Bab 250Adi membuka matanya dengan cepat ketika dia merasakan sebuah air baru saja mengguyur wajahnya. Pria itu kini terlihat seperti seekor ikan yang kelabakan karena tiba-tiba berada di daratan.Setelah matanya terbuka dengan sempurna pria itu melihat sosok ibunya yang kini berdiri sambil berkacak pinggang tepat di sisi ranjangnya. Raut wajah wanita paruh baya itu kini dipenuhi dengan kemarahan. Namun pandangan matanya justru beralih menatap cangkir air yang berada di genggaman ibunya."Ibu? Ibu yang guyur Adi?"Rasanya pria paru banyak itu semakin tak percaya dengan perilaku ibunya yang sampai tega mengguyur tubuhnya dengan air."Iya! Kenapa?" Tanpa rasa bersalah sedikitpun wanita paruh banyak itu balik bertanya. Bahkan raut wajahnya terlihat semakin menyebalkan.Adi mengusap wajahnya biang basah dan pria itu segera beranjak untuk duduk di tepi ranjang. Padahal dia baru saja bisa memejamkan matanya setelah semalaman tidur tak nyenyak. Tapi ibunya dengan tega mengguyurnya begitu saj
Bab 251Mata wanita paruh baya itu kini membulat dengan sempurna. Di sisi lain dia merasa takut jika anaknya tahu tentang rencananya."Ma-mana mungkin? Ibu memang menyembunyikan sertifikat rumah itu karena takut kamu akan melakukan sesuatu yang buruk. Ibu benar, kan? Jujur saja, Di. Kamu pasti sempat berpikir untuk tetap menjual rumah ini, bukan?"Adi terdiam tanpa bisa berkata-kata lagi karena semua hal yang dikatakan oleh ibunya itu memang benar.Walaupun begitu setidaknya dia masih memiliki hak untuk tahu dan tak ada salahnya juga untuk menjual rumah daripada harus luntang-lantung di jalanan."Bu, bukankah lebih baik kita jual saja rumah ini dan beli yang lebih kecil? Ibu juga nggak perlu lagi merasa bingung untuk meminjam uang pada orang lain.""Nggak bisa! Rumah ini nggak boleh dijual sampai kapanpun. Kamu nggak usah berpikir yang tidak-tidak dan berharap Ibu benar-benar akan menjualnya, Di."Lagi, penolakan kembali dilontarkan secara langsung oleh Retno dan Adi juga tak bisa mel
Bab 252Dirga menatap kepergian istrinya dengan perasaan bersalah. Tapi kali ini dia juga tak akan mengalah mengingat sikap istrinya yang sudah sangat keterlaluan.Dirga menghela napas perlahan. "Eva, sebenarnya mau sampai kapan kamu akan tetap keras kepala dan menaruh dendam seperti ini?"Ada rasa sakit yang kini perlahan mulai muncul di dalam hati Dirga. Mengingat sikap istrinya yang kini semakin pendendam membuatnya menjadi jengah.Pria itu tak pernah memberikan batasan pada istrinya. Dia selalu memberikan apapun yang diinginkan oleh Eva. Tapi untuk masalah dendam dan juga sikap yang sudah keterlaluan, Dirga juga tak bisa diam saja."Aku harap kamu bisa segera berubah sebelum semuanya terlambat."*15 menit kemudian, Eva telah sampai di salah satu tempat yang memang biasa dia gunakan untuk bertemu dengan Adi.Suasana malam ini cukup sepi dan wanita itu memilih untuk tetap berada di dalam mobil sambil mengirimkan pesan pada Adi.Namun sebelum dia berhasil mengirimkan pesan seseorang
Bab 253Tatang memarkirkan mobilnya tepat di halaman majikannya. Tak berselang lama sosok seorang pria tampak turun dari mobil dan berjalan mendekat ke arah pintu rumah.Siti yang sadar bahwa suaminya kini telah kembali langsung bergegas untuk membukakan pintu dan menyambutnya.Dulu, Handi hanya bisa mencuri-curi pandang pada Siti. Tapi sekarang wanita itu berdiri tepat untuk menyambutnya dengan senyuman yang begitu manis."Mas, udah pulang? Gimana kerjaan hari ini? Lancar, kan?"Tanpa basa-basi sedikitpun wanita itu langsung meraih tas kerja suaminya.Handi tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya perlahan."Ada banyak pekerjaan hari ini yang harus diselesaikan. Tapi untungnya semua sudah selesai.""Alhamdulillah kalau gitu. Ya udah, mandi dulu gih, Mas. Aku udah siapin air panas. Abis itu turun buat makan malam, ya?"Handi mengangguk perlahan. Pria itu segera beranjak menaiki tangga menuju kamar untuk membersihkan diri. Sedangkan Siti meminta dua rekan kerjanya untuk segera menyi
