Share

Bab 2

Penulis: Sahira
Satu jam kemudian, Harison pulang dengan tergesa-gesa, lalu bertanya dengan tegas, "Apa-apaan kamu, Alyana?"

Setelah itu, barulah pandangan Harison tertuju pada kepala Alyana.

"Kamu terluka?" tanya Harison dengan agak kaget.

"Ya."

Alyana balas menatap Harison dengan tenang. "Kemarin aku ke rumah sakit karena ditabrak dari belakang."

Sebersit rasa bersalah pun berkilat dalam sorot tatapan Harison, dia buru-buru duduk di sebelah Alyana. "Apa lukamu serius? Apa ini yang ingin kamu katakan padaku kemarin?"

"Cuma luka kecil."

Alyana pun menjauh dengan tenang, lalu berkata, "Aku serius mau membatalkan pertunangan. Aku juga mau mengambil kembali saham perusahaan yang menjadi bagianku ...."

Orang luar mungkin tidak tahu, tetapi tidak dengan Harison.

Karena Harison adalah anak haram, dia pun dipandang rendah oleh Keluarga Gandhi. Selama ini, bisnis Harison bisa berjalan dengan sukses berkat modal awal dan dukungan di balik layar yang Alyana berikan.

Demi membantu Harison membangun citra sebagai seorang pemuda yang menjanjikan, Alyana berusaha sebisa mungkin agar jangan sampai ada pihak luar yang tahu seberapa besar bantuan yang sudah dia berikan kepada pria itu.

Sekarang adalah momen penting bagi Harison dalam persaingan memperebutkan hak sebagai pewaris Keluarga Gandhi. Mana mungkin Harison akan membiarkan perusahaannya tertimpa masalah?

Harison pun mengernyit. "Berhentilah bercanda denganku, Alya."

"Coba ulangi ucapanmu."

Alyana menatap Harison lurus-lurus dan mengulangi ucapannya dengan tegas, "Aku serius."

Harison mengaku bahwa dia yang paling mengenal Alyana, tetapi sekarang dia benar-benar tidak bisa membaca pikiran Alyana.

"Alya, kamu marah karena kemarin nggak kutemani, ya? Kalau gitu, hari ini aku di rumah saja bersamamu ...."

"Kamu benar-benar di kantor kemarin?"

Alyana menyela Harison, "Aku sudah telepon Aren, dia bilang kemarin sore kamu nggak ada di kantor."

Harison sontak terdiam.

Rasanya jantungnya seperti berhenti berdetak selama sepersekian detik. Harison pun segera menjelaskan, "Aku lagi inspeksi ke luar, mungkin Aren lupa."

"Oh, gitu?" sahut Alyana dengan santai. "Tapi, aku sama sekali nggak tanya pada Aren tuh."

"Kamu lagi mempermainkanku?" tanya Harison sambil sontak bangkit berdiri.

"Apa mungkin aku bisa mempermainkanmu kalau kamunya sendiri nggak menyembunyikan apa-apa?" tanya Alyana balik.

"Kamu ...."

Harison bukan orang bodoh, dia bisa menduga ada sesuatu yang Alyana ketahui.

"Katakan saja sejujurnya aku salah apa, nggak usah basa-basi."

Harison tampak sangat tertekan. Dia pun memijat alisnya sambil berkata, "Alya, kamu nggak bisa terus bersikap manja begini. Bagaimanapun, kita akan menghabiskan sisa hidup kita bersama."

"Kalau begini, yang ada ujung-ujungnya kita sendiri yang capek banget."

Alyana tidak memberikan tanggapan apa pun, dia hanya menatap Harison dengan tenang.

Harison pernah memeluknya sambil tersenyum membiarkan Alyana melakukan apa saja yang dia mau. Harison bahkan mengatakan bahwa tipe wanita seperti itu sangat menggemaskan.

Ternyata kesabaran seorang pria juga mengikuti hukum kekekalan, tidak bisa dihancurkan atau dibuat, hanya bisa berubah bentuk. Jika bukan dengan Alyana, ya dengan wanita lain.

