Share

49. Pria Dingin

Penulis: Yani Santoso
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pria Dingin

-----

Selain rasa penyesalan, karena telah membuat orang lain celaka karena kelalaianku, aku bahkan sempat berpikir negatif tentang dirinya. Betapa bodohnya aku.

"Ambillah cuti besok, buat dirimu rileks sebelum kembali bekerja."

Kalimat Al terngiang di telinga. Dia memberiku potongan agar aku bisa menyegarkan dan melemaskan urat syaraf dari ketegangan. Dan dia benar, aku memang sangat lelah akhir-akhir ini. Bahkan beberapa hari terkahir, aku tidak bisa tidur nyenyak. Suara rengekan anak Risa, terdengar hampir setiap malam, entah apa yang dilakukan wanita itu, sehingga anaknya sering menangis.

Hari masih terlalu pagi, aku ingin melanjutkan tidur kembali dan berniat jalan-jalan ke pantai setelahnya.

Tapi... suara ketukan di pintu membuatku menahan keinginan.

Tok tok tok....

"Mbak!" Terdengar suara panggilan di antara ketukan pintu. Dan aku mengenal suara itu. Kuraih jaket sebelum keluar kamar.

Benar saja, begitu aku membuka pintu, kulihat Risa berdiri di depan pintu dengan w
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    50. Titip Mayla

    Titip Mayla-----"Kak Marina sedang tidak bercanda, kan?"Rahma kembali bertanya, sepertinya dia belum percaya kalau aku bertemu dengan Risa dan bahkan rumah kami bersebelahan."Kakak tidak bercanda, Kakak serius," jawabku."Kak Marina harus menjelaskan padaku sekarang!" Todong Rahma, kali ini dia terdengar marah.Kutarik napas dalam, bingung harus memulai cerita dari mana. Lagi pula, aku tidak mungkin menceritakan semuanya pada Rahma, tidak akan selesai dalam waktu satu hari."Sebenarnya... aku bertemu dengan Risa di sini. Bukan itu saja, kami bahkan bertetangga," jelasku."Apa? Lelucon apa lagi, ini, Kak?!" Suara Rahma meninggi.Aku sangat mengerti kenapa Rahma seperti itu, karena dia sangat tahu bagaimana hubunganku dengan Risa dulu.Pasti tidak mudah baginya untuk menerima kenyataan itu."Kak Marina, kamu serius?" "Iya." Lirikku. Aku menarik napas sebelum kembali melanjutkan ceritaku."Risa tinggal tepat di sebelah rumah kontrakanku, Rahma. Dia tinggal bersama dengan Mayla, anak

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    51. Titip Anakku

    Titip Anakku---Tidak biasanya rumah Risa sepi, bahkan sejak kemarin, aku belum melihatnya keluar dari rumah. Bahkan celoteh Mayla tidak kudengar."Apakah mereka baik-baik saja?" pikirku.Sekali lagi, aku menoleh ke samping, dalam hati aku berharap Mayla keluar dari pintu sambil memanggil namaku. Namun aku harus menelan kekecewaan, karena sosok bocah itu tidak kelihatan.Aku menarik napas dalam, sebelum melangkahkan kaki menuju tempat kerja. Dari belakang, terdengar suara motor yang semakin mendekat lalu tiba-tiba berhenti tepat di depanku."Hai ... kita bertemu lagi," ucap pria itu setelah membuka kaca helm."Devan?""Kita satu arah, naiklah!" ucapnya lagi sambil memberikan isyarat agar aku naik ke atas motornya."Tidak, aku ... jalan kaki saja, toh tidak terlalu jauh," tolakku halus."Kamu menolak?" tanyanya."Tidak, tapi ...." Aku tidak melanjutkan kalimatku, dan hanya mengangkat kedua bahu sambil memperhatikan motor Devan.Begitu menyadari sesuatu, Devan menutup wajahnya dengan s

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    52. Pergulatan Batin

    Pergulatan Batin ****Sudah dua hari Mayla tinggal bersamaku, hal itu membuat Rahma yang awalnya akan segera pulang begitu masa liburannya berakhir, memutuskan untuk tinggal menemaniku selama beberapa hari lagi.Sementara Mayla? Entahlah. Sampai detik ini, aku tidak tahu bagaimana perasaanku terhadap bocah kecil itu. Meskipun aku tidak membencinya, namun sisi lain dari diriku juga belum bisa menerima kehadirannya dalam kehidupan. Terlebih lagi setiap kali aku melihat wajah polosnya, setiap kali itu pula kenangan masa lalu seolah hadir dan menari-nari di depan pelupuk mata.“Mbak, sampai kapan kamu akan seperti ini?” tanya Rahma yang sudah duduk di tepi tempat tidur. Aku menurunkan selimut yang menutup seluruh tubuhku sampai batas leher, jeda mata kami bersirobok. Terlihat Rahma menghela nafas dalam dan terlihat Bersiap untuk mengeluarkan kalimat berikutnya, namun aku buru-buru menutup kembali wajahku dengan selimut.“Setidaknya, makanlah dulu biar punya tenaga untuk mengurus anak or

