Share

Bab 3

Penulis: Sahira
Sesuai rencana, pesta pertunangan pun tiba.

Rekasa Gandhi, kakeknya Harison, sangat menyukai Alyana. Itu sebabnya dia sengaja mengadakan pesta pertunangan secara megah, serta mengundang teman-temannya dari berbagai kalangan keluarga kaya raya.

Kilau perhiasan, serta suara tawa yang gembira memenuhi aula pesta.

Harison berdiri di pintu sambil tersenyum menyambut para tamu yang datang, tetapi di dalam hati merasa cemas.

Sebentar lagi acaranya akan dimulai, tetapi kenapa Alyana belum datang juga?

Rekasa pun menghampiri cucunya, lalu bertanya dengan ekspresi serius, "Kamu bertengkar lagi sama Alya?"

"Nggak, Kakek," bantah Harison dengan cepat. "Kakek jangan asal menebak dong."

"Semoga beneran nggak, ya," kata Rekasa sambil memelototi Harison dengan kesal. "Alya adalah cucu menantu yang Kakek pilih. Kalau sampai pesta pertunangan hari ini kenapa-kenapa, kamu nggak boleh pulang ke rumah Keluarga Gandhi!"

"Tenang saja, Kakek, pasti nggak akan kenapa-kenapa."

Di saat mereka berdua sedang mengobrol, tiba-tiba Rekasa melihat sosok Alyana. Lelaki tua itu langsung tersenyum. "Alya!"

Harison pun mengikuti arah pandangan Rekasa. Alyana sedang berjalan ke arah mereka dengan mengenakan gaun berwarna putih yang memeluk lekuk tubuhnya dan sepatu hak tinggi.

Harison refleks mengangkat alisnya sedikit dengan puas dan lega. Memangnya kenapa jika Alyana pindah dari vila? Pada akhirnya juga wanita itu tetap kembali kepada Harison dengan patuh.

Akan tetapi, Alyana ternyata langsung berjalan menghampiri Rekasa, bahkan tanpa melirik ke arah Harison.

"Kenapa kamu datangnya telat banget?"

"Sudah kubilang 'kan, Kakek? Alya kelupaan sesuatu di menit-menit terakhir, dia harus bolak-balik dan itu memakan waktu yang cukup lama."

Harison bergegas menjawab pertanyaan kakeknya, lalu memanfaatkan kesempatan untuk merangkul bahu Alyana. "Alya, lain kali biarkan saja suruh orang membereskan masalah sepele begini, kalau nggak nanti Kakek pikir kita lagi bertengkar di hari yang bahagia."

Ucapan ini benar-benar tidak bercela.

Karena Harison memperingatkan Alyana untuk bersikap dengan bijaksana dan tidak terbawa emosi di hari-hari seperti ini sambil tetap terlihat penuh kasih sayang dari luar.

Lama sekali Alyana hanya balas menatap Harison tanpa berkomentar apa pun.

Rekasa memandangi mereka berdua bolak-balik, entah kenapa firasatnya mengatakan ada yang aneh. Namun, dia terlalu malas mencari tahu di tengah momen seperti sekarang.

"Ya sudah, yang penting kalian baik-baik saja. Hari ini orang dari Keluarga Moran itu juga akan datang. Nanti ...."

Ucapan Rekasa sontak terhenti karena dia melihat seseorang yang tidak jauh darinya. Rekasa buru-buru menyapa orang itu sambil tersenyum, "Wah, ini namanya panjang umur! Pas sekali Tuan Nathan datang!"

Harison sontak tertegun. Ternyata kakeknya bisa mengundang si jelmaan dewa dari Keluarga Moran itu?

Di Kota Anjelo, Keluarga Moran adalah yang paling berkuasa dan terkemuka.

Keluarga Moran memiliki kerajaan bisnis dan banyak orang yang hebat, tetapi hanya Nathan Moran yang benar-benar luar biasa. Setelah menyelesaikan studinya, dia langsung mengambil alih seluruh bisnis keluarga. Dia bahkan mampu membuat bisnis Keluarga Moran maju pesat hanya dalam beberapa tahun.

