Share

95. Pertemuan Rahasia

Penulis: Henny Djayadi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-29 09:27:05

Seorang perempuan muda tampak sudah menunggu kedatangan Widya. Dia duduk manis dengan setelan semi formal berwarna pastel. Senyumnya yang ramah membuatnya terlihat semakin elegan dan berkelas.

Evita tersenyum kecil, seolah sudah menduga jika Widya akan pembicaraan hal ini. Ia menegakkan tubuh, merapikan helaian rambutnya yang jatuh ke pundak.

"Seperti yang sudah kita bahas sebelumnya, Tante," ucap Evita tenang, suaranya terukur.

Sebagai seorang calon penerus dari perusahaan Loekito Group, tentu dia tidak ingin terlihat murahan di hadapan Widya. Meski sebenarnya hati sudah ingin menjerat Rama dengan berbagai cara.

"Sebenarnya sampai saat ini saya masih terus mencari kesempatan. Tapi Rama terlalu fokus pada perempuan itu."

Widya menyipitkan mata, lalu menghela napas keras.

“Seharusnya kau bisa bergerak lebih cepat. Kau tahu, waktu kita tidak banyak. Aku sudah cukup memberikan kesempatan.”

Evita tersenyum miring. "Saya tahu. Tapi menaklukkan Rama bukan perkara secepat menjentikkan jari.”
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    96. Masalah Baru

    Widya menarik napas panjang, menyesap kopinya pelan. Matanya masih tajam mengamati Evita, menimbang reaksi, menakar keseriusan.Evita mencondongkan tubuh, bersandar sedikit ke meja, suaranya tenang namun terdengar penuh siasat."Ada satu hal lagi, Tante," ucap Evita perlahan, berusaha meyakinkan Widya.Widya mengangkat alis, memberi isyarat agar Evita melanjutkan."Kalau Tante ingin Rama menjauh dari perempuan itu, saya rasa kita harus menciptakan ruang, esempatan, waktu, dan jarak."Widya menyipitkan mata, mulai memahami arah ucapan Evita."Bagaimana dengan proyek kerja sama antara Narendra Group dengan Loekito," lanjut Evita dengan tenang, "kalau bisa, Tante harus bisa mendorong Om Arman untuk segera menyetujuinya. Lokasinya di luar kota, cukup jauh. Rama harus terlibat langsung kalau ini berjalan. Dan saya akan berada di sana sebagai perwakilan dari Loekito."Widya mulai tersenyum kecil. Ia menyukai arah ini.Evita melanjutkan, suaranya semakin mantap."Kalau proyek itu dijalankan

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-29
  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    97. Bisnis dan Cinta

    Bagi Cinta, panti asuhan adalah rumah, panti asuhan adalah keluarga. Mendengar ada masalah yang akan mengganggu kestabilan mereka membuat Cinta merasa tidak bisa tinggal diam begitu saja.Pagi itu langit sedikit mendung saat Cinta tiba di depan gerbang panti asuhan. Dia turun dari mobil sambil membawa beberapa kantong berisi makanan ringan dan mainan kecil untuk anak-anak. Beberapa anak yang mengenalnya segera berlari menghampiri, memeluknya erat.Setelah menyapa anak-anak, Cinta berjalan ke dalam, langsung menuju ruang kerja Bunda Aminah. Pintu terbuka sedikit dan suara lembut doa dari mulut perempuan sepuh itu masih terdengar saat Cinta mengetuk perlahan.“Bunda,” panggil Cinta dengan lembut.Bunda Aminah mendongak, seperti biasa dia akan menyambut kehadiran anak-anaknya dengan senyuman hangat.“Cinta… masuklah Nak,” ucap Bunda Aminah pelan.Cinta duduk di seberang meja, lalu menatap Bunda Aminah dalam-dalam. “Bunda… saya tahu sesuatu sedang terjadi. Tiara sudah menceritakan semuany

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-29
  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    1. Aib yang Terbongkar