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    53. Dukungan Orang Terdekat

    Dukungan Orang Terdekat------Kuremas ponsel yang ada di genggaman, aku tidak tahu jika Alvaro begitu mengkhawatirkanku. Meskipun aku belum membaca pesan yang dia kirimkan, namun melihat pesannya yang berderet, adalah sebuah bukti. Terlebih setelah mendengar semua penjelasannya tadi, semua itu membuatku kehilangan kata-kata.“Maaf, aku tidak sempat memberitahukan padamu. Aku bahkan tidak meminta ijin cuti ….” Kataku dengan suara lirih.“Yah, aku tahu itu. Dan itu bukan sebuah perilaku yang bagus, terlebih kamu termasuk pegawai baru,” ucap Alvaro dengan suara berat.“Aku minta maaf karena ….”“Tapi kamu jangan khawatir, aku dan pegawai yang lain tahu apa yang saat ini sedang terjadi.” Alvaro memotong cepat ucapanku. “Tapi lain kali kamu tidak boleh nelakukan hal seperti itu lagi,” Sambungnya.Aku menarik napas lega mendengar penuturan Al, setidaknya, dia tidak marah padaku karena tidak masuk kerja tanpa ijin, bagaimanapun juga, dia masih tetap bosku, orang yang memberiku gaji. Untuk

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    54. Kisah Kelam

    Kisah Kelam****Alvaro tidak menjawab pertanyaanku, dia hanya melirik sekilas ke arahku sebelum kemudian dia tiba-tiba memutar arah mobil. Di momen itu, aku memutuskan untuk tidak bertanya apapun padanya. Melihat mimik serius wajahnya, aku yakin kalau dia sedang menghadapi suatu masalah serius.Mobil melaju pelan, aku mengeluarkan pandangan ke sekeliling. Tempat yang belum pernah aku kunjungi meskipun sebenarnya berada tidak jauh dari tempat tinggalku. Seperti sebuah monumen yang berada di tengah taman. Al memarkir mobil di bahu jalan."Maukah kamu menemaniku sebentar di sini?" Tanyanya pelan.Aku menatapnya heran, lalu buru-buru mengangguk dan menjawab, "Tentu saja, tempat ini sangat bagus dan udaranya sejuk."Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling, memindai satu per satu yang ada di sekitarku. Sebuah taman kecil yang berada di pinggir kota. Sebuah patung berukuran cukup besar berdiri kokoh tepat di tengah, sementara di bawahnya ada kolam kecil dengan air mancur dan berbagai ikan h

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    55. Bagai Menggenggam Bara

    Bagai Menggenggam Bara -------“A—apa maksudmu?” tanyaku gugup. Karena aku benar-benar tidak tahu apa yang sedang dibicarakan atau pun maksud dari ucapan Alvaro.Dendam? Dia tidak terlihat seperti seseorang yang pendedam, terlebih, dia juga yang saat itu memberiku sebuah nasehat untuk menatap ke depan daripada terus terkungkung dalam balutan masa lalu dan sakit hati di saat Risa mencoba untuk masuk kembali ke dalam kehidupanku saat itu.Alvaro menatapku tajam, cukup lama dia memandangku hingga membuatku sedikit kikuk. Hingga kemudian dia berkata dengan suara lirih; "Aku ingin bercerita padamu, cerita yang menjadi bagian dari hidupku. Sebuah kisah yang sudah kusimpan dan berusaha kulupakan selama lebih dari dua puluh tahun."Dia berhenti, menjeda kalimatnya sebentar lalu kembali berkata, "Ketika aku bercerita, cukup dengarkan saja. Jangan banyak bertanya padaku terlebih dulu.""Al ...." Panggilku, membiarkan kalimatku mengambang dan menguap begitu saja tanpa tahu apa yang sebenarnya i

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    56. Alvaro; Mencari Keberadaan Sang Kakak

