Share

2. Asal Anakku Selamat

Penulis: Henny Djayadi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-18 13:30:24

Perempuan mana yang tidak hancur hatinya, pada saat putrinya sedang berjuang antara hidup dan mati, suaminya justru sedang berbagi peluh dengan perempuan lain.

Kaki Cinta terasa lemas seketika, hingga membuatnya hampir terjatuh. Beberapa karyawan yang melihat langsung bergerak hendak menolongnya. Tetapi saat di depan pintu mereka melihat Kevin yang sedang merapikan celananya secara asal, bahkan gespernya pun belum sempat dia kaitkan.

Sementara itu, Maira yang selama ini mereka ketahui sebagai sekretaris Kevin, memunggungi mereka, sepertinya sedang merapikan pakaian dan dandanannya.

Sorot mata tajam Kevin membuat beberapa karyawan yang sempat melihat segera menyingkir. Tampaknya mereka cari aman dengan tidak ikut campur dalam masalah pribadi sang pemilik perusahaan.

“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Kevin dengan nada tinggi penuh amarah untuk menutupi kesalahan.

Cinta terdiam dengan lelehan air mata yang membasahi pipinya, seolah lupa dengan tujuan mendatangi kantor suaminya. Pemandangan yang begitu menyakitkan hingga membuatnya hanya bisa meratap tanpa berkata-kata.

Sementara itu, Kevin terlihat frustrasi karena kesenangan terganggu saat belum tertuntaskan. Dia juga merasa kedatangan Cinta membuka aib perselingkuhannya dengan Maira.

Tatap mata Kevin beralih ke arah Maira, sekretarisnya, yang sekarang sudah selesai merapikan diri. Tanpa berkata-kata, Kevin menarik tangan Maira dan membawanya keluar dari ruangan.

Di luar, beberapa karyawan masih terdiam, menatap mereka dengan ekspresi yang sulit dibaca.

Meski penampilannya belum rapi sempurna, tetapi Kevin tetap berdiri penuh wibawa di hadapan karyawannya. Menatap mereka satu per satu seolah ingin menunjukkan kekuasaannya.

“Hari ini saya akan membuat pengakuan penting di hadapan kalian.” Suara Kevin menggelegar di ruangan itu. Maira berdiri di sampingnya dengan kepalanya tertunduk.

“Jangan pernah merendahkan Maira,” lanjut Kevin sambil memegang tangan Maira dengan erat. “Karena selain menjadi sekretaris saya, Maira adalah istri siri saya.”

Para karyawan itu hanya diam seolah tidak peduli, tetapi ada beberapa di antaranya yang menganggukkan kepala pura-pura memahami situasi.

“Jadi setelah ini, saya tidak ingin ada gunjingan apa pun kepada Maira atau pun hal-hal yang berkaitan dengan hubungan kami. Sekarang, kalian boleh melanjutkan pekerjaan kalian.”

Para karyawan segera kembali ke meja masing-masing, pura-pura sibuk dengan pekerjaan mereka. Beberapa masih mencuri pandang ke arah Kevin dan Cinta, tapi tidak ada yang berani berkomentar. Suasana ruang kantor terasa lebih dingin, lebih sunyi, seolah semua orang menahan napas.

Kevin, dengan tangan masih menggenggam erat Maira, melangkah mendekati Cinta. Tatapannya dingin, tidak ada sedikit pun rasa bersalah di wajahnya.

“Pulanglah sekarang!” Suara tegas Kevin menunjukkan amarah yang belum mereda. “Kita akan bicarakan ini nanti di rumah.”

Cinta tetap diam, pikirannya masih kacau. Mulutnya sulit untuk mengucap tujuan kedatangannya yang sebenarnya, meski kata-kata itu terasa sudah di ujung lidah.

Kevin mengerutkan kening melihat istrinya tetap berdiri di tempat.

“Apa lagi yang kau inginkan sekarang?” Suara Kevin semakin meninggi. “Kau tidak mengerti bahasa manusia? Pulang!” Tangannya mengepal menahan kesal.

Cinta menggeleng. Air mata masih mengalir di pipinya. Hatinya semakin hancur, tetapi dia harus mengatakan yang sebenarnya.

