Share

syok

Penulis: Ria Abdullah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Tentu saja mendengar kata-kataku dia langsung syok dan membeliak nanar menatap sorot mataku.

"Kamu sungguh wanita jahat ... aku membencimu, Sakinah," desisnya.

"Bahkan di lubang paling kecil pun aku akan menemukan bukti , tenang saja, aku adalah orang yang gigih, Mas," ujarku sambil tersenyum puas.

Sesaat kemudian dia terlihat meringis memegangi dadanya dan mengadu dengan nada lirih.

"Ah, ad-aduh ...."

Dia mulai gelisah kesakitan.

"Kenapa? kamu syok dan tidak bisa menerima kenyataan sekarang?"

"Pe-pergi kamu dari sini," ucapnya terengah-engah.

Kelihatannya ia kesakitan, terbukti wajahnya memerah dan mulai berkeringat deras. Tarikan napasnya cepat, dan terlihat sulit mengais udara.

"Akh-akh-ah," dia kelojotan dan tubuhnya menegang, lalu ambruk ke tempat tidur.

"Baiklah, aku pergi, Mas," ujarku sambil menekan tombol darurat di samping tempat tidurnya lalu beranjak meninggalkan tempat itu.

"Sa-sa-kinah ...." Ia menggapai minta bantuan.

Aku bergeming, ingin menolong tapi teringat saat a
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    anak anak itu

    "Memangnya Nyonya tega meninggalkan kedua anak itu tanpa orang tua di rumah mereka? Bagaimana kalo ada perampok atau penculik anak, Nyonya," tanya asistenku itu ketika kusuruh dia memulangkan kedua anak itu."Aduh, jangan ngomong gitu, Bi," balasku."Bagaimana kalo mereka ternyata belum bayar sewa dan dua anak malang itu diusir, aduh Nyonya ....""Lalu saya harus bagaimana?" tanyaku frustrasi."Tampung aja di kamar belakang Nyonya, kasihan," pinta si Bibi.Rasa iba pun muncul dari lubuk hati terdalam, tapi aku ... Aduh kenapa bisa jadi dilema begini."Saya akan cari solusinya nanti," kataku sambil masuk ke dalam kamar.***Kedua anak itu sudah diurus si bibi, diber baju ganti dan disuruh tidur di kamar belakang. Kusuruh Bibi memberi tahu jika mereka akan aman di sini atau mereka bisa pergi kalau tidka bersedia di sini.Kini giliran kedua anakku yang harus kuhadapi responnya. Dan mereka baru pulang sekolah, terlihat lelah melepas sepatu sembari menatapku yang sedang duduk di sofa ruang

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    kontradiksi

    "Ibu, Ibu kenapa?" tanya kedua anaknya yang melihat ibunya ditahan."Anak-anak, untuk sementara Ibu kalian akan tinggal di sini sampai proses dia dibebaskan nanti, kita harus pulang, karena jam besuk sudah berakhir," ajakku pada anak Kartika."Jangan ... ibu, kami masih mau sama Ibu," rengek kedua bocah itu sambil memeluk kaki ibunya.Wanita itu menunduk sambil membalas pelukan anaknya."Maafin Ibu ya, gak bisa jaga kalian ssementara, kalo kalian merasa tidak aman, langsung ke kantor polisi saja," bisiknya pada anaknya.Kedua bocah itu menggeleng cepat sambil menyeka air mata mereka."Gak mau, kita maunya sama Ibu," jawab si adik."Gak bisa, Nak," jawab Kartika, "kalo kalian ga enak di rumah Sakinah, kalian pergi saja, lagipula wanita itu tidak baik," desisnya.Ah, rasanya ingin sekali kubotaki rambut dan menggunting bibirnya, wanita ini sungguh tidak tahu diuntung dan tidak punya rasa berterima kasih.Aku ingin sekali menyakitinya andai kedua bocah ini tidak sedang bersama kami."Ib

