Share

Bab 5

Author: Sahira
Setelah keluar dari hotel, seorang pemuda bergegas keluar dan menghampiri Alyana dengan penuh semangat. "Kak, Kakak tangguh banget! Padahal di sana ada begitu banyak orang, tapi Kakak benar-benar nggak peduli dengan citra Keluarga Gandhi ataupun Keluarga Imano!"

"Kak, kalau menurutku sih, harusnya Kakak tampar saja si pasangan bajingan itu masing-masing sekali ...."

"Kamu siapa?"

Alyana merasa agak tercengang. Sepertinya pemuda satu ini tidak asing?

"Aku ...."

Pemuda itu pun menggaruk kepalanya dengan canggung. "Seminggu yang lalu, aku lagi nyetir dan nggak sengaja menabrak bagian belakang taksi yang Kakak tumpangi."

"Oh ...."

Alyana balas menanggapi dengan malas, dia tidak berniat membahas insiden itu lagi.

"Kakak, kamu ...."

"Andre."

Andreas Moran sontak terdiam begitu mendengar nada memperingatkan dalam suara Nathan. Dia hanya menatap Alyana dengan bersemangat.

Bergaul dalam lingkungan orang kaya membuat Andreas sudah sering melihat para orang dewasa yang munafik, jadi dia menganggap Alyana sangat menarik karena jarang sekali melihat tipe pejuang yang tidak kenal takut seperti Alyana.

Apalagi karena pamannya yang biasanya tidak pernah ikut campur dalam urusan orang lain itu malah berinisiatif membantu Alyana. Benar-benar ajaib!

"Terima kasih buat yang tadi," kata Alyana sambil menatap Nathan.

"Santai saja."

Ekspresi Nathan tampak biasa saja, paling hanya ada sekelebat kesan gugup. "Kamu mau ke mana? Biar kuantar."

"Nggak usah, aku naik taksi saja."

"Aduh, naik taksi apanya!"

Andreas pun mendorong Alyana ke tempat parkir sambil berkata, "Kalau mau berbuat baik, ya harus sampai tuntas! Lagian, mana ada taksi yang senyaman mobil Maybach milik pamanku?"

"Waktu terakhir kali di rumah sakit, Kakak kabur begitu saja dan nggak memberiku kesempatan untuk menebus kesalahanku. Jadi, kali ini biar kuantar Kakak mau ke mana. Anggap saja sebagai ganti rugi dariku."

Andreas mengantar Alyana ke kursi belakang Maybach sambil berkata dengan senyuman jenaka, "Tolonglah berikan aku kesempatan, Kak."

Alyana hanya bisa pasrah. Tenaganya sudah habis dia gunakan untuk meninggalkan segalanya barusan.

Itu sebabnya saat sekarang bisa duduk, sakit kepalanya terasa menghujam.

Alyana memberikan alamatnya dan mengucapkan terima kasih, lalu bersandar di jendela mobil dan memejamkan mata. Dia tidak ingin ada orang lain yang menyadari kondisinya.

...

Sementara itu, suasana di ruang tunggu Keluarga Gandhi dan Keluarga Imano terasa begitu suram.

Rekasa duduk tegak di kursi utama dengan ekspresi yang sangat tidak enak dilihat.

Tadi, dia tidak turun tangan karena merasa sangat malu. Sekarang, melihat Harison membuatnya merasa makin marah.

Dia pun membanting secangkir teh ke kaki Harison dengan murka. "Dasar keparat! Kamu ngapain sampai Alya terpaksa bersikap begini, hah!"

"Aku nggak ...." Harison menundukkan kepalanya, dia merasa sedikit bersalah. "Ini semua salah paham gara-gara aku yang nggak menjelaskannya pada Alya."

"Salah paham?"

Rekasa mencibir dengan tidak senang, lalu melirik Alina. Auranya yang mengintimidasi sontak membuat Alina ketakutan, dia mengerutkan lehernya dan separuh tubuhnya bersembunyi di belakang Imelda.