    Cinta berlari menyusuri koridor rumah sakit. Napasnya tersengal. Air mata mengalir, bercampur keringat di wajahnya yang pucat. Pakaiannya berantakan, penuh noda darah yang sudah mulai mengering. Darah putrinya, bau anyirnya menusuk hidung, bercampur dengan aroma antiseptik rumah sakit.“Bertahanlah, Nak. Bertahanlah….” Suara Cinta terdengar parau, nyaris tak terdengar di tengah hiruk-pikuk rumah sakit.Di atas brankar yang melaju kencang, tubuh kecil Chiara tergolek tak berdaya. Tadi saat keluar dari sekolah, tiba-tiba ada mobil yang melaju dengan kencang menghempaskan tubuh mungilnya.Darah mengalir dari keningnya, membasahi rambut dan wajahnya yang dulu begitu cantik. Sekarang, wajah Chiara hampir tak bisa dikenali. Luka-luka di dahinya menganga. Kelopak matanya tertutup, terlalu lemah untuk terbuka.Lutut Cinta gemetar, kakinya hampir tidak kuat menopang tubuh, tetapi dia terus mengikuti brankar tersebut.Brankar berhenti di depan pintu ruang gawat darurat. Para dokter dan perawat

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18
  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    2. Asal Anakku Selamat

    Perempuan mana yang tidak hancur hatinya, pada saat putrinya sedang berjuang antara hidup dan mati, suaminya justru sedang berbagi peluh dengan perempuan lain.Kaki Cinta terasa lemas seketika, hingga membuatnya hampir terjatuh. Beberapa karyawan yang melihat langsung bergerak hendak menolongnya. Tetapi saat di depan pintu mereka melihat Kevin yang sedang merapikan celananya secara asal, bahkan gespernya pun belum sempat dia kaitkan.Sementara itu, Maira yang selama ini mereka ketahui sebagai sekretaris Kevin, memunggungi mereka, sepertinya sedang merapikan pakaian dan dandanannya.Sorot mata tajam Kevin membuat beberapa karyawan yang sempat melihat segera menyingkir. Tampaknya mereka cari aman dengan tidak ikut campur dalam masalah pribadi sang pemilik perusahaan.“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Kevin dengan nada tinggi penuh amarah untuk menutupi kesalahan.Cinta terdiam dengan lelehan air mata yang membasahi pipinya, seolah lupa dengan tujuan mendatangi kantor suaminya. Peman

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18
  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    3. Miskinkan Saja!

    Kata-kata itu menggantung di udara, lebih dingin dari dinding rumah sakit. Cinta menutup mata sejenak, lalu mengangguk pelan. Keselamatan Chiara lebih utama daripada mempertahankan sebuah ikatan yang sudah kehilangan kesakralannya.Kevin mengalihkan pandangannya, merasa menang. Baginya ini adalah hukuman yang setimpal untuk Cinta yang telah mengganggu kesenangannya dan menjatuhkan harga dirinya di hadapan para karyawan.Setelah Cinta menyetujui syarat yang dia ajukan, Kevin melangkah tegap, tanpa ragu, seolah perjanjian yang baru saja mereka buat hanyalah urusan bisnis biasa.Cinta berdiri terpaku di lorong rumah sakit. Air matanya jatuh tanpa suara, menelusuri pipi yang pucat. Dia menatap Kevin yang berjalan menjauh bersamaan dengan seorang tenaga medis yang akan mengambil darahnya untuk didonorkan kepada putrinya.Waktu terasa begitu lambat. Detik-detik terasa seperti beban yang tak tertahankan. Cinta duduk di kursi tunggu yang dingin, tangannya menggenggam erat saputangan kecil, ba

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18
  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    4. Mantan yang Berbeda

    Kevin sudah berpesan kepada Cinta untuk tidak mendatangi sidang perceraian, agar prosesnya bisa berjalan dengan lancar. Dan sekarang, akta cerai itu sudah berada di tangan Cinta.Bunda Aminah memeluk Cinta, memberikan kekuatan dalam menghadapi ujian yang bertubi-tubi datangnya. Tidak ada kata-kata berlebihan, hanya keheningan yang berbicara lebih lantang daripada seribu nasihat. Cinta menunduk, menahan air mata yang nyaris tumpah, menggenggam erat akta cerai di tangannya."Kamu kuat, Nak. Sejak kecil, kamu sudah terbiasa menghadapi badai." ucap Bunda Aminah dengan suara yang menenangkan.Cinta mengangguk pelan, meski hatinya berkata sebaliknya. Dulu, dia datang ke panti ini sebagai anak kecil yang haus kasih sayang. Kini dia kembali, sebagai seorang ibu yang kehilangan segalanya, kecuali putrinya.Terdengar suara salam yang mengalihkan perhatian Cinta dan Bunda Aminah. Keduanya mengenali suara itu dan bergegas keluar.Nora datang dengan langkah cepat, dia mencium punggung tangan Bunda

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18
  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    5. Luka yang Belum Tersembuhkan