Tokoh sehebat ini juga hanya mau muncul di pemberitaan sektor keuangan, dia jarang bergaul dalam lingkaran sosial orang kaya.

Harison sama sekali tidak menyangka seorang Nathan Moran akan menghadiri pesta pertunangannya!

Harison benar-benar terkejut. Dia langsung mencampakkan Alyana dan berjalan mengikuti kakeknya dari belakang untuk menyambut Nathan.

Tentu saja Alyana merasa gembira karena merasa lebih damai dan tenang. Dia pun bersiap mencari makanan untuk mengisi perutnya sekarang atau nanti dia tidak akan bisa makan apa-apa lagi.

Dia tidak menyadari ada sepasang mata yang mengikutinya dari belakang.

Seorang pemuda yang berdiri di samping Nathan tampak menggaruk kepalanya dengan bingung. "Paman, kayaknya aku pernah melihat wanita itu?"

Nathan balas melirik pemuda itu dengan tenang sambil berkata, "Jaga sikap sedikit."

" ... "

Pemuda itu sontak merasa agak sedih. Masa pamannya mengira dia akan memulai percakapan dengan taktik kuno seperti itu!

...

Sementara itu, Alyana baru saja memakan sepotong kecil kue ketika dia mendengar suara Alina di belakangnya.

"Kakak, syukurlah Kakak datang! Kukira Kakak masih marah padaku dan Kak Harison!"

Alina sengaja menaikkan nada terakhirnya agar suaranya yang lembut itu terkesan polos dan ceria.

Panggilan yang akrab dan suara yang terdengar ramah.

"Kakak, aku yang salah waktu itu. Semua kesalahpahaman itu terjadi gara-gara Kak Harison yang menurut padaku."

Alina memegang tangan Alyana sambil berkata dengan sok sepenuh hati, "Itu semua salahku."

Alyana yang tidak tahan pun langsung menarik tangannya dengan ekspresi datar.

"Apa-apaan sikapmu ini!" tegur Imelda yang melihat kejadian ini dengan kesal. "Adikmu lagi minta maaf padamu!"

Kakak keduanya, Arifin Imano, juga menatap Alyana dengan kesal. "Alyana, kamu jangan bikin malu, ya!"

"Memangnya ada aturan yang mengatakan kalau minta maaf itu sudah pasti harus dimaafkan?"

Alyana memandang para anggota Keluarga Imano. Mereka semua berdiri di belakang Alina, seolah-olah Alina adalah anggota keluarga mereka.

Sementara Alyana satu-satunya yang terpisah dari mereka.

Sebelumnya Alyana berusaha sebisa mungkin untuk menyesuaikan diri, tetapi sekarang .... Lebih baik tidak usah memaksakan diri apabila dia memang tidak bisa diterima menjadi anggota Keluarga Imano.

Sama sekali tidak sepadan dengan waktunya yang hanya tersisa sedikit ini.

"Lagian ...." Alyana pun melirik Alina. "Dia harus minta maaf atas banyak hal padaku."

Alina pandai memanipulasi dan memahami isi hati orang lain. Poin lebih pentingnya lagi adalah walaupun hatinya jahat, otaknya tidak bodoh.

Alyana sudah lama tahu bahwa Alina sengaja mendekati Harison. Alina juga pasti akan selalu mencari alasan supaya bisa sesekali meminta tolong pada Harison.

Awalnya, Harison menggerutu pada Alyana, "Kenapa sih Alina ngerepotin banget?"

Namun, lama-kelamaan Harison makin jarang mengeluh. Pria itu bahkan mulai menawarkan bantuan. Perasaannya sudah mulai memihak pada Alina.

Harus Alyana akui, dia bukanlah tandingan Alina dalam perihal memanipulasi orang lain. Bisa dibilang Alyana kalah total.

Karena Alyana tidak mungkin bisa menang, dia juga tidak mau terus beradu kemampuan.

Lagi pula, apa gunanya juga mengambil hati orang lain? Memangnya itu bisa memperpanjang nyawanya?

