Home / Lainnya / Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko / Bab 3 : Bertemu Nurah dan Sasmita

Share

Bab 3 : Bertemu Nurah dan Sasmita

Author: Ahmalia T
last update Last Updated: 2023-11-01 11:47:06

Malik menimbang-nimbang informasi yang baru didengarnya. Adil Pras sudah membuat surat wasiat.

Apakah cukup biasa untuk pengusaha kampung membuat surat wasiat di usia yang masih aktif? Mungkin ekspektasi Malik yang terlalu meremehkan.

Orang-orang kampung yang cukup berharta biasanya telah duluan membagi harta ke anak-anaknya saat masih sehat dalam usia yang sudah lanjut. Tapi almarhum Adil melibatkan notaris dan usianya pun terbilang muda.

Mengingat perkawinan dengan Nurah telah tercatat, kemungkinan surat wasiat tersebut memberi keuntungan terhadap Nurah. Atau malah mungkin saja tidak ada warisan baginya. Ilbi melanjutkan ceritanya.

“Mengenai racun potas yang ditemukan di gudang rumah Adil, ternyata juga ditemukan racun yang sama setidaknya milik dua orang lain saksi di TKP. Dan mereka berdua adalah peternak ikan."

"Potasium Sianida setahuku memang masih digunakan peternak untuk membersihkan hama sebelum kolam diberi bibit ikan baru," timpal Malik.

"Tapi Nurah mengaku tidak tahu menahu tentang adanya racun tersebut dan tak bisa menjelaskan mengapa ada racun potas di gudang dengan kemasan satu kilo yang telah tersisa nyaris separuhnya.”

“Sampai separuhnya sudah dipakai?” Mata Malik membulat. “Apa yang telah dilakukan dengan racun yang terambil? Bukankah kandungan racun di minuman bandrek tidak sampai satu gram?"

“Tersisa sekitar empat ratus gram tepatnya. Bisa saja korban Adil Pras yang memang memakainya untuk keperluan kebun, meski beberapa pekerjanya tak bisa memastikan apakah mereka pernah melihat sendiri Adil memakainya untuk mengusir hama.”

“Jadi saat ini polisi memastikan apakah istri korban punya kesempatan untuk mengambil sedikit racun. Jika melihat sumber racun itu di dalam tumbler Saba jelas si pemilik adalah targetnya. Sementara ikut terbunuhnya Adil kemungkinan besar di luar rencana si pembunuh dan murni kecelakaan, ” kata Malik yang mulai merasa jiwa pencari jejaknya meluap-luap.

"Kau benar. Kita harus mendengar keterangan Nurah atau saksi lainnya."

Mereka pun segera berangkat menggunakan motor masing-masing. Mereka tiba di kantor Polsek Stabat selang lima puluh menit perjalanan.

Bangunan kantor polisi yang tepat di pinggir lalu lintas jalan Medan Aceh tersebut nyaris tidak menyediakan halaman parkir untuk mobil.

Kendaraan motor terparkir berjejer di sela jalan besar dan bangunan Polsek memanjang dengan teras menuju ruangan di dalam.

Malik dan Ilbi menaruh motor di pinggir jalan meski ada dua motor yang diparkir di teras dan tersisa slot yang cukup untuk dua motor matik ramping.

Namun jelas dua motor tersebut milik petugas dilihat dari platnya dan tak mungkin mereka lancang memarkirkan kendaraan di sana.

Mereka masuk ke ruang tunggu setelah Ilbi bercakap sebentar dengan sepupu jauhnya di resepsionis. Di satu jejeran kursi mereka bertemu dengan Nurah yang sedang menunggu giliran diperiksa.

Ilbi memperkenalkan diri mereka berdua serta mengucapkan bela sungkawa atas kematian suaminya dan dalam rangka apa mereka kemari. Nurah mengangguk dan mengatakan bahwa Pak Hito juga sudah memberitahunya tentang kedatangan anggotanya.

Ia jelas lebih cantik dari foto yang ditampilkan di portal. Wajahnya berbentuk oval dengan hidung mancung. Memakai kemeja wanita navy dan celana panjang linen hitam dengan rambut yang dijepit ke belakang dengan jedai krem. Tanpa perhiasan apapun melekat.

Terlihat klasik dan sederhana mengingat sang almarhum suami seorang tokai. Ada kesan wanita matang dibalik kemudaannya.

