Share

92. Pilih Papa Kevin atau Om Rama?

last update Last Updated: 2025-04-27 08:38:40

Pagi itu langit terlihat begitu cerah, berbanding terbalik dengan suasana hati Rama yang sedang muram.

Pewaris tunggal Narendra Group itu mengemudi tanpa tujuan pasti, membiarkan mobilnya melaju membelah jalanan kota yang mulai dipadati oleh kendaraan.

Dadanya masih penuh sesak. Ia memikirkan wajah Papa yang tadi kesakitan, memikirkan kata-kata keras Mama yang terus saja mengusik. Semuanya berputar dalam pikirannya, membuat hatinya seperti terhimpit batu berat.

Tangan Rama mencengkeram erat setir. Ia tahu, kalau bukan karena Papa, ia sudah membalas keras semua kata-kata Mama. Tapi ia tak bisa, ia tak ingin membuat Papa tambah menderita.

Saat itu ponselnya yang tergeletak di kursi sebelah bergetar pelan, disusul bunyi notifikasi.

Dengan satu tangan, Rama meraih ponsel itu. Ada sebuah pesan baru masuk. Ia sempat ragu membukanya, tapi akhirnya ia menyeret layarnya. Sebuah foto muncul.

Rama membeku.

Foto itu menunjukkan Cinta dan Chiara sedang tersenyum bahagia di depan kafe mereka. Di
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    93. Tak Sanggup Menunggu Lebih Lama

    Di kantor Narendra Group, suasana ruang rapat masih terasa berat setelah pertemuan panjang membahas strategi pengembangan anak usaha mereka, Narendra Green Dynamics. Rapat itu penting, membahas langkah ekspansi baru di bidang energi terbarukan, sebuah proyek ambisius yang membutuhkan ketelitian di setiap tahap. Rama duduk di kursinya yang menghadap ke jendela, memandang ke luar sejenak sambil melepas dasinya sedikit. Satu per satu peserta rapat mulai meninggalkan ruangan, menyisakan hanya Dion yang masih sibuk membereskan dokumen-dokumen di meja. "Dion," panggil Rama, nada suaranya santai tapi terdengar serius. "Ada hal penting yang ingin aku bicarakan." Dion menoleh, mengangkat alis penasaran. "Apa, Bos?" Rama menghela napas, lalu dengan nada seolah bercanda tapi matanya serius, ia bertanya, "Bagaimana caranya... menundukan hati perempuan?" Dion tertegun, lalu tertawa pendek. "Gampang-gampang susah, Bos. Perempuan itu suka belanja dan dimanja. Beri saja hadiah mewah,

    Last Updated : 2025-04-27
  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    1. Aib yang Terbongkar

    Cinta berlari menyusuri koridor rumah sakit. Napasnya tersengal. Air mata mengalir, bercampur keringat di wajahnya yang pucat. Pakaiannya berantakan, penuh noda darah yang sudah mulai mengering. Darah putrinya, bau anyirnya menusuk hidung, bercampur dengan aroma antiseptik rumah sakit.“Bertahanlah, Nak. Bertahanlah….” Suara Cinta terdengar parau, nyaris tak terdengar di tengah hiruk-pikuk rumah sakit.Di atas brankar yang melaju kencang, tubuh kecil Chiara tergolek tak berdaya. Tadi saat keluar dari sekolah, tiba-tiba ada mobil yang melaju dengan kencang menghempaskan tubuh mungilnya.Darah mengalir dari keningnya, membasahi rambut dan wajahnya yang dulu begitu cantik. Sekarang, wajah Chiara hampir tak bisa dikenali. Luka-luka di dahinya menganga. Kelopak matanya tertutup, terlalu lemah untuk terbuka.Lutut Cinta gemetar, kakinya hampir tidak kuat menopang tubuh, tetapi dia terus mengikuti brankar tersebut.Brankar berhenti di depan pintu ruang gawat darurat. Para dokter dan perawat

    Last Updated : 2025-02-18
  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    2. Asal Anakku Selamat

    Perempuan mana yang tidak hancur hatinya, pada saat putrinya sedang berjuang antara hidup dan mati, suaminya justru sedang berbagi peluh dengan perempuan lain.Kaki Cinta terasa lemas seketika, hingga membuatnya hampir terjatuh. Beberapa karyawan yang melihat langsung bergerak hendak menolongnya. Tetapi saat di depan pintu mereka melihat Kevin yang sedang merapikan celananya secara asal, bahkan gespernya pun belum sempat dia kaitkan.Sementara itu, Maira yang selama ini mereka ketahui sebagai sekretaris Kevin, memunggungi mereka, sepertinya sedang merapikan pakaian dan dandanannya.Sorot mata tajam Kevin membuat beberapa karyawan yang sempat melihat segera menyingkir. Tampaknya mereka cari aman dengan tidak ikut campur dalam masalah pribadi sang pemilik perusahaan.“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Kevin dengan nada tinggi penuh amarah untuk menutupi kesalahan.Cinta terdiam dengan lelehan air mata yang membasahi pipinya, seolah lupa dengan tujuan mendatangi kantor suaminya. Peman

    Last Updated : 2025-02-18
  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    3. Miskinkan Saja!