Harison sontak menyadari sesuatu dan buru-buru menjelaskan, "Ini nggak ada hubungannya dengan Alin. Alya saja yang berpikir macam-macam dan asal membuat dugaan, makanya ...."

"Kamu tahu betul kalian berdua salah atau nggak."

Rekasa menyela penjelasan Harison dengan kasar, ekspresinya makin tidak enak dilihat. "Kalau saja tadi kamu sedikit lebih membela Alya, dia nggak mungkin pergi begitu saja!"

"Harison, selama ini Kakek menganggapmu sebagai yang paling bisa berpikir jernih di antara semua anak dan cucu Kakek. Kakek benar-benar kecewa dengan sikapmu hari ini."

"Tuan Besar Rekasa, kejadian hari ini bukan salah Harison."

Royan menimpali dengan hati-hati, "Ini semua salah kami yang gagal mendidik Alya, makanya dia malah membuat malu seperti tadi. Nanti kami pasti akan mengajarinya baik-baik."

"Yang harus kalian ajar itu orang lain."

Rekasa sudah lama tahu tentang sikap Keluarga Imano yang mengabaikan Alyana. Hanya saja, dia tidak menyangka ternyata mereka sebegitu pilih kasihnya dengan Alyana.

Rekasa kembali teringat saat Royan menampar Alyana, dia jadi merasa begitu sedih. Dia pun berujar dengan agak dingin, "Kalau kamu adalah seorang ayah yang tahu batasan, kamu nggak akan menamparnya di hadapan orang banyak."

"Menurutku, kamu juga perlu introspeksi diri dan pikirkan baik-baik siapa yang sebenarnya adalah anggota Keluarga Imano."

Maksud ucapan ini adalah Rekasa sedang membantu Alyana, juga mengingatkan Keluarga Imano bahwa Alyana adalah putri kandung mereka yang sebenarnya.

Ekspresi para anggota Keluarga Imano langsung menjadi malu, mereka paham betul maksud Rekasa.

Rekasa akhirnya bangkit berdiri sambil memegang tongkatnya, lalu berjalan menuju Harison dan berujar dengan tegas, "Kalau kamu gagal membujuk Alya untuk kembali, sekalian saja kamu juga nggak usah kembali ke Keluarga Gandhi."

"Cuma Alya yang Kakek akui sebagai cucu menantu Kakek."

Rekasa berhenti bicara sebentar, lalu melanjutkan dengan nada serius, "Kekacauan yang kamu sebabkan sudah melibatkan Keluarga Moran. Kamu harus tangani masalah ini dengan hati-hati, jangan sampai mereka yang turun tangan. Kita nggak boleh mencari masalah dengan mereka."

"Ya, Kakek, aku paham," kata Harison sambil mengangguk.

Rekasa pun pergi dan barulah suasana di dalam ruang tunggu itu menjadi lebih rileks.

Tidak lama kemudian, terdengarlah isak pelan Alina.

Imelda langsung berbalik badan dan memeluk Alina dengan sayang. "Kenapa menangis, anakku sayang? Ini nggak ada hubungannya denganmu kok, semua ini salah kakakmu yang seenaknya."

"Ini semua gara-gara Alyana yang pecundang dan nggak sadar diri itu! Kita lihat bagaimana dia bertahan hidup ke depannya setelah kekacauan yang dia buat hari ini!"

Arifin menimpali dengan sangat kesal, "Dia bahkan memfitnah Alin! Kurasa dia itu sudah gila! Bikin malu kita saja punya anggota keluarga kayak gitu."

"Kak Arifin jangan bilang gitu soal Kak Alyana ..." sahut Alina sambil menangis. "Ini semua salahku ...."

"Nggak, Arifin benar."

Harison angkat bicara dengan dingin.