Tatapan Alyana membuat Harison merasa makin bersalah. Lama sekali dia berpikir, lalu akhirnya memutuskan untuk bersikap lebih lembut.

Harison pun bertanya dengan sabar, "Alya, berhentilah cari ribut, ya? Kamu mau apa? Akan kuberikan yang kamu mau."

"Apa kamu suka pada Alina?"

Harison sontak tertegun dengan pertanyaan yang begitu mendadak itu.

Dia pun tersadar kembali, lalu segera membantah dengan tegas, "Kamu ini bicara sembarangan apaan sih? Alin itu adikmu, mana mungkin aku suka padanya?"

"Terus, kenapa kamu malah bersama dengannya?"

Alyana mengepalkan tangannya dengan erat, rasa sakit di kepalanya mengingatkannya agar jangan sampai terbawa emosi.

Namun, tetap saja hatinya terasa begitu hancur. Sekujur tubuhnya sampai gemetaran.

Alyana menatap Harison dengan keras kepala, "Kenapa kamu berbohong padaku? Kenapa kamu harus berbohong soal Alina?"

"Aku bertemu dengan Alin kemarin di sebuah acara. Terus, terjadi sesuatu di panggung, makanya aku membawanya ke rumah sakit. Cuma begitu saja kejadiannya, terserah kamu mau percaya atau nggak."

"Alin memikirkan perasaanmu dan takut kamu salah paham, jadi dia memintaku untuk merahasiakannya darimu."

Harison pun mengernyit. "Aku sudah bilang padanya kalau kamu itu berhati besar dan nggak mungkin cemburu hanya karena hal konyol seperti itu. Ternyata kekhawatiran Alin benar juga."

"Alyana, kamu harus tahu kapan harus bersikap. Alin itu adikmu, apa gunanya buatmu kalau kamu terus berlaku jahat terhadapnya?"

"Sekarang kamu malah mencurigai kami berdua," sambung Harison dengan nada bicara yang terdengar makin kesal. "Nggak usah keterlaluan begini."

"Sebaiknya kamu tenangkan diri."

Setelah itu, Harison melangkah maju dan berkata lagi, "Aku anggap aku nggak pernah dengar soal ucapanmu yang mau membatalkan pertunangan."

Alyana menatap sosok Harison yang berjalan pergi. Kepalanya terasa begitu sakit sampai-sampai dia tidak punya tenaga untuk memanggil Harison.

Sialan!

Penyakit ini benar-benar menyusahkan!

...

Bukan hanya Harison, tetapi semua orang yang menerima pesan itu juga mengira bahwa Alyana sedang bercanda.

Keesokan harinya, Alyana tidak mengangkat satu telepon pun sepanjang hari karena dia tidak mengisi ulang ponselnya yang kehabisan baterai.

Dia justru sibuk berkemas dan bersiap untuk pindah dari vila.

Sementara itu, orang tua Alyana, Royan Imano dan Imelda Anggraini, bergegas menyambut Harison begitu pria itu memasuki kamar rawat.

"Harison, apa maksud pesan Alya? Kalian kenapa?"

"Minggu depan 'kan pesta pertunangan kalian," kata Imelda dengan cemas. "Kalau sampai kenapa-kenapa, bukannya itu malah akan jadi bahan tertawaan orang-orang?"

"Sekarang baru kamu takut ditertawakan orang? Lihatlah putrimu yang baik itu, bisanya juga cuma mempersulit dan membuat kita khawatir begini!" keluh Royan.

"Memangnya itu salahku? Dia 'kan tumbuh besar dalam keluarga yang kayak gitu, mana mungkin dia bisa jadi anak baik?" balas Imelda dengan suara pelan.

"Ini semua salahku."

Harison menyela mereka, lalu menatap Alina yang terbaring di atas tempat tidur dengan pasrah. "Kemarin dia melihatku membawa Alin ke rumah sakit, harusnya aku jelaskan lebih dulu padanya."

