, kalian nggak ingat? Bella itu mirip kakak, bahkan mirip dengan aku juga .