Adapun masing-masing dari pasangan tersebut tidak memiliki anak.
Nurah memiliki paras yang cantik namun Sasmita yang meski telah kepala empat pun termasuk menawan dan awet muda...Malik berhenti membaca dan menggulir layar untuk mencari tahu apakah tertulis kronologi kejadian. Tapi tak ada tulisan rincian yang mendetail.Polisi masih belum mengeluarkan pernyataan dan kenyataannya semua berita bersumber dari portal lokal.Kejadiannya sudah lewat tiga hari dan kemungkinan banjir sudah mulai surut. Pemeriksaan polisi terhadap saksi baru dimulai kemarin. Mayatnya tidak diautopsi lantaran pemeriksaan terhadap sisa bandrek di dalam tumbler telah keluar.Ada kandungan racun potasium sianida di dalamnya dengan jumlah hampir satu gram. Namun pihak berwajib belum mengeluarkan pengumuman apakah ini merupakan kasus pembunuhan.Malik mencari-cari lagi nama-nama terkait di laman mesin pencari. Dua gambar korban semasa hidup ditampilkan pun juga gambar masing-masing istri mereka.Hanya terdiri dari satu foto untuk masing-masing istri dan itu pun dengan sudut seolah si objek foto menolak untuk diambil gambarnya.Deskripsi tentang penampilan fisik kedua perempuan itu kelihatannya benar. Yang akan dihadapi Malik dan Ilbi jika jadi merisik kasus ini adalah dua perempuan berpenampilan menarik.Lewat jam sebelas malam Ilbi menelepon Malik.“Besok jam 08.00 kita berangkat. Pak Hito menghubungiku lagi untuk memberi perlindungan terhadap Nurah, karena saat rumah Adil digeledah mereka menemukan racun potas di gudang belakang rumah. Aku akan ke rumahmu kurang dari jam itu.”“Baiklah,” jawab Malik singkat lalu Ilbi menutup telepon.Jam tujuh pas Ilbi tiba di rumah Malik. Ilbi memberi salam dan berbincang sedikit dengan ibunda Malik, Adah.Sambil turun dari loteng samar-samar Malik mendengar Adah menanyakan apakah Ilbi punya kerabat perempuan untuk dikenalkan padanya.Malik sendiri telah siap berangkat. Ia memakai jaket parasut dengan dalaman kemeja lengan pendek.Ilbi telah duduk di ruang tamu dengan basa-basi Adah yang membujuk agar Ilbi mau dihidangkan teh meski Ilbi telah menekankan bahwa ia telah minum di rumah sebelum berangkat kemari.Begitu menyadari putranya mendekat, Adah langsung berujar, dengan nada yang dilebih-lebihkan sambil menatap Ilbi.“Aduh, enaknya kalau sudah punya istri, ada yang menyediakan dan menyeduh teh di pagi hari.”Ilbi tersenyum simpul. “Sebenarnya saya lebih sering memasak sarapan, juga cukup sering membeli nasi lemak ataupun lontong sayur di depan rumah. Untuk menyeduh teh pun saya lebih sering melakukannya,” ujar Ilbi yakin tak yakin dengan alasan mengapa ia harus menjelaskan detail rutinitas paginya.Adah nampak tak menyerah melontarkan sindiran halus. “Kau tentu melakukannya, karena istrimu harus banyak istirahat dalam periode menyusui.”Ilbi yang masih dengan senyum tersungging menggeleng. “Tidak juga, istri saya memang bukan tipe yang rajin memasak.”“Oh, begitu.” Adah jadi tak punya amunisi untuk betul-betul mengarahkan sindiran terarah pada Malik.Mendengar jawaban Ilbi, memberi wejangan pada Malik untuk mencari istri agar bisa disiapkan sarapan menjadi tidak relevan untuk disampaikan.Malik lekas mengalihkan pandangan dan berkata kepada Ilbi bahwa ia sudah siap berangkat. Namun Ilbi berujar ada hal yang ingin didiskusikannya dulu.Adah pun berlalu ke belakang dan tak mendebat lagi tamunya mau dihidangkan teh atau apa pun.“Mamakku mulai sering merepotkan kapan aku menikah,” ujarnya seraya duduk. "Apa lagi saat tahu kau sudah dikaruniai anak."