"Pak Hito sudah mengatakan tentang tim yang akan memberi pendampingan kepada saya,” ujarnya dengan tenang dan melirik satu-satu dua lelaki di depannya.

Ilbi kemudian mengeluarkan ponsel dan meminta nomor kontak Nurah. Lalu juga meminta Nurah menyimpan nomor Malik.

Malik sendiri sedikit gugup di depan janda agen pengepul sawit tersebut dan Malik tidak suka akan hal itu.

Ia tak boleh terditraksi akan kecantikan perempuan ini. Malik terus mengingatkan diri sendiri atas salah satu pemilik sidik jari pada tumbler beracun Saba adalah Nurah.

Lalu hitungan menit kemudian salah satu petugas lain dari ruangan sebelah memanggil nama Nurah.

“Saya advokat dari saksi Ibu Nurah,” Ilbi memajukan diri dan bicara. Petugas yang masih muda tersebut mengedarkan pandangannya satu persatu pada tiga orang di hadapannya.

"Untuk pemeriksaan kali ini saksi yang akan memberi keterangan belum didampingi kuasa hukum,” ujarnya dengan suara berat yang kurang cocok dengan penampilan mudanya.

“Oh, begitu.” Ilbi beralih pada Nurah.” Kami akan keluar dulu. Kau tak perlu ragu-menjawab. Mungkin kami akan keluar sebentar, jika ada apa-apa hubungi salah satu dari kami.”

“Tak usah khawatir,” ucapnya lugas.

Mereka menuju pintu keluar dan selagi mereka melewati para saksi lain yang juga ikut menunggu sesosok wanita muncul dari pintu masuk.

Dialah istri mendiang Saba sekaligus mantan istri Adil. Deskripsi dari portal berita yang sempat dibaca Malik sekali lagi memang sesuai.

Meski terlihat sudah memasuki kepala empat namun kemenawanan masih tampak pada Sasmita. Tak kalah kasual dan klasik dengan Nurah, ia juga memakai kemeja wanita dusty pink dan celana kulot coklat.

Mengikat rambut dengan scrunchies yang juga coklat dan menyampirkan tas di bahu. Dengan tinggi badan sama seperti Nurah kira-kira seratus enam puluhan senti.

Ia kemudian mengambil tempat kosong setelah Nurah berlalu dan terlihat sedikit melirik mereka berdua.

"Apa yang akan kita lakukan selanjutnya?” tanya Malik begitu mereka di teras.

Ilbi membuka G****e Map. “Pemeriksaan saksi mungkin akan memakan waktu lama. Bagaimana kalau kita duduk dulu di kedai roti. Kebetulan tadi aku sarapan sedikit.” Ilbi menunjuk arah selatan.

Sesampai mereka di kedai yang ditempuh cuma dengan waktu tiga menit berjalan kaki. Ilbi memesan roti srikaya dan kopi Sidikalang panas. Malik lebih memilih minum teh tarik.

Begitu pesanan datang Ilbi langsung melahap rotinya dengan semangat. Membuat Malik berujar,” Pelan-pelan, kau ini sedikit sarapan atau malah tidak sarapan sama sekali sih?”

“Tidak menyangka ya, kedai kecil begini rotinya dibuat sendiri dan enak, kau tak mau mencobanya?” Ilbi mengangkat roti bantal berselai dekat ke wajah Malik. Malik menggeleng dan memundurkan wajah.

“Srikayanya gurih dan sangat manis. Jadi dioles sedikit saja langsung terasa,” gumamnya masih dengan gaya lahap memasukkan roti ke mulut.

“Aku dulu bisa dibilang kekurangan makan kalau sedang menyelidiki seseorang. Tidak ada jenis makanan yang membuatku berselera selama misiku belum tuntas. Apalagi kalau apa yang kukerjakan mandek atau gagal, paling aku makan supaya tidak pingsan.”

Alis Ilbi naik sebelah sambil melirik Malik yang menyeruput tehnya.

“Bagaimana dengan kasus kali ini? Sejujurnya aku merasa pendekatan kepolisian atas perkara ini agak lamban. Atau mungkin mereka tak ingin terburu-buru bertindak. Yah, walaupun ini baru menjadi hari ketiga polisi melakukan investigasi.”

Malik mendengus. “Tergantung bagaimana keterangan dari masing-masing manusia yang berada di posko. Aku sangat penasaran dengan kronologi berdasarkan orang yang langsung berada di tempat kejadian.”