"Omong kosong apa itu!" sahut Imelda dengan sangat kesal. "Alin 'kan terluka, wajar saja kamu membawanya ke rumah sakit! Ya sudahlah kalau dia nggak sayang pada adiknya, tapi dia malah ...."

Imelda merasa kesulitan menyelesaikan kata-katanya. Dia benar-benar merasa malu memiliki seorang putri tukang pencemburu begini!

"Bu, jangan marah-marah sama Kakak. Ini semua salahku ..." timpal Alina sambil mengatupkan bibirnya. "Aku nggak seharusnya minta diantar Kak Harison, di tempat kejadian 'kan ada banyak staf yang lain ...."

Alina pun menatap Harison, "Kak Harison, gara-gara ini kakakku jadi membatalkan pertunangan kalian. Gimana ini?"

"Pertunangan kami nggak mungkin dibatalkan."

"Pesta pertunangannya akan tetap dilaksanakan minggu depan sesuai jadwal," kata Harison dengan sorot tatapan yang sedikit menajam. "Alya juga bukan tipe orang yang nggak berpikir panjang, ujung-ujungnya dia pasti mau berbaikan denganku."

Royan dan Imelda langsung menghela napas dengan lega.

Jika Alyana dan Harison yang sudah sekian lama menjalin hubungan itu mendadak putus di tengah momen genting seperti ini, mau ditaruh di mana muka mereka?

Terlebih di saat Harison memiliki peluang besar untuk mewarisi Keluarga Gandhi. Tidak akan mereka biarkan menantu sehebat Harison lepas dari genggaman mereka begitu saja!

Semua orang yang ada di kamar itu pun tenggelam dalam pemikiran masing-masing selama beberapa saat, mereka sama sekali tidak menyadari seberkas cahaya enggan yang berkilat dalam sorot tatapan Alina ....

...

Tiga hari kemudian, Alyana baru mengetahui bahwa pesta pertunangannya akan dilaksanakan sesuai jadwal.

Dia sudah pindah dari vila ke sebuah apartemen di pusat kota. Dia sedang meringkuk di atas sofa sambil menonton sinetron saat penyelenggara pesta pertunangan meneleponnya.

Alyana meletakkan ponselnya, lalu mengusap pelipisnya.

Harison memang tidak pernah berubah. Setiap kali mereka perang dingin, pria itu pasti akan menunggu Alyana mengajak berdamai dan beranggapan bahwa wanita itu pasti akan mengalah.

Meskipun pada akhirnya apa yang Harison inginkan selalu terjadi, sekarang Alyana merasa sangat lelah. Dia bahkan mulai meragukan dan mempertanyakan dirinya sendiri .... Kira-kira seberapa hinanya dia bagi Harison?

Kali ini, Alyana benar-benar tidak mau berkompromi dengan Harison.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 3

    Sesuai rencana, pesta pertunangan pun tiba.Rekasa Gandhi, kakeknya Harison, sangat menyukai Alyana. Itu sebabnya dia sengaja mengadakan pesta pertunangan secara megah, serta mengundang teman-temannya dari berbagai kalangan keluarga kaya raya.Kilau perhiasan, serta suara tawa yang gembira memenuhi aula pesta.Harison berdiri di pintu sambil tersenyum menyambut para tamu yang datang, tetapi di dalam hati merasa cemas.Sebentar lagi acaranya akan dimulai, tetapi kenapa Alyana belum datang juga?Rekasa pun menghampiri cucunya, lalu bertanya dengan ekspresi serius, "Kamu bertengkar lagi sama Alya?""Nggak, Kakek," bantah Harison dengan cepat. "Kakek jangan asal menebak dong.""Semoga beneran nggak, ya," kata Rekasa sambil memelototi Harison dengan kesal. "Alya adalah cucu menantu yang Kakek pilih. Kalau sampai pesta pertunangan hari ini kenapa-kenapa, kamu nggak boleh pulang ke rumah Keluarga Gandhi!""Tenang saja, Kakek, pasti nggak akan kenapa-kenapa."Di saat mereka berdua sedang mengo