“Aku sudah bilang tak perlu kuatir karena anak lelakinya pria yang memesona dan berkarisma.” Mereka berdua tergelak.“Ngomong- ngomong bagaimana urusan dengan Nurah, istri dari almarhum Adil? Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Malik.“Kesaksiannya masih didalami dan polisi tidak sampai menahannya. Pagi ini dia juga akan memberi keterangan berikut beberapa keterangan saksi lain yang berada di posko malam itu. Termasuk juga Sasmita."Sebelumnya kau harus tahu bahwa Pak Hito merupakan kuasa hukum dari Adil Pras. Adil Pras adalah klien di kantor notarisnya tempat surat wasiat milik Adil disimpan. Pria itu jadi lebih memperketat segala urusan mengenai hartanya sejak Sasmita mendapat harta gono-gini."Karena kejadian ini Pak Hito menunda pembacaan surat wasiat dari mendiang sebelum apa yang terjadi kepada kliennya benar-benar terang, apalagi ada indikasi perbuatan kriminal.”Malik mengangguk paham. "Pantas saja kau langsung membahas kasus ini kemarin. Ku kira kau akan mengurusnya karena keinginanmu."Ilbi hanya mengiyakan dengan singkat.Malik lanjut bertanya, "Kau punya informasi mengenai kronologi kejadian saat itu?”“Belum. Tapi satu petugas resepsionis Polsek yang merupakan sepupu jauhku memberi informasi bahwa tumbler milik Saba yang mengandung bandrek beracun tersebut terdapat tiga jenis sidik jari milik si korban sendiri yaitu Saba, Nurah, dan juga Sasmita.”“Wah, menarik sekali. Aku ingin tahu, apakah Pak Hito yang menjadi penasihat hukum saat Adil menceraikan Sasmita?”“Tidak. Orang lain. Baru setelah resmi bercerai dia bertemu Pak Hito. Oh iya, almarhum Adil juga langsung mengurus dan mencatatkan perkawinannya dengan Nurah setelah perceraiannya. Nurahlah yang rencananya kita dampingi melalui lembaga TIAM.”Malik terdiam sejenak. Ia tak bertanya lebih jauh karena kronologi kejadian pun masih belum diketahui Ilbi. Alih-alih dia bertanya, “Seandainya Adil bukan klien Pak Hito apakah kita akan melibatkan diri dengan kasus ini?”“Kemungkinan iya. Ini kasus serius yang terjadi di jangkauan kita. Sebagai tambahan, meski dikatakan akan memberi bantuan hukum memadai pada Nurah, namun bukan berarti langsung memutuskan melindungi dan memberi pembelaan baginya."Akan beda urusannga jika kuat indikasi dia menjadi tersangka. Jangan khawatir. Lembaga ini memang independen tapi dijamin negara asal dalam koridor yang tidak mengganggu kemaslahatan."Bahkan Komnas Ham pun mengakui kredibilitas lembaga lokal ini,” terang Ilbi dengan semangat.Malik menimbang-nimbang informasi yang baru didengarnya. Adil Pras sudah membuat surat wasiat.Apakah cukup biasa untuk pengusaha kampung membuat surat wasiat di usia yang masih aktif? Mungkin ekspektasi Malik yang terlalu meremehkan. Orang-orang kampung yang cukup berharta biasanya telah duluan membagi harta ke anak-anaknya saat masih sehat dalam usia yang sudah lanjut. Tapi almarhum Adil melibatkan notaris dan usianya pun terbilang muda. Mengingat perkawinan dengan Nurah telah tercatat, kemungkinan surat wasiat tersebut memberi keuntungan terhadap Nurah. Atau malah mungkin saja tidak ada warisan baginya. Ilbi melanjutkan ceritanya.“Mengenai racun potas yang ditemukan di gudang rumah Adil, ternyata juga ditemukan racun yang sama setidaknya milik dua orang lain saksi di TKP. Dan mereka berdua adalah peternak ikan." "Potasium Sianida setahuku memang masih digunakan peternak untuk membersihkan hama sebelum kolam diberi bibit ikan baru," timpal Malik."Tapi Nurah mengaku tidak tahu m