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    ternyata

    Ternyata tanpa bantuan dari Mas Yadi, Kartika sama sekali tak bisa berbuat apa-apa. Dia kupastikan akan mendekam lama dipenjara. Begitupun Mas Yadi, dia akan lemah tanpa dukungan dan perawatan dariku, mana bisa dia mengharap kartika menjenguknya.Setelah salat isya, kuangkat tangan berdoa, memohon petunjuk pada Allah agar menguatkanku dari segala cobaan ini."Ya Allah, ampunkanlah dosa hamba, berikan kekuatan serta teguhkan hati untuk menjalani hidup yang keras ini."Besok adalah hari sidang banding Mas Yadi, aku cemas sekaligus mengharap semoga permintaan bandingnya ditolak dan dia dihukum seberat-beratnya. Dia harus merasakan karma akibat perbuatan buruknya.*"Halo, Nyonya Fransiska, saya Ibu mantan Ibu Dandim, Sakinah Suryadi, saya ingin bicara.""Oh, sahabat saya, ya ampun ... sudah lama sekali sejak kita berjumpa, apa kabar?" ucapnya antusias dari seberang sana."Saya ingin konsultasi tentang yayasan dan panti asuhan, Nyonya," ujarku sedikit ragu."Oh, silakan, ada apa, Bu?""Hm

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    cari perbandingan

    "Entah sudah berapa kali saya menelepon untuk minta bantuan ibu, tapi saya mohon, saya ingin bertemu," ungkapku pada wanita yang akhirnya mau mengangkat teleponnya."Lho ada apa lagi, Dek? Bukankah kasusnya sudah ditangani?""Siap, mohon izin, dia ingin sidang Banding Bu, suami saya ingin melawan, dan saya tak ingin dia lolos dari hukumannya.""Lalu apa yang bisa saya lakukan?""Mohon izin, saya ingin agar Pak Danrem membantu saya memberi kesaksian bahwa beliau memang melihat saya dilukai," ujarku pelan."Siap, namun bagaimana jika suami saya menolak dan tidak mau terlibat lebih jauh?"tanyanya pelan."Siap, apakah beliau bilang begitu?""Kemarin sempat ngobrol sama saya, bahwa harapan dia ingin kasus adik berakhir karena suami saya cukup pusing dengan kemelut ini.""Apakah seorang anggota yang melanggar dengan menikah lagi dan penggelapan uang bisa diampuni?""Sepertinya tidak, namun jika suami Adik anggota yang baik mungkin saja ... tapi entahlah, sekali lagi saya tidak berani ber

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    gemas sendiri

    Aku kembali ke rumah, aku kembali dengan hati setengah gembira. Tadinya, aku akan tidur saja, namun kurasa aku tak boleh membuang banyak waktu.Pukul sebelas malam, aku meluncur menuju rumah dinas yang baru kutempati selama tiga tahun sebagai Ibu Dandim. Kuncinya kubawa dan ketika melewati pos penjagaan aku memberi tahu petugas bahwa akan mengambil sisa barang yang tertinggal.Mereka sempat bertanya, apakah aku butuh pengawalan namun kutolak dengan senyum ramah."Tidak usah, saya cuma mau ambil sisa pakaian dan perhiasan rumah.""Kalo begitu kenapa tidak menunggu besok pagi?""Saya tidak sempat karena sibuk, ditambah lagi saya sering lupa."Mereka memberi hormat dan aku melanjutkan masuk ke dalam komplek.Kugeser gerbang, lalu menuju pintu depan dan memasukkan kunci. Aku hendak mengambil pedang yang kugunakan tempo hari untuk melindungi diri, pedang itu sempat menggores tangan salah seorang tentara yang berusaha menyakitiku."Alhamdulillah, masih ada di sini," gumamku sambil menatap

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    mas sakit

    Setelah mengantar kantung darah ke bagian perawat aku segera menuju kamar Mas Yadi untuk menjenguk dan memastikan keadaannya.Kubuka pintu kamarnya dan mendapati pria itu sedang terbaring lemah dengan wajah kuyu, kelihatannya setelah meringkuk lama di tahanan, dia sedikit kehilangan berat badan."Apa kabar, Mas?"Ia menoleh lemah, memandangku tanpa menjawab "Aku membawa dua kantung darah untuk menambahkan stok darah yang sudah habis untukmu," ujarku."Terima kasih." Agaknya kekakuan wajahnya sudah membaik. "Apakah kamu susah bisa bergerak?Kelihatannya, moodmu juga sedang buruk, Mas, jadi aku akan pergi saja. Jangan lupa makan dan obatmu," ujarku sambil berlalu."Tidak bisakah gugatanmu diakhiri saja? Aku hanya ingin bertahan hidup dengan apa yang tersisa dariku, dan aku tak akan mengubah harta dan hakmu," katanya pelan membuatku menghentikan langkahku.Memang benar semua orang bertahan dengan apa yang tersisa dari diri mereka. Dan aku tak bisa memungkiri bahwa dia juga sedang berus