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 4

    "Wah, nggak kusangka, ya! Ternyata dia tokoh utama dalam pesta pertunangan ini!"Pemuda itu menatap panggung dengan sorot kaget sekaligus berbinar gembira. "Wah, dia hebat sekali! Padahal Keluarga Gandhi sengaja mengadakan pesta besar begini, tapi dia malah menghancurkannya begitu saja!""Paman, untung kita datang ke pesta pertunangan hari ini!"Saking gembiranya, pemuda itu sampai tidak menyadari sorot tatapan Nathan yang tertuju pada Alyana. Ada semacam perasaan misterius yang berkilat dalam pandangannya dan tidak terlihat karena tidak terkena pancaran cahaya.Sementara itu, Harison yang berada di atas panggung pun bergegas menghampiri Alyana sambil tersenyum dengan kikuk. Dia memeluk Alyana dengan paksa sambil berkata, "Mohon maaf, Alya cuma bercanda. Dia bilang begitu demi menghidupkan suasana.""Ya 'kan, Alya?"Harison bertanya sambil setengah menggertakkan giginya, nada suaranya terdengar sangat mengancam."Aku nggak bercanda," jawab Alyana dengan tegas, ekspresinya tetap terliha

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 5

    Setelah keluar dari hotel, seorang pemuda bergegas keluar dan menghampiri Alyana dengan penuh semangat. "Kak, Kakak tangguh banget! Padahal di sana ada begitu banyak orang, tapi Kakak benar-benar nggak peduli dengan citra Keluarga Gandhi ataupun Keluarga Imano!""Kak, kalau menurutku sih, harusnya Kakak tampar saja si pasangan bajingan itu masing-masing sekali ....""Kamu siapa?"Alyana merasa agak tercengang. Sepertinya pemuda satu ini tidak asing?"Aku ...."Pemuda itu pun menggaruk kepalanya dengan canggung. "Seminggu yang lalu, aku lagi nyetir dan nggak sengaja menabrak bagian belakang taksi yang Kakak tumpangi.""Oh ...."Alyana balas menanggapi dengan malas, dia tidak berniat membahas insiden itu lagi."Kakak, kamu ....""Andre."Andreas Moran sontak terdiam begitu mendengar nada memperingatkan dalam suara Nathan. Dia hanya menatap Alyana dengan bersemangat.Bergaul dalam lingkungan orang kaya membuat Andreas sudah sering melihat para orang dewasa yang munafik, jadi dia mengangga

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 6

    "Karena melihat kamu membela apa yang benar dengan berani.""Aku langsung mengenali Kakak begitu melihat Kakak," sela Andreas sambil mengemudi. "Jadi, aku memberi tahu pamanku dan dia berinisiatif membantu Kakak. Pamanku itu paling nggak suka berutang pada orang lain.""Ya, 'kan, Paman?"Nathan hanya diam.Andreas pikir tebakannya benar, dia pun mengangkat alisnya dengan bangga. "Orang bilang yang namanya keberuntungan dan kemalangan itu selalu berdampingan. Akhirnya hari ini aku melihat hal itu terjadi. Ternyata walaupun Kakak malang karena kami tabrak dari belakang, hari ini justru Kakak beruntung karena hal itu!""Kamu yang salah karena menyetir ugal-ugalan, tapi kamu masih cari alasan?" tegur Nathan dengan kesal.Andreas pun terkekeh dengan kikuk. "Aku 'kan cuma mau menghibur kakak satu ini? Setelah mengalami hal seperti tadi, suasana hatinya pasti nggak enak banget, 'kan?""Aku nggak apa-apa kok," jawab Alyana sambil tersenyum. "Tapi, ucapanmu memang benar."Keberuntungan dan kema

