Share

Bab 102: Abby Bunuh Diri

Penulis: Bayangan Indah
Kayne tidak bisa membujuk Alex dan memberi tahu segalanya kepada Abby, "Aku sudah mengorbankan martabatku, bahkan berkata aku akan memberikan seluruh Keluarga Nodum kepadanya kelak. Tapi, Alex tetap tidak setuju dan bersikeras akan membatalkan pertunangan."

Kayne ingin Abby menyerah dan tidak memikirkan Alex lagi. Dia berkata akan mencarikan pria yang lebih baik setelah Abby sembuh nanti. Lagi pula, bukan hanya Alex juga pria satu-satunya di dunia ini. Namun, Abby sangat keras kepala dan tidak setuju untuk membatalkan pertunangan.

"Ayah, aku harus menikahi Alex dan aku pasti akan menikahinya!"

Abby merasa dia harus mendapatkan Alex. Pada akhirnya, dia menelepon Viola.

Pada hari itu, Alex berada di vila tepi pantai. Saat sedang menindih dan mencium Bella dengan penuh gairah di atas tempat tidur, ponselnya berdering. Dia menerima panggilan itu dan terdengar suara pelayan wanita berkata dengan cemas, "Tuan Alex, Nyonya tiba-tiba pingsan! Saat ini masih sedang diselamatkan ...."

Alex berge
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Ke Mana Perginya Sekretaris sang CEO?   Bab 103: Kamu Harus Mencari Seorang Pengganti

    Alex ingin mengadakan pesta pernikahan dengan Abby tanpa mengurus surat nikah hanya untuk memenuhi keinginan ibunya. Setelah itu, dia akan segera mengakhiri semuanya dengan Abby. Viola telah dinyatakan dalam kondisi kritis dan sangat lemah, sehingga pernikahan Alex dan Abby dijadwalkan akan berlangsung pada sepuluh hari lagi. Setelah mendengar berita itu, wajah Viola langsung berseri-seri.Pada hari itu, Tina yang sedang kuliah di Negara Frazo pulang karena Alex akan menikah. Dia menerima telepon dari ibunya yang memanggilnya pulang untuk menghadiri pernikahan kakaknya. Tina berusia 20 tahun. Dia tinggal sendirian di negeri asing dan sebelumnya sangat sibuk mempersiapkan sebuah ujian yang sangat penting. Oleh karena itu, mereka menyembunyikan masalah penyakit Viola yang parah darinya.Begitu Tina tiba di rumahnya. "Ibu, Kakak, aku sudah pulang!"Pada saat itu, Viola merasa sangat senang karena Alex akan menikah. Dalam sekejap, kondisinya juga terlihat membaik. Meskipun Alex mencoba men

  • Ke Mana Perginya Sekretaris sang CEO?   Bab 104: Aku Tidak Mungkin Membiarkanmu Pergi

    Alex berkata, "Tidak seburuk itu. Ibu sekarang sedang sakit. Kalau tidak menikahi Abby sesuai keinginannya, dia tidak mau menjalani pengobatannya lagi. Ibu bahkan bilang dia akan mati dengan tidak tenang!"Tina terdiam dan merenung beberapa saat, lalu bertanya kepada Alex, "Jadi, Kakak benar-benar berencana untuk menikahi Abby dan siap mengorbankan pernikahanmu?"Alex berkata, "Buat Ibu senang dulu."Pukul sebelas malam. Pada waktu ini, Viola sudah tidur. Alex pergi dengan mobil ke vila tepi pantai. Kondisi Viola kritis, sehingga Alex sibuk merawatnya. Lalu, dia juga pergi ke Kota Yules untuk membahas pernikahan dengan Abby, mengurus urusan perusahaan, dan sebagainya. Dia sangat sibuk dan sudah beberapa hari tidak datang ke vila tepi pantai iniSaat tiba di vila tepi pantai, lampu di lantai dua vila itu sudah mati dan Bella sudah tidur."Pak, kenapa Anda datang selarut ini?" tanya pelayan vila itu menghampirinya."Ya." Alex menjawab pelayan itu dan langsung pergi ke lantai atas. Dia me

