Share

Kamulah Jodohku, Alyana!
Kamulah Jodohku, Alyana!
Author: Sahira

Bab 1

Author: Sahira
"Tumor otakmu berkembang dengan sangat cepat, lokasinya juga cukup sulit. Tingkat keberhasilan operasinya sangat rendah ...."

"Kalau kamu nggak mau dioperasi, kemungkinan besar umurmu nggak sampai setahun."

Ucapan si dokter terngiang lama di telinga Alyana Imano.

Dia pun berjalan keluar rumah sakit dengan linglung. Saat masuk ke dalam taksi, hasil pemeriksaan yang dia bawa sudah lecek.

Alyana akhirnya tersadar dari lamunannya, dia harus memberitahukan kabar ini kepada tunangannya, Harison Gandhi.

Alyana mengeluarkan ponselnya, jemarinya menyentuh layar dengan gemetar. Dia akhirnya memutuskan untuk mengirimkan pesan.

"Harison, hari ini pulanglah lebih cepat. Ada yang ingin kubicarakan."

Tiba-tiba, terdengarlah bunyi tabrakan yang kencang dan mobil pun berguncang.

Tubuh Alyana sontak terdorong ke depan dengan kuat, kepalanya membentur kursi dan pandangannya menggelap di tengah rasa sakit yang menghujamnya.

Tidak lama kemudian, terdengarlah suara bising dari segala arah.

Belum sempat Alyana bereaksi, tiba-tiba pintu mobil terbuka dan sesosok pemuda bergerak mendekat. "Nona, kamu ...."

"Aku nggak apa-apa ...."

Alyana refleks mengibaskan tangannya. Dia hanya ingin secepat mungkin pulang, dia sama sekali tidak menyadari perubahan ekspresi si pemuda.

Akan tetapi, pemuda itu langsung mencengkeram pergelangan tangan Alyana sambil berkata, "Biar kuantar ke rumah sakit sekarang!"

"Nggak usah ...."

Pemuda itu tidak mengacuhkan penolakan Alyana. Dia langsung menggendong Alyana dan berjalan ke pintu belakang sebuah mobil Rolls-Royce Cullinan. "Paman, aku mau bawa dia ke rumah sakit!"

Dari balik kaca jendela mobil yang setengah diturunkan, terlihatlah sesosok wajah pria yang tampak begitu dingin. Pria itu mengenakan kacamata berbingkai emas yang bertengger di pangkal hidungnya yang tinggi, sepasang matanya yang berbentuk sipit dan terkesan acuh tak acuh itu sedang sibuk membaca pekerjaannya di layar sebuah tablet.

Pria itu bahkan tetap bersikap dengan tenang di tengah kondisi yang begitu kacau seperti ini.

"Pergilah."

Pemuda itu baru melangkah maju setelah mendapatkan izin.

Kepala Alyana terasa makin pusing, kepalanya akhirnya refleks bersandar pada dada pemuda itu.

...

Saat sadar kembali, Alyana sedang berbaring di atas ranjang rumah sakit. Kepalanya terasa sakit berdenyut-denyut.

Tidak ada siapa pun di sekitarnya.

Alyana akhirnya duduk di atas ranjang dengan susah payah. Setelah menenangkan diri sejenak, dia baru ingat ada janji bertemu Harison.

Pria itu paling benci orang yang terlambat.

Jantung Alyana sontak terasa seperti berhenti berdetak selama sepersekian detik. Dia langsung turun dari ranjang dan keluar dari kamar rawat tanpa mengindahkan rasa sakit di kepalanya.

UGD rumah sakit itu dipadati orang. Alyana melangkah maju sambil berpegangan pada dinding. Secara kebetulan, ekor matanya melihat sosok seseorang di tengah kerumunan.

Orang itu adalah Harison!

Pria itu sedang menggendong Alina Imano sambil berjalan dengan tergesa-gesa, lalu langsung menghilang di antara kerumunan orang!

Entah berapa lama Alyana hanya bisa berdiri termangu di sana, sebelum akhirnya tersadar karena ponsel di sakunya bergetar.

Dia mengeluarkan ponselnya, lalu membaca pesan balasan dari Harison, "Besok saja kita bicara, hari ini aku nggak pulang."