    Kata-kata itu menggantung di udara, lebih dingin dari dinding rumah sakit. Cinta menutup mata sejenak, lalu mengangguk pelan. Keselamatan Chiara lebih utama daripada mempertahankan sebuah ikatan yang sudah kehilangan kesakralannya.Kevin mengalihkan pandangannya, merasa menang. Baginya ini adalah hukuman yang setimpal untuk Cinta yang telah mengganggu kesenangannya dan menjatuhkan harga dirinya di hadapan para karyawan.Setelah Cinta menyetujui syarat yang dia ajukan, Kevin melangkah tegap, tanpa ragu, seolah perjanjian yang baru saja mereka buat hanyalah urusan bisnis biasa.Cinta berdiri terpaku di lorong rumah sakit. Air matanya jatuh tanpa suara, menelusuri pipi yang pucat. Dia menatap Kevin yang berjalan menjauh bersamaan dengan seorang tenaga medis yang akan mengambil darahnya untuk didonorkan kepada putrinya.Waktu terasa begitu lambat. Detik-detik terasa seperti beban yang tak tertahankan. Cinta duduk di kursi tunggu yang dingin, tangannya menggenggam erat saputangan kecil, ba

    Last Updated : 2025-02-18
  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    4. Mantan yang Berbeda

    Kevin sudah berpesan kepada Cinta untuk tidak mendatangi sidang perceraian, agar prosesnya bisa berjalan dengan lancar. Dan sekarang, akta cerai itu sudah berada di tangan Cinta.Bunda Aminah memeluk Cinta, memberikan kekuatan dalam menghadapi ujian yang bertubi-tubi datangnya. Tidak ada kata-kata berlebihan, hanya keheningan yang berbicara lebih lantang daripada seribu nasihat. Cinta menunduk, menahan air mata yang nyaris tumpah, menggenggam erat akta cerai di tangannya."Kamu kuat, Nak. Sejak kecil, kamu sudah terbiasa menghadapi badai." ucap Bunda Aminah dengan suara yang menenangkan.Cinta mengangguk pelan, meski hatinya berkata sebaliknya. Dulu, dia datang ke panti ini sebagai anak kecil yang haus kasih sayang. Kini dia kembali, sebagai seorang ibu yang kehilangan segalanya, kecuali putrinya.Terdengar suara salam yang mengalihkan perhatian Cinta dan Bunda Aminah. Keduanya mengenali suara itu dan bergegas keluar.Nora datang dengan langkah cepat, dia mencium punggung tangan Bunda

    Last Updated : 2025-02-18
  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    5. Luka yang Belum Tersembuhkan

    Cinta menelan ludah, berusaha mengendalikan debaran jantung yang tak beraturan. Janda satu anak itu mengangkat dagu, memasang senyum profesional seolah tidak ada sejarah kelam di antara mereka. berdua "Saya siap untuk bekerja." Cinta berusaha tetap tenang, tetapi tidak bisa menutupi kegugupannya. "Apa yang harus saya lakukan?" Rama menatap Cinta, lalu tiba-tiba tertawa terbahak-bahak dengan tatap mata yang merendahkan. "Ah, Cinta ..." ucap Rama sambil menghela napas, masih menyisakan sisa tawa di bibirnya. "Kamu selalu terburu-buru?" Rama berjalan mendekat, langkahnya santai namun penuh tekanan. "Tidak perlu terburu-buru. Kita punya banyak waktu." Cinta mengeratkan jemarinya, tetap berusaha menjaga ketenangan. Namun, dari nada suara Rama, dia tahu satu hal, Rama yang berdiri di hadapannya ini bukan lagi pria yang pernah berjanji mencintainya seumur hidup. Ada sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang membuatnya ingin segera pergi, tetapi dia harus bertahan demi Chiara. Ini baru h

    Last Updated : 2025-02-18
  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    6. Layani Aku di Atas ...