“Aku tidak akan pergi sebelum kau ikut denganku,” ucap Cinta akhirnya dengan suara bergetar.

Kevin semakin tidak sabar. “Dasar wanita tidak tahu diri! Kau membuat keributan di kantorku, mempermalukanku. Jika kau tidak pergi sekarang, aku akan menyuruh satpam menyeretmu keluar!”

Cinta mengangkat wajahnya. Matanya merah dan basah, tapi sorotnya penuh luka dan kemarahan.

“Chiara kecelakaan, Kev. Dia sekarang di rumah sakit. Dia butuh darahmu.”

Kevin membeku. Cengkeramannya pada tangan Maira melemah. Napasnya tersendat.

“Apa?” suaranya hampir tidak keluar.

“Chiara butuh darahmu, sekarang,” ulang Cinta, suaranya lebih tajam.

Untuk pertama kalinya sejak awal kedatangan Cinta, wajah Kevin berubah. Mungkin amarahnya sudah siap meledak, tetapi mendengar kabar putrinya kecelakaan Kevin tidak bisa mengabaikan begitu saja.

“Sekarang Chiara di rumah sakit,” ucap Cinta dengan terbata-bata dibarengi suara tangis. “Dia membutuhkan transfusi darah dan harus segera dioperasi.

“Kita ke rumah sakit sekarang.” Kevin segera menarik tangan Cinta, melangkah keluar meninggalkan Maira yang masih terlihat takut dan malu.

Saat berjalan bersama Cinta, Kevin menyadari jika kekuasaannya ternyata tidak mampu untuk membungkam semua orang. Suara-suara sumbang menggunjingkan dirinya memanaskan hati dan telinganya.

Di perusahaannya sendiri, orang-orang yang dia gaji berani melontarkan kata-kata pedas menghakimi dirinya. Hal itu memicu amarah Kevin yang sempat mereda, dia menganggap Cinta telah membongkar aibnya.

“Benar-benar tidak bermoral, bisa-bisanya mereka ena-ena di kantor. Sampai ketahuan istri sah, lagi.”

“Memangnya kalau sudah nikah siri hubungan mereka jadi bener, gitu? Apapun bentuknya selingkuh itu tetap saja khianat, dasar kaum munafikun.”

Cinta yang mendengar kala melangkah keluar, merasa itu bukanlah bentuk dukungan untuknya yang sedang hancur, tetapi justru akan menjadi sumber masalah baru yang lebih besar.

Setibanya di rumah sakit, Kevin sungguh terkejut mengetahui kondisi putrinya saat ini. Dia tidak menyangka jika keadaan Chiara sangat buruk.

Dokter berdiri di depan mereka dengan wajah serius.

"Putri Anda mengalami pendarahan hebat dan trauma berat pada tulang keringnya. Dia membutuhkan transfusi darah dan harus segera dioperasi."

Entah terbuat dari apa hati Kevin, penjelasan dari dokter tidak membuatnya tersentuh tetapi justru semakin tersulut amarahnya. Harga dirinya terlalu tinggi hingga menyingkirkan kepeduliannya kepada putrinya sendiri.

"Aku tidak tahu perempuan macam apa dirimu, kau bahkan tidak bisa menjaga anak kita dengan baik," desisnya, seolah kata-kata itu bisa menghapus rasa bersalahnya.

Cinta menahan napas, tidak ada air mata kali ini. Hanya rasa hancur yang terlalu dalam untuk diungkapkan.

Kevin mendekat, suaranya dingin. "Aku akan berikan darahku untuk Chiara … tapi ada syaratnya."

Cinta menatap Kevin, matanya memerah. "Apapun itu, asal Chiara selamat,” ucap Cinta penuh kepedihan.

"Kita cerai setelah ini ….” Kevin menjeda kalimatnya, menatap Cinta penuh intimidasi. “Kalau kau setuju, aku akan mendonorkan darahku untuk Chiara."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    3. Miskinkan Saja!