Saat Alyana sedang menenangkan pikirannya, pembawa acara yang berada di atas panggung sudah mulai mengetes mikrofon.

Royan pun mengambil sikap sebagai seorang kepala keluarga, dia menegur Alyana dengan nada serius, "Ini hari baikmu, jadi jangan bersikap bodoh dan jangan sampai mempermalukan kedua belah pihak."

Alyana langsung berbalik badan dan berjalan menuju panggung tanpa memberikan tanggapan apa pun.

"Hei!" tegur Arifin dengan geram. "Kamu nggak pernah diajari etika ya, Alyana? Ayah tadi bicara padamu ...."

Royan pun meraih lengan Arifin sambil berkata, "Sudah, sudah, kamu nggak usah marah-marah."

Arifin menoleh ke Alina dan berkata, "Alin, kamu nggak perlu meminta maaf kepada pecundang seperti dia. Dia pikir dia hebat karena memiliki darah Keluarga Imano di nadinya, tapi sebenarnya, dia bahkan nggak sebanding denganmu sama sekali!"

"Kak Arifin, jangan bilang begitu soal Kakak ..." timpal Alina dengan suara yang lembut.

"Kamu selalu saja membelanya, tapi apa dia menghargai kebaikanmu? Dia itu nggak tahu berterima kasih!"

Arifin balas mendengkus dengan kesan menghina. "Aku benar-benar berharap dia nggak kembali ke Keluarga Imano! Cukup kamu saja yang jadi adikku!"

Royan langsung memelototi Arifin dengan sorot memperingatkan sehingga putra keduanya itu mau tidak mau diam.

Tepat pada saat itu, suara Alyana terdengar bergema di penjuru aula pesta melalui pengeras suara.

"Terima kasih banyak atas kehadiran kalian semua di pesta hari ini, tapi mohon maaf, sepertinya hari ini kalian akan kecewa."

Binar lampu membuat gaun sutra putih yang Alyana gunakan tampak bersinar dengan lembut. Dia jadi terlihat begitu anggun dan elegan.

Semua orang sontak menatap Alyana dengan bingung. Dia pun melepaskan cincin berlian yang berukuran cukup besar di jarinya, lalu tangannya yang mungil itu melemparkan cincinnya dengan tepat ke atas menara gelas berisi sampanye.

"Karena aku secara sepihak membatalkan pertunangan ini. Mulai hari ini, aku nggak ada sangkut-pautnya lagi dengan Harison."

Semua orang langsung menjadi gempar.

"Hah? Aku nggak salah dengar, 'kan? Alyana membatalkan pertunangannya?"

"Ya ampun! Apa Alyana dirasuki sesuatu? Dia akhirnya berhasil mencapai puncak kehidupan setelah susah payah bersikap menjilat, tapi kenapa sekarang malah menyerah?"

" ... "

Para tamu sontak sibuk berdiskusi, membuat suasana menjadi sangat kacau.

Nathan berdiri di tengah dengan ekspresi datar. Auranya yang dingin membuatnya terpisah dari orang-orang di sekitarnya dengan jelas.

Pemuda di sebelahnya pun menepuk dahinya sambil berkata, "Oh, aku ingat sekarang! Dia itu 'kan wanita yang kabur dari rumah sakit setelah kita tabrak dari belakang waktu itu! Dia menderita tumor otak yang ganas!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 4

    "Wah, nggak kusangka, ya! Ternyata dia tokoh utama dalam pesta pertunangan ini!"Pemuda itu menatap panggung dengan sorot kaget sekaligus berbinar gembira. "Wah, dia hebat sekali! Padahal Keluarga Gandhi sengaja mengadakan pesta besar begini, tapi dia malah menghancurkannya begitu saja!""Paman, untung kita datang ke pesta pertunangan hari ini!"Saking gembiranya, pemuda itu sampai tidak menyadari sorot tatapan Nathan yang tertuju pada Alyana. Ada semacam perasaan misterius yang berkilat dalam pandangannya dan tidak terlihat karena tidak terkena pancaran cahaya.Sementara itu, Harison yang berada di atas panggung pun bergegas menghampiri Alyana sambil tersenyum dengan kikuk. Dia memeluk Alyana dengan paksa sambil berkata, "Mohon maaf, Alya cuma bercanda. Dia bilang begitu demi menghidupkan suasana.""Ya 'kan, Alya?"Harison bertanya sambil setengah menggertakkan giginya, nada suaranya terdengar sangat mengancam."Aku nggak bercanda," jawab Alyana dengan tegas, ekspresinya tetap terliha