    Mencari Keberadaan Sang Kakak****Aku tidak sanggup lagi untuk melanjutkan kalimatku saat itu. Pikiran menjadi kosong, tidak tahu harus berbuat apa. Sebagai anak laki-laki yang saat itu berusia 14 tahun, apa yang saat itu menimpa keluargaku adalah hal yang belum bisa ku cerna dan aku nalar sepenuhnya. Namun sebagai seorang anak dan adik, aku tahu kalau kakak dan ibuku dalam bahaya saat itu. Namun aku tidak tahu harus berbuat apa."Kamu tidak apa-apa?" Tanya pak Sulaiman padaku sambil memerhatikanku dengan seksama."Saya ... saya ingin mencari kakak saya, Pak. Tapi tidak tahu ke mana harus mencarinya," ucapku sambil berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis.Lelaki itu mengulurkan tangannya pelan, kemudian mengusap bahuku. "Ini sudah malam, sebentar lagi tugas bapak selesai dan akan digantikan dengan penjaga yang lain. Biar bapak antar pulang," ucapnya tulus.Aku memandang wajah pak Sulaiman dengan tetangga nanar. Ada perasaan haru sekaligus senang, setidaknya ada seseorang yang be

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    57. Alvaro; Cerita Pak Sulaiman

    Alvaro; Cerita Pak Sulaiman****Aku masih terpaku di depan pintu kamar pak Sulaiman, dengan kaki lemas, aku berusaha untuk meninggalkan tempat itu sebelum beliau tahu kalau aku sedang menguping pembicaraan mereka. Namun nahas, ketika melangkah, kakiku tersandung kaki meja hingga menimbulkan suara gaduh. Dalam hitungan detik, lelaki paruh baya yang membawaku ke rumahnya itu telah berdiri di depanku.Dengan wajah penuh tanya, beliau memandangku. Kemudian sebuah kalimat tanya terlontar pelan, "Apa yang kamu lakukan di situ, Al?"Aku menatap nanar wajah pak Sulaiman, dalam keremangan cahaya lampu yang berasal dari kamar yang pintunya terbuka, bisa kulihat dengan jelas kecemasan di wajahnya."Benarkah yang tadi Bapak bicarakan, kalau kakak saya sebenarnya tidak dijemput oleh sopir bosnya? Lalu ... siapa yang membawa kakak saya, Pak?" Tanyaku dengan suara bergetar.Pak Sulaiman berjongkok di depanku sambil menatap tajam. Napasnya turun naik, seperti sedang menahan gejolak amarah. Kedua ta

Bab terbaru

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    110. Aku Ingin Berjalan Beriringan Denganmu

    Aku Ingin Berjalan Beriringan Denganmu----“Marina, dengan disaksikan ibuku, aku memintamu untuk menjadi istriku. Menikahlah denganku ….” Setelah mengatakan kalimat tersebut, Alvaro mengeluarkan cincin dari kotak kecil yang dipegangnya. Perlahan, dia mengulurkan tangannya dan meraih tanganku.Untuk sesaat, dunia seperti berhenti berputar. Aku seolah dibawa kembali ke masalalu, di mana seorang pria melakukan persis seperti yang dilakukan Alvaro saat ini. Lelaki itu meraih tanganku dan menyematkan cincin di jari manisku. Aku tersenyum lebar begitu cincin itu sudah tersemat di jari manisku. Lalu, perlahan sosok pria itu mendekat dan mencium lembut punggung tanganku. Namun, aku tidak merasakan apa-apa ketika bibirnya meyentuh tanganku, karena sosok pria itu perlahan menghilang dari pandangan mata.“Marina,” panggil Alvaro. Panggilan itu sontak membuatku tersentak dan serta-merta menarik tanganku dari genggaman tangannya.“Al, aku tidak bisa, maafkan aku,” kataku lirih.Kulihat wajah Alva

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    109. Wanita Dalam Hidupnya

    Wanita Dalam Hidupnya----“Siapa?” Tanyaku penuh penasaran.Meski sempat terbersit tentang gambaran seseorang yang pernah dia ceritakan waktu itu, namun aku ragu apakah orang yang dimaksud adalah beliau.“Kamu akan mengetahuinya dalam waktu dekat,” jawabnya sambil tersenyum.Aku masih memandangnya penuh tanya, mencoba memintanya untuk memberitahuku siapa orang yang dia maksud dengan menggunakan bahasa isyarat. Namun bukannya memberi jawaban yang kuinginkan, dia memilih mengambil bunga yang kuletakkan di atas pangkuan lalu memindahkannya ke atas meja, lalu dengan pelan tangan kekarnya mendorong kursi rodaku menuju jendela.“Aku sudah menceritakan semua tentangmu padanya,” ucapnya sambil memandang ke luar jendela. Aku menoleh, kulihat kedua sudut bibirnya melengkung dan senyum itu jelas terlihat olehku ketika dia menoleh ke arahku.“Jangan takut, aku yakin kamu akan menyukainya,” ucapnya lagi.Lalu kalimat demi kalimat meluncur dari bibirnya, dan entah sejak kapan, aku begitu menikmati