Kejadian yang begitu menyedihkan sekaligus familier.

Karena ini bukan pertama kalinya Harison melupakannya gara-gara orang lain.

Bagi Harison, tidak ada apa pun atau siapa pun yang lebih penting daripada tunangannya.

Masalahnya, Alyana tidak menyangka bahwa adiknya, Alina, ternyata akan mendahuluinya.

Kenapa?

Rasanya hati Alyana begitu hancur. Kenapa harus Alina?

Alyana pun menelepon Harison seolah-olah ada suatu kekuatan misterius yang merasukinya. Lama sekali hanya dering nada sambung yang terdengar sebelum akhirnya panggilan itu diangkat.

Suara Harison dari ujung telepon sana terdengar jelas sangat tidak sabar. "Sudah kubilang aku nggak pulang ...."

"Sekarang kamu lagi di mana?"

Alyana bertanya dengan suara yang serak sambil mati-matian berusaha agar jangan sampai menangis.

"Memangnya aku bisa di mana lagi?"

Harison balik bertanya, tetapi lalu menambahkan karena merasa bersalah, "Aku lagi di kantor, sibuk banget."

Alyana menggenggam ponselnya dengan erat, sebersit senyuman getir berkilat dalam tatapannya. Bagus sekali, ternyata Harison tetap membohonginya.

Sepertinya Harison menyadari ada yang salah dengan Alyana, dia berujar lagi dengan suara yang sangat lembut, "Kamu tunggu saja aku di rumah, Alya, nanti aku akan langsung pulang menemuimu setelah pekerjaanku selesai."

"Aduh ...."

Tiba-tiba, terdengar keluhan kesakitan pelan dari ujung telepon sana.

Tentu saja Alyana bisa mendengarnya, tetapi dia berpura-pura tidak mendengar. Dia hanya menjawab dengan suara pelan, "Oke, kutunggu, ya."

Setelah itu, panggilan itu langsung diputus.

Harison bahkan tidak sempat berpamitan dengan Alyana karena sudah sibuk mengasihani Alina.

Alyana menurunkan ponselnya. Jantungnya yang semula terasa begitu nyeri sekarang seolah berhenti berdetak. Rasanya hampa dan sunyi.

Ternyata Harison benar-benar lupa.

Padahal, sore ini mereka seharusnya pergi bersama untuk mengambil gaun pengantin.

...

Sekembalinya ke vila, Alyana langsung mengunci diri di dalam kamar pengantinnya dan jatuh tertidur.

Dia memimpikan semua ingatannya selama 26 tahun ini yang berlalu begitu cepat seperti pertunjukan sekilas.

Alyana tertukar saat baru lahir.

Waktu Alyana berusia 12 tahun, ayah angkatnya terlilit banyak utang karena suka berjudi. Ibu angkatnya juga menggunakan Alyana sebagai alat untuk mencoba memeras uang.

Pada akhirnya, mereka dipenjara.

Alyana pun kembali ke Keluarga Imano, tetapi Alina, si putri palsu yang selama ini Keluarga Imano besarkan tidak kembali ke keluarga aslinya.

Awalnya, Keluarga Imano berusaha sebisa mungkin untuk menebus kesalahan mereka kepada Alyana. Itulah masa-masa yang paling membahagiakan bagi Alyana.

Namun, entah sejak kapan, semua itu perlahan berubah.

Walaupun Alyana adalah anak kandung mereka, tetap saja rasa kekeluargaan yang orangtuanya jalin dengan Alina melalui interaksi sehari-hari lebih kuat.

Pada akhirnya, Alyana justru menjadi orang yang paling salah tempat di Keluarga Imano. Alina juga selalu pamer di depan Alyana dengan mengandalkan kasih sayang keluarga yang tidak Alyana dapatkan.

Kemunculan Harison ibarat secercah sinar mentari yang menerangi kehidupan gelap Alyana.

Orang-orang di luar sana menertawakan dan mengejek Alyana sebagai seorang penjilat, tetapi mereka tidak tahu bahwa dia justru menggunakan Harison sebagai penyelamatnya.