    Kata-kata itu menggantung di udara, lebih dingin dari dinding rumah sakit. Cinta menutup mata sejenak, lalu mengangguk pelan. Keselamatan Chiara lebih utama daripada mempertahankan sebuah ikatan yang sudah kehilangan kesakralannya.Kevin mengalihkan pandangannya, merasa menang. Baginya ini adalah hukuman yang setimpal untuk Cinta yang telah mengganggu kesenangannya dan menjatuhkan harga dirinya di hadapan para karyawan.Setelah Cinta menyetujui syarat yang dia ajukan, Kevin melangkah tegap, tanpa ragu, seolah perjanjian yang baru saja mereka buat hanyalah urusan bisnis biasa.Cinta berdiri terpaku di lorong rumah sakit. Air matanya jatuh tanpa suara, menelusuri pipi yang pucat. Dia menatap Kevin yang berjalan menjauh bersamaan dengan seorang tenaga medis yang akan mengambil darahnya untuk didonorkan kepada putrinya.Waktu terasa begitu lambat. Detik-detik terasa seperti beban yang tak tertahankan. Cinta duduk di kursi tunggu yang dingin, tangannya menggenggam erat saputangan kecil, ba

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18
  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    4. Mantan yang Berbeda

    Kevin sudah berpesan kepada Cinta untuk tidak mendatangi sidang perceraian, agar prosesnya bisa berjalan dengan lancar. Dan sekarang, akta cerai itu sudah berada di tangan Cinta.Bunda Aminah memeluk Cinta, memberikan kekuatan dalam menghadapi ujian yang bertubi-tubi datangnya. Tidak ada kata-kata berlebihan, hanya keheningan yang berbicara lebih lantang daripada seribu nasihat. Cinta menunduk, menahan air mata yang nyaris tumpah, menggenggam erat akta cerai di tangannya."Kamu kuat, Nak. Sejak kecil, kamu sudah terbiasa menghadapi badai." ucap Bunda Aminah dengan suara yang menenangkan.Cinta mengangguk pelan, meski hatinya berkata sebaliknya. Dulu, dia datang ke panti ini sebagai anak kecil yang haus kasih sayang. Kini dia kembali, sebagai seorang ibu yang kehilangan segalanya, kecuali putrinya.Terdengar suara salam yang mengalihkan perhatian Cinta dan Bunda Aminah. Keduanya mengenali suara itu dan bergegas keluar.Nora datang dengan langkah cepat, dia mencium punggung tangan Bunda

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18
  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    5. Luka yang Belum Tersembuhkan

    Cinta menelan ludah, berusaha mengendalikan debaran jantung yang tak beraturan. Janda satu anak itu mengangkat dagu, memasang senyum profesional seolah tidak ada sejarah kelam di antara mereka. berdua "Saya siap untuk bekerja." Cinta berusaha tetap tenang, tetapi tidak bisa menutupi kegugupannya. "Apa yang harus saya lakukan?" Rama menatap Cinta, lalu tiba-tiba tertawa terbahak-bahak dengan tatap mata yang merendahkan. "Ah, Cinta ..." ucap Rama sambil menghela napas, masih menyisakan sisa tawa di bibirnya. "Kamu selalu terburu-buru?" Rama berjalan mendekat, langkahnya santai namun penuh tekanan. "Tidak perlu terburu-buru. Kita punya banyak waktu." Cinta mengeratkan jemarinya, tetap berusaha menjaga ketenangan. Namun, dari nada suara Rama, dia tahu satu hal, Rama yang berdiri di hadapannya ini bukan lagi pria yang pernah berjanji mencintainya seumur hidup. Ada sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang membuatnya ingin segera pergi, tetapi dia harus bertahan demi Chiara. Ini baru h

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18
  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    6. Layani Aku di Atas ...

    Setibanya di restoran mewah, seorang karyawan segera mengarahkan Rama dan Cinta ke tempat yang sudah dipesan sebelumnya. Tanpa sepatah kata, Rama sedikit mengulurkan lengannya. Tatap matanya memberi perintah yang tak terbantahkan. Cinta ragu sejenak, tapi dia tahu tak ada pilihan lain. Dengan gerakan anggun, dia membelitkan lengannya ke lengan Rama, menciptakan pemandangan keserasian yang nyaris sempurna. Rama dan Cinta berjalan berdampingan, seolah pasangan serasi yang memasuki ruangan dengan percaya diri. Namun di balik senyum tipis Rama, terselip ancaman yang tak terucap. Rama membungkuk sedikit, suaranya rendah dan tajam kala berbisik di telinga Cinta. "Mainkan peranmu dengan baik. Jangan mempermalukan aku." Cinta meneguk ludah, berusaha menjaga ketenangan. Menarik napas dalam, Cinta menatap lurus ke depan memulai sandiwara. Pikir Cinta, ini adalah bagian dari pekerjaan. Betapa terkejutnya Cinta saat dia melihat sosok di hadapannya. Dahulu Cinta pernah berada dalam sit