Related chapters

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 4 : Kesaksian Pak Jumali

    “Aku yakin ini akan menjadi kasus pembunuhan. Dan kalau memang betul, aku yakin pelaku sesungguhnya akan segera ketahuan.""Kenapa kau yakin sekali?""Menurut pengalamanku, aku belum pernah menjumpai pelaku pembunuhan yang benar-benar pintar, meskipun dia seorang pembunuh berantai. Selalu ada cela, keamatiran, dan kecerobohan. Dan itu berlaku di kota maupun perkampungan kecil.” Omongan Ilbi yang terkesan meremehkan penjahat lokal tidak digubris Malik. Ia hanya mengedikkan bahu.“Ngomong- ngomong kapan mayat kedua korban dimakamkan?” "Sehari setelah kematian. Keluarga kedua belah pihak menolak adanya autopsi. Tapi harusnya itu bukan masalah. Keduanya sudah jelas keracunan dan jenis racunnya juga umum dipakai para peternak atau petani untuk membasmi hama.” Malik kemudian melirik Ilbi yang menyeka sisa srikaya di sudut mulutnya dengan tisu. “Aku penasaran, apa kau benar-benar tidak pernah membela pelaku kejahatan?” “Nyaris tidak pernah,” ujar Ilbi lalu sejenak menyesap kopinya. Ucapa

    Last Updated : 2023-11-01
  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 5 : Wawancara Di Pinggir Jalan

    Ini pertanyaan yang membuat telinga Malik dan Ilbi tegak waspada. Keduanya berdiri di teras dan berusaha tak terlalu kentara memperhatikan wawancara yang berjarak sekitar tak lebih dari lima meter tersebut dari tempat mereka berdiri. Truk tronton panjang yang berderu menjedakan beberapa detik untuk Jumali menjawab. “Di dalam posko, saya sedang duduk di satu bangku depan TV. Kira-kira selesai azan isya Saba datang dengan basah kuyup dan celana penuh dengan tanah. Saya tanya dari mana, habis beresin pagar jaring ikan katanya. "Dia sempat mengomel bahwa pekerja sif malamnya tidak berguna di saat darurat begini, jangankan membantu untuk mengecek kondisi kolam di waktu terang, si pekerja malah tidak datang malam ini dengan alasan mengatur perabot rumahnya yang mulai terendam banjir. "Setelah habis bicara begitu dia menghampiri Nurah yang sedang memasak bandrek dengan dandang besar. Nurah dan kompornya berada kurang lebih satu meter di belakang saya, jadi saya agak mendengar apa yang d

    Last Updated : 2023-11-01
  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 6 : Nurah

    Sekitar satu jam kemudian ponsel Ilbi menunjukkan notifikasi pesan dari Nurah. Ia telah selesai dimintai keterangan. Mereka yang sedang duduk di teras masjid langsung berjalan ke Polsek. Sesampai mereka di sana Nurah sedang duduk berdiri dekat sepeda motor miliknya. Ilbi mengusulkan agar mereka bicara di tempat lain dan kembali membuka map di ponsel. “Kita ke tempat restoran Mi Ayam Jogja saja cuma dua ratus lima puluh meter dari sini.” Jam sudah menunjukkan pukul 11.30 waktu yang cukup tepat untuk mengisi perut dengan makanan berat. Sesampainya di sana. Mereka mengambil tempat paling belakang dekat dinding dan memesan menu yang sama yaitu mi ayam jamur tiram. Nurah tak terlalu tertarik melirik menu dan menyerahkan pada Ilbi untuk memesankan menu yang sama dengannya, begitu pun juga Malik. “Bagaimana penyidikannya?” Ilbi langsung memulai percakapan inti. “Tidak ada masalah. Polisi akan meminta kesaksianku lagi lusa.” “Sasmita juga dipanggil dan kami sempat melihatnya di ruang t

    Last Updated : 2023-11-01
  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 7 : Mendengar Obrolan Depan Gang Rumah