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 7

    "Alin itu adikmu dan aku ini kakak iparnya. Apa salahnya kalau aku menjaganya?"Harison pun mengalihkan pandangannya dari Alyana menuju Nathan. "Kamu punya hubungan apa dengan Pak Nathan? Kenapa dia mau membantumu?"Alyana refleks mengikuti arah pandangan Harison dan langsung melihat sosok Nathan yang dibalut dengan setelan jas dan sepatu kulit sedang berjalan di bawah sinar mentari. Aura yang menguar dari tubuh pria itu terasa begitu mengintimidasi, seolah-olah semua orang di bumi ini berada di bawah kakinya.Pertanyaan Harison itu ditujukan kepada Alyana sekaligus Nathan.Nathan tidak mengacuhkan rasa permusuhan dari Harison dan langsung berjalan ke samping Alyana. "Apa ada yang bisa kubantu, Nona Alyana?"Alyana sontak tersadar. "Kok Pak Nathan ....""Tabrakan dari belakang itu 'kan menyebabkanmu terluka. Setelah kupikir-pikir lagi, aku baru bisa tenang setelah memastikan kalau lukamu sudah sembuh.""Terus, Andre memintaku membawakan ini buatmu," lanjut Nathan sambil menyerahkan sar

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 8

    Dalam satu minggu, Alyana menerima berbagai macam paket. Tentu saja dia membuang semuanya ke tempat sampah.Kebetulan sekali hari ini ada sebuket besar bunga mawar berwarna kuning yang sudah mekar sempurna dikirimkan kepadanya.Si kurir membawakan buket itu dengan susah payah ke depan pintu, dia sampai banjir keringat saking lelahnya. "Halo, paket Anda tiba."Begitu dia selesai berbicara, pintu pun terbuka.Alyana hanya melirik tanda tangan yang tertera pada kartu, lalu langsung berkata, "Tolong langsung buang saja ke bawah.""Eh?" Kurir itu sontak tertegun. "Tapi, bunganya bagus banget ....""Makan tempat."Alyana menyahut dengan singkat sambil tersenyum, lalu menutup pintu.Dulu, dia paling hanya setahun dua kali menerima bunga. Satu kali pada hari ulang tahunnya dan satu kali lagi pada hari jadinya dengan Harison. Alyana memperlakukan kedua buket bunga itu sebagai harta karun. Dia menyimpannya sampai bunganya kering.Sekarang, dia malah mendapatkan bunga setiap hari. Namun, Alyana m

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 9

    Setelah dipikir-pikir, Harison beranggapan bahwa Alyana bisa sesombong ini karena dia berulang kali berusaha untuk menunjukkan niat baiknya.Kaum wanita memang tidak boleh dimanja!Itu sebabnya Harison sengaja mengabaikan Alyana selama satu minggu ini.Hari ini, perusahaan sedang mengadakan rapat pemegang saham. Harison duduk di kursi utama sambil mendengarkan laporan karyawannya tentang kinerja kuartal ketiga.Tiba-tiba, pintu ruang rapat pun terbuka.Alyana berjalan di depan dengan diikuti oleh sekelompok wartawan."Apa-apaan ini, Alyana!" tegur Harison sambil bangkit berdiri."Bukan apa-apa, aku cuma berpikir kalau para pemegang saham berhak tahu yang sebenarnya. Sekalian aku bisa dapat uang dengan membocorkan informasi kepada pihak media."Alyana pun menyipitkan matanya dan tersenyum. "Kalau nggak, uang yang kamu kasih itu bahkan nggak cukup jadi uang jajanku.""Kamu sudah gila, ya!" kata Harison dengan murka."Ya, aku memang gila. Kamu yang bikin aku gila."Alyana menatap para pem

