Share

Bab 7

Author: Sahira
"Alin itu adikmu dan aku ini kakak iparnya. Apa salahnya kalau aku menjaganya?"

Harison pun mengalihkan pandangannya dari Alyana menuju Nathan. "Kamu punya hubungan apa dengan Pak Nathan? Kenapa dia mau membantumu?"

Alyana refleks mengikuti arah pandangan Harison dan langsung melihat sosok Nathan yang dibalut dengan setelan jas dan sepatu kulit sedang berjalan di bawah sinar mentari. Aura yang menguar dari tubuh pria itu terasa begitu mengintimidasi, seolah-olah semua orang di bumi ini berada di bawah kakinya.

Pertanyaan Harison itu ditujukan kepada Alyana sekaligus Nathan.

Nathan tidak mengacuhkan rasa permusuhan dari Harison dan langsung berjalan ke samping Alyana. "Apa ada yang bisa kubantu, Nona Alyana?"

Alyana sontak tersadar. "Kok Pak Nathan ...."

"Tabrakan dari belakang itu 'kan menyebabkanmu terluka. Setelah kupikir-pikir lagi, aku baru bisa tenang setelah memastikan kalau lukamu sudah sembuh."

"Terus, Andre memintaku membawakan ini buatmu," lanjut Nathan sambil menyerahkan sarapan kepada Alyana.

Tabrakan dari belakang?

Harison sontak teringat. Alyana memang pernah memberitahunya soal ini pada hari wanita itu meminta pertunangan mereka dibatalkan.

Ternyata selama ini Alyana selalu jujur dan tidak menyembunyikan apa-apa.

Harison pun teringat kembali dengan ucapannya barusan dan dia sontak merasa malu. "Alya, kok kamu nggak kasih tahu aku kalau orang yang menabrak mobilmu waktu itu adalah Pak Nathan?"

Alyana terlalu malas untuk meladeni Harison lebih lama lagi, dia merasa sudah cukup bicara.

Dia pun mengambil sarapan yang Nathan berikan sambil berkata, "Maaf jadi merepotkanmu harus datang langsung ke sini."

Padahal ini belum 24 jam berlalu, tetapi dia lagi-lagi membuat Nathan melihat sesuatu yang memalukan.

Saat ini, Alyana merasa ingin kabur saja secepatnya.

"Harison, semoga lain kali kamu menemuiku lagi sambil membawakan sahamku. Hal lainnya nggak perlu kita bicarakan lagi."

Setelah itu, Alyana menoleh dan mengajak Nathan, "Kalau Pak Nathan lagi luang, aku mau traktir minum kopi."

"Oke." Nathan mengangguk setuju.

Begitu melihat mereka berdua berbalik badan dan berjalan pergi, Harison buru-buru berkata, "Alya, kita nggak akan putus!"

Alina sontak mengernyit, dia pun menatap tajam ke arah punggung Alyana yang berjalan menjauh.

Alina baru melangkah maju setelah sosok Alyana dan Nathan tidak terlihat lagi. Dia pun bertanya dengan lembut, "Kak Harison, apa maksud 'saham' yang tadi Kakak katakan?"

"Alya-lah yang menyediakan modal awal buat perusahaanku. Dia juga ada andil kerja keras untuk perusahaan."

Harison tidak menjelaskan lebih rinci demi menjaga citranya dan berkata dengan tegas, "Dia nggak mungkin rela menyerahkannya."

"Tapi ...." Ekspresi Alina terlihat ragu. "Karena sekarang dia sudah mengenal Pak Nathan, bisa saja dia punya pemikiran lain ...."

"Alin," tegur Harison dengan tidak senang. "Nggak usah berpikiran macam-macam tentang kakakmu."

"Aku ...." Alina pun mengatupkan bibirnya, lalu berujar dengan suara pelan, "Kak Harison, aku cuma mengkhawatirkan kakakku saat ini. Aku takut dia akan melakukan sesuatu yang bodoh."