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 5

    Setelah keluar dari hotel, seorang pemuda bergegas keluar dan menghampiri Alyana dengan penuh semangat. "Kak, Kakak tangguh banget! Padahal di sana ada begitu banyak orang, tapi Kakak benar-benar nggak peduli dengan citra Keluarga Gandhi ataupun Keluarga Imano!""Kak, kalau menurutku sih, harusnya Kakak tampar saja si pasangan bajingan itu masing-masing sekali ....""Kamu siapa?"Alyana merasa agak tercengang. Sepertinya pemuda satu ini tidak asing?"Aku ...."Pemuda itu pun menggaruk kepalanya dengan canggung. "Seminggu yang lalu, aku lagi nyetir dan nggak sengaja menabrak bagian belakang taksi yang Kakak tumpangi.""Oh ...."Alyana balas menanggapi dengan malas, dia tidak berniat membahas insiden itu lagi."Kakak, kamu ....""Andre."Andreas Moran sontak terdiam begitu mendengar nada memperingatkan dalam suara Nathan. Dia hanya menatap Alyana dengan bersemangat.Bergaul dalam lingkungan orang kaya membuat Andreas sudah sering melihat para orang dewasa yang munafik, jadi dia mengangga

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 6

    "Karena melihat kamu membela apa yang benar dengan berani.""Aku langsung mengenali Kakak begitu melihat Kakak," sela Andreas sambil mengemudi. "Jadi, aku memberi tahu pamanku dan dia berinisiatif membantu Kakak. Pamanku itu paling nggak suka berutang pada orang lain.""Ya, 'kan, Paman?"Nathan hanya diam.Andreas pikir tebakannya benar, dia pun mengangkat alisnya dengan bangga. "Orang bilang yang namanya keberuntungan dan kemalangan itu selalu berdampingan. Akhirnya hari ini aku melihat hal itu terjadi. Ternyata walaupun Kakak malang karena kami tabrak dari belakang, hari ini justru Kakak beruntung karena hal itu!""Kamu yang salah karena menyetir ugal-ugalan, tapi kamu masih cari alasan?" tegur Nathan dengan kesal.Andreas pun terkekeh dengan kikuk. "Aku 'kan cuma mau menghibur kakak satu ini? Setelah mengalami hal seperti tadi, suasana hatinya pasti nggak enak banget, 'kan?""Aku nggak apa-apa kok," jawab Alyana sambil tersenyum. "Tapi, ucapanmu memang benar."Keberuntungan dan kema

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 7

    "Alin itu adikmu dan aku ini kakak iparnya. Apa salahnya kalau aku menjaganya?"Harison pun mengalihkan pandangannya dari Alyana menuju Nathan. "Kamu punya hubungan apa dengan Pak Nathan? Kenapa dia mau membantumu?"Alyana refleks mengikuti arah pandangan Harison dan langsung melihat sosok Nathan yang dibalut dengan setelan jas dan sepatu kulit sedang berjalan di bawah sinar mentari. Aura yang menguar dari tubuh pria itu terasa begitu mengintimidasi, seolah-olah semua orang di bumi ini berada di bawah kakinya.Pertanyaan Harison itu ditujukan kepada Alyana sekaligus Nathan.Nathan tidak mengacuhkan rasa permusuhan dari Harison dan langsung berjalan ke samping Alyana. "Apa ada yang bisa kubantu, Nona Alyana?"Alyana sontak tersadar. "Kok Pak Nathan ....""Tabrakan dari belakang itu 'kan menyebabkanmu terluka. Setelah kupikir-pikir lagi, aku baru bisa tenang setelah memastikan kalau lukamu sudah sembuh.""Terus, Andre memintaku membawakan ini buatmu," lanjut Nathan sambil menyerahkan sar