Selama ini, Alyana pikir Harison menyukainya. Jika tidak, kenapa juga Harison begitu memperjuangkannya hingga mereka akhirnya bertunangan?

Satu minggu lagi adalah pesta pertunangan mereka.

"Menikahlah denganku. Aku janji akan memperlakukanmu dengan baik selamanya."

"Ya, aku mau."

Di tengah terang cahaya dan gelap bayangan, Alyana sontak terkejut saat melihat bahwa sosok tokoh utama wanita di atas panggung sana sudah berubah menjadi Alina.

Sementara dia sendiri hanya bisa berdiri diam di tempat sambil menyaksikan Alina mengenakan cincin nikahnya ....

Alyana sontak terbangun dengan kondisi berkeringat dingin.

Langit di luar jendela sana tampak terang.

Kamar itu kosong, hanya ada dirinya di dalam sana.

Ternyata Harison sama sekali tidak pulang semalam.

Alyana juga tidak ingin mencari tahu apakah tunangannya itu bersama Alina atau tidak.

Kepalanya terasa begitu sakit setelah memimpikan semua itu. Rasanya dia seperti diingatkan bahwa waktunya hampir habis dan dia tidak boleh menyia-nyiakannya demi orang lain.

Alyana pun bangun dari tempat tidur untuk mandi. Pada saat itulah dia menyadari bahwa ada sepotong perban besar di dahinya yang berlumuran darah.

Ternyata luka yang dia alami akibat tabrakan dari belakang kemarin cukup serius.

Alyana mengambil kotak obat, lalu mengganti perbannya. Dia refleks meringis kesakitan dan menggertakkan giginya. Sebentar lagi 'kan dia akan mati, jadi mana mungkin dia tidak bisa menahan sedikit rasa sakit seperti ini?

Setelah mengobati lukanya kembali, Alyana pun menatap pantulan dirinya di cermin.

Wajahnya tampak pucat dengan sorot tatapan seperti orang yang tidak bernyawa. Setelah satu malam berlalu, dia juga tampak jauh lebih kuyu.

Pada akhirnya, kehidupannya bukanlah sesuatu yang layak.

Alyana merasa sangat konyol. Padahal hidupnya begitu singkat, tetapi malah dia habiskan demi orang lain.

Pikiran Alyana yang semula begitu jenuh mendadak menjadi jernih.

Dia pun mandi, lalu berjalan turun. Di lantai bawah sana, pelayannya, Dena, sedang sibuk di dapur.

"Nona, tunggu sebentar lagi, saya hampir selesai. Nanti Nona pikir saja masih perlu beli apa lagi yang lain atau nggak, biar saya ...."

"Nggak usah, buatkan saja aku mi."

Dena sontak terkejut, lalu menjulurkan kepalanya keluar dapur dan bertanya sambil menatap Alyana, "Bukannya Tuan Harison bakal pulang untuk makan?"

"Entahlah."

Alyana duduk di meja makan sambil mengetik pesan di ponselnya. Ujung jarinya berhenti sejenak, "Harusnya dia akan pulang."

Namun, sepertinya tidak perlu juga menyiapkan apa pun untuk Harison. Kemungkinan besar pria itu bahkan tidak akan memakan sesuap pun.

Setelah itu, Alyana mengirim pesan ke grup keluarga. [Harison dan aku sudah membatalkan pertunangan kami.]

Dena tidak tahu apa yang sedang Alyana lakukan, tetapi dia merasa ada yang aneh.

Selama sekian tahun ini, Alyana selalu memasak untuk Harison. Pria itu sangat pilih-pilih soal makanan dan hanya memakan apa yang Alyana masak. Bahkan terkadang apabila Alyana sedang sakit, dia tetap memasak karena takut Harison akan kelaparan.

Kenapa hari ini Alyana justru terkesan seperti orang yang berbeda?