"Kalau sampai ada apa-apa, bukan cuma dia yang akan rugi. Kepentingan Kak Harison juga terusik."

Melihat Harison yang terdiam dan bimbang, Alina pun menyarankan dengan hati-hati, "'Kan Kakak sendiri yang minta diberi bagian, jadi bagaimana kalau Kak Harison kembalikan saja modal awalnya?"

"Lebih baik selesaikan masalah ini dengan Kakak sekarang. Lagian, aku yakin dengan kemampuan Kak Harison, perusahaan Kak Harison pasti akan menjadi makin maju."

Harison merasa sangat tersanjung dengan kata-kata manis Alina.

Memang benar Alyana sudah banyak membantunya selama ini, tetapi tidak berarti perusahaannya juga akan berhenti berjalan tanpa wanita itu.

Karena sekarang Alyana sendiri yang meminta bagi hasil, mungkin Harison bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk menyelesaikan masalah. Dengan begitu, Alyana tidak berhak ikut campur dalam urusan perusahaan sekalipun suatu saat nanti mereka berbaikan.

Kebetulan sekali, selama ini Harison juga selalu mencari kesempatan untuk membuktikan kepada kakeknya bahwa dia cukup mampu mewarisi bisnis Keluarga Gandhi tanpa perlu bergantung pada Alyana.

Harison pun menatap Alina dengan sorot yang sedikit lebih lembut. "Memang cuma kamu yang memikirkanku, Alin."

"Kak Harison 'kan baik banget denganku, mana mungkin aku tega melihat Kak Harison menderita?" sahut Alina sambil tersenyum dengan manis.

"Ya."

Harison mengiakan dengan singkat, lalu menengadah menatap ke arah gedung apartemen dengan tajam. "Ayo, biar kuantar kamu pulang dulu."

...

Alyana mengajak Nathan kembali ke apartemennya, lalu membuat kopi dan membawanya keluar. Saat itulah dia melihat Nathan yang sedang berdiri di depan jendela ruang tamu yang terbentang dari langit-langit.

Nathan memiliki tinggi tubuh sekitar 190 cm. Setelan jas warna biru gelap yang dia gunakan menonjolkan bahunya yang bidang dan pinggangnya yang ramping. Pembawaannya secara alamiah terlihat elegan dan berwibawa.

Apartemen Alyana yang sederhana ini tampak agak tidak pantas menyambut kehadiran Nathan.

Di saat Alyana sedang merasa malu, tiba-tiba dia malah bertatapan dengan Nathan yang sedang menoleh menghadapnya. Alyana sontak tertegun.

"Kalau kamu tetap di sini, dia akan terus datang mengganggumu."

Alyana pun tersadar dan refleks menjawab, "Apa boleh buat, aku nggak punya tempat tujuan lain."

Nathan terdiam sejenak, lalu berjalan ke arah Alyana. Dia mengambil secangkir kopi dari tangan Alyana dan berkata dengan tenang, "Kamu bisa tinggal di tempatku."

Alyana sontak kebingungan.

"Sehebat apa pun Harison, dia nggak mungkin bisa mengalahkanku."

Nathan menyesap kopinya, lalu melanjutkan, "Kalau kamu memang mau menyingkirkannya, aku bersedia membantumu."

"Eh ...." Alyana sontak menjadi ragu. "Aku nggak mungkin merepotkan Pak Nathan dengan masalah sesepele ini."

Nathan adalah orang yang mengendalikan seluruh kerajaan bisnis Keluarga Moran. Mana mungkin Alyana berani menyeret orang sehebat itu ke dalam masalah ini?

Lagi pula, mereka hanya sekadar kenal. Alyana sudah merasa terhormat dibantu Nathan satu kali. Mana mungkin dia begitu tidak tahu malu?

"Lukaku juga sebenarnya nggak begitu parah."

Alyana pun menyentuh luka di dahinya, tetapi sontak meringis kesakitan karena kurang memperhatikan, "Aduh ...."