Bab 254Tatang mengemudikan mobilnya dengan cepat. Akhirnya kereta besi yang sejak tadi membelah jalanan itu telah sampai di sekitar rumah sakit.Handi bergegas turun sambil membopong Putri. Sedangkan Siti berjalan di belakang suaminya sambil membawa tas yang berisi data diri Putri."Kamu urus persyaratan Putri, biar aku yang bawa dia ke tempat pemeriksaan."Siti melakukan kepalanya dengan cepat dan juga patuh setelah mendapatkan perintah dari sang suami. Meski wanita itu saat ini tengah merasa khawatir dengan keadaan putrinya yang sejak tadi meringis kesakitan, tapi dia juga tak mau membuang waktu sedikitpun.Siti bergegas ke bagian resepsionis dan memberikan semua data-data yang diperlukan.Sedangkan Handi sudah pergi ke ruang gawat darurat. Untungnya para dokter dan juga tim medis segera memeriksa keadaan gadis kecil itu.Hanya perlu waktu sekitar 30 menit hingga akhirnya Siti telah menyelesaikan semua persyaratan serta administrasi. Wanita itu segera kembali dan menemui anak serta
Bab 255Setelah mereka berdua sampai di rumah, Handi dengan cepat langsung membawa gadis kecil yang sudah tertidur itu ke kamarnya. Begitu juga dengan Siti.Mereka berdua tampak duduk tepat di sisi ranjang Putri dan menatap gadis kecil yang kini telah terlelap. Mungkin gadis kecil itu juga sudah masuk ke dalam dunia mimpi, bahkan saat tertidur senyuman manisnya tiba-tiba tercetak jelas di wajahnya yang menggemaskan.Handi ikut tersenyum. Pria itu kembali menoleh ke arah istrinya dan menunjukkan senyuman Putri."Kayaknya dia memimpikan sesuatu yang indah sampai tersenyum seperti itu."Siti itu tersenyum setelah mendengar penuturan suaminya dan wanita itu juga merasakan hal yang sama seperti Handi. Wanita itu kembali menatap anaknya dan langsung menarik selimut hingga menutupi sebagian tubuh gadis kecil itu.Siti lantas mengecup kening Putri dan mengelusnya perlahan. "Semoga kamu jadi anak yang kuat, ya? Kamu pasti akan cepat sembuh.""Ya, dia pasti akan segera sembuh. Udah, yuk. Kita k
Bab 256Esok paginya, Putri tak diizinkan untuk berangkat sekolah. Gadis kecil itu mengambil cuti selama setidaknya satu atau dua hari.Siti juga sudah mengabarkan keadaan anaknya itu pada pihak sekolah dan untungnya guru juga memberikan keringanan hingga gadis kecil itu sembuh.Mau tak mau gadis kecil itu memang harus banyak beristirahat hingga keadaannya semakin pulih karena Siti juga tak ingin membiarkan gadis kecil itu berada di sekolah dalam kesulitan dan membuat orang-orang di sekitarnya ikut tak nyaman.Siti menyiapkan sarapan untuk putrinya. Sedangkan Handi kini tengah menyantap sarapannya. Pria itu memiliki jadwal untuk meeting penting kali ini bersama dengan klien, jadi dia tak ingin terlambat ataupun membuang waktu sedikitpun.Tapi sejak tadi pria itu merasa heran karena istrinya seringkali melamun seolah tengah memikirkan sesuatu. Bahkan ketika dia meliriknya lagi, Siti yang tengah mengoleskan selai ke atas roti itu tampak tak fokus.Pria itu tampak mengerutkan keningnya.
Bab 257Siti segera membawakan sarapan untuk Putri. Wanita itu tampak mengetuk pelan pintu kamar anaknya dan tak berselang lama terdengar suara dari dalam."Masuk aja, Bu."Siti lantas memutar gagang pintu dan menatap sosok anaknya yang masih berada di atas kasur."Gimana keadaanmu? Udah lebih baik, kan?"Putri menganggukkan kepalanya dengan cepat. Dia memang sudah merasa jauh lebih baik, tapi karena ayah dan ibunya memintanya untuk tetap berada di rumah, gadis kecil itu tak memiliki pilihan lain dan tetap berada di kamarnya sampai sesekali menggambar ataupun mewarnai untuk meringankan kebosanannya.Siti lantas meletakkan sarapan anaknya ke atas meja dan wanita itu duduk tepat di sisi ranjang anaknya."Kalau Putri butuh sesuatu, jangan turun. Panggil Ibu, Mbak Siti atau Bi Yati. Inget, ya?""Iya, Bu. Tapi Putri bosan disini aja," keluhnya.Siti menghela napas perlahan. Sudah pasti gadis kecil itu merasa bosan karena biasanya di jam segini dia akan pergi ke sekolah untuk belajar dan ju