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 2

    Satu jam kemudian, Harison pulang dengan tergesa-gesa, lalu bertanya dengan tegas, "Apa-apaan kamu, Alyana?"Setelah itu, barulah pandangan Harison tertuju pada kepala Alyana."Kamu terluka?" tanya Harison dengan agak kaget."Ya."Alyana balas menatap Harison dengan tenang. "Kemarin aku ke rumah sakit karena ditabrak dari belakang."Sebersit rasa bersalah pun berkilat dalam sorot tatapan Harison, dia buru-buru duduk di sebelah Alyana. "Apa lukamu serius? Apa ini yang ingin kamu katakan padaku kemarin?""Cuma luka kecil."Alyana pun menjauh dengan tenang, lalu berkata, "Aku serius mau membatalkan pertunangan. Aku juga mau mengambil kembali saham perusahaan yang menjadi bagianku ...."Orang luar mungkin tidak tahu, tetapi tidak dengan Harison.Karena Harison adalah anak haram, dia pun dipandang rendah oleh Keluarga Gandhi. Selama ini, bisnis Harison bisa berjalan dengan sukses berkat modal awal dan dukungan di balik layar yang Alyana berikan.Demi membantu Harison membangun citra sebagai

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 3

    Sesuai rencana, pesta pertunangan pun tiba.Rekasa Gandhi, kakeknya Harison, sangat menyukai Alyana. Itu sebabnya dia sengaja mengadakan pesta pertunangan secara megah, serta mengundang teman-temannya dari berbagai kalangan keluarga kaya raya.Kilau perhiasan, serta suara tawa yang gembira memenuhi aula pesta.Harison berdiri di pintu sambil tersenyum menyambut para tamu yang datang, tetapi di dalam hati merasa cemas.Sebentar lagi acaranya akan dimulai, tetapi kenapa Alyana belum datang juga?Rekasa pun menghampiri cucunya, lalu bertanya dengan ekspresi serius, "Kamu bertengkar lagi sama Alya?""Nggak, Kakek," bantah Harison dengan cepat. "Kakek jangan asal menebak dong.""Semoga beneran nggak, ya," kata Rekasa sambil memelototi Harison dengan kesal. "Alya adalah cucu menantu yang Kakek pilih. Kalau sampai pesta pertunangan hari ini kenapa-kenapa, kamu nggak boleh pulang ke rumah Keluarga Gandhi!""Tenang saja, Kakek, pasti nggak akan kenapa-kenapa."Di saat mereka berdua sedang mengo

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 4

    "Wah, nggak kusangka, ya! Ternyata dia tokoh utama dalam pesta pertunangan ini!"Pemuda itu menatap panggung dengan sorot kaget sekaligus berbinar gembira. "Wah, dia hebat sekali! Padahal Keluarga Gandhi sengaja mengadakan pesta besar begini, tapi dia malah menghancurkannya begitu saja!""Paman, untung kita datang ke pesta pertunangan hari ini!"Saking gembiranya, pemuda itu sampai tidak menyadari sorot tatapan Nathan yang tertuju pada Alyana. Ada semacam perasaan misterius yang berkilat dalam pandangannya dan tidak terlihat karena tidak terkena pancaran cahaya.Sementara itu, Harison yang berada di atas panggung pun bergegas menghampiri Alyana sambil tersenyum dengan kikuk. Dia memeluk Alyana dengan paksa sambil berkata, "Mohon maaf, Alya cuma bercanda. Dia bilang begitu demi menghidupkan suasana.""Ya 'kan, Alya?"Harison bertanya sambil setengah menggertakkan giginya, nada suaranya terdengar sangat mengancam."Aku nggak bercanda," jawab Alyana dengan tegas, ekspresinya tetap terliha

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 5

    Setelah keluar dari hotel, seorang pemuda bergegas keluar dan menghampiri Alyana dengan penuh semangat. "Kak, Kakak tangguh banget! Padahal di sana ada begitu banyak orang, tapi Kakak benar-benar nggak peduli dengan citra Keluarga Gandhi ataupun Keluarga Imano!""Kak, kalau menurutku sih, harusnya Kakak tampar saja si pasangan bajingan itu masing-masing sekali ....""Kamu siapa?"Alyana merasa agak tercengang. Sepertinya pemuda satu ini tidak asing?"Aku ...."Pemuda itu pun menggaruk kepalanya dengan canggung. "Seminggu yang lalu, aku lagi nyetir dan nggak sengaja menabrak bagian belakang taksi yang Kakak tumpangi.""Oh ...."Alyana balas menanggapi dengan malas, dia tidak berniat membahas insiden itu lagi."Kakak, kamu ....""Andre."Andreas Moran sontak terdiam begitu mendengar nada memperingatkan dalam suara Nathan. Dia hanya menatap Alyana dengan bersemangat.Bergaul dalam lingkungan orang kaya membuat Andreas sudah sering melihat para orang dewasa yang munafik, jadi dia mengangga