    Setibanya di restoran mewah, seorang karyawan segera mengarahkan Rama dan Cinta ke tempat yang sudah dipesan sebelumnya. Tanpa sepatah kata, Rama sedikit mengulurkan lengannya. Tatap matanya memberi perintah yang tak terbantahkan. Cinta ragu sejenak, tapi dia tahu tak ada pilihan lain. Dengan gerakan anggun, dia membelitkan lengannya ke lengan Rama, menciptakan pemandangan keserasian yang nyaris sempurna. Rama dan Cinta berjalan berdampingan, seolah pasangan serasi yang memasuki ruangan dengan percaya diri. Namun di balik senyum tipis Rama, terselip ancaman yang tak terucap. Rama membungkuk sedikit, suaranya rendah dan tajam kala berbisik di telinga Cinta. "Mainkan peranmu dengan baik. Jangan mempermalukan aku." Cinta meneguk ludah, berusaha menjaga ketenangan. Menarik napas dalam, Cinta menatap lurus ke depan memulai sandiwara. Pikir Cinta, ini adalah bagian dari pekerjaan. Betapa terkejutnya Cinta saat dia melihat sosok di hadapannya. Dahulu Cinta pernah berada dalam sit

    Last Updated : 2025-02-18
  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    7. Dendam dan Gairah

    “Kau menangis?” Rama terus memperlakukan Cinta dengan kasar, tak peduli dengan air mata yang mengalir di pipinya. “Jangan berlagak seperti gadis yang baru melepas keperawanannya, aku tahu kau sudah punya anak.” Air mata Cinta tak mampu menimbulkan rasa iba, tidak juga belas kasihan. Rama tidak peduli, dia terus memburu kenikmatan, tentunya untuk dirinya sendiri. Kenangan indah masa lalu yang berkelebat, justru memantik bara dendam di hati Rama. Janji indah yang tak terwujud mengobarkan amarah dan gairah secara bersamaan. Rama mdenulikan telinga atas rintihan dan tangis Cinta, dan membutakan hatinya atas penderitaan perempuan yang pernah dia puja. “Hentikan Rama … aku mohon ….” Cinta mengiba, merintih dan menangis. “Sakit Ram … sakit ….” “Jangan sok suci, pelacur sepertimu pasti sudah biasa melayani banyak pria dengan berbagai gaya.” Rama mengerang dan mempercepat gerakannya semakin beringas. "Kau sudah menandatangani kontrak itu, Cinta. Tubuhmu … milikku sekarang." Setiap sentuh

    Last Updated : 2025-03-19

Latest chapter

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    93. Tak Sanggup Menunggu Lebih Lama

    Di kantor Narendra Group, suasana ruang rapat masih terasa berat setelah pertemuan panjang membahas strategi pengembangan anak usaha mereka, Narendra Green Dynamics. Rapat itu penting, membahas langkah ekspansi baru di bidang energi terbarukan, sebuah proyek ambisius yang membutuhkan ketelitian di setiap tahap. Rama duduk di kursinya yang menghadap ke jendela, memandang ke luar sejenak sambil melepas dasinya sedikit. Satu per satu peserta rapat mulai meninggalkan ruangan, menyisakan hanya Dion yang masih sibuk membereskan dokumen-dokumen di meja. "Dion," panggil Rama, nada suaranya santai tapi terdengar serius. "Ada hal penting yang ingin aku bicarakan." Dion menoleh, mengangkat alis penasaran. "Apa, Bos?" Rama menghela napas, lalu dengan nada seolah bercanda tapi matanya serius, ia bertanya, "Bagaimana caranya... menundukan hati perempuan?" Dion tertegun, lalu tertawa pendek. "Gampang-gampang susah, Bos. Perempuan itu suka belanja dan dimanja. Beri saja hadiah mewah,

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    92. Pilih Papa Kevin atau Om Rama?

    Pagi itu langit terlihat begitu cerah, berbanding terbalik dengan suasana hati Rama yang sedang muram. Pewaris tunggal Narendra Group itu mengemudi tanpa tujuan pasti, membiarkan mobilnya melaju membelah jalanan kota yang mulai dipadati oleh kendaraan. Dadanya masih penuh sesak. Ia memikirkan wajah Papa yang tadi kesakitan, memikirkan kata-kata keras Mama yang terus saja mengusik. Semuanya berputar dalam pikirannya, membuat hatinya seperti terhimpit batu berat.Tangan Rama mencengkeram erat setir. Ia tahu, kalau bukan karena Papa, ia sudah membalas keras semua kata-kata Mama. Tapi ia tak bisa, ia tak ingin membuat Papa tambah menderita.Saat itu ponselnya yang tergeletak di kursi sebelah bergetar pelan, disusul bunyi notifikasi.Dengan satu tangan, Rama meraih ponsel itu. Ada sebuah pesan baru masuk. Ia sempat ragu membukanya, tapi akhirnya ia menyeret layarnya. Sebuah foto muncul.Rama membeku.Foto itu menunjukkan Cinta dan Chiara sedang tersenyum bahagia di depan kafe mereka. Di