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    terkejut diri ini

    Alangkah terkejut diri ini mendapati bahwa 99,8 persen hasil tes adalah sama. Aku seolah mendapat kartu as yang akan kugunakan untuk membungkam semua orang.Namun, alih-alih menahan Heri, aku akan gunakan hasil tes ini sebagai alat untuk menekannya dan memaksanya bicara jujur, selain itu aku juga akan menekan ayahnya Letnan Heri--Kolonel William---agar tidak mengabulkan permintaan keringanan dari Mas Yadi. Aku yakin dengan menyodorkan bukti yang memberatkan anaknya, tak ada seorang dia akan mulai berpikir panjang.Andai ia memutuskan tidak membelaku dan tetap meringankan Mas Yadi, maka karier dan hidup anaknya akan berakhir, bahkan Letnan Heri juga akan membusuk dalam waktu lama di penjara. Kadang terlintas keheranan dalam pikiranku, betapa berani dan jauhnya langkah yang kuambil untuk memperjuangkan tekadku. Aku sudah mengorbankan banyak hal untuk mendapat keadilan. Maka, aku tak bisa menyerah di tengah jalan atau kabur dan tidak lantang bersuara seperti pengecut. Aku harus teta

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    riuh

    Terdengar keriuhan dari petugas mengerumuni Mas Yadi, dia dibopong dan di bawah ke mobil khusus pasir .Di saat bersamaan para hakim yang memberi keputusan tadi keluar juga dan langsung menyaksikan drama pemindahan Mas Yadi ke rumah sakit. Setelahnya, mereka terlihat saling berbisik dan berembuk."Nyonya Sakinah, anda ingin langsung pulang atau mau ikut ambulance ke rumah sakit. tanya salah seorang hakim."Tidak usah, saya ada urusan, Pak.""Sepertinya Anda memang sudah menjaga jarak ya, Bu?""Sebisanya ingin begitu," jawabkku."Tapi ini, bagaimana jika.kami perlu ibu untuk ikut dengan kami, karena ibu adalah keluarganya, dan jika membutuhkan operasi, kami pasti minta tanda tangan ibu." Tiba tiba petugas medis menimpali percakapan kami."Kalo begitu silakan jalan duluan, saya akan ikut dengan mobil saya..Mobil itu pun bergegas meninggalkan markas militer dan langsung kuikuti dari belakang.Setelah sampai di rumah sakit, Mas yadi diturunkan lalu dibawa ke ke unit gawat darurat unt

Bab terbaru

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    ketika

    Ketika mereka membalikkan badan, Kartika dan pria itu terkejut, bukan main kaget, sampai salha tingkah, sedang aku langsung menutup mulut dengan kedua tangan, menyembunyikan rasa terpana yang tidak terkira. Aku tak tahu apa harus marah atau menangis dengan pemandangan miris di depan sana, bersamaan dengan rasa iba pada Mas Yadi."Astaghfirullah, apa-apaan kamu Kartika?!' Mas yadi menggeram, mengepalkan tangan dan mendekat, ia maju dan bersiap memukul pria yang jadi pasangan selingkuh Kartika."Beraninya kau menggoda istriku," ujar Mas Yadi sambil melayangkan pukulan."Kau juga sedang bersama istriku, kau telah mempengaruhinya!" Balas pria yang jijik kusebut suami itu."Keterlaluan kau Didit, apa hubunganmu dengan istriku?""Tidakkah harusnya aku yang bertanya apa hubungan yang kau bangun dengan kantan istrimu?!" Mas Yadi membalikkan badan dan terkejut melihatku di belakangnya."Sakinah .....""Apa kau mau mengelak sekarang?" Pria jahat itu terkekeh sinis."Kartika teganya kamu, buru b

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    jadi

    "Jadi kau izinkan aku pergi?""Begini saja, pergilah kau sendiri menemui istrimu aku akan memindahkan anak-anak bersama si Bibi ke perkebunan, anak buah Bendi akan mengawal mereka dan memastikan mereka selamat. Kurasa itu adalah jalan terbaik daripada harus mengikuti kau kesana kemari sementara mereka juga harus menjalani aktivitas belajar dan ujian mereka.""Kurasa masuk akal juga apa yang kau katakan, aku akan pergi kalau begitu," ujar pria itu sambil mengambil tasnya.Sebelum sempat keluar dari kamar, ia mendekat dan tanpa aba-aba dia mendaratkan sebuah kecupan hangat di keningku."Terima kasih masih menyimpan pakaianku," bisiknya lembut.Detik berikutnya, pria itu meninggalkanku begitu saja di dalam kamar ini, kamar yang dulu begitu penuh cinta dan aroma kerinduan. Aku jatuh terduduk di atas ranjang, meremas sprei yang dulu pernah menjadi saksi, betapa kami saling mencintai."Pada akhirnya sebagai suami, dia harus tetap bertanggung jawab kepada wanita yang sudah dia terima nika