  • Ke Mana Perginya Sekretaris sang CEO?   Bab 105: Kabur Larut Malam

    Alex menekan dagu Bella sambil berteriak, "Jangan kira aku tidak tahu, kamu masih berhubungan dengan Bryan! Dia terus meneleponmu beberapa hari ini, 'kan? Apa dia terus membujukmu pergi dan bilang dia akan membawamu kabur?"Bella tidak mengatakan apa pun. Bryan memang meneleponnya beberapa hari ini untuk menanyakan lokasinya. Pria ini juga berkata akan membawa Bella kabur, tetapi Bella menolak.Bella telah memutuskan untuk kembali dengan Alex, jadi dia tidak mungkin melibatkan Bryan lagi. Dia ingin meninggalkan tempat ini sendirian!Keduanya berdebat sengit. Pada akhirnya, Alex berkata, "Sebelum situasi aman, kamu tidak boleh ke mana-mana! Kamu hanya boleh tinggal di vila ini! Aku tidak akan memberimu kesempatan untuk kabur dengan pria lain! Sebaiknya kamu jangan coba-coba atau aku ...."Alex memicingkan mata dan meneruskan, "Aku akan menghancurkan Bryan dengan tanganku sendiri!"Keesokan hari, Bella beraktivitas seperti biasanya. Selesai makan dan berkeliling di taman, dia kembali ke

  • Ke Mana Perginya Sekretaris sang CEO?   Bab 106: Melompat Bersama

    Tanpa berpikir, Alex langsung melompat mengikuti Bella. Kemudian, dia memeluk Bella dengan erat di udara. "Bella, tanpa izin dariku, kamu tidak boleh kabur ataupun mati!"Suara Alex bahkan lebih besar daripada deru angin. Pelukan pria ini benar-benar kencang. Bella tidak bisa memercayai kenyataan ini. Dia membuka matanya sambil bergumam, "Alex, kamu ...."Ketika kepala pelayan dan pengawal menemukannya, Bella sudah mendaki sampai tengah gunung. Dia pun berdiri di tebing yang sangat tinggi. Untungnya, ada lereng curam di bawah tebing ini.Sesudah terjun sekitar 10 meter, mereka terlihat hendak mendarat di lereng tersebut. Tiba-tiba, Bella membalikkan posisi mereka. Dia mengerahkan seluruh tenaganya agar posisinya menjadi di bawah.Bam! Keduanya sama-sama terjatuh dengan keras. Kretek! Terdengar suara tulang yang patah, disusul dengan teriakan kesakitan Bella. "Argh!"Alex buru-buru memeriksa kondisi Bella, lalu mendapati bahwa kakinya patah. Raut wajahnya menjadi sangat suram. Dia membe

  • Ke Mana Perginya Sekretaris sang CEO?   Bab 107: Bella Patah Kaki

    Setelah dokter pergi, hanya tersisa Alex dan Bella berdua di kamar. Alex tidak tidur semalaman. Dia menatap Bella dengan wajah lesu sambil bertanya, "Kenapa kamu begitu keras kepala? Kenapa kamu bersikeras ingin menyakiti kita berdua?"Bella merasa sangat getir, tetapi wajah cantiknya tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Dia membalas dengan datar, "Bukankah ini yang kamu inginkan?"Alex mengernyit, lalu menatap Bella dan bertanya, "Sejak kapan aku mau hasil seperti ini?" Dia hanya ingin Bella tinggal di sisinya. Dengan begitu, dia akan memanjakan Bella, juga memberinya segalanya, termasuk status sebagai seorang istri. Hanya saja, dia meminta Bella untuk menunggu."Heh." Bella tersenyum sinis. Sorot matanya tampak dipenuhi keputusasaan serta kehampaan. "Alex, kamu pernah bilang akan mematahkan kakiku kalau aku kabur. Sekarang, kamu tidak perlu melakukan itu lagi karena kakiku sudah patah.Selesai berbicara, Bella memperlihatkan senyuman mengejek. Dia menunduk sesaat, lalu mendongak kemba