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18
  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    7. Dendam dan Gairah

    “Kau menangis?” Rama terus memperlakukan Cinta dengan kasar, tak peduli dengan air mata yang mengalir di pipinya. “Jangan berlagak seperti gadis yang baru melepas keperawanannya, aku tahu kau sudah punya anak.” Air mata Cinta tak mampu menimbulkan rasa iba, tidak juga belas kasihan. Rama tidak peduli, dia terus memburu kenikmatan, tentunya untuk dirinya sendiri. Kenangan indah masa lalu yang berkelebat, justru memantik bara dendam di hati Rama. Janji indah yang tak terwujud mengobarkan amarah dan gairah secara bersamaan. Rama mdenulikan telinga atas rintihan dan tangis Cinta, dan membutakan hatinya atas penderitaan perempuan yang pernah dia puja. “Hentikan Rama … aku mohon ….” Cinta mengiba, merintih dan menangis. “Sakit Ram … sakit ….” “Jangan sok suci, pelacur sepertimu pasti sudah biasa melayani banyak pria dengan berbagai gaya.” Rama mengerang dan mempercepat gerakannya semakin beringas. "Kau sudah menandatangani kontrak itu, Cinta. Tubuhmu … milikku sekarang." Setiap sentuh

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-19
  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    8. Dilema Rama

    Dion menatap wajah Cinta dengan saksama, lalu menghela napas panjang. Rasa iba menyelinap ke relung hatinya kala menatap Cinta yang terlihat begitu hancur.Mata Cinta yang sembab, wajahnya pun terlihat pucat, dan bahunya yang bergetar halus menandakan betapa dalam penderitaan yang harus dia tanggung.Dion sadar, belas kasihan tak akan mengubah apa pun.“Cinta,” ucap Dion akhirnya, nadanya lebih lembut dari sebelumnya. “Aku juga tidak bisa berbuat apa-apa."Dion mengusap tengkuk sebelum melanjutkan kalimatnya. "Dengar, suka atau tidak suka, kau harus menjalani kontrak ini. Karena melawan Pak Rama … itu bukan pilihan."Cinta menelan ludah.“Menangis tidak akan mengubah apa pun,” lanjut Dion. “Satu-satunya hal yang bisa kau lakukan sekarang adalah bertahan. Coba nikmati saja!”Dion tersenyum sumir tanpa makna. Entah menertawakan nasib Cinta, atau menertawakan dirinya sendiri yang memberikan saran sangat konyol.“Kumpulkan uang sebanyak yang kau bisa. Saat kontrak ini berakhir, kau bisa m

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-19
  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    9. Tak Segampang Itu

    Di kamar yang luas dan mewah, Cinta berdiri tepat di depan Rama. Sinar matahari yang masuk melalui jendela besar membiaskan siluet tubuh mereka di cermin. Di tangan Cinta, dasi warna hitam dengan motif garis-garis harus dipasang di kerah kemeja Rama.Tangan Cinta bergerak dengan terampil, meski dengan hati yang terasa mati. Pekerjaan ini sudah menjadi kebiasaan. Dahulu, dia melakukan ini dengan penuh cinta untuk Kevin, mantan suaminya. Kini, dia melakukannya dengan terpaksa untuk pria yang telah menginjak-injak harga dirinya.Rama berdiri tegak dengan tatap mata dingin penuh kemenangan. Membiarkan Cinta mengurus dirinya, layaknya seorang istri yang sedang mengurus suami.Cinta terus menundukkan kepala, menghindar dari tatapan itu. Ibu satu anak itu menggigit bibirnya, menahan rasa perih yang menyeruak dalam dadanya karena terjebak dalam pekerjaan hina.Saat simpul dasi sudah terikat dengan sempurna, Cinta hendak meninggalkan Rama. Tetapi, belum sempat Cinta menjauh, tangan Rama sudah