    Cinta menelan ludah, berusaha mengendalikan debaran jantung yang tak beraturan. Janda satu anak itu mengangkat dagu, memasang senyum profesional seolah tidak ada sejarah kelam di antara mereka. berdua "Saya siap untuk bekerja." Cinta berusaha tetap tenang, tetapi tidak bisa menutupi kegugupannya. "Apa yang harus saya lakukan?" Rama menatap Cinta, lalu tiba-tiba tertawa terbahak-bahak dengan tatap mata yang merendahkan. "Ah, Cinta ..." ucap Rama sambil menghela napas, masih menyisakan sisa tawa di bibirnya. "Kamu selalu terburu-buru?" Rama berjalan mendekat, langkahnya santai namun penuh tekanan. "Tidak perlu terburu-buru. Kita punya banyak waktu." Cinta mengeratkan jemarinya, tetap berusaha menjaga ketenangan. Namun, dari nada suara Rama, dia tahu satu hal, Rama yang berdiri di hadapannya ini bukan lagi pria yang pernah berjanji mencintainya seumur hidup. Ada sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang membuatnya ingin segera pergi, tetapi dia harus bertahan demi Chiara. Ini baru h

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18
  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    6. Layani Aku di Atas ...

    Setibanya di restoran mewah, seorang karyawan segera mengarahkan Rama dan Cinta ke tempat yang sudah dipesan sebelumnya. Tanpa sepatah kata, Rama sedikit mengulurkan lengannya. Tatap matanya memberi perintah yang tak terbantahkan. Cinta ragu sejenak, tapi dia tahu tak ada pilihan lain. Dengan gerakan anggun, dia membelitkan lengannya ke lengan Rama, menciptakan pemandangan keserasian yang nyaris sempurna. Rama dan Cinta berjalan berdampingan, seolah pasangan serasi yang memasuki ruangan dengan percaya diri. Namun di balik senyum tipis Rama, terselip ancaman yang tak terucap. Rama membungkuk sedikit, suaranya rendah dan tajam kala berbisik di telinga Cinta. "Mainkan peranmu dengan baik. Jangan mempermalukan aku." Cinta meneguk ludah, berusaha menjaga ketenangan. Menarik napas dalam, Cinta menatap lurus ke depan memulai sandiwara. Pikir Cinta, ini adalah bagian dari pekerjaan. Betapa terkejutnya Cinta saat dia melihat sosok di hadapannya. Dahulu Cinta pernah berada dalam sit

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18

Bab terbaru

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    97. Bisnis dan Cinta

    Bagi Cinta, panti asuhan adalah rumah, panti asuhan adalah keluarga. Mendengar ada masalah yang akan mengganggu kestabilan mereka membuat Cinta merasa tidak bisa tinggal diam begitu saja.Pagi itu langit sedikit mendung saat Cinta tiba di depan gerbang panti asuhan. Dia turun dari mobil sambil membawa beberapa kantong berisi makanan ringan dan mainan kecil untuk anak-anak. Beberapa anak yang mengenalnya segera berlari menghampiri, memeluknya erat.Setelah menyapa anak-anak, Cinta berjalan ke dalam, langsung menuju ruang kerja Bunda Aminah. Pintu terbuka sedikit dan suara lembut doa dari mulut perempuan sepuh itu masih terdengar saat Cinta mengetuk perlahan.“Bunda,” panggil Cinta dengan lembut.Bunda Aminah mendongak, seperti biasa dia akan menyambut kehadiran anak-anaknya dengan senyuman hangat.“Cinta… masuklah Nak,” ucap Bunda Aminah pelan.Cinta duduk di seberang meja, lalu menatap Bunda Aminah dalam-dalam. “Bunda… saya tahu sesuatu sedang terjadi. Tiara sudah menceritakan semuany

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    96. Masalah Baru

    Widya menarik napas panjang, menyesap kopinya pelan. Matanya masih tajam mengamati Evita, menimbang reaksi, menakar keseriusan.Evita mencondongkan tubuh, bersandar sedikit ke meja, suaranya tenang namun terdengar penuh siasat."Ada satu hal lagi, Tante," ucap Evita perlahan, berusaha meyakinkan Widya.Widya mengangkat alis, memberi isyarat agar Evita melanjutkan."Kalau Tante ingin Rama menjauh dari perempuan itu, saya rasa kita harus menciptakan ruang, esempatan, waktu, dan jarak."Widya menyipitkan mata, mulai memahami arah ucapan Evita."Bagaimana dengan proyek kerja sama antara Narendra Group dengan Loekito," lanjut Evita dengan tenang, "kalau bisa, Tante harus bisa mendorong Om Arman untuk segera menyetujuinya. Lokasinya di luar kota, cukup jauh. Rama harus terlibat langsung kalau ini berjalan. Dan saya akan berada di sana sebagai perwakilan dari Loekito."Widya mulai tersenyum kecil. Ia menyukai arah ini.Evita melanjutkan, suaranya semakin mantap."Kalau proyek itu dijalankan