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    108. Happy Ending

    Happy Ending----“Syukurlah, kamu sudah sadar Marina,” ucap seseorang di sampingku.Aku berusaha menoleh untuk memastikan siapa orang yang ada di sampingku, namun ketika aku menggerakkan kepala untuk menoleh, terasa sakit dan ngilu hingga membuatku mengaduh dan merintih kesakitan.“Aduh ….” Ucapku sambil memegang leherku yang terasa sakit. Dan di saat itu pula aku melihat jarum infus yang menancap di lenganku, juga sebuah perban di leher ketika aku merabanya.Aku memejamkan mata sejenak, mencoba mengingat kejadian terakhir yang kualami sebelum akhirnya aku kehilangan kesadaran.“Kamu tidak apa-apa, Nak? Ibu tahu ini pasti sangat menyakitkan sekali bagimu.”Aku kembali membuka mata perlahan, kulihat ibu yang duduk di sampingku meneteskan air mata. Rupanya, suara-suara yang kudengar adalah suara ibuku, dan suara itu juga yang selalu membuatku kembali ke alam sadar setiap kali aku pingsan dan juga ketika koma. Wanita yang melahirkanku itu selalu berada di sampingku, yang tidak putus mel

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    107. Amanda Menggila

    Amanda Menggila----“A---apa yang akan kamu lakukan, Amanda?” tanyaku gugup saat kulihat Amanda berjalan mendekati, di tangannya menggenggam sesuatu yang berkilau.Amanda tidak menghiraukan ucapanku, dia makin mendekat dan akhirnya berhenti tepat di depanku. Perlahan, dia membungkukkan tubuhnya ke arahku, bukan itu saja, dia lalu berjongkok tepat di depanku sambil menatapku tajam.Amanda menyeringai, memperlihatkan giginya yang rapi, andai saat ini dia tidak membawa benda itu, mungkin senyum itu terlihat sangat cantik, namun kini, senyumnya terlihat sangat menakutkan. Aku seperti sedang berada dalam suatu adegan menegangkan di mana sang tokoh antagonis sedang berusaha melukai tokoh protagonis. Meskipun sebenarnya, apa yang saat ini terjadi bukan lagi sebuah adegan dalam film atau nonel, namun terjadi langsung padaku.“Kamu tahu, Marina, aku itu sangat sangat membencimu. Jangankan melihatmu, mendengar namamu disebut saja, membuatku sangat muak dan benci,” ucapnya.“Aku tidak tahu apa

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    106. Suami Irna Tertangkap

    Suami Irna Tertangkap----“Aku baru saja mendapat kabar dari Alvaro, kalau saat ini suamimu sudah tertangkap. Dia dan seorang pria ditangkap di salah satu rumah kos yang tidak jauh dari tempat tinggal Amanda.”Irna terdiam, dia terlihat seperti kehilangan kata-kata. Karena kulihat dia beberapa kali seperti ingin mengatakan sesuatu namun urung. Mungkinkah kabar tertangkapnya suaminya itu membuatnya sedih? Bisa jadi begitu, bagaimanapun juga, mereka adalah suami istri yang sudah menghabiskan waktu belasan tahun hidup bersama. Meskipun Irna saat ini begitu murka terhadap suaminya atas semua yang telah dilakukan, namun tetap saja tidak merubah kenyataan kalau keduanya pernah saling menyintai.“Irna, kamu baik-baik saja?” tanyaku setelah beberapa saat.“i---iya, aku baik-baik saja,” jawabnya gugup sambil merubah posisi duduknya.“Apakah kamu baik-baik saja?” tanya pemuda yang tadi datang bersamanya pelan. Dia terlihat khawatir melihat perubahan Irna.“Aku tidak apa-apa,” jawab Irna pelan.