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    91. Keras Kepala

    Widya Narendra adalah sosok perempuan yang keras kepala dan teguh pendirian. Ia dibesarkan dalam keluarga terpandang, dibentuk oleh nilai-nilai tentang kehormatan, garis keturunan, dan kemurnian nama baik. Dalam hidupnya, keputusan bukan soal perasaan, tapi soal logika dan konsekuensi. Sekali ia menetapkan pendirian, tak banyak yang bisa menggoyahkan. Bahkan suaminya, Arman Narendra, lebih dari sekali menyarankan agar ia belajar sedikit saja melunak. Tapi Widya tahu, dunia tempat mereka berpijak tak pernah memberi ruang bagi mereka yang lemah. Malam itu, setelah diam-diam mendengarkan percakapan Rama dan Arman, Widya masuk ke kamarnya. Ia membuka sebuah laci, mengeluarkan amplop coklat besar yang cukup tebal, lalu duduk dengan napas tertahan. Pikirannya berperang, tapi nalurinya sebagai seorang istri dan ibu tetap satu, melindungi keluarga. Keesokan harinya, saat Rama turun dari kamar, mereka akhirnya bertemu di ruang tengah. Tak ada senyum. Hanya mata yang saling mengukur, se

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    90. Patah Hati

    Mobil hitam elegan itu meluncur perlahan melewati gerbang utama rumah keluarga Narendra. Lampu taman menyinari jalan setapak menuju teras depan, membentuk bayangan panjang dari pepohonan dan patung batu yang berdiri anggun di halaman. Begitu mobil berhenti, pintu depan terbuka dan Arman Narendra keluar, senyum lebar menyambut kedatangan putra semata wayangnya.“Rama,” sapa Arman hangat, menepuk bahu putranya ketika turun dari mobil. “Bagaimana hasil perjalanan bisnis kali ini? Kudengar beberapa investor cukup tertarik.”Rama mengangguk, menyambut pelukan ringan dari ayahnya. “Ada beberapa hal positif, Pa. Tapi... ada juga yang perlu kita bicarakan lebih dalam. Bisa kita bicara di ruang kerja, sekarang?”Arman sedikit mengerutkan dahi, tapi ia mengangguk. “Tentu. Ayo.”Keduanya berjalan masuk ke dalam rumah, melewati ruang tamu besar yang didekorasi dengan elegan dan penuh rasa prestise. Mereka kemudian menuju ruang kerja Arman, ruangan yang hanya digunakan untuk diskusi penting dalam

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    89. Persaingan Dimulai

    Setelah pintu tertutup dan langkah kaki Bu Widya menjauh, Bunda Aminah masih berdiri mematung di ruang tamu. Matanya menatap kosong ke arah pintu yang kini hening. Napasnya terasa berat. Bayang-bayang percakapan barusan masih menggema di telinganya.Suara tawa anak-anak dari halaman kembali terdengar, seolah tidak ada yang berubah. Tapi di hati Bunda, segalanya terasa berbeda.Ia melangkah pelan ke ambang jendela, menatap anak-anak yang bermain. Tawa ceria, langkah kecil berlarian, tangan-tangan mungil saling menggandeng. Dan di antara semua wajah itu, Bunda seolah melihat sosok kecil Cinta bertahun-tahun lalu, gadis remaja yang selalu menjaga adik-adiknya, selalu mengalah, selalu menjadi dewasa sebelum waktunya.Hatinya perih. Ketakutan Cinta yang dulu pernah ia ceritakan dengan mata berkaca-kaca kini benar-benar terwujud. Cinta sudah berusaha menjauh, sudah mencoba membangun hidupnya sendiri tanpa merepotkan siapa pun.Bunda Aminah ingin menghubungi Cinta, ingin mengatakan segalanya

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    88. Sedikit Tentang Masa Lalu