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-19
  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    1. Aib yang Terbongkar

    Cinta berlari menyusuri koridor rumah sakit. Napasnya tersengal. Air mata mengalir, bercampur keringat di wajahnya yang pucat. Pakaiannya berantakan, penuh noda darah yang sudah mulai mengering. Darah putrinya, bau anyirnya menusuk hidung, bercampur dengan aroma antiseptik rumah sakit.“Bertahanlah, Nak. Bertahanlah….” Suara Cinta terdengar parau, nyaris tak terdengar di tengah hiruk-pikuk rumah sakit.Di atas brankar yang melaju kencang, tubuh kecil Chiara tergolek tak berdaya. Tadi saat keluar dari sekolah, tiba-tiba ada mobil yang melaju dengan kencang menghempaskan tubuh mungilnya.Darah mengalir dari keningnya, membasahi rambut dan wajahnya yang dulu begitu cantik. Sekarang, wajah Chiara hampir tak bisa dikenali. Luka-luka di dahinya menganga. Kelopak matanya tertutup, terlalu lemah untuk terbuka.Lutut Cinta gemetar, kakinya hampir tidak kuat menopang tubuh, tetapi dia terus mengikuti brankar tersebut.Brankar berhenti di depan pintu ruang gawat darurat. Para dokter dan perawat

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18

Bab terbaru

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    9. Tak Segampang Itu

    Di kamar yang luas dan mewah, Cinta berdiri tepat di depan Rama. Sinar matahari yang masuk melalui jendela besar membiaskan siluet tubuh mereka di cermin. Di tangan Cinta, dasi warna hitam dengan motif garis-garis harus dipasang di kerah kemeja Rama.Tangan Cinta bergerak dengan terampil, meski dengan hati yang terasa mati. Pekerjaan ini sudah menjadi kebiasaan. Dahulu, dia melakukan ini dengan penuh cinta untuk Kevin, mantan suaminya. Kini, dia melakukannya dengan terpaksa untuk pria yang telah menginjak-injak harga dirinya.Rama berdiri tegak dengan tatap mata dingin penuh kemenangan. Membiarkan Cinta mengurus dirinya, layaknya seorang istri yang sedang mengurus suami.Cinta terus menundukkan kepala, menghindar dari tatapan itu. Ibu satu anak itu menggigit bibirnya, menahan rasa perih yang menyeruak dalam dadanya karena terjebak dalam pekerjaan hina.Saat simpul dasi sudah terikat dengan sempurna, Cinta hendak meninggalkan Rama. Tetapi, belum sempat Cinta menjauh, tangan Rama sudah

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    8. Dilema Rama

    Dion menatap wajah Cinta dengan saksama, lalu menghela napas panjang. Rasa iba menyelinap ke relung hatinya kala menatap Cinta yang terlihat begitu hancur.Mata Cinta yang sembab, wajahnya pun terlihat pucat, dan bahunya yang bergetar halus menandakan betapa dalam penderitaan yang harus dia tanggung.Dion sadar, belas kasihan tak akan mengubah apa pun.“Cinta,” ucap Dion akhirnya, nadanya lebih lembut dari sebelumnya. “Aku juga tidak bisa berbuat apa-apa."Dion mengusap tengkuk sebelum melanjutkan kalimatnya. "Dengar, suka atau tidak suka, kau harus menjalani kontrak ini. Karena melawan Pak Rama … itu bukan pilihan."Cinta menelan ludah.“Menangis tidak akan mengubah apa pun,” lanjut Dion. “Satu-satunya hal yang bisa kau lakukan sekarang adalah bertahan. Coba nikmati saja!”Dion tersenyum sumir tanpa makna. Entah menertawakan nasib Cinta, atau menertawakan dirinya sendiri yang memberikan saran sangat konyol.“Kumpulkan uang sebanyak yang kau bisa. Saat kontrak ini berakhir, kau bisa m