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    105. Bertemu Irna

    Bertemu Irna-----Percakapanku dengan Alvaro berlalu begitu saja, tanpa adanya kejelasan tentang apa maksud dari ucapannya saat itu. Meskipun sudah satu minggu berlalu, namun aku masih mengingat dengan jelas kata demi kata yang dia ucapkan saat itu.Dia mengatakan kalau dirinya akan menjadi pengganti kakiku seandainya aku benar-benar kehilangan kemampuan untuk berjalan, dia juga mengatakan akan menggendongku ke manapun aku ingin pergi. Sungguh sebuah kalimat yang romantic dan puitis dan akan membuat hati setiap wanita meleleha saat mendengarnya. Dan seandainya aku mendengar kalimat itu sepuluh atau lima belas tahun lalu, hatiku pun akan meleleh dan luluh. Namun sayang, dia mengucapakan kalimat itu di saat yang tidak tepat, di saat aku tidak ingin mendengar apapun selain kabar baik tentang kesehatanku, juga kasus tabrak lari yang kualami. Aku ingin sekali melihat mereka, para pelaku dan juga dalang di balik semuanya, tertangkap dan meringkuk di balik jeruji besi.Drtt … drtt ….Lamuna

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    104. Akan Menjadi Pengganti Kakimu

    Akan Menjadi Pengganti Kakimu.----“Irna … telah kehilangan bayinya,” sahut Al lirih.Aku kembali menghela napas dalam, meskipun aku belum pernah merasakan hamil sebelumnya, namun mendengar berita kalau Irna telah kehilangan bayinya, membuatku merasa sedih, seperti ada sesuatu yang ditarik paksa dari dalam hatiku. Karena aku tahu kalau Irna benar-benar menginginkan bayi itu, seorang anak yang telah lama dia dambakan, namun dia harus kehilangan bayi itu sebelum dia sempat melihat wajahnya, sungguh menyedihkan.“Bagaimana Irna bisa kehilangan bayinya? Apakah dia keguguran?” selidikku.“Iya, dia keguguran. Namun sebenarnya dia bisa mempertahankan bayinya andai saja ….”Alvaro menggantung kalimatnya hingga membuatku penasaran. Karena dari yang aku ketahui, Irna pasti akan melakukan apapun untuk menyelamatkan kandungannya, namun kenyataannya dia justru harus keguguran. Pasti ada sesuatu hal yang menimpa Irna saat itu.“Dia terlambat untuk mendapatkan perawatan dari dokter sehingga bayinya

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    103. Mencoba Ikhlas

    Mencoba Ikhlas----Hari ini dokter datang membawa kabar baik, aku sduah diperbolrhkan untuk pulang. Ibu dan bapak terlihat sangat bahagia mendengarnya, namun aku tahu, di balik senyum bahagia mereka berdua. Tersembunyi kesedihan yang luar biasa. Aku tahu, mereka berdua selalu berusaha untu tetap tersenyum di depanku, namun aku yakin kalau sebenarnya mereka sangat bersedih, mengetahui fakta kalau aku tidak bisa lagi berjalan. Meskipun dokter berulang kali meyakinkanku dan kedua orang tuaku, kalau aku akan bisa berjalan lagi seperti semula, namun tetap saja kenyataan pahit kalau saat ini aku harus menggunakan kursi roda sebagai pengganti kakiku, dan itu tidak mudah bagiku untuk menerimanya.Keyakinanku semakin kuat ketika tanpa sengaja aku terbangun di malam hari dan mendapati ibu dan bapak sedang berbicara dengan suara lirih dalam remang cahaya lampu. Aku mencoba menajamkan pendengaran untuk bisa mengetahui apa yang saat itu kedua orang tuaku bicarakan. Mereka berdua sedang membicarak

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    102. Cobaan Kedua [Marina]

    Cobaan Kedua [Marina]----Kurasakan tubuhku terasa begitu sakit, seolah seluruh tulang di tubuhku remuk. Ingin sekali aku menggerakkan tubuh, namun tidak mampu. Jangankan menggerakkan tubuh, sekedar membuka keedua mata pun aku tidak bisa. Apakah aku sudah mati? Kalau memang aku sudah mati, kenapa aku bisa mendengar suara orang-orang yang ada di sekitarku? Aku bahkan bisa mendengar suara Alvaro, meskipun itu samar-samar. Aku juga bisa mengenali suara Devan dan Rahma yang sedang berbicara di dekatku.“Marina, bangunlah, Nak. Sudah lama sekali kamu tertidur, tidakkah kamu ingin melihat ibu dan bapak? Bapak ada di sini, sudah beberapa hari ini bapakmu menemani ibu di sini, menunggumu bangun.”Suara itu, aku tahu siapa pemiliknya. Wanita yang suaranya selalu mampu membuatku merasa nyaman dan tenang setiap kali berbicara dengannya. Iya, itu suara ibu.“Bu, Marina juga kangen sama ibu,” ucapku. Namun suaraku tidak pernah keluar dari mulutku.Lalu, kurasakan sentuhan lembut di tanganku, se

DMCA.com Protection Status