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    95. Pertemuan Rahasia

    Seorang perempuan muda tampak sudah menunggu kedatangan Widya. Dia duduk manis dengan setelan semi formal berwarna pastel. Senyumnya yang ramah membuatnya terlihat semakin elegan dan berkelas.Evita tersenyum kecil, seolah sudah menduga jika Widya akan pembicaraan hal ini. Ia menegakkan tubuh, merapikan helaian rambutnya yang jatuh ke pundak."Seperti yang sudah kita bahas sebelumnya, Tante," ucap Evita tenang, suaranya terukur.Sebagai seorang calon penerus dari perusahaan Loekito Group, tentu dia tidak ingin terlihat murahan di hadapan Widya. Meski sebenarnya hati sudah ingin menjerat Rama dengan berbagai cara."Sebenarnya sampai saat ini saya masih terus mencari kesempatan. Tapi Rama terlalu fokus pada perempuan itu."Widya menyipitkan mata, lalu menghela napas keras.“Seharusnya kau bisa bergerak lebih cepat. Kau tahu, waktu kita tidak banyak. Aku sudah cukup memberikan kesempatan.”Evita tersenyum miring. "Saya tahu. Tapi menaklukkan Rama bukan perkara secepat menjentikkan jari.”

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    94. Apa Rencanamu Selanjutnya?

    Dalam perjalanan pulang, Rama mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Sembari menyusuri jalanan kota yang mulai dipenuhi pendar sinar lampu di malam hari. Rama meraih ponselnya yang tergeletak di konsol tengah. Dengan sekali sentuhan, ia mencari nama yang tak pernah lepas dari benaknya, Cinta. Gemuruh rindu tak tertahan lagi di dada, hingga membuat Rama langsung menekan tombol panggil, dan sambil menunggu nada sambung, Rama menyandarkan tubuhnya lebih santai ke jok. Entah mengapa, hanya mendengar nada sambung saja sudah membuat jantungnya berdegup lebih cepat. Penantian itu terasa begitu menyiksanya. Ketika akhirnya terdengar suara lembut di seberang, Rama tak bisa menahan senyum yang mengembang di wajahnya. "Halo..." Suara Cinta menyapa gendang telinganya, agak ragu, tapi tetap terdengar hangat. "Halo ...," sahut Rama, ingin rasanya memberikan sebutan yang romantis, tapi entah mengapa lidahnya terasa kaku, dan justru seperti malu sendiri sebelum melontarkannya. "Sedang

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    93. Tak Sanggup Menunggu Lebih Lama

    Di kantor Narendra Group, suasana ruang rapat masih terasa berat setelah pertemuan panjang membahas strategi pengembangan anak usaha mereka, Narendra Green Dynamics. Rapat itu penting, membahas langkah ekspansi baru di bidang energi terbarukan, sebuah proyek ambisius yang membutuhkan ketelitian di setiap tahap. Rama duduk di kursinya yang menghadap ke jendela, memandang ke luar sejenak sambil melepas dasinya sedikit. Satu per satu peserta rapat mulai meninggalkan ruangan, menyisakan hanya Dion yang masih sibuk membereskan dokumen-dokumen di meja. "Dion," panggil Rama, nada suaranya santai tapi terdengar serius. "Ada hal penting yang ingin aku bicarakan." Dion menoleh, mengangkat alis penasaran. "Apa, Bos?" Rama menghela napas, lalu dengan nada seolah bercanda tapi matanya serius, ia bertanya, "Bagaimana caranya... menundukan hati perempuan?" Dion tertegun, lalu tertawa pendek. "Gampang-gampang susah, Bos. Perempuan itu suka belanja dan dimanja. Beri saja hadiah mewah,

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    92. Pilih Papa Kevin atau Om Rama?