    Dengan lahap Malik menyantap nasi goreng Wak Yong yang gerobaknya mangkal di depan pagar rumahnya. Menyelip di sisi gang yang sempit. Nasi goreng plus bakso isi telur puyuh dengan kerupuk udang memenuhi seperempat piringnya. Ia duduk sambil menyilakan sebelah kaki dan dengan celana ponggol berwarna dongker yang pudar, Malik terlihat seperti kuli yang mengambil istirahat makan. Beberapa tetangga sebelah juga duduk di bangku-bangku plastik yang ditata berjejer di sisi pagar rumah agar tak menghalangi jalur pejalan kaki maupun pengendara motor.Selain Malik, ada dua orang lagi yang ikut memesan makanan dan mereka berdua duduk berdampingan tepat di seberang dekat dengan pagar milik tetangga. Dua orang bapak umur lima puluhan. Pak Ibnu dan Pak Sutar. Mereka ribut dan gemar bergosip tentang politik. Seperti umumnya babyboomer yang merasa tahu segalanya bermodal mengeklik tautan berita dengan sumber tak legit. Tipe bapak-bapak yang hanya peduli pada opini sendiri dan gampang membodohkan

    Last Updated : 2023-11-03
  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 8 : Tanya Jawab Anggota Keluarga Pengepul Sawit

    Dengan perjalanan lebih satu jam mengendarai sepeda motor mereka sampai di gerbang kampung terjadinya tragedi. Kemudian mereka menempuh jalan yang diaspal sekitar dua ratus meter dan begitu jalan itu memasuki tanjakan, jalannya tidak teraspal. Mereka bertiga pun bisa melihat dari jalan tanjakan yang melewati rumah-rumah panggung maupun berlantai rendah yang halamannya tergenang air dengan warna pekat pada sisi kiri. Sementara sisi kanan merupakan sisi dengan air yang kemarin meninggi dan kini sudah lumayan jauh menyurut meski kedalamannya tetap saja membuat sebuah sampan pencari ikan bisa berlalu lalang seperti yang dilakukan lelaki paruh baya dengan kail pancingnya. Jika memasuki musim kemarau sisi kanan merupakan sungai mati dan berawa. Tanah tanjakan ditimbun tinggi warga untuk tujuan menahan air meluap dari wilayah kanan. Semacam benteng yang menghalangi air untuk menerjang sisi pemukiman di bagian kiri. Karena bagian jalan tinggi dimaksudkan sebagai tameng banjir, mungkin it

    Last Updated : 2023-11-03
  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 9 : Jalang Kecil

    “Yah. Tapi akan jauh lebih baik, kalau kita memiliki berbagai sudut pandang dan informasi yang mungkin terlewat atau tak sengaja terlupakan padahal penting dalam kasus ini. “Kami bukan hanya perwakilan dalam urusan warisan tapi juga perwakilan lembaga Tim Independen Advokat Mandiri. Lembaga perlindungan saksi.” Adian diam dan mengangguk. Ia memang tahu sebelumnya tentang lembaga independen apalah itu. Dan tak terlalu yakin apakah cukup berguna sebagai alternatif pengungkapan atas tragedi yang menimpa abangnya ataupun mampu mengawal kesaksian dari pihak korban. Dalam hal ini berarti kesaksian Nurahlah yang akan dikawal, karena ia satu-satunya penghuni rumah ini yang menyaksikan tragedi di posko. Bukan hanya itu, ia kemungkinan menjadi calon tersangka lantaran bertanggung jawab dalam memasak bandrek dan sidik jarinya tertinggal di tumbler Saba. Semua yang terjadi malam itu amat ganjil bagi Adian. Sejauh yang mampu ia pikirkan itu bukanlah bunuh diri. Saba bisa bunuh diri di rumahn

    Last Updated : 2023-11-03
  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 10 : Keterangan Ibu dan Anak Adil

    “Maaf kalian harus mendengar julukan kasarku padanya. Tapi begitulah yang ku katakan pada almarhum Abang tentang pilihannya akan gadis itu.” Terlihat jelas ketidaksukaan pada raut wajah Adian. Ilbi bertanya lagi. “Semenjak periode lima tahun abang Anda berumah tangga dengan Nurah, adakah Anda pernah mengetahui mereka berdua berkonflik atau terkena masalah dari pihak luar?” Adian menggeleng. “Abang hanya meneleponku sekali-sekali. Dia lebih sering bicara dengan ibu. Setahuku tidak pernah ada kejadian yang aneh-aneh menimpanya. “Namun jika kalian bertanya apakah ada konflik lain yang menimpa Abang setelah memboyong Nurah, aku rasa kalian juga sudah tahu dari berita bahwa pekerjanya saat itu, yaitu mantan kekasih Nurah malah mengambil Sasmita dari Abang.” Adian mendengus dan tersenyum kecut. “Aku bersimpati pada Sasmita. Tapi kemudian dia malah main api dengan pekerja Abang. Si Saba itu. Bahkan menurut Abang, Sabalah yang menjodohkan Nurah padanya. “Menjodohkan? Yang benar saja. A