Setelah dipermalukan hari ini, tetap saja Harison akan menjadi bahan tertawaan di lingkaran sosial sekalipun Alyana kembali padanya.

Ini semua memang salah Alyana.

Padahal Alyana bisa menjadi istri sah Harison apabila Alyana bersedia untuk bertunangan hari ini dengan patuh. Sekarang, Harison ingin melihat bagaimana Alyana akan membereskan akibat dari kekacauan hari ini.

"Kalian pulang saja dulu," kata Harison sambil mengambil kunci mobilnya. "Aku mau mencari Alya."

"Kak Harison."

Alina buru-buru mengejar dan meraih lengan Harison. "Biar kutemani. Aku saja yang jelaskan semuanya pada Kakak. Aku nggak tega membiarkan Kak Harison menanggung semua ini sendirian."

Harison tidak bisa menolak saat melihat mata Alina yang berkaca-kaca.

Setelah terdiam sesaat, Harison pun menghela napas. "Seandainya saja Alya bisa seperhatian dan sebijaksana kamu."

...

Saat Alyana terbangun, ternyata dia masih berada di dalam mobil Maybach Nathan. Dia juga samar-samar merasakan sedang ditatap seseorang.

Alyana pun mengusap matanya, lalu mengedarkan pandangannya. Nathan yang duduk di seberangnya sedang menatap pemandangan malam di luar jendela. Sinar cahaya dan bayangan yang berpadu membuat garis wajah Nathan terlihat seperti goresan lukisan.

Nathan benar-benar tampan, bahkan jauh lebih tampan daripada foto-fotonya di majalah keuangan yang sudah disunting.

Tentu saja Alyana sudah sering membaca tentang Nathan di berbagai pemberitaan setelah selama ini selalu menjadi pendukung Harison dari balik layar.

Alyana sangat mengagumi kecerdasan dan kelihaian Nathan. Alyana juga berharap bisa bertemu pria itu suatu saat nanti untuk belajar satu dua hal dari Nathan.

Namun ... Alyana sama sekali tidak menyangka akan bertemu Nathan dengan cara seperti ini.

Saking serunya melamun, Alyana sampai tidak mengalihkan pandangannya saat Nathan menatapnya. Dia justru balas menatap pria itu dengan terang-terangan.

"Kenapa tadi Tuan Nathan membantuku?"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 6

    "Karena melihat kamu membela apa yang benar dengan berani.""Aku langsung mengenali Kakak begitu melihat Kakak," sela Andreas sambil mengemudi. "Jadi, aku memberi tahu pamanku dan dia berinisiatif membantu Kakak. Pamanku itu paling nggak suka berutang pada orang lain.""Ya, 'kan, Paman?"Nathan hanya diam.Andreas pikir tebakannya benar, dia pun mengangkat alisnya dengan bangga. "Orang bilang yang namanya keberuntungan dan kemalangan itu selalu berdampingan. Akhirnya hari ini aku melihat hal itu terjadi. Ternyata walaupun Kakak malang karena kami tabrak dari belakang, hari ini justru Kakak beruntung karena hal itu!""Kamu yang salah karena menyetir ugal-ugalan, tapi kamu masih cari alasan?" tegur Nathan dengan kesal.Andreas pun terkekeh dengan kikuk. "Aku 'kan cuma mau menghibur kakak satu ini? Setelah mengalami hal seperti tadi, suasana hatinya pasti nggak enak banget, 'kan?""Aku nggak apa-apa kok," jawab Alyana sambil tersenyum. "Tapi, ucapanmu memang benar."Keberuntungan dan kema