  • Ke Mana Perginya Sekretaris sang CEO?   Bab 108: Pernikahan Alex

    Tina benar-benar marah mendengarnya. "Kenapa kakakku seperti ini! Tapi, Bella, aku bisa melihat bahwa kakakku benar-benar menyukaimu. Kalau tidak, dia tidak akan ngotot mempertahankanmu di sisinya."Bella menyunggingkan senyuman mengejek, lalu menimpali dengan datar, "Dia hanya suka tubuhku."Tina seketika tidak bisa berkata-kata karena merasa kenyataannya tidak seperti ini. Dia berujar, "Bella, kakakku seharusnya menyukaimu. Aku tahu dia tidak ingin menikah dengan Abby, tapi kesehatan ibu kami kurang baik ...."Tina membantu Alex menjelaskan semuanya. Dia memberi tahu Bella, "Kalau kamu menyukai kakakku, tolong percaya padanya. Dia pasti akan menjelaskan semuanya kepadamu kelak. Selain itu ....""Aku akan menasihati ibuku dan kakakku. Aku tidak bisa membiarkan ibuku memaksa kakakku begini, apalagi sampai mengorbankan pernikahannya. Bella, jaga dirimu baik-baik." Sesudah mengatakan itu, Tina langsung meninggalkan vila.Setibanya di rumah, Tina langsung mencari Viola dan bertanya, "Ibu,

  • Ke Mana Perginya Sekretaris sang CEO?   Bab 109: Mogok Makan

    Kamera menyorot Tracy beberapa kali. Bella mendapati bahwa Tracy sangat ingin mendekati Abby. Bahkan, ketika Abby merangkul lengan Kayne memasuki aula, Tracy tampak berkaca-kaca. Dia terlihat seperti seorang ibu yang menangis terharu melihat putrinya menikah.Bella menjadi makin heran, tetapi tidak berpikir terlalu jauh. Kamera pun hanya menyorot Tracy untuk sesaat. Kemudian, Bella menatap pria yang mengenakan setelan hitam dan berparas tampan. Pria ini berjalan ke arah Abby dengan ekspresi dingin.Alex merangkul Abby, lalu keduanya berjalan bersama ke tengah aula. Bella tidak bisa mengendalikan air matanya untuk tidak mengalir. Dia mematikan ponselnya, lalu memandang sinar matahari cerah di luar dengan terbengong-bengong.Sore harinya, seorang pelayan membawakan makanan, tetapi Bella tidak mau memakannya. Sudah 2 hari dia tidak makan sejak kakinya patah.Kepala pelayan tidak punya cara untuk membujuk sehingga hanya bisa menelepon Alex. "Tuan, Nona masih tidak mau makan."Alex mengerny

  • Ke Mana Perginya Sekretaris sang CEO?   Bab 110: Menemuinya di Malam Pertama

    Bella tidak menanggapi. Tidak peduli apa yang dikatakan Alex, dia tetap diam seribu bahasa. Sikap seperti ini tentu membuat Alex murka. Dia berbalik, lalu sontak mencium Bella ...."Lepaskan aku!" seru Bella sambil mendorong pria di depannya. Namun, dia tidak punya tenaga karena sudah tidak makan 2 hari. Apalagi, kakinya masih digips sekarang."Kamu sudah bisa bicara? Aku harus menghukummu seperti ini supaya kamu bisa patuh?" timpal Alex sambil menatapnya dengan kesal.Bella tidak berkata-kata lagi. Sikap Alex pun menjadi lebih lembut sekarang. Dia menatap Bella dengan penuh kasih sayang, lalu berucap, "Sudah kubilang, aroma di tubuhmu telah membuatku kecanduan! Aku hanya ingin menyentuhmu seorang!""Meskipun aku menikahi Abby, semua itu hanya untuk membuat ibuku senang. Aku tidak mengambil akta nikah dengannya, juga tidak akan menyentuhnya!" jelas Alex."Bukan urusanku," sahut Bella. Alex termangu mendengarnya. Dia seperti bertemu wanita yang tidak memiliki perasaan. Antusiasmenya sam

Bab terbaru

  • Ke Mana Perginya Sekretaris sang CEO?   Bab 150 Kalau Kamu Tetap Begini, Pergi dari Rumah!