Nathan mencengkeram pergelangan tangan Alyana sambil menatap luka di dahi wanita itu, lalu mengernyit. "Kamu nggak ke rumah sakit buat ganti perban?"

Alyana menarik tangannya dan sedikit melangkah mundur. "Nggak, ini 'kan cuma luka kecil. Aku bisa mengobatinya sendiri."

Sikap Alyana yang waspada membuat Nathan sontak menyadari bahwa dia terlalu impulsif. Dia pun berkata, "Maaf."

Setelah itu, Nathan menenggak kopinya sampai habis dan meletakkan cangkirnya di atas meja. "Kuharap kamu akan memikirkan usulanku baik-baik. Kalau ada apa-apa, langsung telepon aku saja."

Setelah itu, Nathan langsung berjalan pergi. Alyana juga tidak mengantar pria itu.

Saat dia membereskan cangkir kopi Nathan, barulah Alyana menyadari ada selembar kartu nama di bawah cangkir itu.

Dia pikir Nathan hanya sekadar bersikap sopan, ternyata pria itu serius.

Si jelmaan dewa dari Keluarga Moran yang terkenal akan ketegasannya dalam bertindak itu ternyata orang yang sangat baik hati dan ringan tangan membantu orang lain?

Alyana mengambil kartu nama itu, lalu mendadak teringat bagaimana Harison berulang kali mengatakan kepadanya seandainya saja dia punya kesempatan bertemu Nathan.

Kartu nama yang Harison impikan itu kini ada di tangan Alyana.

Sebuah pikiran jahat pun melintas dalam benak Alyana. Dia ingin memanfaatkan Nathan untuk membuat Harison benar-benar menyerah. Itu pasti akan menginjak-injak harga diri Harison.

Namun, sesaat kemudian, Alyana menyadari bahwa berurusan dengan orang seperti Nathan hanya akan menyulitkan dirinya sendiri.

Dia pun menggelengkan kepalanya dan melemparkan kartu nama itu ke dalam kotak penyimpanan di sampingnya. Ajal memang akan menjemputnya, tetapi dia juga tidak mau mati terlalu cepat.

Seberapa pendek pun hidupnya, tetap saja Alyana tidak ingin menyia-nyiakannya.

...

Di lantai bawah apartemen, Nathan masuk ke dalam mobil. Pengawalnya, Steven Hamdala, menyerahkan sebuah dokumen kepada Nathan. "Kak Nathan, ini dokumen yang Kak Nathan minta."

"Oke."

Sepanjang perjalanan, Nathan membolak-balikkan halaman dokumen itu. Makin lama, kernyitannya menjadi makin kentara dan hasrat membunuh pun terpancar di sorot tatapannya.

Ternyata seperti inilah kehidupan yang Alyana lalui selama ini!

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 8

    Dalam satu minggu, Alyana menerima berbagai macam paket. Tentu saja dia membuang semuanya ke tempat sampah.Kebetulan sekali hari ini ada sebuket besar bunga mawar berwarna kuning yang sudah mekar sempurna dikirimkan kepadanya.Si kurir membawakan buket itu dengan susah payah ke depan pintu, dia sampai banjir keringat saking lelahnya. "Halo, paket Anda tiba."Begitu dia selesai berbicara, pintu pun terbuka.Alyana hanya melirik tanda tangan yang tertera pada kartu, lalu langsung berkata, "Tolong langsung buang saja ke bawah.""Eh?" Kurir itu sontak tertegun. "Tapi, bunganya bagus banget ....""Makan tempat."Alyana menyahut dengan singkat sambil tersenyum, lalu menutup pintu.Dulu, dia paling hanya setahun dua kali menerima bunga. Satu kali pada hari ulang tahunnya dan satu kali lagi pada hari jadinya dengan Harison. Alyana memperlakukan kedua buket bunga itu sebagai harta karun. Dia menyimpannya sampai bunganya kering.Sekarang, dia malah mendapatkan bunga setiap hari. Namun, Alyana m

