Bab 256Esok paginya, Putri tak diizinkan untuk berangkat sekolah. Gadis kecil itu mengambil cuti selama setidaknya satu atau dua hari.Siti juga sudah mengabarkan keadaan anaknya itu pada pihak sekolah dan untungnya guru juga memberikan keringanan hingga gadis kecil itu sembuh.Mau tak mau gadis kecil itu memang harus banyak beristirahat hingga keadaannya semakin pulih karena Siti juga tak ingin membiarkan gadis kecil itu berada di sekolah dalam kesulitan dan membuat orang-orang di sekitarnya ikut tak nyaman.Siti menyiapkan sarapan untuk putrinya. Sedangkan Handi kini tengah menyantap sarapannya. Pria itu memiliki jadwal untuk meeting penting kali ini bersama dengan klien, jadi dia tak ingin terlambat ataupun membuang waktu sedikitpun.Tapi sejak tadi pria itu merasa heran karena istrinya seringkali melamun seolah tengah memikirkan sesuatu. Bahkan ketika dia meliriknya lagi, Siti yang tengah mengoleskan selai ke atas roti itu tampak tak fokus.Pria itu tampak mengerutkan keningnya.
Bab 257Siti segera membawakan sarapan untuk Putri. Wanita itu tampak mengetuk pelan pintu kamar anaknya dan tak berselang lama terdengar suara dari dalam."Masuk aja, Bu."Siti lantas memutar gagang pintu dan menatap sosok anaknya yang masih berada di atas kasur."Gimana keadaanmu? Udah lebih baik, kan?"Putri menganggukkan kepalanya dengan cepat. Dia memang sudah merasa jauh lebih baik, tapi karena ayah dan ibunya memintanya untuk tetap berada di rumah, gadis kecil itu tak memiliki pilihan lain dan tetap berada di kamarnya sampai sesekali menggambar ataupun mewarnai untuk meringankan kebosanannya.Siti lantas meletakkan sarapan anaknya ke atas meja dan wanita itu duduk tepat di sisi ranjang anaknya."Kalau Putri butuh sesuatu, jangan turun. Panggil Ibu, Mbak Siti atau Bi Yati. Inget, ya?""Iya, Bu. Tapi Putri bosan disini aja," keluhnya.Siti menghela napas perlahan. Sudah pasti gadis kecil itu merasa bosan karena biasanya di jam segini dia akan pergi ke sekolah untuk belajar dan ju
Bab 258Rosa telah selesai mengamankan semua dokumen yang akan digunakan nanti saat presentasi di depan klien. Wanita itu kembali melirik ke arah jam yang melingkar tepat di pergelangan tangannya dan beralih mendekat ke arah sang atasan."Pak, sebentar lagi klien akan datang."Handi menganggukkan kepalanya perlahan. Pria itu lantas beranjak dari kursinya dan berlalu keluar bersama dengan sekretaris pribadinya.Semua karyawan inti yang memang dipersiapkan untuk presentasi kali ini juga sudah bersiap di ruang rapat.Handi menatap mereka satu persatu. Pria itu merasa senang karena tak ada lagi pengkhianat yang berada di kantornya.Paling tidak dia bisa bekerja dengan nyaman tanpa perlu memikirkan sesuatu yang merugikan.Rosa mendapatkan telepon dari seseorang dan wanita itu segera berbisik pada Handi mengenai klien yang baru saja sampai tepat di depan kantor."Klien sebentar lagi akan sampai di ruang rapat ini jadi kalian semua harus bersiap-siap.""Baik, Pak!"Handi dengan sikap langsu
Bab 259"Pengumuman semuanya!"Semua karyawan yang pada awalnya tengah sibuk bekerja kini tampak menoleh ke arah sumber suara dan menatap lekat Rossa."Ada kabar baik untuk kalian semua mengenai proyek yang baru saja berhasil dan perusahaan kita bekerja sama dengan baik. Jadi Direktur Handi memutuskan untuk mentraktir karyawan semua. Uang bonus juga akan tetap diberikan tanpa potongan dari makanan yang kalian beli. Jadi silahkan pilih makanannya dan pesan sekarang juga."Mata semua karyawan kini tampak bersinar senang setelah mendengarkan berita baik yang begitu menyenangkan dari Rossa. Para karyawan juga tampak bersorak."Wah, gila! Untung kita kerja di perusahaan ini dan punya bos yang baik!"Rossa tampak tersenyum ketika mendengar ocehan salah satu karyawan yang memang ada benarnya. Mungkin pria itu memang terlihat begitu dingin dari luar tapi nyatanya dia memiliki sifat yang begitu lembut dan peduli pada para karyawannya tanpa membanding-bandingkan mereka semua."Nah, pesanlah sek