    Ally tertawa, kaget dengan tanggapan Abby. "Kenapa nggak mau tes DNA kalau kamu yakin aku bukan kakakmu, penipu?" tanya Ally. Abby terdiam, wajahnya merah padam. Dia hanya bisa menatap dengan marah, balik berkata, "Nggak perlu. Buat aku sudah jelas, kamu bukan kakakku!" Abby tampak ingin menambahkan sesuatu lagi, tetapi terhenti.Pada saat itu, Sabrina, yang sedang berbaring di rumah sakit, menyela dengan nada tidak senang, "Abby, ada apa dengan kamu? Dia memang Ally, anak Mama. Mama nggak mungkin salah mengenalinya!" Sabrina menambahkan, "Seharusnya kamu senang kakakmu pulang. Kenapa kamu malah bersikap seperti ini?"Dalam situasi tersebut, Kayne, sebagai kepala keluarga, dengan tatapan tajam dan nada keras memperingatkan Abby, "Sudah cukup, Abby! Atau jika tidak, Papa usir kamu!” Dengan pulangnya Ally, kondisi Sabrina tampak membaik. Dia juga tampak semakin bersemangat. Sabrina meminta Kayne untuk segera membawa dirinya pulang dari rumah sakit untuk berkumpul dengan putrinya.Di

  • Ke Mana Perginya Sekretaris sang CEO?   Bab 149 Bella, Kamu Pura-pura Jadi Kakak

    Jari-jari Sabrina bergerak-gerak. Kelopak matanya bergetar menunjukkan ia berjuang untuk terjaga. Ally memperhatikan ini. Kayne juga melihat perubahan tersebut dan dengan perasaan haru mendekati Sabrina, sambil terbata berkata, "Sabrina, kamu sadar, ‘kan?" Dengan kegirangan dia menambahkan, "Ayo, buka mata dan lihat, anak kita sudah pulang!"Sabrina perlahan membuka matanya dan saat melihat Ally, air matanya langsung mengalir. Dengan suara lemah yang penuh dengan kebahagiaan yang tak tersembunyikan, ia bertanya, "Ally, itu kamu?" "Apa anakku sudah pulang? Atau ini cuma mimpi?" Ally menggeleng, menahan air mata dan menjawab, "Ini nyata, Mama. Aku sudah pulang, anakmu Ally ada di sini!" Sabrina mulai menangis, air matanya mengalir deras. "Ally, Mama tahu kamu belum meninggal!" ucapnya. "Sejak kecelakaanmu, Mama selalu berusaha menahan tangis karena aku merasa kamu masih hidup!" Sabrina menyembunyikan tangisnya selama ini, menangis diam-diam agar tidak terdengar. Dia membasahi ban

  • Ke Mana Perginya Sekretaris sang CEO?   Bab 148 Ally Kembali ke Keluarga Nodum

    Alex merasa sangat sakit hati ketika melihat Ally bersama Jerry. Bayangan Ally yang bermesraan dengan Jerry di kantor terus menghantui pikirannya. “Uhuk!”Alex tiba-tiba terbatuk darah karena rasa sakit yang tak tertahankan.Sementara itu, Jerry membawa Ally kembali ke rumah keluarga Nodum di Kota Yules. Ally merasa aneh ketika melihat rumah yang asing namun terasa akrab. Hatinya bergejolak dengan rasa sakit yang halus di dadanya.Jerry memegang tangan Ally dan berkata, "Ini rumahmu. Meskipun orang tuamu nggak setuju kita bersama, tapi mereka sangat menyayangimu. Tapi, jauhi adikmu, Abby." Jerry mencurigai Abby bertanggung jawab atas kecelakaan Ally. Saat Ally kecelakaan, hanya Jerry dan Abby yang ada di lokasi kejadian. Mengiyakan, Ally hendak merespon ketika seorang pelayan di vila itu melihatnya dari kejauhan dan terkejut. Pelayan tersebut, Bi Jum, yang telah merawatnya sejak kecil, segera mendekati dan dengan mata berkaca-kaca serta tangan gemetar, memegang tangan Ally, "Ini No

  • Ke Mana Perginya Sekretaris sang CEO?   Bab 147 Sudah Tiga Tahun, Kamu Pulang Juga