    Sore itu langit berwarna kelabu, dan udara terasa lembab seperti habis diguyur hujan sebentar. Di halaman panti asuhan sederhana yang dikelilingi pagar hijau tua, suara tawa anak-anak terdengar dari arah belakang bangunan. Bunda Aminah tengah merapikan berkas donatur saat tatap matanya teralihkan ke mobil mewah yang memasuki halaman panti asuhan.Meski sudah lama tidak datang, tapi Bunda Aminah masih sangat mengenali mobil tersebut. Jenis mobil yang tidak pasaran dan sangat jarang dia lihat.Bunda Aminah bangkit dari duduknya, Bersiap menyambut tamu agung yang datang. Ada senyum santun di wajah tenangnya, menutupi gejolak lain di dadanya.Pintu mobil terbuka perlahan. Sosok perempuan yang berpenampilan elegan turun dari mobil. Rambutnya tersisir rapi, blus krem mahal membalut tubuhnya yang masih terlihat bugar meski usia tidak lagi muda. Aroma parfum mahal samar tercium di udara, meski jarak mereka masih jauh.“Selamat datang bu Widya.” Dengan ramah dan santun Bunda Aminah menyapa tam

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    87. Cinta adalah Tujuan

    Ruang kerja Cinta yang berada di lantai dua menjadi tempat yang dipilih Rama untuk bicara berdua dengan Cinta.Cinta berdiri membelakangi jendela, sinar matahari menyinari sebagian wajahnya, memperjelas sorot mata yang sendu tapi mantap. Rama maju selangkah, ingin rasanya memeluknya dari belakang mencium harum aroma tubuhnya. Tapi Rama berusaha mengendalikan diri, dan hanya menggenggam tangan Cinta.“Cinta…” ucap Rama pelan, tapi tegas, “aku ingin kau jadi istriku. Menjadi ibu untuk anakku, untuk Chiara juga. Aku bersungguh-sungguh dengan segenap hatiku.”Cinta diam beberapa saat. Matanya tertuju ke luar jendela, melihat gedung-gedung lain di hadapannya. Lalu perlahan ia menarik tangannya dari genggaman Rama.“Maaf, Rama…” ucap Cinta lirih, “aku nggak bisa menerima lamaranmu.”Rama terdiam. Seolah angin pun berhenti bergerak. Dadanya terasa sesak.Setelah penantian yang begitu lama, dan segala pengorbanan yang dia berikan, ternyata tidak bisa meluluhkan hati perempuan pujaan hatinya.

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    86. Jawaban yang Ditunggu

    Kevin melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, menembus jalanan kota yang mulai dipadati kendaraan. Pikirannya tak sepenuhnya fokus pada kemudi. Bayangan Cinta dan Chiara terus memenuhi benaknya, wajah ceria Chiara, suara tawanya yang riang, dan Cinta yang kini terasa semakin jauh.Merasa bersalah? Tidak.Kevin hanya bingung bagaimana memberi penjelasan kepada Lilian. Tentu akan banyak penjelasan yang dituntut oleh sang mama atas kegagalannya membawa kembali Cinta dan Chiara.Dalam suasana kebatinan yang sedang tidak baik-baik saja, ponsel Kevin yang terletak di konsol tengah bergetar. Sebuah panggilan masuk, dan tampak nama Maira yang terpampang di layar. Dengan satu tangan tetap di setir, Kevin menekan tombol speaker.“Iya, Maira?”“Maaf mengganggu, Pak.” Kali ini suara Maira terdengar formal, itu artinya ada hal penting yang berhubungan dengan pekerjaan.“Saya hanya ingin mengingatkan, malam ini Bapak ada jadwal makan malam dengan Pak Arvino dari Singapura. Kita akan bahas kelan

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    85. Waktu yang Singkat

    Di tempat berbeda, sinar matahari pagi menari pelan di antara tirai vila yang setengah terbuka. Cinta sedang merapikan koper kecil berisi pakaian dan alat bantu jalan milik Chiara.Di sampingnya, bocah perempuan itu duduk di sofa, menggenggam boneka kelincinya erat-erat. Matanya menatap pintu, seolah berharap sosok yang ia nanti tiba-tiba muncul dan membawanya pulang.“Mama,” suara Chiara lirih, nyaris seperti bisikan. “Papa mana? Kok belum jemput kita?”Cinta terdiam sejenak, lalu menoleh lembut. Sebelum ia sempat menjawab, Rama muncul dari dapur kecil dengan dua gelas susu di tangannya. Ia meletakkan satu di hadapan Chiara dan satu lagi di dekat Cinta.“Papa Kevin sedang ada urusan penting, Chia,” ujar Rama pelan, suaranya hati-hati. “Tadi malam dia harus pergi duluan.”Chiara menunduk. Jemarinya bermain di telinga bonekanya, mencoba menahan sesuatu yang tak ia mengerti sepenuhnya.“Tapi Chia belum main sama Papa…” gumam Chiara pelan, terdengar penuh kecewa. “Chia masih kangen, tapi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status