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 10

    "Masih.""Kalau gitu, apa aku boleh tinggal di rumahmu?"Nathan sontak kebingungan.Bahkan sampai ada sekelibat emosi yang muncul di wajah pengawal yang mengikuti Nathan dalam diam.Steven pun melirik Alyana. Nyali wanita satu ini besar juga sampai dia berani-beraninya mengajukan permintaan seperti itu.Perlu diketahui, majikannya ini paling suka dengan ketenangan. Para pelayan di rumah bahkan harus memasuki vila di waktu yang berbeda dari Nathan."Boleh."Ekspresi Steven langsung berubah begitu mendengar jawaban Nathan.Dia menatap Nathan dengan tidak percaya. Apa benar jawaban itu keluar dari mulut majikannya?"Tenang saja, aku nggak akan asal menumpang."Alyana mengeluarkan ponselnya dan mengetuk-ngetuk layarnya, lalu menunjukkannya kepada Nathan. "Tolong masukkan kontakmu dan sebutkan harganya. Anggap saja aku lagi menyewa kamar di rumahmu.""Aku akan sebisa mungkin berusaha agar setiap harinya nggak mengusikmu ataupun kegiatanmu. Abaikan saja aku sekalian juga nggak masalah.""Ngg

Bab terbaru

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 50

    Kualitas makanan toko itu sesuai dengan reputasinya, tetapi Alyana sudah tidak nafsu makan.Andreas tahu suasana hati Alyana sedang kurang baik, jadi dia mengantar Alyana pulang ke Vila Mimosa lebih cepat."Kak."Andreas menatap Alyana yang turun dari mobil dengan ragu-ragu, lalu bertanya, "Apa Kakak jadi marah pada Paman gara-gara ucapan Harison?""Nggak kok. Kamu hati-hati di jalan, ya."Alyana langsung berjalan menuju vila.Andreas pun menundukkan kepalanya dan mengirim pesan kepada Nathan untuk melaporkan secara singkat apa yang terjadi di toko makanan penutup.Nathan melirik pesan yang baru masuk ke ponselnya itu bertepatan dengan bunyi Alyana yang mendorong pintu dan berjalan masuk.Alyana sedang mengganti sepatu di pintu masuk. Dia sontak terkejut saat melihat sepatu kulit pria di lemari sepatu. Ternyata hari ini Nathan pulang cukup cepat.Begitu memasuki ruang tamu, Alyana langsung disambut oleh tatapan Nathan.Mereka berdua pun terdiam.Alyana mengangguk dan hendak naik ke ata

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 49

    Harison tidak bisa lagi mengendalikan emosinya yang seolah mendidih. Dia pun berjalan menghampiri Alyana, lalu menggebrak meja dan mencondongkan tubuhnya menatap Alyana. "Seru?""Menarik juga melihat mantan pacarku pergi kencan buta," jawab Alyana dengan santai.Kata-kata "mantan pacar" itu menusuk ulu hati Harison dengan tepat.Dia mencengkeram pergelangan tangan Alyana dengan kuat, lalu berkata sambil menggertakkan gigi, "Alyana, kamu mau melangkah sejauh apa sebelum sudi kembali? Kamu tahu nggak kamu nyaris menghancurkan perusahaan?"Alyana sontak kebingungan.Bukankah Harison sendiri yang hampir menghancurkan perusahaan?Harison sendiri yang mengambil jalan pintas dan melakukan pembongkaran menggunakan kekerasan, semua itu tidak ada hubungannya dengan Alyana."Harison, bisa nggak sih kamu nggak usah selalu menuduh orang? Kayak anjing gila saja main gigit orang," sahut Alyana dengan ekspresi dingin."Oh.""Kamu masih mau berpura-pura?" cibir Harison. "Kalau bukan kamu yang memberi t

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 48

    Sesampainya di toko makanan penutup, Andreas memesan sesuai dengan panduan yang dia baca secara daring. Dia juga berkata dengan bangga kepada Alyana, "Kak, kujamin Kakak bakal suka banget sama makanannya!""Kalau gitu, aku ucapin terima kasih dulu," kekeh Alyana.Suasana di Vila Mimosa sangat tenang dan jarang kedatangan tamu, tetapi tetap saja rasanya agak terlalu sepi.Nathan selalu pergi pagi dan pulang larut malam. Alyana sendiri tidur lebih cepat dan bangun siang demi menjaga kesehatannya. Itu sebabnya mereka jarang bertemu walaupun tinggal serumah.Untungnya, Andreas akan selalu datang bermain dengannya setiap kali sedang luang. Dengan begitu, Alyana tidak mati bosan di dalam rumah yang besar itu.Pokoknya, hari ini Alyana bertekad mentraktir Andreas.Setelah memutuskan, Alyana pun pergi ke kasir untuk membayar tagihan sementara Andreas pergi ke kamar mandi.Saat berbalik, Alyana secara tidak sengaja menabrak seseorang. Tepat saat dia hendak meminta maaf, dia justru mencium aroma