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 7

    "Alin itu adikmu dan aku ini kakak iparnya. Apa salahnya kalau aku menjaganya?"Harison pun mengalihkan pandangannya dari Alyana menuju Nathan. "Kamu punya hubungan apa dengan Pak Nathan? Kenapa dia mau membantumu?"Alyana refleks mengikuti arah pandangan Harison dan langsung melihat sosok Nathan yang dibalut dengan setelan jas dan sepatu kulit sedang berjalan di bawah sinar mentari. Aura yang menguar dari tubuh pria itu terasa begitu mengintimidasi, seolah-olah semua orang di bumi ini berada di bawah kakinya.Pertanyaan Harison itu ditujukan kepada Alyana sekaligus Nathan.Nathan tidak mengacuhkan rasa permusuhan dari Harison dan langsung berjalan ke samping Alyana. "Apa ada yang bisa kubantu, Nona Alyana?"Alyana sontak tersadar. "Kok Pak Nathan ....""Tabrakan dari belakang itu 'kan menyebabkanmu terluka. Setelah kupikir-pikir lagi, aku baru bisa tenang setelah memastikan kalau lukamu sudah sembuh.""Terus, Andre memintaku membawakan ini buatmu," lanjut Nathan sambil menyerahkan sar

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 8

    Dalam satu minggu, Alyana menerima berbagai macam paket. Tentu saja dia membuang semuanya ke tempat sampah.Kebetulan sekali hari ini ada sebuket besar bunga mawar berwarna kuning yang sudah mekar sempurna dikirimkan kepadanya.Si kurir membawakan buket itu dengan susah payah ke depan pintu, dia sampai banjir keringat saking lelahnya. "Halo, paket Anda tiba."Begitu dia selesai berbicara, pintu pun terbuka.Alyana hanya melirik tanda tangan yang tertera pada kartu, lalu langsung berkata, "Tolong langsung buang saja ke bawah.""Eh?" Kurir itu sontak tertegun. "Tapi, bunganya bagus banget ....""Makan tempat."Alyana menyahut dengan singkat sambil tersenyum, lalu menutup pintu.Dulu, dia paling hanya setahun dua kali menerima bunga. Satu kali pada hari ulang tahunnya dan satu kali lagi pada hari jadinya dengan Harison. Alyana memperlakukan kedua buket bunga itu sebagai harta karun. Dia menyimpannya sampai bunganya kering.Sekarang, dia malah mendapatkan bunga setiap hari. Namun, Alyana m

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 9

    Setelah dipikir-pikir, Harison beranggapan bahwa Alyana bisa sesombong ini karena dia berulang kali berusaha untuk menunjukkan niat baiknya.Kaum wanita memang tidak boleh dimanja!Itu sebabnya Harison sengaja mengabaikan Alyana selama satu minggu ini.Hari ini, perusahaan sedang mengadakan rapat pemegang saham. Harison duduk di kursi utama sambil mendengarkan laporan karyawannya tentang kinerja kuartal ketiga.Tiba-tiba, pintu ruang rapat pun terbuka.Alyana berjalan di depan dengan diikuti oleh sekelompok wartawan."Apa-apaan ini, Alyana!" tegur Harison sambil bangkit berdiri."Bukan apa-apa, aku cuma berpikir kalau para pemegang saham berhak tahu yang sebenarnya. Sekalian aku bisa dapat uang dengan membocorkan informasi kepada pihak media."Alyana pun menyipitkan matanya dan tersenyum. "Kalau nggak, uang yang kamu kasih itu bahkan nggak cukup jadi uang jajanku.""Kamu sudah gila, ya!" kata Harison dengan murka."Ya, aku memang gila. Kamu yang bikin aku gila."Alyana menatap para pem