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 8

    Dalam satu minggu, Alyana menerima berbagai macam paket. Tentu saja dia membuang semuanya ke tempat sampah.Kebetulan sekali hari ini ada sebuket besar bunga mawar berwarna kuning yang sudah mekar sempurna dikirimkan kepadanya.Si kurir membawakan buket itu dengan susah payah ke depan pintu, dia sampai banjir keringat saking lelahnya. "Halo, paket Anda tiba."Begitu dia selesai berbicara, pintu pun terbuka.Alyana hanya melirik tanda tangan yang tertera pada kartu, lalu langsung berkata, "Tolong langsung buang saja ke bawah.""Eh?" Kurir itu sontak tertegun. "Tapi, bunganya bagus banget ....""Makan tempat."Alyana menyahut dengan singkat sambil tersenyum, lalu menutup pintu.Dulu, dia paling hanya setahun dua kali menerima bunga. Satu kali pada hari ulang tahunnya dan satu kali lagi pada hari jadinya dengan Harison. Alyana memperlakukan kedua buket bunga itu sebagai harta karun. Dia menyimpannya sampai bunganya kering.Sekarang, dia malah mendapatkan bunga setiap hari. Namun, Alyana m

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 9

    Setelah dipikir-pikir, Harison beranggapan bahwa Alyana bisa sesombong ini karena dia berulang kali berusaha untuk menunjukkan niat baiknya.Kaum wanita memang tidak boleh dimanja!Itu sebabnya Harison sengaja mengabaikan Alyana selama satu minggu ini.Hari ini, perusahaan sedang mengadakan rapat pemegang saham. Harison duduk di kursi utama sambil mendengarkan laporan karyawannya tentang kinerja kuartal ketiga.Tiba-tiba, pintu ruang rapat pun terbuka.Alyana berjalan di depan dengan diikuti oleh sekelompok wartawan."Apa-apaan ini, Alyana!" tegur Harison sambil bangkit berdiri."Bukan apa-apa, aku cuma berpikir kalau para pemegang saham berhak tahu yang sebenarnya. Sekalian aku bisa dapat uang dengan membocorkan informasi kepada pihak media."Alyana pun menyipitkan matanya dan tersenyum. "Kalau nggak, uang yang kamu kasih itu bahkan nggak cukup jadi uang jajanku.""Kamu sudah gila, ya!" kata Harison dengan murka."Ya, aku memang gila. Kamu yang bikin aku gila."Alyana menatap para pem

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 10

    "Masih.""Kalau gitu, apa aku boleh tinggal di rumahmu?"Nathan sontak kebingungan.Bahkan sampai ada sekelibat emosi yang muncul di wajah pengawal yang mengikuti Nathan dalam diam.Steven pun melirik Alyana. Nyali wanita satu ini besar juga sampai dia berani-beraninya mengajukan permintaan seperti itu.Perlu diketahui, majikannya ini paling suka dengan ketenangan. Para pelayan di rumah bahkan harus memasuki vila di waktu yang berbeda dari Nathan."Boleh."Ekspresi Steven langsung berubah begitu mendengar jawaban Nathan.Dia menatap Nathan dengan tidak percaya. Apa benar jawaban itu keluar dari mulut majikannya?"Tenang saja, aku nggak akan asal menumpang."Alyana mengeluarkan ponselnya dan mengetuk-ngetuk layarnya, lalu menunjukkannya kepada Nathan. "Tolong masukkan kontakmu dan sebutkan harganya. Anggap saja aku lagi menyewa kamar di rumahmu.""Aku akan sebisa mungkin berusaha agar setiap harinya nggak mengusikmu ataupun kegiatanmu. Abaikan saja aku sekalian juga nggak masalah.""Ngg