“Aku yakin ini akan menjadi kasus pembunuhan. Dan kalau memang betul, aku yakin pelaku sesungguhnya akan segera ketahuan.""Kenapa kau yakin sekali?""Menurut pengalamanku, aku belum pernah menjumpai pelaku pembunuhan yang benar-benar pintar, meskipun dia seorang pembunuh berantai. Selalu ada cela, keamatiran, dan kecerobohan. Dan itu berlaku di kota maupun perkampungan kecil.” Omongan Ilbi yang terkesan meremehkan penjahat lokal tidak digubris Malik. Ia hanya mengedikkan bahu.“Ngomong- ngomong kapan mayat kedua korban dimakamkan?” "Sehari setelah kematian. Keluarga kedua belah pihak menolak adanya autopsi. Tapi harusnya itu bukan masalah. Keduanya sudah jelas keracunan dan jenis racunnya juga umum dipakai para peternak atau petani untuk membasmi hama.” Malik kemudian melirik Ilbi yang menyeka sisa srikaya di sudut mulutnya dengan tisu. “Aku penasaran, apa kau benar-benar tidak pernah membela pelaku kejahatan?” “Nyaris tidak pernah,” ujar Ilbi lalu sejenak menyesap kopinya. Ucapa
Ini pertanyaan yang membuat telinga Malik dan Ilbi tegak waspada. Keduanya berdiri di teras dan berusaha tak terlalu kentara memperhatikan wawancara yang berjarak sekitar tak lebih dari lima meter tersebut dari tempat mereka berdiri. Truk tronton panjang yang berderu menjedakan beberapa detik untuk Jumali menjawab. “Di dalam posko, saya sedang duduk di satu bangku depan TV. Kira-kira selesai azan isya Saba datang dengan basah kuyup dan celana penuh dengan tanah. Saya tanya dari mana, habis beresin pagar jaring ikan katanya. "Dia sempat mengomel bahwa pekerja sif malamnya tidak berguna di saat darurat begini, jangankan membantu untuk mengecek kondisi kolam di waktu terang, si pekerja malah tidak datang malam ini dengan alasan mengatur perabot rumahnya yang mulai terendam banjir. "Setelah habis bicara begitu dia menghampiri Nurah yang sedang memasak bandrek dengan dandang besar. Nurah dan kompornya berada kurang lebih satu meter di belakang saya, jadi saya agak mendengar apa yang d
Sekitar satu jam kemudian ponsel Ilbi menunjukkan notifikasi pesan dari Nurah. Ia telah selesai dimintai keterangan. Mereka yang sedang duduk di teras masjid langsung berjalan ke Polsek. Sesampai mereka di sana Nurah sedang duduk berdiri dekat sepeda motor miliknya. Ilbi mengusulkan agar mereka bicara di tempat lain dan kembali membuka map di ponsel. “Kita ke tempat restoran Mi Ayam Jogja saja cuma dua ratus lima puluh meter dari sini.” Jam sudah menunjukkan pukul 11.30 waktu yang cukup tepat untuk mengisi perut dengan makanan berat. Sesampainya di sana. Mereka mengambil tempat paling belakang dekat dinding dan memesan menu yang sama yaitu mi ayam jamur tiram. Nurah tak terlalu tertarik melirik menu dan menyerahkan pada Ilbi untuk memesankan menu yang sama dengannya, begitu pun juga Malik. “Bagaimana penyidikannya?” Ilbi langsung memulai percakapan inti. “Tidak ada masalah. Polisi akan meminta kesaksianku lagi lusa.” “Sasmita juga dipanggil dan kami sempat melihatnya di ruang t
