Share

120. Souvenir

Hingga malam hari, ketika kami sudah berdua di kamar karena Kayla tidur bersama Tuti di kamar lain.

"Dek, Sayang, maaf ya."

"Maaf untuk apa, Mas. Mas Nathan tidak punya salah, kok."

"Aku merasa tidak enak saja oleh ucapan Mbak Nadia tadi di telepon." Mas Nathan menggeser duduknya.

"Yang diucapkan Mbak Nadia memang benar, aku hanya perlu menyiapkan hati untuk lebih legowo lagi. Semua kakak pasti menginginkan hal yang sama, ingin adiknya berjodoh dengan orang yang sepadan." Aku menunduk, tiba-tiba seperti ada bongkahan batu besar di atas dadaku.

"Sudahlah, jangan diteruskan, ya. Mas tahu konsep itu ada, bahkan berlaku untuk mbak Nadia sendiri, tapi tidak berlaku bagiku. Mbak Nadia bisa mengatur karirku, sekolahku dan apapun yang aku lakukan. Tapi dia tidak berhak mengatur rumah tanggaku dan dengan siapa aku menghabiskan waktu sepanjang usiaku. Menikahi itu bukan perkara sehari dua hari." Mas Nathan membawaku ke dalam pelukannya.

"Ingat ya, kita ke sini untuk bersenang-senang, bukan unt
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status