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 9

    Setelah dipikir-pikir, Harison beranggapan bahwa Alyana bisa sesombong ini karena dia berulang kali berusaha untuk menunjukkan niat baiknya.Kaum wanita memang tidak boleh dimanja!Itu sebabnya Harison sengaja mengabaikan Alyana selama satu minggu ini.Hari ini, perusahaan sedang mengadakan rapat pemegang saham. Harison duduk di kursi utama sambil mendengarkan laporan karyawannya tentang kinerja kuartal ketiga.Tiba-tiba, pintu ruang rapat pun terbuka.Alyana berjalan di depan dengan diikuti oleh sekelompok wartawan."Apa-apaan ini, Alyana!" tegur Harison sambil bangkit berdiri."Bukan apa-apa, aku cuma berpikir kalau para pemegang saham berhak tahu yang sebenarnya. Sekalian aku bisa dapat uang dengan membocorkan informasi kepada pihak media."Alyana pun menyipitkan matanya dan tersenyum. "Kalau nggak, uang yang kamu kasih itu bahkan nggak cukup jadi uang jajanku.""Kamu sudah gila, ya!" kata Harison dengan murka."Ya, aku memang gila. Kamu yang bikin aku gila."Alyana menatap para pem

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 10

    "Masih.""Kalau gitu, apa aku boleh tinggal di rumahmu?"Nathan sontak kebingungan.Bahkan sampai ada sekelibat emosi yang muncul di wajah pengawal yang mengikuti Nathan dalam diam.Steven pun melirik Alyana. Nyali wanita satu ini besar juga sampai dia berani-beraninya mengajukan permintaan seperti itu.Perlu diketahui, majikannya ini paling suka dengan ketenangan. Para pelayan di rumah bahkan harus memasuki vila di waktu yang berbeda dari Nathan."Boleh."Ekspresi Steven langsung berubah begitu mendengar jawaban Nathan.Dia menatap Nathan dengan tidak percaya. Apa benar jawaban itu keluar dari mulut majikannya?"Tenang saja, aku nggak akan asal menumpang."Alyana mengeluarkan ponselnya dan mengetuk-ngetuk layarnya, lalu menunjukkannya kepada Nathan. "Tolong masukkan kontakmu dan sebutkan harganya. Anggap saja aku lagi menyewa kamar di rumahmu.""Aku akan sebisa mungkin berusaha agar setiap harinya nggak mengusikmu ataupun kegiatanmu. Abaikan saja aku sekalian juga nggak masalah.""Ngg

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 11

    Harison pun mengantar Alina kembali ke rumah Keluarga Imano. Begitu memasuki pintu, para anggota Keluarga Imano langsung mengerubunginya dan bertanya bagaimana situasinya."Harison, apa semua berita di internet itu benar?""Gimana kondisi perusahaanmu saat ini? Apa kamu benar-benar ingin membagikan sahammu ke Alya?"" ... ""Kalian jangan tanya-tanya lagi," kata Alina dengan nada tertekan. "Kak Harison sudah cukup merasa kesal, jadi tolong kalian semua jangan makin memperumit kondisi."Barulah pada saat itu Imelda menyadari bahwa Alina sedari tadi menutupi lengannya. "Lenganmu kenapa?""Nggak apa-apa, ini cuma masalah sepele."Alina menjawab dengan santai dan hendak menyembunyikan lengannya, tetapi Harison menariknya.Harison pun menyingsingkan lengan baju Alina dan sontak mengernyit begitu melihat memar di lengan gadis itu. "Biar kuantar ke rumah sakit.""Nggak apa-apa kok."Alina menyahut sambil tersenyum, "Aku senang yang penting Kak Harison nggak terluka."Harison merasa sangat tid