Dengan lahap Malik menyantap nasi goreng Wak Yong yang gerobaknya mangkal di depan pagar rumahnya. Menyelip di sisi gang yang sempit. Nasi goreng plus bakso isi telur puyuh dengan kerupuk udang memenuhi seperempat piringnya. Ia duduk sambil menyilakan sebelah kaki dan dengan celana ponggol berwarna dongker yang pudar, Malik terlihat seperti kuli yang mengambil istirahat makan. Beberapa tetangga sebelah juga duduk di bangku-bangku plastik yang ditata berjejer di sisi pagar rumah agar tak menghalangi jalur pejalan kaki maupun pengendara motor.Selain Malik, ada dua orang lagi yang ikut memesan makanan dan mereka berdua duduk berdampingan tepat di seberang dekat dengan pagar milik tetangga. Dua orang bapak umur lima puluhan. Pak Ibnu dan Pak Sutar. Mereka ribut dan gemar bergosip tentang politik. Seperti umumnya babyboomer yang merasa tahu segalanya bermodal mengeklik tautan berita dengan sumber tak legit. Tipe bapak-bapak yang hanya peduli pada opini sendiri dan gampang membodohkan
Dengan perjalanan lebih satu jam mengendarai sepeda motor mereka sampai di gerbang kampung terjadinya tragedi. Kemudian mereka menempuh jalan yang diaspal sekitar dua ratus meter dan begitu jalan itu memasuki tanjakan, jalannya tidak teraspal. Mereka bertiga pun bisa melihat dari jalan tanjakan yang melewati rumah-rumah panggung maupun berlantai rendah yang halamannya tergenang air dengan warna pekat pada sisi kiri. Sementara sisi kanan merupakan sisi dengan air yang kemarin meninggi dan kini sudah lumayan jauh menyurut meski kedalamannya tetap saja membuat sebuah sampan pencari ikan bisa berlalu lalang seperti yang dilakukan lelaki paruh baya dengan kail pancingnya. Jika memasuki musim kemarau sisi kanan merupakan sungai mati dan berawa. Tanah tanjakan ditimbun tinggi warga untuk tujuan menahan air meluap dari wilayah kanan. Semacam benteng yang menghalangi air untuk menerjang sisi pemukiman di bagian kiri. Karena bagian jalan tinggi dimaksudkan sebagai tameng banjir, mungkin it
“Yah. Tapi akan jauh lebih baik, kalau kita memiliki berbagai sudut pandang dan informasi yang mungkin terlewat atau tak sengaja terlupakan padahal penting dalam kasus ini. “Kami bukan hanya perwakilan dalam urusan warisan tapi juga perwakilan lembaga Tim Independen Advokat Mandiri. Lembaga perlindungan saksi.” Adian diam dan mengangguk. Ia memang tahu sebelumnya tentang lembaga independen apalah itu. Dan tak terlalu yakin apakah cukup berguna sebagai alternatif pengungkapan atas tragedi yang menimpa abangnya ataupun mampu mengawal kesaksian dari pihak korban. Dalam hal ini berarti kesaksian Nurahlah yang akan dikawal, karena ia satu-satunya penghuni rumah ini yang menyaksikan tragedi di posko. Bukan hanya itu, ia kemungkinan menjadi calon tersangka lantaran bertanggung jawab dalam memasak bandrek dan sidik jarinya tertinggal di tumbler Saba. Semua yang terjadi malam itu amat ganjil bagi Adian. Sejauh yang mampu ia pikirkan itu bukanlah bunuh diri. Saba bisa bunuh diri di rumahn
“Maaf kalian harus mendengar julukan kasarku padanya. Tapi begitulah yang ku katakan pada almarhum Abang tentang pilihannya akan gadis itu.” Terlihat jelas ketidaksukaan pada raut wajah Adian. Ilbi bertanya lagi. “Semenjak periode lima tahun abang Anda berumah tangga dengan Nurah, adakah Anda pernah mengetahui mereka berdua berkonflik atau terkena masalah dari pihak luar?” Adian menggeleng. “Abang hanya meneleponku sekali-sekali. Dia lebih sering bicara dengan ibu. Setahuku tidak pernah ada kejadian yang aneh-aneh menimpanya. “Namun jika kalian bertanya apakah ada konflik lain yang menimpa Abang setelah memboyong Nurah, aku rasa kalian juga sudah tahu dari berita bahwa pekerjanya saat itu, yaitu mantan kekasih Nurah malah mengambil Sasmita dari Abang.” Adian mendengus dan tersenyum kecut. “Aku bersimpati pada Sasmita. Tapi kemudian dia malah main api dengan pekerja Abang. Si Saba itu. Bahkan menurut Abang, Sabalah yang menjodohkan Nurah padanya. “Menjodohkan? Yang benar saja. A