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 6

    "Karena melihat kamu membela apa yang benar dengan berani.""Aku langsung mengenali Kakak begitu melihat Kakak," sela Andreas sambil mengemudi. "Jadi, aku memberi tahu pamanku dan dia berinisiatif membantu Kakak. Pamanku itu paling nggak suka berutang pada orang lain.""Ya, 'kan, Paman?"Nathan hanya diam.Andreas pikir tebakannya benar, dia pun mengangkat alisnya dengan bangga. "Orang bilang yang namanya keberuntungan dan kemalangan itu selalu berdampingan. Akhirnya hari ini aku melihat hal itu terjadi. Ternyata walaupun Kakak malang karena kami tabrak dari belakang, hari ini justru Kakak beruntung karena hal itu!""Kamu yang salah karena menyetir ugal-ugalan, tapi kamu masih cari alasan?" tegur Nathan dengan kesal.Andreas pun terkekeh dengan kikuk. "Aku 'kan cuma mau menghibur kakak satu ini? Setelah mengalami hal seperti tadi, suasana hatinya pasti nggak enak banget, 'kan?""Aku nggak apa-apa kok," jawab Alyana sambil tersenyum. "Tapi, ucapanmu memang benar."Keberuntungan dan kema

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 7

    "Alin itu adikmu dan aku ini kakak iparnya. Apa salahnya kalau aku menjaganya?"Harison pun mengalihkan pandangannya dari Alyana menuju Nathan. "Kamu punya hubungan apa dengan Pak Nathan? Kenapa dia mau membantumu?"Alyana refleks mengikuti arah pandangan Harison dan langsung melihat sosok Nathan yang dibalut dengan setelan jas dan sepatu kulit sedang berjalan di bawah sinar mentari. Aura yang menguar dari tubuh pria itu terasa begitu mengintimidasi, seolah-olah semua orang di bumi ini berada di bawah kakinya.Pertanyaan Harison itu ditujukan kepada Alyana sekaligus Nathan.Nathan tidak mengacuhkan rasa permusuhan dari Harison dan langsung berjalan ke samping Alyana. "Apa ada yang bisa kubantu, Nona Alyana?"Alyana sontak tersadar. "Kok Pak Nathan ....""Tabrakan dari belakang itu 'kan menyebabkanmu terluka. Setelah kupikir-pikir lagi, aku baru bisa tenang setelah memastikan kalau lukamu sudah sembuh.""Terus, Andre memintaku membawakan ini buatmu," lanjut Nathan sambil menyerahkan sar

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 8

    Dalam satu minggu, Alyana menerima berbagai macam paket. Tentu saja dia membuang semuanya ke tempat sampah.Kebetulan sekali hari ini ada sebuket besar bunga mawar berwarna kuning yang sudah mekar sempurna dikirimkan kepadanya.Si kurir membawakan buket itu dengan susah payah ke depan pintu, dia sampai banjir keringat saking lelahnya. "Halo, paket Anda tiba."Begitu dia selesai berbicara, pintu pun terbuka.Alyana hanya melirik tanda tangan yang tertera pada kartu, lalu langsung berkata, "Tolong langsung buang saja ke bawah.""Eh?" Kurir itu sontak tertegun. "Tapi, bunganya bagus banget ....""Makan tempat."Alyana menyahut dengan singkat sambil tersenyum, lalu menutup pintu.Dulu, dia paling hanya setahun dua kali menerima bunga. Satu kali pada hari ulang tahunnya dan satu kali lagi pada hari jadinya dengan Harison. Alyana memperlakukan kedua buket bunga itu sebagai harta karun. Dia menyimpannya sampai bunganya kering.Sekarang, dia malah mendapatkan bunga setiap hari. Namun, Alyana m