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 10

    "Masih.""Kalau gitu, apa aku boleh tinggal di rumahmu?"Nathan sontak kebingungan.Bahkan sampai ada sekelibat emosi yang muncul di wajah pengawal yang mengikuti Nathan dalam diam.Steven pun melirik Alyana. Nyali wanita satu ini besar juga sampai dia berani-beraninya mengajukan permintaan seperti itu.Perlu diketahui, majikannya ini paling suka dengan ketenangan. Para pelayan di rumah bahkan harus memasuki vila di waktu yang berbeda dari Nathan."Boleh."Ekspresi Steven langsung berubah begitu mendengar jawaban Nathan.Dia menatap Nathan dengan tidak percaya. Apa benar jawaban itu keluar dari mulut majikannya?"Tenang saja, aku nggak akan asal menumpang."Alyana mengeluarkan ponselnya dan mengetuk-ngetuk layarnya, lalu menunjukkannya kepada Nathan. "Tolong masukkan kontakmu dan sebutkan harganya. Anggap saja aku lagi menyewa kamar di rumahmu.""Aku akan sebisa mungkin berusaha agar setiap harinya nggak mengusikmu ataupun kegiatanmu. Abaikan saja aku sekalian juga nggak masalah.""Ngg

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 11

    Harison pun mengantar Alina kembali ke rumah Keluarga Imano. Begitu memasuki pintu, para anggota Keluarga Imano langsung mengerubunginya dan bertanya bagaimana situasinya."Harison, apa semua berita di internet itu benar?""Gimana kondisi perusahaanmu saat ini? Apa kamu benar-benar ingin membagikan sahammu ke Alya?"" ... ""Kalian jangan tanya-tanya lagi," kata Alina dengan nada tertekan. "Kak Harison sudah cukup merasa kesal, jadi tolong kalian semua jangan makin memperumit kondisi."Barulah pada saat itu Imelda menyadari bahwa Alina sedari tadi menutupi lengannya. "Lenganmu kenapa?""Nggak apa-apa, ini cuma masalah sepele."Alina menjawab dengan santai dan hendak menyembunyikan lengannya, tetapi Harison menariknya.Harison pun menyingsingkan lengan baju Alina dan sontak mengernyit begitu melihat memar di lengan gadis itu. "Biar kuantar ke rumah sakit.""Nggak apa-apa kok."Alina menyahut sambil tersenyum, "Aku senang yang penting Kak Harison nggak terluka."Harison merasa sangat tid

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 12

    Keesokan harinya, Alyana baru melihat pemberitaan panas ini.Pikirannya sontak teralihkan, dia bahkan lupa tangannya yang satu lagi sedang menuangkan air dari dalam ketel.Tiba-tiba, pergelangan tangannya dicengkeram.Alyana pun terhenyak dan refleks mendongak. Nathan sedang menatapnya dengan tenang."Kamu lagi serius mikirin apa?"Barulah Alyana tersadar dari lamunannya, dia buru-buru menarik tangannya untuk menyimpan ketel. "Aku cuma lagi melihat ponselku ...."Setelah jeda sebentar, Alyana pun menunjukkan layar ponselnya kepada Nathan. "Kemarin, aku dan Andreas pergi keluar sebentar, tapi ternyata ada yang memfoto kami. Sepertinya ini cukup gawat buat Andreas.""Apa perlu kubicarakan soal ini dengannya untuk membuat klarifikasi?"Alyana jarang membaca berita soal dunia hiburan, jadi dia tidak tahu bahwa Andreas adalah seorang artis yang sedang bersiap untuk debut. Seandainya saja dia tahu, dia pasti akan lebih berhati-hati."Nggak usah."Tepat begitu Nathan selesai bicara, Andreas p

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 13

    Di saat Alyana masih belum angkat bicara, Alina sudah lebih dulu berlutut memohon di atas lantai."Kak, tolong maafkan Kak Harison ....""Bukannya Kakak sangat mencintainya?" isak Alina. "Kenapa Kakak tega-teganya membiarkannya menderita seperti ini? Dia bisa kenapa-kenapa kalau terus dipukuli Kakek Rekasa begini!"Janet juga berseru menimpali, "Alyana, apa kamu benar-benar mau membunuh anakku? Kamu baru puas kalau sudah begitu?"Alyana pun meletakkan cangkir tehnya dan menatap Alina dengan tenang. "Pertama, kamu nggak berhak mempertanyakan aku mencintainya atau nggak. Kedua, kamu juga nggak berhak merasa kasihan melihat dia kesakitan.""Dia sudah melakukan kesalahan terhadapku, jadi dia pantas menerima balasannya.""Memangnya apa yang sudah Harison lakukan padamu, hah!" sahut Janet dengan nada tinggi. "Sedari awal, cuma kamu yang jadi pacar dan tunangannya!""Anakku itu sangat hebat! Dia sudah melakukan segalanya dan memperlakukanmu dengan baik! Kamu masih mau apa lagi, hah!""Benar j