    Last Updated : 2023-11-03
  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 11 : Kembali Menanyai Nurah

    “Ayah tiriku punya kebiasaan minum minuman keras. Pernah suatu kali aku pulang dan mendapati banyak botol bekas minuman di tempat sampah samping kolam. "Aku bilang ini pada Ibu, tapi ia tak terkejut. Sejak itu aku jadi malas menginap di sana dan pindah ke tempat Ayah untuk tidur.” “Jadi seterusnya kau hanya mampir sebentar ke tempat Ibu dan lebih lama di tempat Ayah. Kalau boleh tahu kapan kau mengetahui ayah tirimu pemabuk?” “Hampir setengah tahun kurasa.” “Kau tak pernah mengungkitnya lagi pada ibumu? Mohon maaf jika terlalu ikut campur, tapi karena kau seorang santri, asumsi kami adalah bahwa kau dibesarkan dari keluarga religius. “Apakah ibumu sungguh tidak terlihat terganggu dengan kebiasaan ayah tirimu?” Ilbi sendiri tak yakin mengajukan mempertanyakan model begini. Bisa saja yang lebih religius adalah almarhum Adil sehingga berpikir bahwa pendidikan pesantren adalah yang paling tepat untuk Nizam. Pertanyaan yang menghubungkan status Nizam sebagai santri dengan moralitas

    Last Updated : 2023-11-03

Latest chapter

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 54 : Adian

    Kemudian saat mereka memarkirkan motor masing-masing di halaman, tampaklah sebuah mobil suv melaju memasuki halaman seberang. Haida keluar dari kursi penumpang dan memasuki rumah. Tak berapa lama kemudian Adian juga muncul dan melihat-lihat ke arah mereka. Pandangannya tertumbuk pada mereka berdua. Sersan Feri melambaikan tangan dibalas juga dengan gerakan yang sama oleh Adian.“Mari kita ke sana sebentar,” ajaknya. Malik serta merta mengikuti langkah Sersan Feri menyeberang.“Anda dari mana Pak Adian?”“Saya dan Ibu baru saja menjenguk Nizam dan Sasmita. Sebenarnya Ibu berencana untuk ikut mendampingi mereka berdua sampai besok. Tapi kondisi kesehatannya sendiri tidak terlalu baik. Jadi beliau minta dijemput saja.” Adian lalu melirik Sersan Feri dan Malik bergantian. Tatapannya memancarkan keheranan melihat mereka berdua layaknya rekan kerja yang berdampingan.“Sebenarnya kami juga akan segera mengirim seorang petugas untuk berjaga di sana. Tapi, apakah tidak apa-apa tidak ada yang

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 53 : Selesai Dari Warung Nurah

    Sasmita tak tahu harus berkata apa. Meski ia menutup tirai di sebelah kiri harusnya omelan Haida bisa tercuri dengar pasien sebelahnya. “Maaf karena merepotkan kalian. Aku sungguh menyesal karena kecerobohanku.”Haida tak menanggapinya. Kerutan mukanya bertambah-bertambah. Diyuntaskannya sendokan terakhir ke mulut Nizam. Nizam hanya sanggup menghabiskan separuh nasinya dan Haida memilih tak memaksa Nizam menghabiskan makanannya.“Kalau begitu cepatlah makan. Kau harus segera pulih,” katanya menoleh pada Sasmita.Sasmita menurut dan membuka paket makan siangnya. Ia teringat kunjungan Sersan Feri dan Malik sebelum Haida tiba.“Kira-kira jam 10.00 tadi kami dikunjungi seorang petugas dan satu dari tim pengacara Nurah. Apakah mereka juga mendatangi Ibu?”“Tidak tahu. Seingatku yang terus datang dan menanyai adalah para wartawan. Sebenarnya aku tak keberatan jika satu atau dua wartawan yang menanyai. Tapi mereka membentuk kerumunan dan berkeliaran. "Sesekali mereka mengungkapkan simpati