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 9

    Setelah dipikir-pikir, Harison beranggapan bahwa Alyana bisa sesombong ini karena dia berulang kali berusaha untuk menunjukkan niat baiknya.Kaum wanita memang tidak boleh dimanja!Itu sebabnya Harison sengaja mengabaikan Alyana selama satu minggu ini.Hari ini, perusahaan sedang mengadakan rapat pemegang saham. Harison duduk di kursi utama sambil mendengarkan laporan karyawannya tentang kinerja kuartal ketiga.Tiba-tiba, pintu ruang rapat pun terbuka.Alyana berjalan di depan dengan diikuti oleh sekelompok wartawan."Apa-apaan ini, Alyana!" tegur Harison sambil bangkit berdiri."Bukan apa-apa, aku cuma berpikir kalau para pemegang saham berhak tahu yang sebenarnya. Sekalian aku bisa dapat uang dengan membocorkan informasi kepada pihak media."Alyana pun menyipitkan matanya dan tersenyum. "Kalau nggak, uang yang kamu kasih itu bahkan nggak cukup jadi uang jajanku.""Kamu sudah gila, ya!" kata Harison dengan murka."Ya, aku memang gila. Kamu yang bikin aku gila."Alyana menatap para pem

Pinakabagong kabanata

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 50

    Kualitas makanan toko itu sesuai dengan reputasinya, tetapi Alyana sudah tidak nafsu makan.Andreas tahu suasana hati Alyana sedang kurang baik, jadi dia mengantar Alyana pulang ke Vila Mimosa lebih cepat."Kak."Andreas menatap Alyana yang turun dari mobil dengan ragu-ragu, lalu bertanya, "Apa Kakak jadi marah pada Paman gara-gara ucapan Harison?""Nggak kok. Kamu hati-hati di jalan, ya."Alyana langsung berjalan menuju vila.Andreas pun menundukkan kepalanya dan mengirim pesan kepada Nathan untuk melaporkan secara singkat apa yang terjadi di toko makanan penutup.Nathan melirik pesan yang baru masuk ke ponselnya itu bertepatan dengan bunyi Alyana yang mendorong pintu dan berjalan masuk.Alyana sedang mengganti sepatu di pintu masuk. Dia sontak terkejut saat melihat sepatu kulit pria di lemari sepatu. Ternyata hari ini Nathan pulang cukup cepat.Begitu memasuki ruang tamu, Alyana langsung disambut oleh tatapan Nathan.Mereka berdua pun terdiam.Alyana mengangguk dan hendak naik ke ata

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 49

    Harison tidak bisa lagi mengendalikan emosinya yang seolah mendidih. Dia pun berjalan menghampiri Alyana, lalu menggebrak meja dan mencondongkan tubuhnya menatap Alyana. "Seru?""Menarik juga melihat mantan pacarku pergi kencan buta," jawab Alyana dengan santai.Kata-kata "mantan pacar" itu menusuk ulu hati Harison dengan tepat.Dia mencengkeram pergelangan tangan Alyana dengan kuat, lalu berkata sambil menggertakkan gigi, "Alyana, kamu mau melangkah sejauh apa sebelum sudi kembali? Kamu tahu nggak kamu nyaris menghancurkan perusahaan?"Alyana sontak kebingungan.Bukankah Harison sendiri yang hampir menghancurkan perusahaan?Harison sendiri yang mengambil jalan pintas dan melakukan pembongkaran menggunakan kekerasan, semua itu tidak ada hubungannya dengan Alyana."Harison, bisa nggak sih kamu nggak usah selalu menuduh orang? Kayak anjing gila saja main gigit orang," sahut Alyana dengan ekspresi dingin."Oh.""Kamu masih mau berpura-pura?" cibir Harison. "Kalau bukan kamu yang memberi t