Pinakabagong kabanata

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 50

    Kualitas makanan toko itu sesuai dengan reputasinya, tetapi Alyana sudah tidak nafsu makan.Andreas tahu suasana hati Alyana sedang kurang baik, jadi dia mengantar Alyana pulang ke Vila Mimosa lebih cepat."Kak."Andreas menatap Alyana yang turun dari mobil dengan ragu-ragu, lalu bertanya, "Apa Kakak jadi marah pada Paman gara-gara ucapan Harison?""Nggak kok. Kamu hati-hati di jalan, ya."Alyana langsung berjalan menuju vila.Andreas pun menundukkan kepalanya dan mengirim pesan kepada Nathan untuk melaporkan secara singkat apa yang terjadi di toko makanan penutup.Nathan melirik pesan yang baru masuk ke ponselnya itu bertepatan dengan bunyi Alyana yang mendorong pintu dan berjalan masuk.Alyana sedang mengganti sepatu di pintu masuk. Dia sontak terkejut saat melihat sepatu kulit pria di lemari sepatu. Ternyata hari ini Nathan pulang cukup cepat.Begitu memasuki ruang tamu, Alyana langsung disambut oleh tatapan Nathan.Mereka berdua pun terdiam.Alyana mengangguk dan hendak naik ke ata

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 49

    Harison tidak bisa lagi mengendalikan emosinya yang seolah mendidih. Dia pun berjalan menghampiri Alyana, lalu menggebrak meja dan mencondongkan tubuhnya menatap Alyana. "Seru?""Menarik juga melihat mantan pacarku pergi kencan buta," jawab Alyana dengan santai.Kata-kata "mantan pacar" itu menusuk ulu hati Harison dengan tepat.Dia mencengkeram pergelangan tangan Alyana dengan kuat, lalu berkata sambil menggertakkan gigi, "Alyana, kamu mau melangkah sejauh apa sebelum sudi kembali? Kamu tahu nggak kamu nyaris menghancurkan perusahaan?"Alyana sontak kebingungan.Bukankah Harison sendiri yang hampir menghancurkan perusahaan?Harison sendiri yang mengambil jalan pintas dan melakukan pembongkaran menggunakan kekerasan, semua itu tidak ada hubungannya dengan Alyana."Harison, bisa nggak sih kamu nggak usah selalu menuduh orang? Kayak anjing gila saja main gigit orang," sahut Alyana dengan ekspresi dingin."Oh.""Kamu masih mau berpura-pura?" cibir Harison. "Kalau bukan kamu yang memberi t

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 48

    Sesampainya di toko makanan penutup, Andreas memesan sesuai dengan panduan yang dia baca secara daring. Dia juga berkata dengan bangga kepada Alyana, "Kak, kujamin Kakak bakal suka banget sama makanannya!""Kalau gitu, aku ucapin terima kasih dulu," kekeh Alyana.Suasana di Vila Mimosa sangat tenang dan jarang kedatangan tamu, tetapi tetap saja rasanya agak terlalu sepi.Nathan selalu pergi pagi dan pulang larut malam. Alyana sendiri tidur lebih cepat dan bangun siang demi menjaga kesehatannya. Itu sebabnya mereka jarang bertemu walaupun tinggal serumah.Untungnya, Andreas akan selalu datang bermain dengannya setiap kali sedang luang. Dengan begitu, Alyana tidak mati bosan di dalam rumah yang besar itu.Pokoknya, hari ini Alyana bertekad mentraktir Andreas.Setelah memutuskan, Alyana pun pergi ke kasir untuk membayar tagihan sementara Andreas pergi ke kamar mandi.Saat berbalik, Alyana secara tidak sengaja menabrak seseorang. Tepat saat dia hendak meminta maaf, dia justru mencium aroma