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 47

    Royan pun menghela napas dan berkata, "Anggap saja ini adalah kompensasi dari Keluarga Imano untuknya."Alina memeluk Royan yang mengalah dengan gembira, lalu berkata dengan manja, "Sudah kuduga, Ayah memang pengertian banget!"...Seminggu kemudian, Alyana akhirnya mendapatkan kabar itu juga.Asisten Harison-lah yang meneleponnya.Alyana sendiri yang merekrut asisten itu, jadi asisten itu juga tahu bahwa usaha dan kerja keras Alyana-lah yang membesarkan perusahaan selama ini.Asisten itu berpikir sejenak sebelum melaporkan kabar itu kepada Alyana."Apa ... Kak Alyana akan menyesal?"Waktu itu Alyana begitu bertekad untuk mendapatkan pembagian saham sehingga sekarang Alina-lah yang menjadi pemegang saham terbesar perusahaan dalam sekejap.Alina juga tidak perlu membantu Harison dari balik layar seperti yang Alyana lakukan. Alina dapat berdiri di samping Harison untuk mengelola perusahaan bersama-sama secara sah.Asisten itu merasa kasihan kepada Alyana, itu sebabnya dia bertanya sepert

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 46

    Setelah mengantar Alyana ke Vila Mimosa dengan selamat, Andreas pun mengirim pesan dan melapor kepada Nathan.Nathan melirik ponselnya dengan sedikit acuh tak acuh."Berbeda dari rencana kita, perusahaannya Harison nggak menerbitkan saham baru.""Untuk saat ini, kondisi perusahaan Harison berhasil stabil berkat investasi pribadi Alina," ujar asisten Nathan melaporkan hasil penyelidikannya."Nominalnya cukup besar, jadi seharusnya nggak bisa Alina tarik sekaligus. Aku sudah memeriksa catatan transaksi di rekening pribadinya, ternyata ada rekening luar negeri yang mentransferkan uang padanya belum lama ini."Asisten itu mengangguk sedikit. "Sayangnya, kami nggak bisa menemukan informasi yang lebih mendetail karena rekening ini memiliki tingkat kerahasiaan yang sangat tinggi.""Sepertinya Alina bukan orang sembarangan."Nathan mengetuk-ngetukkan ujung jarinya ke atas laporan.Di rencana awalnya, Nathan memprediksi Harison yang sudah tidak mampu lagi menahan tekanan akan menerbitkan saham

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 45

    Mana mungkin ucapan Alyana tadi adalah sebuah fakta? Tentu saja itu semata-mata adalah titik sensitif bagi Janet maupun Alina....Setelah keluar dari rumah sakit, Alyana melihat Andreas yang sedang memegang sebuket bunga besar di kejauhan. Pemuda itu sedang tersenyum padanya di bawah sinar matahari.Mawar merah yang Andreas bawa tampak hangat, tetapi justru senyuman Andreas-lah yang terlihat lebih cerah dan cemerlang.Alyana berjalan menghampiri Andreas dan tersenyum dengan tidak berdaya. "Apa kamu harus heboh begini?""Tentu saja! Setiap kali Kakak keluar dari rumah sakit setelah kemoterapi, aku akan membelikan Kakak bunga. Kalau kondisi Kakak sudah benar-benar membaik, nanti kubawakan sekeranjang bunga!"Andreas menjejalkan buket bunga itu ke dalam pelukan Alyana. "Kak, Kakak lebih cantik daripada bunga."Alyana hanya balas tersenyum.Dia tahu betul seperti apa penampilannya. Dia menyadari bahwa Andreas berkata seperti itu demi menghiburnya.Tenaga dan semangat Alyana sudah banyak t