Bab 260Adi yang mendengar pernyataan itu pun sontak langsung menghentikan langkahnya. Pria itu saat ini berada di dalam dilema karena beberapa bulan yang lalu dia memang sempat dekat dengan Selina.Menurutnya wanita itu memanglah seseorang yang begitu cocok untuknya dan selalu mengerti perasaannya.Meski merasa sedikit takut akan kemungkinan bahwa wanita itu hanya mengatakan omong kosong, Adi pada akhirnya memilih untuk membalikan badannya dan menatap lekat sosok wanita yang kini masih berdiri dengan nafas terengah-engah.Selina menarik sudut bibirnya tipis ketika melihat pria itu berbalik dan kini menatapnya lekat. Dengan langkah perlahan wanita itu mulai mendekat."Kamu beneran Mas Adi, kan?"Adi masih diam. Dia juga enggan menjelaskan dan juga membuka identitasnya secara terang-terangan."Selina, ini aku."Mendengar suara pria itu, Selina semakin yakin kalau tebakannya tak salah. Padahal wanita itu saat ini tengah merasa pusing dan memikirkan cara agar bisa bertemu dengan Adi. Tap
Bab 261Mata Handi terlihat membulat dengan sempurna setelah membaca pesan dari pengirim yang tak dikenal itu."Siapa pemilik nomor ini? Kenapa dia mengetahui tentang Adi?"Ada banyak hal janggal yang membuatnya penasaran. Tapi pria itu juga sedikit percaya karena kemungkinan besar buronan itu memang ada di kota ini.Entah mengapa dia memiliki pikiran dan langsung membalas pesan tersebut.[Beri informasi lebih banyak lagi dan akan ada bayaran atas kerja kerasmu.]Handi tentu saja tak ingin membuang waktu ataupun kesempatan jika memang informasi yang baru saja diterimanya kali ini benar karena dia bisa memanfaatkan itu untuk mencari tahu keberadaan Adi.Saat ini pria itu benar-benar menghilang dan tak meninggalkan jejak sedikitpun. Adi sungguh lihai bersembunyi seolah menjadi penjahat kelas kakap.Handi tak pernah berpikir sedikitpun kalau pada akhirnya pria itu berani untuk kabur dari penjara. Apalagi keamanan di dalam penjara tak bisa diragukan lagi. Namun nyatanya sebuah kecelakaan
Bab 262Handi telah sampai di rumahnya. Pria itu segera turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah. Dia tampak mengedarkan pandangannya ke sekeliling untuk mencari sosok istrinya. Tapi dia tak menemukannya sama sekali.Dia lantas naik ke tangga menuju lantai atas. Sebelum pulang ke rumahnya dia juga sempat mampir ke toko kue untuk membelikan beberapa jenis makanan ringan untuk Putri.Rasanya tak adil jika dia hanya membelikan hadiah untuk Siti seorang. Gadis kecil itu juga masih memerlukan kasih sayang dan merupakan tanggung jawabnya.Handi berada tepat di pintu kamarnya. Pria itu lantas memutar gagang kunci dan masuk ke dalam. Dilihatnya sosok wanita yang kini tengah duduk di sofa. Tapi nyatanya wanita itu ketiduran.Handi menghela nafas perlahan sambil menggelengkan kepalanya.Pria itu lantas mendekat dan memperhatikan istrinya lekat."Kenapa malah ketiduran di sofa?"Pria itu tahu dengan jelas bahwa keadaan istrinya saat ini tengah tak stabil. Apalagi semalam wanita itu mengalami mi
Bab 263"Aku mau ke kamar Putri. Dia pasti bosen sendirian seharian ini. Kebetulan aku juga tadi beli beberapa camilan dan coklat. Dia pasti suka," ujar Handi.Pria itu berdiri dan mengelus pelan puncak kepala istrinya. Siti hanya mengangguk pelan.Wanita itu masih fokus menatap buket bunga tulip yang baru saja diterimanya dari sang suami. Bahkan setiap kali pria itu mendapatkan keberhasilan, dia tak lupa merayakannya dengan orang sekitar. Dulu, Siti pikir dia pria yang dingin. Tapi ternyata dia bukan dingin, hanya saja membatasi segala hal dengan orang lain. Jika sudah mengenalnya lebih jauh, dia benar-benar pria yang baik serta pengertian.Siti mendekatkan buket bunga itu ke hidungnya. Aroma khas bunga tulip segar seketika menyeruak masuk ke dalam lubang hidungnya secara perlahan."Harum," lirihnya.Di sisi lain, Handi berapa tepat di depan pintu kamar anaknya. Pria itu lantas mengetuknya perlahan."Putri, ini Ayah. Apa Ayah boleh masuk?""Ayah? Boleh, masuk aja."Handi segera memu