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 12

    Keesokan harinya, Alyana baru melihat pemberitaan panas ini.Pikirannya sontak teralihkan, dia bahkan lupa tangannya yang satu lagi sedang menuangkan air dari dalam ketel.Tiba-tiba, pergelangan tangannya dicengkeram.Alyana pun terhenyak dan refleks mendongak. Nathan sedang menatapnya dengan tenang."Kamu lagi serius mikirin apa?"Barulah Alyana tersadar dari lamunannya, dia buru-buru menarik tangannya untuk menyimpan ketel. "Aku cuma lagi melihat ponselku ...."Setelah jeda sebentar, Alyana pun menunjukkan layar ponselnya kepada Nathan. "Kemarin, aku dan Andreas pergi keluar sebentar, tapi ternyata ada yang memfoto kami. Sepertinya ini cukup gawat buat Andreas.""Apa perlu kubicarakan soal ini dengannya untuk membuat klarifikasi?"Alyana jarang membaca berita soal dunia hiburan, jadi dia tidak tahu bahwa Andreas adalah seorang artis yang sedang bersiap untuk debut. Seandainya saja dia tahu, dia pasti akan lebih berhati-hati."Nggak usah."Tepat begitu Nathan selesai bicara, Andreas p

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 13

    Di saat Alyana masih belum angkat bicara, Alina sudah lebih dulu berlutut memohon di atas lantai."Kak, tolong maafkan Kak Harison ....""Bukannya Kakak sangat mencintainya?" isak Alina. "Kenapa Kakak tega-teganya membiarkannya menderita seperti ini? Dia bisa kenapa-kenapa kalau terus dipukuli Kakek Rekasa begini!"Janet juga berseru menimpali, "Alyana, apa kamu benar-benar mau membunuh anakku? Kamu baru puas kalau sudah begitu?"Alyana pun meletakkan cangkir tehnya dan menatap Alina dengan tenang. "Pertama, kamu nggak berhak mempertanyakan aku mencintainya atau nggak. Kedua, kamu juga nggak berhak merasa kasihan melihat dia kesakitan.""Dia sudah melakukan kesalahan terhadapku, jadi dia pantas menerima balasannya.""Memangnya apa yang sudah Harison lakukan padamu, hah!" sahut Janet dengan nada tinggi. "Sedari awal, cuma kamu yang jadi pacar dan tunangannya!""Anakku itu sangat hebat! Dia sudah melakukan segalanya dan memperlakukanmu dengan baik! Kamu masih mau apa lagi, hah!""Benar j

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 14

    Malam harinya, Andreas menjemput Alyana tepat waktu.Sesampainya di tempat tujuan, Alyana refleks melangkah mundur begitu melihat papan nama bar yang cantik."Kayaknya aku nggak pantas datang ke tempat kayak gini deh?""Kenapa nggak pantas?"Andreas langsung menarik Alyana keluar dari mobil. "Teman-temanku sudah menunggu di dalam!"Alyana terpaksa mengikuti Andreas masuk. Begitu masuk, lantunan musik yang mengentak dan aroma parfum langsung menerpa.Setelah berjalan melewati kerumunan dan memasuki bilik VIP, Andreas menarik Alyana yang masih belum bereaksi untuk duduk di sebelahnya. Dia memperkenalkan satu per satu teman-temannya.Alyana belum pernah ke bar sebelumnya. Matanya terasa sakit karena penerangan bar yang silau, dia tidak dapat mengenali siapa pun. Dia hanya bisa memaksakan seulas senyuman untuk melewati saat ini."Oh, ini dia yang kamu tabrak dari belakang itu! Dia cantik banget! Jangan bilang kamu sengaja menabraknya karena terpesona sama kecantikannya?""Benar juga, itu s