    Pagi itu langit terlihat begitu cerah, berbanding terbalik dengan suasana hati Rama yang sedang muram. Pewaris tunggal Narendra Group itu mengemudi tanpa tujuan pasti, membiarkan mobilnya melaju membelah jalanan kota yang mulai dipadati oleh kendaraan. Dadanya masih penuh sesak. Ia memikirkan wajah Papa yang tadi kesakitan, memikirkan kata-kata keras Mama yang terus saja mengusik. Semuanya berputar dalam pikirannya, membuat hatinya seperti terhimpit batu berat.Tangan Rama mencengkeram erat setir. Ia tahu, kalau bukan karena Papa, ia sudah membalas keras semua kata-kata Mama. Tapi ia tak bisa, ia tak ingin membuat Papa tambah menderita.Saat itu ponselnya yang tergeletak di kursi sebelah bergetar pelan, disusul bunyi notifikasi.Dengan satu tangan, Rama meraih ponsel itu. Ada sebuah pesan baru masuk. Ia sempat ragu membukanya, tapi akhirnya ia menyeret layarnya. Sebuah foto muncul.Rama membeku.Foto itu menunjukkan Cinta dan Chiara sedang tersenyum bahagia di depan kafe mereka. Di

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    91. Keras Kepala

    Widya Narendra adalah sosok perempuan yang keras kepala dan teguh pendirian. Ia dibesarkan dalam keluarga terpandang, dibentuk oleh nilai-nilai tentang kehormatan, garis keturunan, dan kemurnian nama baik. Dalam hidupnya, keputusan bukan soal perasaan, tapi soal logika dan konsekuensi. Sekali ia menetapkan pendirian, tak banyak yang bisa menggoyahkan. Bahkan suaminya, Arman Narendra, lebih dari sekali menyarankan agar ia belajar sedikit saja melunak. Tapi Widya tahu, dunia tempat mereka berpijak tak pernah memberi ruang bagi mereka yang lemah. Malam itu, setelah diam-diam mendengarkan percakapan Rama dan Arman, Widya masuk ke kamarnya. Ia membuka sebuah laci, mengeluarkan amplop coklat besar yang cukup tebal, lalu duduk dengan napas tertahan. Pikirannya berperang, tapi nalurinya sebagai seorang istri dan ibu tetap satu, melindungi keluarga. Keesokan harinya, saat Rama turun dari kamar, mereka akhirnya bertemu di ruang tengah. Tak ada senyum. Hanya mata yang saling mengukur, se

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    90. Patah Hati

    Mobil hitam elegan itu meluncur perlahan melewati gerbang utama rumah keluarga Narendra. Lampu taman menyinari jalan setapak menuju teras depan, membentuk bayangan panjang dari pepohonan dan patung batu yang berdiri anggun di halaman. Begitu mobil berhenti, pintu depan terbuka dan Arman Narendra keluar, senyum lebar menyambut kedatangan putra semata wayangnya.“Rama,” sapa Arman hangat, menepuk bahu putranya ketika turun dari mobil. “Bagaimana hasil perjalanan bisnis kali ini? Kudengar beberapa investor cukup tertarik.”Rama mengangguk, menyambut pelukan ringan dari ayahnya. “Ada beberapa hal positif, Pa. Tapi... ada juga yang perlu kita bicarakan lebih dalam. Bisa kita bicara di ruang kerja, sekarang?”Arman sedikit mengerutkan dahi, tapi ia mengangguk. “Tentu. Ayo.”Keduanya berjalan masuk ke dalam rumah, melewati ruang tamu besar yang didekorasi dengan elegan dan penuh rasa prestise. Mereka kemudian menuju ruang kerja Arman, ruangan yang hanya digunakan untuk diskusi penting dalam

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    89. Persaingan Dimulai

    Setelah pintu tertutup dan langkah kaki Bu Widya menjauh, Bunda Aminah masih berdiri mematung di ruang tamu. Matanya menatap kosong ke arah pintu yang kini hening. Napasnya terasa berat. Bayang-bayang percakapan barusan masih menggema di telinganya.Suara tawa anak-anak dari halaman kembali terdengar, seolah tidak ada yang berubah. Tapi di hati Bunda, segalanya terasa berbeda.Ia melangkah pelan ke ambang jendela, menatap anak-anak yang bermain. Tawa ceria, langkah kecil berlarian, tangan-tangan mungil saling menggandeng. Dan di antara semua wajah itu, Bunda seolah melihat sosok kecil Cinta bertahun-tahun lalu, gadis remaja yang selalu menjaga adik-adiknya, selalu mengalah, selalu menjadi dewasa sebelum waktunya.Hatinya perih. Ketakutan Cinta yang dulu pernah ia ceritakan dengan mata berkaca-kaca kini benar-benar terwujud. Cinta sudah berusaha menjauh, sudah mencoba membangun hidupnya sendiri tanpa merepotkan siapa pun.Bunda Aminah ingin menghubungi Cinta, ingin mengatakan segalanya

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status