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 47

    Royan pun menghela napas dan berkata, "Anggap saja ini adalah kompensasi dari Keluarga Imano untuknya."Alina memeluk Royan yang mengalah dengan gembira, lalu berkata dengan manja, "Sudah kuduga, Ayah memang pengertian banget!"...Seminggu kemudian, Alyana akhirnya mendapatkan kabar itu juga.Asisten Harison-lah yang meneleponnya.Alyana sendiri yang merekrut asisten itu, jadi asisten itu juga tahu bahwa usaha dan kerja keras Alyana-lah yang membesarkan perusahaan selama ini.Asisten itu berpikir sejenak sebelum melaporkan kabar itu kepada Alyana."Apa ... Kak Alyana akan menyesal?"Waktu itu Alyana begitu bertekad untuk mendapatkan pembagian saham sehingga sekarang Alina-lah yang menjadi pemegang saham terbesar perusahaan dalam sekejap.Alina juga tidak perlu membantu Harison dari balik layar seperti yang Alyana lakukan. Alina dapat berdiri di samping Harison untuk mengelola perusahaan bersama-sama secara sah.Asisten itu merasa kasihan kepada Alyana, itu sebabnya dia bertanya sepert

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 46

    Setelah mengantar Alyana ke Vila Mimosa dengan selamat, Andreas pun mengirim pesan dan melapor kepada Nathan.Nathan melirik ponselnya dengan sedikit acuh tak acuh."Berbeda dari rencana kita, perusahaannya Harison nggak menerbitkan saham baru.""Untuk saat ini, kondisi perusahaan Harison berhasil stabil berkat investasi pribadi Alina," ujar asisten Nathan melaporkan hasil penyelidikannya."Nominalnya cukup besar, jadi seharusnya nggak bisa Alina tarik sekaligus. Aku sudah memeriksa catatan transaksi di rekening pribadinya, ternyata ada rekening luar negeri yang mentransferkan uang padanya belum lama ini."Asisten itu mengangguk sedikit. "Sayangnya, kami nggak bisa menemukan informasi yang lebih mendetail karena rekening ini memiliki tingkat kerahasiaan yang sangat tinggi.""Sepertinya Alina bukan orang sembarangan."Nathan mengetuk-ngetukkan ujung jarinya ke atas laporan.Di rencana awalnya, Nathan memprediksi Harison yang sudah tidak mampu lagi menahan tekanan akan menerbitkan saham

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 45

    Mana mungkin ucapan Alyana tadi adalah sebuah fakta? Tentu saja itu semata-mata adalah titik sensitif bagi Janet maupun Alina....Setelah keluar dari rumah sakit, Alyana melihat Andreas yang sedang memegang sebuket bunga besar di kejauhan. Pemuda itu sedang tersenyum padanya di bawah sinar matahari.Mawar merah yang Andreas bawa tampak hangat, tetapi justru senyuman Andreas-lah yang terlihat lebih cerah dan cemerlang.Alyana berjalan menghampiri Andreas dan tersenyum dengan tidak berdaya. "Apa kamu harus heboh begini?""Tentu saja! Setiap kali Kakak keluar dari rumah sakit setelah kemoterapi, aku akan membelikan Kakak bunga. Kalau kondisi Kakak sudah benar-benar membaik, nanti kubawakan sekeranjang bunga!"Andreas menjejalkan buket bunga itu ke dalam pelukan Alyana. "Kak, Kakak lebih cantik daripada bunga."Alyana hanya balas tersenyum.Dia tahu betul seperti apa penampilannya. Dia menyadari bahwa Andreas berkata seperti itu demi menghiburnya.Tenaga dan semangat Alyana sudah banyak t