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 15

    Suasana di dalam mobil terasa begitu mencekam, suara Andreas yang diam-diam menelan ludahnya saja dapat terdengar dengan jelas.Alyana menatap Nathan dan Andreas secara bergantian selama beberapa saat, lalu akhirnya berdeham dan angkat bicara, "Tuan Nathan, masalah ini bermula dari aku ....""Kalau dia nggak bisa mengendalikan tangan dan kakinya sendiri padahal sudah berumur 20 tahun, itu berarti dia yang bermasalah."Nathan menyela Alyana dengan suara yang dalam, nada bicaranya terdengar sangat tidak senang.Sore tadi, pihak bar meneleponnya dan memberitahunya bahwa Andreas digiring pergi oleh pihak kepolisian karena berkelahi.Nathan pun bergegas keluar, dia bahkan tidak mengganti piamanya. Untung saja Alyana baik-baik saja atau Nathan pasti sudah mematahkan kaki Andreas hari ini."Mulai sekarang, kamu nggak boleh mengajak Nona Alyana keluar lagi. Aku nggak peduli soal perilakumu pas lagi sendirian di luar sana, tapi kamu berdosa kalau membuat orang lain terlibat dalam masalah."Nath

Pinakabagong kabanata

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 50

    Kualitas makanan toko itu sesuai dengan reputasinya, tetapi Alyana sudah tidak nafsu makan.Andreas tahu suasana hati Alyana sedang kurang baik, jadi dia mengantar Alyana pulang ke Vila Mimosa lebih cepat."Kak."Andreas menatap Alyana yang turun dari mobil dengan ragu-ragu, lalu bertanya, "Apa Kakak jadi marah pada Paman gara-gara ucapan Harison?""Nggak kok. Kamu hati-hati di jalan, ya."Alyana langsung berjalan menuju vila.Andreas pun menundukkan kepalanya dan mengirim pesan kepada Nathan untuk melaporkan secara singkat apa yang terjadi di toko makanan penutup.Nathan melirik pesan yang baru masuk ke ponselnya itu bertepatan dengan bunyi Alyana yang mendorong pintu dan berjalan masuk.Alyana sedang mengganti sepatu di pintu masuk. Dia sontak terkejut saat melihat sepatu kulit pria di lemari sepatu. Ternyata hari ini Nathan pulang cukup cepat.Begitu memasuki ruang tamu, Alyana langsung disambut oleh tatapan Nathan.Mereka berdua pun terdiam.Alyana mengangguk dan hendak naik ke ata

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 49

    Harison tidak bisa lagi mengendalikan emosinya yang seolah mendidih. Dia pun berjalan menghampiri Alyana, lalu menggebrak meja dan mencondongkan tubuhnya menatap Alyana. "Seru?""Menarik juga melihat mantan pacarku pergi kencan buta," jawab Alyana dengan santai.Kata-kata "mantan pacar" itu menusuk ulu hati Harison dengan tepat.Dia mencengkeram pergelangan tangan Alyana dengan kuat, lalu berkata sambil menggertakkan gigi, "Alyana, kamu mau melangkah sejauh apa sebelum sudi kembali? Kamu tahu nggak kamu nyaris menghancurkan perusahaan?"Alyana sontak kebingungan.Bukankah Harison sendiri yang hampir menghancurkan perusahaan?Harison sendiri yang mengambil jalan pintas dan melakukan pembongkaran menggunakan kekerasan, semua itu tidak ada hubungannya dengan Alyana."Harison, bisa nggak sih kamu nggak usah selalu menuduh orang? Kayak anjing gila saja main gigit orang," sahut Alyana dengan ekspresi dingin."Oh.""Kamu masih mau berpura-pura?" cibir Harison. "Kalau bukan kamu yang memberi t

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 48

    Sesampainya di toko makanan penutup, Andreas memesan sesuai dengan panduan yang dia baca secara daring. Dia juga berkata dengan bangga kepada Alyana, "Kak, kujamin Kakak bakal suka banget sama makanannya!""Kalau gitu, aku ucapin terima kasih dulu," kekeh Alyana.Suasana di Vila Mimosa sangat tenang dan jarang kedatangan tamu, tetapi tetap saja rasanya agak terlalu sepi.Nathan selalu pergi pagi dan pulang larut malam. Alyana sendiri tidur lebih cepat dan bangun siang demi menjaga kesehatannya. Itu sebabnya mereka jarang bertemu walaupun tinggal serumah.Untungnya, Andreas akan selalu datang bermain dengannya setiap kali sedang luang. Dengan begitu, Alyana tidak mati bosan di dalam rumah yang besar itu.Pokoknya, hari ini Alyana bertekad mentraktir Andreas.Setelah memutuskan, Alyana pun pergi ke kasir untuk membayar tagihan sementara Andreas pergi ke kamar mandi.Saat berbalik, Alyana secara tidak sengaja menabrak seseorang. Tepat saat dia hendak meminta maaf, dia justru mencium aroma