    Benny memberikan pandangan tajam. Pada saat itu, aura yang ia pancarkan dan kata-katanya tentang menampar Abby sama sekali bukan candaan. Abby jelas kesal.Dia menegur Benny, "Heh, kamu harus ngerti. Aku yang seharusnya kamu panggil Kakak!"Benny mengernyit, bingung. "Maksudmu apa?"Ia menoleh mencari penjelasan dari Tracy, "Mama, apa maksudnya?"Di dalam benak Benny, ia tahu Mamanya tidak pernah akrab dengan Bella sang Kakak, tapi selalu bersikap lembut kepada Abby. Semua yang terdengar dalam pertengkaran itu membuat Benny berspekulasi ….Benny tak percaya pada pikirannya sendiri, dia bertanya pada Tracy, "Mama, apa yang sebenarnya terjadi di sini? Benar dia anak kandung Mama?"Sebelum Tracy menjawab, Benny buru-buru menyatakan, "Meski itu benar, aku nggak mau ngakui dia jadi kakakku! Aku hanya punya satu Kakak, dan itu Bella! Nggak ada yang lain yang pantas mendapat gelar itu dari aku!"Tracy menghela napas, lalu menjelaskan langkah demi langkah, "Abby sangat menyayangi Mama dan ingi

  • Ke Mana Perginya Sekretaris sang CEO?   Bab 146 Bella, Aku Akan Membunuhmu!

    Matanya menatap Abby dengan ejekan, "Kalau memang begitu, kenapa kamu kelihatan ketakutan akan kemungkinan aku muncul lagi di hadapan lelaki itu?""Bahkan empat tahun lalu Alex sudah jelas-jelas bilang betapa dia merasa muak saat lihat kamu, loh. Kayaknya nggak mungkin dia akan menjadikan kamu istrinya!"Sudut bibir Bella membentuk sebuah senyum sinis. Ia memandang Abby dan berkata, "Jadi, apa dia sekarang sudah jadi suamimu? Hanya karena kejadian malam itu ketika dia mabuk dan menidurimu, apa itu membuat Alex jadi menikahimu?"Rasa marah terpancar dari wajah Abby, seolah-olah dia ingin memuntahkan darah.Abby melontarkan sumpah serapah, "Wanita rendahan, nggak tahu malu! Semua ini karena ulahmu, kalau tidak, aku dan Alex nggak akan berakhir seperti ini!"Bella mengernyit, berpikir, sepertinya dia sudah terlalu sabar menghadapi cemoohan Abby yang tiada henti.Setelah merenung sejenak, Bella menegaskan wajahnya dan tanpa peringatan, tangannya bergerak cepat, "PLAK!" - sebuah tamparan me

  • Ke Mana Perginya Sekretaris sang CEO?   Bab 145 Menghajar Abby

    Tracy dengan panik mendekati Abby, "Non, nggak apa-apa? Luka, nggak?""Tenang saja, aku nggak apa-apa," jawab Abby.Dengan tatapan yang intens, Abby berkata kepada Tracy, "Bantu aku! Wanita itu harus kita habisi!"Tracy terdiam, suaranya pelan, "Jangan, lah. Ini rumahku. Kalau dia mati di sini dan ketahuan polisi, kita berabe ....""Takut apa, sih?" potong Abby dengan mata yang bersinar tajam, "Dia nggak boleh hidup melewati hari ini!"Dengan mata yang terbakar kemarahan, Abby bangkit dan sekali lagi meraih pisau buahnya, berlari ke arah Bella.Pada saat itu juga, Benny menyadari ada kegaduhan dari luar. Ia bergegas membuka pintu dan terkejut melihat Abby bersenjatakan pisau hendak menyerang Bella."Berhenti! Jangan sakiti Kakak!" Benny berteriak sambil melindungi Bella.Tracy berteriak panik, "Non, berhenti! Jangan sampai Benny terluka!"Abby menatap Benny, "Minggir!"Namun, Benny tetap teguh di tempatnya.Dia bersikeras tidak akan membiarkan siapa pun menyakiti kakaknya.Dalam ketega