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    7. Dendam dan Gairah

    “Kau menangis?” Rama terus memperlakukan Cinta dengan kasar, tak peduli dengan air mata yang mengalir di pipinya. “Jangan berlagak seperti gadis yang baru melepas keperawanannya, aku tahu kau sudah punya anak.” Air mata Cinta tak mampu menimbulkan rasa iba, tidak juga belas kasihan. Rama tidak peduli, dia terus memburu kenikmatan, tentunya untuk dirinya sendiri. Kenangan indah masa lalu yang berkelebat, justru memantik bara dendam di hati Rama. Janji indah yang tak terwujud mengobarkan amarah dan gairah secara bersamaan. Rama mdenulikan telinga atas rintihan dan tangis Cinta, dan membutakan hatinya atas penderitaan perempuan yang pernah dia puja. “Hentikan Rama … aku mohon ….” Cinta mengiba, merintih dan menangis. “Sakit Ram … sakit ….” “Jangan sok suci, pelacur sepertimu pasti sudah biasa melayani banyak pria dengan berbagai gaya.” Rama mengerang dan mempercepat gerakannya semakin beringas. "Kau sudah menandatangani kontrak itu, Cinta. Tubuhmu … milikku sekarang." Setiap sentuh

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    6. Layani Aku di Atas ...

    Setibanya di restoran mewah, seorang karyawan segera mengarahkan Rama dan Cinta ke tempat yang sudah dipesan sebelumnya. Tanpa sepatah kata, Rama sedikit mengulurkan lengannya. Tatap matanya memberi perintah yang tak terbantahkan. Cinta ragu sejenak, tapi dia tahu tak ada pilihan lain. Dengan gerakan anggun, dia membelitkan lengannya ke lengan Rama, menciptakan pemandangan keserasian yang nyaris sempurna. Rama dan Cinta berjalan berdampingan, seolah pasangan serasi yang memasuki ruangan dengan percaya diri. Namun di balik senyum tipis Rama, terselip ancaman yang tak terucap. Rama membungkuk sedikit, suaranya rendah dan tajam kala berbisik di telinga Cinta. "Mainkan peranmu dengan baik. Jangan mempermalukan aku." Cinta meneguk ludah, berusaha menjaga ketenangan. Menarik napas dalam, Cinta menatap lurus ke depan memulai sandiwara. Pikir Cinta, ini adalah bagian dari pekerjaan. Betapa terkejutnya Cinta saat dia melihat sosok di hadapannya. Dahulu Cinta pernah berada dalam sit

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    5. Luka yang Belum Tersembuhkan

    Cinta menelan ludah, berusaha mengendalikan debaran jantung yang tak beraturan. Janda satu anak itu mengangkat dagu, memasang senyum profesional seolah tidak ada sejarah kelam di antara mereka. berdua "Saya siap untuk bekerja." Cinta berusaha tetap tenang, tetapi tidak bisa menutupi kegugupannya. "Apa yang harus saya lakukan?" Rama menatap Cinta, lalu tiba-tiba tertawa terbahak-bahak dengan tatap mata yang merendahkan. "Ah, Cinta ..." ucap Rama sambil menghela napas, masih menyisakan sisa tawa di bibirnya. "Kamu selalu terburu-buru?" Rama berjalan mendekat, langkahnya santai namun penuh tekanan. "Tidak perlu terburu-buru. Kita punya banyak waktu." Cinta mengeratkan jemarinya, tetap berusaha menjaga ketenangan. Namun, dari nada suara Rama, dia tahu satu hal, Rama yang berdiri di hadapannya ini bukan lagi pria yang pernah berjanji mencintainya seumur hidup. Ada sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang membuatnya ingin segera pergi, tetapi dia harus bertahan demi Chiara. Ini baru h

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    4. Mantan yang Berbeda

    Kevin sudah berpesan kepada Cinta untuk tidak mendatangi sidang perceraian, agar prosesnya bisa berjalan dengan lancar. Dan sekarang, akta cerai itu sudah berada di tangan Cinta.Bunda Aminah memeluk Cinta, memberikan kekuatan dalam menghadapi ujian yang bertubi-tubi datangnya. Tidak ada kata-kata berlebihan, hanya keheningan yang berbicara lebih lantang daripada seribu nasihat. Cinta menunduk, menahan air mata yang nyaris tumpah, menggenggam erat akta cerai di tangannya."Kamu kuat, Nak. Sejak kecil, kamu sudah terbiasa menghadapi badai." ucap Bunda Aminah dengan suara yang menenangkan.Cinta mengangguk pelan, meski hatinya berkata sebaliknya. Dulu, dia datang ke panti ini sebagai anak kecil yang haus kasih sayang. Kini dia kembali, sebagai seorang ibu yang kehilangan segalanya, kecuali putrinya.Terdengar suara salam yang mengalihkan perhatian Cinta dan Bunda Aminah. Keduanya mengenali suara itu dan bergegas keluar.Nora datang dengan langkah cepat, dia mencium punggung tangan Bunda

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    3. Miskinkan Saja!