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 47

    Royan pun menghela napas dan berkata, "Anggap saja ini adalah kompensasi dari Keluarga Imano untuknya."Alina memeluk Royan yang mengalah dengan gembira, lalu berkata dengan manja, "Sudah kuduga, Ayah memang pengertian banget!"...Seminggu kemudian, Alyana akhirnya mendapatkan kabar itu juga.Asisten Harison-lah yang meneleponnya.Alyana sendiri yang merekrut asisten itu, jadi asisten itu juga tahu bahwa usaha dan kerja keras Alyana-lah yang membesarkan perusahaan selama ini.Asisten itu berpikir sejenak sebelum melaporkan kabar itu kepada Alyana."Apa ... Kak Alyana akan menyesal?"Waktu itu Alyana begitu bertekad untuk mendapatkan pembagian saham sehingga sekarang Alina-lah yang menjadi pemegang saham terbesar perusahaan dalam sekejap.Alina juga tidak perlu membantu Harison dari balik layar seperti yang Alyana lakukan. Alina dapat berdiri di samping Harison untuk mengelola perusahaan bersama-sama secara sah.Asisten itu merasa kasihan kepada Alyana, itu sebabnya dia bertanya sepert

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 46

    Setelah mengantar Alyana ke Vila Mimosa dengan selamat, Andreas pun mengirim pesan dan melapor kepada Nathan.Nathan melirik ponselnya dengan sedikit acuh tak acuh."Berbeda dari rencana kita, perusahaannya Harison nggak menerbitkan saham baru.""Untuk saat ini, kondisi perusahaan Harison berhasil stabil berkat investasi pribadi Alina," ujar asisten Nathan melaporkan hasil penyelidikannya."Nominalnya cukup besar, jadi seharusnya nggak bisa Alina tarik sekaligus. Aku sudah memeriksa catatan transaksi di rekening pribadinya, ternyata ada rekening luar negeri yang mentransferkan uang padanya belum lama ini."Asisten itu mengangguk sedikit. "Sayangnya, kami nggak bisa menemukan informasi yang lebih mendetail karena rekening ini memiliki tingkat kerahasiaan yang sangat tinggi.""Sepertinya Alina bukan orang sembarangan."Nathan mengetuk-ngetukkan ujung jarinya ke atas laporan.Di rencana awalnya, Nathan memprediksi Harison yang sudah tidak mampu lagi menahan tekanan akan menerbitkan saham

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 45

    Mana mungkin ucapan Alyana tadi adalah sebuah fakta? Tentu saja itu semata-mata adalah titik sensitif bagi Janet maupun Alina....Setelah keluar dari rumah sakit, Alyana melihat Andreas yang sedang memegang sebuket bunga besar di kejauhan. Pemuda itu sedang tersenyum padanya di bawah sinar matahari.Mawar merah yang Andreas bawa tampak hangat, tetapi justru senyuman Andreas-lah yang terlihat lebih cerah dan cemerlang.Alyana berjalan menghampiri Andreas dan tersenyum dengan tidak berdaya. "Apa kamu harus heboh begini?""Tentu saja! Setiap kali Kakak keluar dari rumah sakit setelah kemoterapi, aku akan membelikan Kakak bunga. Kalau kondisi Kakak sudah benar-benar membaik, nanti kubawakan sekeranjang bunga!"Andreas menjejalkan buket bunga itu ke dalam pelukan Alyana. "Kak, Kakak lebih cantik daripada bunga."Alyana hanya balas tersenyum.Dia tahu betul seperti apa penampilannya. Dia menyadari bahwa Andreas berkata seperti itu demi menghiburnya.Tenaga dan semangat Alyana sudah banyak t