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    sesampainya di rumah

    Sesampainya di depan rumah berlantai dua milik kami, Bendi memasukkan mobilnya ke garasi dan langsung menurunkan rolling door garasi dengan rapat.Aku dan Mas Didit saling pandang namun tak berani banyak bertanya, dia lalu meminta Imel untuk menarik cat mobil yang merupakan tempelan untuk membantunya sehingga mobil yang tadi berwarna biru gelap sudah berubah menjadi putih.Setelah selesai ia mengganti pakaiannya dan masuk kembali ke mobil."Kamu gak mampir dulu?" tanya Imel."Aku harus pergi, sebelum polisi tahu bahwa kekacauan di tol tadi adalah perbuatanku," balasnya."Kau akan baik-baik saja?" untuk pertama kalinya pria itu terlihat mengkhawatirkan orang."Iya, Pak, saya akan baik baik saja.""Oh, aku lupa kau punya banyak pengawal," balas Mas Yadi.Pria itu hanya menggeleng pelan sambil tersenyum lalu berpamitan denganku dan anak perempuanku."Hati-hati ya," ujar Imel."Kenapa kau tidak menambahkan kata sayang di belakang kalimat hati-hati?" tanya pemuda itu mengulum senyum mem

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    itu papa

    "Itu Papa!" Seru anakku gembira dia membuka mobil dan langsung berlari ke arah papanya.Anak gadisku begitu gembira dan langsung menghambur memeluk papanya, pria itu juga bahagia dan langsung memeluk putrinya."Akhirnya Papa kelur juga, aku rindu," kata Imel, "tapi kenapa tangan dan kaki papa? Kenapa Papa jalannya pincang?"Tanya Imel yang mengomentari gerakan tubuh Mas Yadi, untungnya dia tak tahu bahwa pria itu habis tertembak dua minggu lalu."Apa kabar, Mas?" Sapaku sambil mengulurkan tangan menyalaminya, tanpa kuduga ia memelukku lalu menepuk belakang punggungku perlahan."Alhamdulillah aku baik sekarang," jawabnya tersenyum, sedang aku terbengong dengan sikapnya."Oh be-begitu ya, ba-baguslah." Sial, aku gugup dan canggung, sementara Bendi dan Imel saling melirik dan tersenyum."Kalo begitu ayo kita pulang," ajak Bendi."Lho, kamu siapa?" tanya Mas Yadi pada Bendi."Dia adalah orang yang sudah menolongku dan Imel dari penyekapan Mas, dia juga sering menjengukku ke rumah sakit d

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    tuan william

    Setelah mengambil semua surat menyurat yang sudah dibuat ulang dari kantor kuasa hukum kami, aku segera mengajak Bendi untuk pergi menjemput Mas Suryadi ke gerbang Rutan Pondok kopi.Mobil kami meluncur di jalan aspal yang mulus lalu berputar di lingkar Selatan dan menuju pinggir kota dimana pusat lembaga pemasyarakatan itu berada."Kamu yakin bahwa papa akan keluar jam 1 siang?""Iya mah begitu informasi yang aku dengar dari Pak Efendy dan petugas sipir yang menelponku," balasnya."Mudah-mudahan lancar ya," gumamku sembari berharap semoga berita tentang kebebasan Mas Yadi bukan hanya lobi semata antara polisi dan TNI, sementara pada kenyataannya hal itu tidak pernah terjadi."Apa semuanya akan aman bendi?""Kita harus tetap waspada nyonya, anda pun sekarang berada dalam incaran," balasnya."Apa? Apa maksudnya?""Lihat mobil Chevrolet hitam yang sedang mengikuti di belakang kita? Sejak dari rumah sakit tadi mobil itu terus mengikuti dan mengawasi, aku rasa mereka memang sudah mengi