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 44

    "Cuma hampir."Alyana tetap menyahut dengan cuek, lalu menoleh menatap Jacob. "Aku pulang dulu, Dokter Jacob.""Oke."Jacob mengiakan, lalu hendak mengantar Alyana keluar.Namun, Janet bergegas melangkah maju dan menghalangi mereka. "Jangan mencoba kabur, Dokter Jacob! Aku sudah sampai mengejarmu ke sini, jadi hari ini kamu harus melakukan pemeriksaan!""Alyana, aku tahu kamu sengaja melakukan semua ini karena kamu kesal gagal memiliki Harison!"Janet tersenyum dengan puas, lalu berkata dengan nada sinis, "Nggak usah dibawa sedih, kamu harusnya bahagia. Orang bilang yang namanya mencintai itu nggak harus memiliki. Kamu juga berharap Harison dapat menjalani hidup yang lebih baik, 'kan?"" ... "Jacob akhirnya mengerti apa yang sedang terjadi.Tentu saja Jacob juga sudah mendengar tentang kericuhan yang Alyana sebabkan dengan merusak pesta pertunangan dan menyebabkan keributan besar di perusahaan.Wanita di depan mereka ini adalah ibu dari si bajingan itu.Jacob pun mengernyit dan hendak

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 43

    Jika bukan karena takut menakuti Alyana, kadang Nathan merasa ingin mengikat wanita itu dan langsung mengirimnya ke rumah sakit untuk menjalani kemoterapi.Nathan memang tidak pandai bicara, tetapi dia punya banyak tenaga dan sarana. Masalahnya, Nathan enggan menggunakan sumber dayanya itu terhadap Alyana, itu sebabnya dia terus menunda hingga sekarang."Terlepas dari kamu setuju atau nggak, pokoknya kamu harus menjalani kemoterapi."Nathan sengaja menggunakan nada mengancam, dia tidak menerima kata "tidak".Meskipun Alyana tidak mengerti, hatinya terasa hancur saat melihat orang-orang di sekitar tempat tidurnya.Di saat pria yang dia cintai dan keluarganya berharap dia mati, orang luar justru yang berusaha sekuat tenaga untuk membuatnya tetap hidup.Ibarat sedang tergantung di tebing, Alyana mengulurkan tangannya ke atas dengan putus asa sambil mengira orang-orang di atas akan menariknya. Pada kenyataannya, mereka justru malah menginjaknya.Saat terjatuh, Alyana baru menyadari bahwa a

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 42

    Di Rumah Sakit Alanda.Jacob membaca hasil pemeriksaan yang baru saja dia terima di ruangannya, ekspresinya berubah menjadi agak serius. "Kondisi Nona Alyana makin parah."Nathan hanya diam, auranya terasa begitu mencekam sampai-sampai satu ruangan itu terasa lebih dingin.Andreas berdiri diam di samping, dia tidak berani bernapas kencang-kencang.Padahal selama ini Alyana sehat-sehat saja, bahkan beberapa waktu lalu sempat dinas bersama Nathan.Terkadang dia lupa Alyana itu sedang sakit.Namun, dia malah tertampar kenyataan.Saat membawa Alyana ke rumah sakit, Andreas yang setinggi 180 cm itu seolah menjelma menjadi anak kecil. Pemuda itu bahkan nyaris menangis.Mana mungkin Andreas tidak panik di saat orang yang awalnya baik-baik saja mendadak pingsan?"Kok dia bisa pingsan?"Begitu mendengar nada bicara Nathan yang serius, Andreas pun buru-buru menjawab, "Hari ini ... aku mengajak Kakak ke tempat pemotretan. Ternyata kami malah bertemu Alina di studio ....""Aku meminta Kakak untuk

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status