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 52 : Ocehan Haida

    Adil melihat kesempatan atas kebangkrutan ayah Nurah sebagai peluang untuk mendapatkan si anak gadis? Sasmita merana karena kebutaan dan kebodohannya. Jika ia bisa curiga lebih awal, bisakah hubungan Adil dan Nurah tidak berlanjut? Ia tahu ia bisa menjadi tegas dan bertekad bulat tanpa berpikir tentang risiko. Ia tahu potensi dirinya. Tapi segalanya terlalu mengagetkan. Waktu itu Sasmita memilih menjauh sementara dan mengabaikan toko. Selang seminggu kepergian Sasmita, bukannya menyadari kekhilafan, Adil malah tampak tak terganggu akan sikap berontak istri sahnya. Yang ada Adil benar-benar menikahi Nurah secara siri dan memboyong Nurah ke rumah utama. Dan informasi ini lagi-lagi didapat dari salah satu petani langganan pupuk saat Sasmita kembali lagi membuka toko. Saat itu hanya Nizam seorang yang menguatkannya. Demi menghargai ibunya, ia bahkan juga tak menginjakkan kaki pada beberapa hari jadwal liburnya semenjak Nurah menjadi penghuni rumah. Namun Sasmita tak ingin sang anak i

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 51 : Masa Lalu

    Jika diingat lagi masa bagaimana ia dan Adil berjuang setelah Nizam lahir dan mertua lelakinya meninggal, Sasmita diam-diam kagum pada diri sendiri, atas kemampuannya turut menaikkan taraf hidup perekonomian mereka. Usaha pupuk yang laris, lalu mulai membuka pabrik pengepulan sawit, juga berhasil membeli beberapa petak tanah. Pada masa itu Sasmita hanya suka bekerja keras dan berbisnis. Ia sebenarnya tak terlalu mengharapkan lebih dan selalu memikirkan risiko terburuk. Sasmita melarang Adil untuk pergi ke dukun jika hendak memulai suatu usaha seperti lazimnya yang dilakukan beberapa kenalan wiraswastanya. Baginya pergi ke cenayang sekedar meminta wejangan atau pelaris usaha merupakan hal konyol. Mengapa dukun tersebut tidak duduk-duduk saja dan menggunakan pelarisnya sendiri untuk memperkaya dirinya. Sasmita bukanlah orang yang religius, tapi ia tak percaya dengan hal begituan. Dan Adil mendengar nasihatnya. Juga selalu mendengar pendapatnya jika hendak memulai sesuatu.Lalu Haida

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 50 : Haida Yang Cerewet

    Nurah terlihat ragu dan tak langsung menjawab. Petugas ini bisa saja berkata tak ada penggeledahan namun jika ada sesuatu yang menarik perhatiannya tentuIah ia takkan segan membawanya. Namun tentu Nurah tak perlu terlalu memikirkannya. Memangnya apa yang bisa ditemukan dari benda-bendanya? Nurah agak berdebar lalu melirik sekilas pada Malik dan Malik mengangguk pelan. Nurah bangkit dan menuntun keduanya masuk ke kamarnya. Kamar Nurah cukup sempit dan sederhana berukuran empat kali tiga meter. Ranjang singlebednya berupa kasur berisi kapuk yang mulai kehilangan kepadatannya. Di sudut terdapat nakas tempat kosmetik disusun lalu kaca petak sedang bingkai kayu bercat oranye di sangkutkan pada paku pinggir yang sekaligus sebagai tempat gorden jendela dikaitkan. Terdapat lemari portabel dengan tutup resleting. Masing-masing benda tampak dikumpul bersesakan namun cukup harmonis dan efisien. Sungguh kontras dengan kamar lamanya bersama Adil yang lima kali luasnya dari kamar ini. Sersan

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 49 : Berkunjung Ke Tempat Nurah

    Suara knalpot berdegum dari motor Sersan Feri membuat penghuni di dalam rumah memancing pandangan lewat jendela nako. Menyadari siapa yang tiba, Nurah buru-buru menuju pintu dan menyambut keduanya. Warung ibunya sedang kehadiran beberapa orang yang membeli mi sop untuk dibawa pulang. Jadi tidak terlalu sesak untuk Malik dan Sersan Feri makan di tempat. Nurah ikut membantu menyiapkan makan siang mereka. Ibu Nurah terlihat sesekali melirik kedua tamunya. Tersirat rasa takut, sungkan, dan penuh pertanyaan dari kelopak matanya yang turun. Sersan Feri juga minta sepiring nasi putih yang walau tak disediakan sebagai menu di warung. Jadi Nurah pergi ke dapur dan kembali dengan semangkok besar nasi. Ia bermaksud menyediakan tambahan ekstra untuk Malik. Malik sendiri tidak menyentuh nasi tersebut lantaran sulit baginya saat ini mengunyah lebih banyak dari semangkok mi. Ada yang lebih penting dari sekedar mengenyangkan perut. Nurah tidak bertanya tentang siapa satu tamunya lagi. Namun ia b