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 48

    Sesampainya di toko makanan penutup, Andreas memesan sesuai dengan panduan yang dia baca secara daring. Dia juga berkata dengan bangga kepada Alyana, "Kak, kujamin Kakak bakal suka banget sama makanannya!""Kalau gitu, aku ucapin terima kasih dulu," kekeh Alyana.Suasana di Vila Mimosa sangat tenang dan jarang kedatangan tamu, tetapi tetap saja rasanya agak terlalu sepi.Nathan selalu pergi pagi dan pulang larut malam. Alyana sendiri tidur lebih cepat dan bangun siang demi menjaga kesehatannya. Itu sebabnya mereka jarang bertemu walaupun tinggal serumah.Untungnya, Andreas akan selalu datang bermain dengannya setiap kali sedang luang. Dengan begitu, Alyana tidak mati bosan di dalam rumah yang besar itu.Pokoknya, hari ini Alyana bertekad mentraktir Andreas.Setelah memutuskan, Alyana pun pergi ke kasir untuk membayar tagihan sementara Andreas pergi ke kamar mandi.Saat berbalik, Alyana secara tidak sengaja menabrak seseorang. Tepat saat dia hendak meminta maaf, dia justru mencium aroma

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 47

    Royan pun menghela napas dan berkata, "Anggap saja ini adalah kompensasi dari Keluarga Imano untuknya."Alina memeluk Royan yang mengalah dengan gembira, lalu berkata dengan manja, "Sudah kuduga, Ayah memang pengertian banget!"...Seminggu kemudian, Alyana akhirnya mendapatkan kabar itu juga.Asisten Harison-lah yang meneleponnya.Alyana sendiri yang merekrut asisten itu, jadi asisten itu juga tahu bahwa usaha dan kerja keras Alyana-lah yang membesarkan perusahaan selama ini.Asisten itu berpikir sejenak sebelum melaporkan kabar itu kepada Alyana."Apa ... Kak Alyana akan menyesal?"Waktu itu Alyana begitu bertekad untuk mendapatkan pembagian saham sehingga sekarang Alina-lah yang menjadi pemegang saham terbesar perusahaan dalam sekejap.Alina juga tidak perlu membantu Harison dari balik layar seperti yang Alyana lakukan. Alina dapat berdiri di samping Harison untuk mengelola perusahaan bersama-sama secara sah.Asisten itu merasa kasihan kepada Alyana, itu sebabnya dia bertanya sepert

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 46

    Setelah mengantar Alyana ke Vila Mimosa dengan selamat, Andreas pun mengirim pesan dan melapor kepada Nathan.Nathan melirik ponselnya dengan sedikit acuh tak acuh."Berbeda dari rencana kita, perusahaannya Harison nggak menerbitkan saham baru.""Untuk saat ini, kondisi perusahaan Harison berhasil stabil berkat investasi pribadi Alina," ujar asisten Nathan melaporkan hasil penyelidikannya."Nominalnya cukup besar, jadi seharusnya nggak bisa Alina tarik sekaligus. Aku sudah memeriksa catatan transaksi di rekening pribadinya, ternyata ada rekening luar negeri yang mentransferkan uang padanya belum lama ini."Asisten itu mengangguk sedikit. "Sayangnya, kami nggak bisa menemukan informasi yang lebih mendetail karena rekening ini memiliki tingkat kerahasiaan yang sangat tinggi.""Sepertinya Alina bukan orang sembarangan."Nathan mengetuk-ngetukkan ujung jarinya ke atas laporan.Di rencana awalnya, Nathan memprediksi Harison yang sudah tidak mampu lagi menahan tekanan akan menerbitkan saham

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 45

    Mana mungkin ucapan Alyana tadi adalah sebuah fakta? Tentu saja itu semata-mata adalah titik sensitif bagi Janet maupun Alina....Setelah keluar dari rumah sakit, Alyana melihat Andreas yang sedang memegang sebuket bunga besar di kejauhan. Pemuda itu sedang tersenyum padanya di bawah sinar matahari.Mawar merah yang Andreas bawa tampak hangat, tetapi justru senyuman Andreas-lah yang terlihat lebih cerah dan cemerlang.Alyana berjalan menghampiri Andreas dan tersenyum dengan tidak berdaya. "Apa kamu harus heboh begini?""Tentu saja! Setiap kali Kakak keluar dari rumah sakit setelah kemoterapi, aku akan membelikan Kakak bunga. Kalau kondisi Kakak sudah benar-benar membaik, nanti kubawakan sekeranjang bunga!"Andreas menjejalkan buket bunga itu ke dalam pelukan Alyana. "Kak, Kakak lebih cantik daripada bunga."Alyana hanya balas tersenyum.Dia tahu betul seperti apa penampilannya. Dia menyadari bahwa Andreas berkata seperti itu demi menghiburnya.Tenaga dan semangat Alyana sudah banyak t