  • Ke Mana Perginya Sekretaris sang CEO?   Bab 144 Kamu Dalang Kebakaran Malam Itu

    Bella bertanya, "Bukannya Mama yang kasih tahu Abby tentang rencanaku untuk pergi, bantu dia untuk membunuhku?""Gimana mungkin dia kasih Mama begitu banyak uang kalau bukan karena itu?"Tracy diam. Dia sama sekali tidak bisa menjelaskan mengapa Abby memberinya begitu banyak uang. Dia juga tidak ingin menjelaskan!Karena, dibandingkan dengan membuka kebenaran terbesar yang Tracy sembunyikan, lebih baik Bella mengira bahwa semua yang dia lakukan hanyalah demi uang."Terserah apa yang kamu pikir!"Tracy tak peduli, tapi dengan tegas berkata, "Apa yang nggak pernah aku lakukan, ya itu memang nggak pernah aku lakukan!"Hati Bella membeku. Dia merasa seperti berada di dalam gua es dan tubuhnya terendam dalam air es. Begitu dingin hingga tubuhnya menggigil, hatinya seolah-olah juga membeku."Mama menjualku sekali, mencoba membunuhku sekali.""Aku ini anak yang Mama lahirkan, yang Mama besarkan dari kecil, ‘kan?""Tapi sejak aku masih sangat kecil, Mama nggak pernah kayak ibu dari teman-teman

  • Ke Mana Perginya Sekretaris sang CEO?   Bab 143 Ternyata Kamu Tidak Mati

    Hari itu, Bella merasa terhimpit dengan pertanyaan yang tidak bisa dia jawab. Bagaimana dia bisa menjelaskan kepada Benny tentang kejadian-kejadian yang telah dilaluinya? Bagaimana cara mengatakan padanya bahwa ia tidak pernah pulang, dan alasannya mereka tidak pernah bisa dihubungi selama bertahun-tahun.Namun, sebelum Bella bisa berkata apa-apa, Benny dengan cepat menyela, "Ah, sudah lah. Nggak perlu diungkit lagi. Pasti ada alasan kuat kenapa kakak nggak bisa pulang. Yang penting sekarang kakak masih hidup dan sehat, itu sudah lebih dari cukup!"Benny kemudian membawa Bella ke rumah baru yang Tracy beli di suatu kawasan elit. Bella hanya bisa mengerutkan kening saat melihat betapa mewah dan lengkapnya rumah tersebut. "Mama sekarang di mana?" tanyanya penasaran. "Kok bisa Mama mendadak kaya dan memiliki rumah semewah ini? Dia ...?"Bella menduga bahwa Tracy mungkin telah bertemu dengan seorang pria kaya raya, yang membuatnya bisa hidup dalam kemewahan. Tapi kenyataannya lain. "Mama

  • Ke Mana Perginya Sekretaris sang CEO?   Bab 142 Nak, Di Mana Kamu?

    Abby meraih majalah yang dipegang Sabrina dengan mata terbelalak, "Itu Bella! Mustahil dia kakakku!"Tracy terlihat terkejut saat dia memperhatikan lebih dekat gadis yang tercetak di majalah di tangan Sabrina. "Bella!" ucapnya.Memanfaatkan momen tersebut, Abby berkata kepada orang tuanya, "Kalian mendengar itu, ‘kan?" Dia bergegas menyampaikan argumennya, "Perempuan di majalah ini bukan kakakku. Mustahil dia kakakku!"Namun, di lubuk hati Kayne dan Sabrina, mereka yakin bahwa gadis di majalah itu adalah Ally, putri mereka yang telah lama menghilang. "Abby, cukup berhenti bertingkah konyol!" Kayne berkata dengan tegas, mengingatkan Abby, "Itu adalah kakakmu, Papa dan Mama nggak mungkin salah."Abby menolak, "Tapi, dia bukan kakakku!" Abby berusaha keras untuk menyangkal bahwa sosok di majalah itu adalah Ally, berupaya menghalangi orang tuanya untuk bertemu dengan wanita bernama Zoe di majalah tersebut. "Pa, Ma, kalian nggak ingat? Bella itu mirip kakak, bahkan mirip dengan aku juga .

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status