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 44

    "Cuma hampir."Alyana tetap menyahut dengan cuek, lalu menoleh menatap Jacob. "Aku pulang dulu, Dokter Jacob.""Oke."Jacob mengiakan, lalu hendak mengantar Alyana keluar.Namun, Janet bergegas melangkah maju dan menghalangi mereka. "Jangan mencoba kabur, Dokter Jacob! Aku sudah sampai mengejarmu ke sini, jadi hari ini kamu harus melakukan pemeriksaan!""Alyana, aku tahu kamu sengaja melakukan semua ini karena kamu kesal gagal memiliki Harison!"Janet tersenyum dengan puas, lalu berkata dengan nada sinis, "Nggak usah dibawa sedih, kamu harusnya bahagia. Orang bilang yang namanya mencintai itu nggak harus memiliki. Kamu juga berharap Harison dapat menjalani hidup yang lebih baik, 'kan?"" ... "Jacob akhirnya mengerti apa yang sedang terjadi.Tentu saja Jacob juga sudah mendengar tentang kericuhan yang Alyana sebabkan dengan merusak pesta pertunangan dan menyebabkan keributan besar di perusahaan.Wanita di depan mereka ini adalah ibu dari si bajingan itu.Jacob pun mengernyit dan hendak

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 43

    Jika bukan karena takut menakuti Alyana, kadang Nathan merasa ingin mengikat wanita itu dan langsung mengirimnya ke rumah sakit untuk menjalani kemoterapi.Nathan memang tidak pandai bicara, tetapi dia punya banyak tenaga dan sarana. Masalahnya, Nathan enggan menggunakan sumber dayanya itu terhadap Alyana, itu sebabnya dia terus menunda hingga sekarang."Terlepas dari kamu setuju atau nggak, pokoknya kamu harus menjalani kemoterapi."Nathan sengaja menggunakan nada mengancam, dia tidak menerima kata "tidak".Meskipun Alyana tidak mengerti, hatinya terasa hancur saat melihat orang-orang di sekitar tempat tidurnya.Di saat pria yang dia cintai dan keluarganya berharap dia mati, orang luar justru yang berusaha sekuat tenaga untuk membuatnya tetap hidup.Ibarat sedang tergantung di tebing, Alyana mengulurkan tangannya ke atas dengan putus asa sambil mengira orang-orang di atas akan menariknya. Pada kenyataannya, mereka justru malah menginjaknya.Saat terjatuh, Alyana baru menyadari bahwa a

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 42

    Di Rumah Sakit Alanda.Jacob membaca hasil pemeriksaan yang baru saja dia terima di ruangannya, ekspresinya berubah menjadi agak serius. "Kondisi Nona Alyana makin parah."Nathan hanya diam, auranya terasa begitu mencekam sampai-sampai satu ruangan itu terasa lebih dingin.Andreas berdiri diam di samping, dia tidak berani bernapas kencang-kencang.Padahal selama ini Alyana sehat-sehat saja, bahkan beberapa waktu lalu sempat dinas bersama Nathan.Terkadang dia lupa Alyana itu sedang sakit.Namun, dia malah tertampar kenyataan.Saat membawa Alyana ke rumah sakit, Andreas yang setinggi 180 cm itu seolah menjelma menjadi anak kecil. Pemuda itu bahkan nyaris menangis.Mana mungkin Andreas tidak panik di saat orang yang awalnya baik-baik saja mendadak pingsan?"Kok dia bisa pingsan?"Begitu mendengar nada bicara Nathan yang serius, Andreas pun buru-buru menjawab, "Hari ini ... aku mengajak Kakak ke tempat pemotretan. Ternyata kami malah bertemu Alina di studio ....""Aku meminta Kakak untuk

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status