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    kubenahi

    Kubenahi rambut dan wajahku yang berantakan, aku merutuk karena pria itu menyakiti rahangku, demi Tuhan aku akan bersumpah bahwa dia akan membayarnya.Kini aku harus mencatat daftar panjang orang-orang yang akan aku tuntut dengan pembalasan. Ada William, Didit, Heri, dan sinoembuat masalah Kartika. Mereka bertiga sahabat yang harus dihancurkan.Tiba tiba muncul sesuatu dalam benakku, ide untuk mengadu domba mereka semua dan membuat mereka saling berselisih paham dan saling mencurigai. Perlahan kepercayaan satu sama lain akan tergerus dan hancur tak bersisa, lalu setelahnya, kuhancurkan mereka semua secara hukum juga.Tapi sejujurnya aku pun belum tahu akan memulai dari mana, sulit menentukan mana orang yang benar-benar bisa dipercaya dan mana yang tidak, mana yang tulus dan mana yang hanya modus, mana yang kawan mana yang berpura-pura menjadi kawan lalu menusuk."Aku harus segera menghubungi pengacaraku," batinku sambil meraih ponselku.Tak lama sambungan terhubung, pria yang sudah

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    dia membesuk

    Kedatangan orang itu memang mengejutkan, dia yang pernah melayani keluargaku dengan baik dan sempat berkonflik denganku karena membela Suryadi kini sudah berdiri di sini menyapa sopan lalu mengambil tempat duduk."Apa kabar Ibu?""Baik, Hendra, aku tak pernah menyangka kau akan datang, entah harus senang atau heran, tapi aku bersyukur atau kemurahan hatimu," balasku pelan."Saya merasa prihatin atas kabar yang terdengar terakhir kali, terlebih mengetahui bahwa Ibu yang sedang hamil disakiti," jawabnya."Terima kasih atas perhatianmu, bagaimana kabar istri anakmu?" tanyaku."Baik, Nyonya.""Oh, syukurlah."Sesaaat suasana menjadi hening dan kaku, aku dan Hendra sama sama diam, tak tahu harus membahas apa."Bagaimana kabar Letkol Suryadi sekarang?""Dia masih ditahan di kantor polisi," balasku."Bukannya beliau sudah bebas?""Iya, tapi ditahan lagi, itu juga karena aku," jawabku menerawang jauh."Pak Yadi tidaklah jahat, dia hanya salah langka karena menyukai Nyonya Kartika, Tapi saya

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    jamin dia

    "Aku kenal seorang polisi korup, dia cukup dekat dengan Kapolda, jika Nyonya mau, mungkin aku bisa menjaminkan Suryadi dengan menemuinya." Pria itu terlihat memicingkan mata meminta pendapatku."Itu ide bagus, tidakkah mereka curiga kenapa seorang preman mau menjamin Suryadi?""Kenapa tidak, memangnya Anda pikir aku akan menggunakan identitas asli, sebagai seseorang yang kerap menjadi buruan polisi, Aku tidak bisa hidup tanpa menggandakan identitas Nyonya," bisiknya sambil tertawa miring."Kau benar, kadang aku pun ngeri dengan berurusan denganmu, salah langkah atau kurang uang selembar saja resikonya jauh lebih mengerikan daripada penjara," balasku tertawa."Sebetulnya aku melakukan bisnis ini demi uang namun ada beberapa hal yang tidak aku lakukan untuk keuntungan semata," jawabnya sambil mengedarkan pandangan ke segala arah."Jika begitu, lakukan apa yang menurutmu baik," balasku.Tiba tiba dari monitor kamera koridor yang terlihat dari balik panel kaca kamarku, kami dapat mel

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    Tante

    "Tante ... aku cariin Tante sejak pertama kali Tante gak pulang, kemana aja," ujarnya sambil menangis."Aku ada masalah dengan Papamu," jawabku."Papa?" Gadis itu langsung menghentikan tangisannya dan nampak amat terkejut."Iya, dia yang sudah membuatku terbaring di sini, nyaris melumpuhkan dan membunuhku," "Ta-tapi kenapa? Bukankah Tante istrinya Papa, lalu kenapa bisa begitu?""Entahlah, hanya dia dan Allah yang tahu.""Aku menyayangi Tante seperti Mamaku, kenapa Papa harus berbuat setega itu?""Memang dia bilang apa denganmu tentangku?""Dia bilang Tante ssakit, tapi aku curiga karena Imel dan Siska ikut menghilang sannpergi dari rumah, balasnya mengusap air mata."Mungkin kita tak bisa serumah lagi, Nak,," ujarku sambil menggenggam tangannya."Kenapa, Tante sama Papa mau cerai?""Iya, dia bahkan hendak memenjarakannaku tanpa alasan andai tidak ada yang turun tangan menegaskan masalah ini, sekali aku minta maaf karena kita tak akan bersama lagi," balasku sambil mengusap wajahnya

DMCA.com Protection Status