    Kata-kata itu menggantung di udara, lebih dingin dari dinding rumah sakit. Cinta menutup mata sejenak, lalu mengangguk pelan. Keselamatan Chiara lebih utama daripada mempertahankan sebuah ikatan yang sudah kehilangan kesakralannya.Kevin mengalihkan pandangannya, merasa menang. Baginya ini adalah hukuman yang setimpal untuk Cinta yang telah mengganggu kesenangannya dan menjatuhkan harga dirinya di hadapan para karyawan.Setelah Cinta menyetujui syarat yang dia ajukan, Kevin melangkah tegap, tanpa ragu, seolah perjanjian yang baru saja mereka buat hanyalah urusan bisnis biasa.Cinta berdiri terpaku di lorong rumah sakit. Air matanya jatuh tanpa suara, menelusuri pipi yang pucat. Dia menatap Kevin yang berjalan menjauh bersamaan dengan seorang tenaga medis yang akan mengambil darahnya untuk didonorkan kepada putrinya.Waktu terasa begitu lambat. Detik-detik terasa seperti beban yang tak tertahankan. Cinta duduk di kursi tunggu yang dingin, tangannya menggenggam erat saputangan kecil, ba

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    2. Asal Anakku Selamat

    Perempuan mana yang tidak hancur hatinya, pada saat putrinya sedang berjuang antara hidup dan mati, suaminya justru sedang berbagi peluh dengan perempuan lain.Kaki Cinta terasa lemas seketika, hingga membuatnya hampir terjatuh. Beberapa karyawan yang melihat langsung bergerak hendak menolongnya. Tetapi saat di depan pintu mereka melihat Kevin yang sedang merapikan celananya secara asal, bahkan gespernya pun belum sempat dia kaitkan.Sementara itu, Maira yang selama ini mereka ketahui sebagai sekretaris Kevin, memunggungi mereka, sepertinya sedang merapikan pakaian dan dandanannya.Sorot mata tajam Kevin membuat beberapa karyawan yang sempat melihat segera menyingkir. Tampaknya mereka cari aman dengan tidak ikut campur dalam masalah pribadi sang pemilik perusahaan.“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Kevin dengan nada tinggi penuh amarah untuk menutupi kesalahan.Cinta terdiam dengan lelehan air mata yang membasahi pipinya, seolah lupa dengan tujuan mendatangi kantor suaminya. Peman

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    1. Aib yang Terbongkar

    Cinta berlari menyusuri koridor rumah sakit. Napasnya tersengal. Air mata mengalir, bercampur keringat di wajahnya yang pucat. Pakaiannya berantakan, penuh noda darah yang sudah mulai mengering. Darah putrinya, bau anyirnya menusuk hidung, bercampur dengan aroma antiseptik rumah sakit.“Bertahanlah, Nak. Bertahanlah….” Suara Cinta terdengar parau, nyaris tak terdengar di tengah hiruk-pikuk rumah sakit.Di atas brankar yang melaju kencang, tubuh kecil Chiara tergolek tak berdaya. Tadi saat keluar dari sekolah, tiba-tiba ada mobil yang melaju dengan kencang menghempaskan tubuh mungilnya.Darah mengalir dari keningnya, membasahi rambut dan wajahnya yang dulu begitu cantik. Sekarang, wajah Chiara hampir tak bisa dikenali. Luka-luka di dahinya menganga. Kelopak matanya tertutup, terlalu lemah untuk terbuka.Lutut Cinta gemetar, kakinya hampir tidak kuat menopang tubuh, tetapi dia terus mengikuti brankar tersebut.Brankar berhenti di depan pintu ruang gawat darurat. Para dokter dan perawat

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status