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 11

    Harison pun mengantar Alina kembali ke rumah Keluarga Imano. Begitu memasuki pintu, para anggota Keluarga Imano langsung mengerubunginya dan bertanya bagaimana situasinya."Harison, apa semua berita di internet itu benar?""Gimana kondisi perusahaanmu saat ini? Apa kamu benar-benar ingin membagikan sahammu ke Alya?"" ... ""Kalian jangan tanya-tanya lagi," kata Alina dengan nada tertekan. "Kak Harison sudah cukup merasa kesal, jadi tolong kalian semua jangan makin memperumit kondisi."Barulah pada saat itu Imelda menyadari bahwa Alina sedari tadi menutupi lengannya. "Lenganmu kenapa?""Nggak apa-apa, ini cuma masalah sepele."Alina menjawab dengan santai dan hendak menyembunyikan lengannya, tetapi Harison menariknya.Harison pun menyingsingkan lengan baju Alina dan sontak mengernyit begitu melihat memar di lengan gadis itu. "Biar kuantar ke rumah sakit.""Nggak apa-apa kok."Alina menyahut sambil tersenyum, "Aku senang yang penting Kak Harison nggak terluka."Harison merasa sangat tid

Bab terbaru

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 50

    Kualitas makanan toko itu sesuai dengan reputasinya, tetapi Alyana sudah tidak nafsu makan.Andreas tahu suasana hati Alyana sedang kurang baik, jadi dia mengantar Alyana pulang ke Vila Mimosa lebih cepat."Kak."Andreas menatap Alyana yang turun dari mobil dengan ragu-ragu, lalu bertanya, "Apa Kakak jadi marah pada Paman gara-gara ucapan Harison?""Nggak kok. Kamu hati-hati di jalan, ya."Alyana langsung berjalan menuju vila.Andreas pun menundukkan kepalanya dan mengirim pesan kepada Nathan untuk melaporkan secara singkat apa yang terjadi di toko makanan penutup.Nathan melirik pesan yang baru masuk ke ponselnya itu bertepatan dengan bunyi Alyana yang mendorong pintu dan berjalan masuk.Alyana sedang mengganti sepatu di pintu masuk. Dia sontak terkejut saat melihat sepatu kulit pria di lemari sepatu. Ternyata hari ini Nathan pulang cukup cepat.Begitu memasuki ruang tamu, Alyana langsung disambut oleh tatapan Nathan.Mereka berdua pun terdiam.Alyana mengangguk dan hendak naik ke ata

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 49

    Harison tidak bisa lagi mengendalikan emosinya yang seolah mendidih. Dia pun berjalan menghampiri Alyana, lalu menggebrak meja dan mencondongkan tubuhnya menatap Alyana. "Seru?""Menarik juga melihat mantan pacarku pergi kencan buta," jawab Alyana dengan santai.Kata-kata "mantan pacar" itu menusuk ulu hati Harison dengan tepat.Dia mencengkeram pergelangan tangan Alyana dengan kuat, lalu berkata sambil menggertakkan gigi, "Alyana, kamu mau melangkah sejauh apa sebelum sudi kembali? Kamu tahu nggak kamu nyaris menghancurkan perusahaan?"Alyana sontak kebingungan.Bukankah Harison sendiri yang hampir menghancurkan perusahaan?Harison sendiri yang mengambil jalan pintas dan melakukan pembongkaran menggunakan kekerasan, semua itu tidak ada hubungannya dengan Alyana."Harison, bisa nggak sih kamu nggak usah selalu menuduh orang? Kayak anjing gila saja main gigit orang," sahut Alyana dengan ekspresi dingin."Oh.""Kamu masih mau berpura-pura?" cibir Harison. "Kalau bukan kamu yang memberi t