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 44

    "Cuma hampir."Alyana tetap menyahut dengan cuek, lalu menoleh menatap Jacob. "Aku pulang dulu, Dokter Jacob.""Oke."Jacob mengiakan, lalu hendak mengantar Alyana keluar.Namun, Janet bergegas melangkah maju dan menghalangi mereka. "Jangan mencoba kabur, Dokter Jacob! Aku sudah sampai mengejarmu ke sini, jadi hari ini kamu harus melakukan pemeriksaan!""Alyana, aku tahu kamu sengaja melakukan semua ini karena kamu kesal gagal memiliki Harison!"Janet tersenyum dengan puas, lalu berkata dengan nada sinis, "Nggak usah dibawa sedih, kamu harusnya bahagia. Orang bilang yang namanya mencintai itu nggak harus memiliki. Kamu juga berharap Harison dapat menjalani hidup yang lebih baik, 'kan?"" ... "Jacob akhirnya mengerti apa yang sedang terjadi.Tentu saja Jacob juga sudah mendengar tentang kericuhan yang Alyana sebabkan dengan merusak pesta pertunangan dan menyebabkan keributan besar di perusahaan.Wanita di depan mereka ini adalah ibu dari si bajingan itu.Jacob pun mengernyit dan hendak

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 43

    Jika bukan karena takut menakuti Alyana, kadang Nathan merasa ingin mengikat wanita itu dan langsung mengirimnya ke rumah sakit untuk menjalani kemoterapi.Nathan memang tidak pandai bicara, tetapi dia punya banyak tenaga dan sarana. Masalahnya, Nathan enggan menggunakan sumber dayanya itu terhadap Alyana, itu sebabnya dia terus menunda hingga sekarang."Terlepas dari kamu setuju atau nggak, pokoknya kamu harus menjalani kemoterapi."Nathan sengaja menggunakan nada mengancam, dia tidak menerima kata "tidak".Meskipun Alyana tidak mengerti, hatinya terasa hancur saat melihat orang-orang di sekitar tempat tidurnya.Di saat pria yang dia cintai dan keluarganya berharap dia mati, orang luar justru yang berusaha sekuat tenaga untuk membuatnya tetap hidup.Ibarat sedang tergantung di tebing, Alyana mengulurkan tangannya ke atas dengan putus asa sambil mengira orang-orang di atas akan menariknya. Pada kenyataannya, mereka justru malah menginjaknya.Saat terjatuh, Alyana baru menyadari bahwa a

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 42

    Di Rumah Sakit Alanda.Jacob membaca hasil pemeriksaan yang baru saja dia terima di ruangannya, ekspresinya berubah menjadi agak serius. "Kondisi Nona Alyana makin parah."Nathan hanya diam, auranya terasa begitu mencekam sampai-sampai satu ruangan itu terasa lebih dingin.Andreas berdiri diam di samping, dia tidak berani bernapas kencang-kencang.Padahal selama ini Alyana sehat-sehat saja, bahkan beberapa waktu lalu sempat dinas bersama Nathan.Terkadang dia lupa Alyana itu sedang sakit.Namun, dia malah tertampar kenyataan.Saat membawa Alyana ke rumah sakit, Andreas yang setinggi 180 cm itu seolah menjelma menjadi anak kecil. Pemuda itu bahkan nyaris menangis.Mana mungkin Andreas tidak panik di saat orang yang awalnya baik-baik saja mendadak pingsan?"Kok dia bisa pingsan?"Begitu mendengar nada bicara Nathan yang serius, Andreas pun buru-buru menjawab, "Hari ini ... aku mengajak Kakak ke tempat pemotretan. Ternyata kami malah bertemu Alina di studio ....""Aku meminta Kakak untuk

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status