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 44

    "Cuma hampir."Alyana tetap menyahut dengan cuek, lalu menoleh menatap Jacob. "Aku pulang dulu, Dokter Jacob.""Oke."Jacob mengiakan, lalu hendak mengantar Alyana keluar.Namun, Janet bergegas melangkah maju dan menghalangi mereka. "Jangan mencoba kabur, Dokter Jacob! Aku sudah sampai mengejarmu ke sini, jadi hari ini kamu harus melakukan pemeriksaan!""Alyana, aku tahu kamu sengaja melakukan semua ini karena kamu kesal gagal memiliki Harison!"Janet tersenyum dengan puas, lalu berkata dengan nada sinis, "Nggak usah dibawa sedih, kamu harusnya bahagia. Orang bilang yang namanya mencintai itu nggak harus memiliki. Kamu juga berharap Harison dapat menjalani hidup yang lebih baik, 'kan?"" ... "Jacob akhirnya mengerti apa yang sedang terjadi.Tentu saja Jacob juga sudah mendengar tentang kericuhan yang Alyana sebabkan dengan merusak pesta pertunangan dan menyebabkan keributan besar di perusahaan.Wanita di depan mereka ini adalah ibu dari si bajingan itu.Jacob pun mengernyit dan hendak

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 43

    Jika bukan karena takut menakuti Alyana, kadang Nathan merasa ingin mengikat wanita itu dan langsung mengirimnya ke rumah sakit untuk menjalani kemoterapi.Nathan memang tidak pandai bicara, tetapi dia punya banyak tenaga dan sarana. Masalahnya, Nathan enggan menggunakan sumber dayanya itu terhadap Alyana, itu sebabnya dia terus menunda hingga sekarang."Terlepas dari kamu setuju atau nggak, pokoknya kamu harus menjalani kemoterapi."Nathan sengaja menggunakan nada mengancam, dia tidak menerima kata "tidak".Meskipun Alyana tidak mengerti, hatinya terasa hancur saat melihat orang-orang di sekitar tempat tidurnya.Di saat pria yang dia cintai dan keluarganya berharap dia mati, orang luar justru yang berusaha sekuat tenaga untuk membuatnya tetap hidup.Ibarat sedang tergantung di tebing, Alyana mengulurkan tangannya ke atas dengan putus asa sambil mengira orang-orang di atas akan menariknya. Pada kenyataannya, mereka justru malah menginjaknya.Saat terjatuh, Alyana baru menyadari bahwa a

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 42

    Di Rumah Sakit Alanda.Jacob membaca hasil pemeriksaan yang baru saja dia terima di ruangannya, ekspresinya berubah menjadi agak serius. "Kondisi Nona Alyana makin parah."Nathan hanya diam, auranya terasa begitu mencekam sampai-sampai satu ruangan itu terasa lebih dingin.Andreas berdiri diam di samping, dia tidak berani bernapas kencang-kencang.Padahal selama ini Alyana sehat-sehat saja, bahkan beberapa waktu lalu sempat dinas bersama Nathan.Terkadang dia lupa Alyana itu sedang sakit.Namun, dia malah tertampar kenyataan.Saat membawa Alyana ke rumah sakit, Andreas yang setinggi 180 cm itu seolah menjelma menjadi anak kecil. Pemuda itu bahkan nyaris menangis.Mana mungkin Andreas tidak panik di saat orang yang awalnya baik-baik saja mendadak pingsan?"Kok dia bisa pingsan?"Begitu mendengar nada bicara Nathan yang serius, Andreas pun buru-buru menjawab, "Hari ini ... aku mengajak Kakak ke tempat pemotretan. Ternyata kami malah bertemu Alina di studio ....""Aku meminta Kakak untuk

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status