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 48

    Sesampainya di toko makanan penutup, Andreas memesan sesuai dengan panduan yang dia baca secara daring. Dia juga berkata dengan bangga kepada Alyana, "Kak, kujamin Kakak bakal suka banget sama makanannya!""Kalau gitu, aku ucapin terima kasih dulu," kekeh Alyana.Suasana di Vila Mimosa sangat tenang dan jarang kedatangan tamu, tetapi tetap saja rasanya agak terlalu sepi.Nathan selalu pergi pagi dan pulang larut malam. Alyana sendiri tidur lebih cepat dan bangun siang demi menjaga kesehatannya. Itu sebabnya mereka jarang bertemu walaupun tinggal serumah.Untungnya, Andreas akan selalu datang bermain dengannya setiap kali sedang luang. Dengan begitu, Alyana tidak mati bosan di dalam rumah yang besar itu.Pokoknya, hari ini Alyana bertekad mentraktir Andreas.Setelah memutuskan, Alyana pun pergi ke kasir untuk membayar tagihan sementara Andreas pergi ke kamar mandi.Saat berbalik, Alyana secara tidak sengaja menabrak seseorang. Tepat saat dia hendak meminta maaf, dia justru mencium aroma

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 47

    Royan pun menghela napas dan berkata, "Anggap saja ini adalah kompensasi dari Keluarga Imano untuknya."Alina memeluk Royan yang mengalah dengan gembira, lalu berkata dengan manja, "Sudah kuduga, Ayah memang pengertian banget!"...Seminggu kemudian, Alyana akhirnya mendapatkan kabar itu juga.Asisten Harison-lah yang meneleponnya.Alyana sendiri yang merekrut asisten itu, jadi asisten itu juga tahu bahwa usaha dan kerja keras Alyana-lah yang membesarkan perusahaan selama ini.Asisten itu berpikir sejenak sebelum melaporkan kabar itu kepada Alyana."Apa ... Kak Alyana akan menyesal?"Waktu itu Alyana begitu bertekad untuk mendapatkan pembagian saham sehingga sekarang Alina-lah yang menjadi pemegang saham terbesar perusahaan dalam sekejap.Alina juga tidak perlu membantu Harison dari balik layar seperti yang Alyana lakukan. Alina dapat berdiri di samping Harison untuk mengelola perusahaan bersama-sama secara sah.Asisten itu merasa kasihan kepada Alyana, itu sebabnya dia bertanya sepert

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 46

    Setelah mengantar Alyana ke Vila Mimosa dengan selamat, Andreas pun mengirim pesan dan melapor kepada Nathan.Nathan melirik ponselnya dengan sedikit acuh tak acuh."Berbeda dari rencana kita, perusahaannya Harison nggak menerbitkan saham baru.""Untuk saat ini, kondisi perusahaan Harison berhasil stabil berkat investasi pribadi Alina," ujar asisten Nathan melaporkan hasil penyelidikannya."Nominalnya cukup besar, jadi seharusnya nggak bisa Alina tarik sekaligus. Aku sudah memeriksa catatan transaksi di rekening pribadinya, ternyata ada rekening luar negeri yang mentransferkan uang padanya belum lama ini."Asisten itu mengangguk sedikit. "Sayangnya, kami nggak bisa menemukan informasi yang lebih mendetail karena rekening ini memiliki tingkat kerahasiaan yang sangat tinggi.""Sepertinya Alina bukan orang sembarangan."Nathan mengetuk-ngetukkan ujung jarinya ke atas laporan.Di rencana awalnya, Nathan memprediksi Harison yang sudah tidak mampu lagi menahan tekanan akan menerbitkan saham

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 45

    Mana mungkin ucapan Alyana tadi adalah sebuah fakta? Tentu saja itu semata-mata adalah titik sensitif bagi Janet maupun Alina....Setelah keluar dari rumah sakit, Alyana melihat Andreas yang sedang memegang sebuket bunga besar di kejauhan. Pemuda itu sedang tersenyum padanya di bawah sinar matahari.Mawar merah yang Andreas bawa tampak hangat, tetapi justru senyuman Andreas-lah yang terlihat lebih cerah dan cemerlang.Alyana berjalan menghampiri Andreas dan tersenyum dengan tidak berdaya. "Apa kamu harus heboh begini?""Tentu saja! Setiap kali Kakak keluar dari rumah sakit setelah kemoterapi, aku akan membelikan Kakak bunga. Kalau kondisi Kakak sudah benar-benar membaik, nanti kubawakan sekeranjang bunga!"Andreas menjejalkan buket bunga itu ke dalam pelukan Alyana. "Kak, Kakak lebih cantik daripada bunga."Alyana hanya balas tersenyum.Dia tahu betul seperti apa penampilannya. Dia menyadari bahwa Andreas berkata seperti itu demi menghiburnya.Tenaga dan semangat Alyana sudah banyak t