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 48 : Motif Itu

    “Dua bulan lalu ada kasus seorang istri yang membakar rumah selingkuhannya. Kemarin ada berita seorang anak yang meminta orang tuanya membelikan ponsel mahal dan karena ditolak, si anak membakar rumah. Dan juga seminggu lalu, ada seorang mantan pekerja di pabrik roti yang membakar pabriknya lantaran sakit hati dipecat sepihak. "Ke semuanya didorong oleh rasa marah dan sakit hati. Apakah orang yang membakar ruko merupakan pihak yang memiliki sakit hati pada Sasmita? Anda mendengar sendiri dia seperti menujukan tuduhan tak langsung dengan menyebut-nyebut Nurah. Bagaimana menurut Anda?”Malik mengedikkan bahu. “Saya akan berusaha tidak bias. Menurut keyakinan saya sementara, saya kira Nurah takkan melakukannya. Lagi pula Sasmita hanya mengatakannya secara tersirat. Dia juga tak yakin Nurah melakukannya. "Kenapa Nurah akan melakukan hal nekat yang makin mengarahkan perhatian polisi padanya? Dia sudah dicurigai sebagai tersangka pembunuhan Saba dan Adil. Saya yakin dia takkan malah menam

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 47 : Mencari Motif Pembakaran Ruko

    Sersan Feri lalu tersenyum kecut. “Saya akui. Kali ini saya cukup gugup dan kewalahan dalam menghadapi yang terjadi pada keluarga ini. Anda tahu betapa menyebalkannya pemberitaan di televisi meskipun saat kasus bandrek beracun tidak terlalu gencar diberitakan. "Dan sekarang orang-orang jadi menaruh perhatian lagi dan pasti akan mengarang-ngarang menurut versi mereka sendiri. Siapa lagi yang akan menjadi sasaran tumpuan? "Tentunya kami-kami ini yang harus lompat ke sana kemari. Sementara orang-orang pers pencari berita itu, kau lihat sendiri dibanding membantu mereka lebih suka membuat sesak TKP,” ujar Sersan Feri lalu mendengus kencang. Malik diam saja mendengarnya. Sersan Feri lanjut bicara.“Saya rasa sebentar lagi penyidik dari Polda akan mengambil alih kasus beruntun ini. Bahkan sebelum peristiwa ini terjadi sudah amat sulit kami para penyidik melacak jejak yang tepat. Bukannya tak ada titik terang, tapi segala sesuatunya harus ditindaki secara menyeluruh. Saya sendiri pasti

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 46 : Pembicaraan Di Pondok

    Sersan Feri menepuk pundak Firmansyah sebelum berbalik kembali lagi ke arah tempat tong.“Kita akan melihat apakah pelaku itu lewat belakang atau tidak,” ujarnya pada Malik yang saksama memperhatikan lingkar dalam tong tersebut. Sersan Feri melirik Malik.“Sudah tidak ada yang bisa di dapat di dalamnya. Salah satu anggota tim subuh tadi telah membawa beberapa serpihan yang sekiranya berguna untuk kelengkapan bukti.” Malik mengangguk.“Anda akan melihat rekamannya sekarang? Saya rasa penjaga kasir itu pegawai yang dimaksud Sasmita.” Malik memperhatikan kasir yang berdiri di pinggir bekas pintu.Sersan Feri langsung menuju ke arah kasir yang tempo hari sempat diajak Malik berbincang. Saat melihat Malik, tatapannya mirip dengan cara Sasmita melihat Malik yang muncul di rumah sakit. Si Kasir yang duluan menyapa.“Bu Sasmita bilang saya harus menunjukkan pada petugas rekaman CCTV.” Si Kasir bersama mereka berdua masuk ke ruko melewati bagian depan yang sebagian hancur dan naik ke lantai d

DMCA.com Protection Status