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 44

    "Cuma hampir."Alyana tetap menyahut dengan cuek, lalu menoleh menatap Jacob. "Aku pulang dulu, Dokter Jacob.""Oke."Jacob mengiakan, lalu hendak mengantar Alyana keluar.Namun, Janet bergegas melangkah maju dan menghalangi mereka. "Jangan mencoba kabur, Dokter Jacob! Aku sudah sampai mengejarmu ke sini, jadi hari ini kamu harus melakukan pemeriksaan!""Alyana, aku tahu kamu sengaja melakukan semua ini karena kamu kesal gagal memiliki Harison!"Janet tersenyum dengan puas, lalu berkata dengan nada sinis, "Nggak usah dibawa sedih, kamu harusnya bahagia. Orang bilang yang namanya mencintai itu nggak harus memiliki. Kamu juga berharap Harison dapat menjalani hidup yang lebih baik, 'kan?"" ... "Jacob akhirnya mengerti apa yang sedang terjadi.Tentu saja Jacob juga sudah mendengar tentang kericuhan yang Alyana sebabkan dengan merusak pesta pertunangan dan menyebabkan keributan besar di perusahaan.Wanita di depan mereka ini adalah ibu dari si bajingan itu.Jacob pun mengernyit dan hendak

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 43

    Jika bukan karena takut menakuti Alyana, kadang Nathan merasa ingin mengikat wanita itu dan langsung mengirimnya ke rumah sakit untuk menjalani kemoterapi.Nathan memang tidak pandai bicara, tetapi dia punya banyak tenaga dan sarana. Masalahnya, Nathan enggan menggunakan sumber dayanya itu terhadap Alyana, itu sebabnya dia terus menunda hingga sekarang."Terlepas dari kamu setuju atau nggak, pokoknya kamu harus menjalani kemoterapi."Nathan sengaja menggunakan nada mengancam, dia tidak menerima kata "tidak".Meskipun Alyana tidak mengerti, hatinya terasa hancur saat melihat orang-orang di sekitar tempat tidurnya.Di saat pria yang dia cintai dan keluarganya berharap dia mati, orang luar justru yang berusaha sekuat tenaga untuk membuatnya tetap hidup.Ibarat sedang tergantung di tebing, Alyana mengulurkan tangannya ke atas dengan putus asa sambil mengira orang-orang di atas akan menariknya. Pada kenyataannya, mereka justru malah menginjaknya.Saat terjatuh, Alyana baru menyadari bahwa a

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 42

    Di Rumah Sakit Alanda.Jacob membaca hasil pemeriksaan yang baru saja dia terima di ruangannya, ekspresinya berubah menjadi agak serius. "Kondisi Nona Alyana makin parah."Nathan hanya diam, auranya terasa begitu mencekam sampai-sampai satu ruangan itu terasa lebih dingin.Andreas berdiri diam di samping, dia tidak berani bernapas kencang-kencang.Padahal selama ini Alyana sehat-sehat saja, bahkan beberapa waktu lalu sempat dinas bersama Nathan.Terkadang dia lupa Alyana itu sedang sakit.Namun, dia malah tertampar kenyataan.Saat membawa Alyana ke rumah sakit, Andreas yang setinggi 180 cm itu seolah menjelma menjadi anak kecil. Pemuda itu bahkan nyaris menangis.Mana mungkin Andreas tidak panik di saat orang yang awalnya baik-baik saja mendadak pingsan?"Kok dia bisa pingsan?"Begitu mendengar nada bicara Nathan yang serius, Andreas pun buru-buru menjawab, "Hari ini ... aku mengajak Kakak ke tempat pemotretan. Ternyata kami malah bertemu Alina di studio ....""Aku meminta Kakak untuk

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status