"Apa! Nona Febi sudah menikah. Dia masih menikah dengan orang cacat. Bagaimana mungkin?"Mungkinkah orang cacat ini adalah putra dari keluarga kaya?" tebak seseorang."Putra keluarga kaya dari mana. Dia hanyalah pecundang yang nggak bisa apa-apa.""Nona Febi sangat luar biasa. Kenapa dia menikah dengan seorang pecundang?""Seorang pecundang bahkan menikah dengan Nona Febi. Menjengkelkan sekali.""Ternyata memang ada orang biasa yang bisa menaklukkan wanita kaya. Entah apa yang dipikirkan Nona Febi. Dengan kelebihannya, dia bisa menikah dengan keluarga kaya. Kenapa dia jatuh cinta pada pecundang?"Gosip itu menyebar dengan cepat. Seketika, kerumunan itu langsung heboh.Banyak orang merasa kasihan pada Febi. Ada yang merasa senang dan ada yang cemburu, Namun, mereka cemburu pada Leo.Seketika, eksrpesi Anna menjadi masam. Kemudian, dia berjalan mendekat dengan marah."Siapa yang mengizinkanmu datang!" Anna bertanya dengan suara lantang.Leo mencibir, "Kami bisa datang kapan pun kami mau.
Begitu pernyataan ini keluar, semua orang terkejut."Beraninya kamu memintaku menjilat sepatumu. Besar sekali nyalimu!" ujar Anna dengan marah.Orang lain juga sangat marah."Beraninya kamu nggak menghormati Nyonya. Besar sekali nyalimu.""Dasar pecundang, kamu pasti akan mati. Bahkan dewa pun nggak bisa menyelamatkanmu!"Semua orang memarahi Leo dengan marah. Mereka memandang Leo seolah-olah sedang melihat orang mati."Leo, kamu terlalu gegabah. Cepat minta maaf pada Anna." Febi ketakutan sehingga dia buru-buru membujuk Leo.Lanny juga berteriak dengan marah, "Dasar pecundang. Kalau kamu mau mati, jangan seret kami. Cepat berlutut dan minta maaf pada Anna."Veni mencibir dan berkata, "Nggak menghormati nyonya adalah sebuah kejahatan. Sudah terlambat untuk meminta maaf sekarang. Kalau kamu tulus, nyonya mungkin bisa membiarkanmu mati dengan tenang!""Sepertinya tamparan tadi nggak membuatmu sadar?" cibir Leo sambil memandang Veni.Veni langsung ketakutan dan berjalan mundur. "Beran
"Kamu cari mati!" Ray sangat marah."Anak ini akan celaka."Semua orang di sekitarnya bersukacita atas kemalangan Leo. Mereka menunggu untuk melihat betapa sengsaranya Leo ketika disiksa sampai mati.Leo tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Kalau kamu nggak cari mati, kamu nggak akan mati.""Dasar pecundang. Kamu sudah di ambang kematian, tapi masih berani berbicara kasar. Ray, tampar dia!" perintah Anna."Plak!"Begitu Anna selesai berbicara, dia menerima tamparan keras.Semua orang yang hadir langsung membelalakkan matanya mereka dengan ekspresi terkejut dan tidak percaya.Semua orang mengira Ray akan memukul Leo. Namun, mereka tidak menyangka Ray akan memukul Anna. Dia adalah istrinya Ketua. Mungkinkah dia ingin menantang maut?Anna menutupi wajahnya yang bengkak dan sakit. Setelah beberapa saat, dia tersadar dari lamunannya. "Aku adalah istrinya Ketua. Wakil direktur sepertimu berani memukulku. Siapa yang memberimu nyali ini?"Santi berkata dengan dingin, "Memukul putriku sepert
"Kak Leo, tolong ampuni aku. Aku tahu salah."Anna bereaksi dengan cepat. Kemudian, dia buru-buru berlutut di depan Leo untuk memohon belas kasihan."Yah, Kak Leo, kami semua tahu salah. Tolong ampuni kami kali ini. Aku berjanji nggak akan pernah berani melakukannya lagi di masa depan." Kevin juga berlutut di lantai."Pak Leo, tolong ampuni kami." Veni sangat ketakutan sehingga dia berlutut dan bersujud untuk memohon belas kasihan."Leo, kita semua adalah satu keluarga. Tolong ampuni kami kali ini," kata Santi sambil tersenyum.Dalam sekejap mata, orang-orang ini berubah dari sombong dan mendominasi menjadi rendah hati. Semua ini karena hidup mereka semua berada di tangan Leo.Leo menunjukkan senyuman sarkastik. Dia tahu sifat orang-orang ini. Mereka tidak dapat mengubah perilakunya. Bahkan jika Leo menyelamatkan mereka kali ini, pasti akan ada lain kali."Kak Leo, sepatumu kotor. Aku akan menjilatnya sampai bersih," kata Anna sambil membungkuk. Untuk bertahan hidup, dia tidak peduli d
"Kakimu patah, kenapa kamu nggak bisa diam?" Febi ingin melawan, tapi kedua tangannya dipegang oleh Leo."Aku hanya mematahkan dua kakiku, satunya lagi nggak patah," kata Leo sambil mencium bibir Febi. Kedua tangan Leo pun tidak tinggal diam.Awalnya, Febi hanya menolak secara simbolis. Namun, ketika tangan Leo turun ke bawah, Febi menjepit kakinya dengan erat."Nggak, nggak boleh.""Kamu harus menyetujuinya. Aku ingin kamu menjadi wanitaku sepenuhnya," kata Leo. Saat ini, dia bersiap untuk menaklukkan Febi dengan paksa."Aku datang bulan." Febi tersipu malu.Leo tiba-tiba merasa seperti bola karet yang kempes. Dia berpikir bahwa semuanya akan berjalan dengan lancar hari ini. Namun, dia tidak menyangka bahwa dia akan sangat sial."Omong-omong, aku mau memberitahumu sesuatu yang serius. Lusa adalah ulang tahun kakekku yang ke-70. Aku ingin membelikannya hadiah. Dia suka kaligrafi dan lukisan antik. Tolong temani aku ke Jalan Antik besok," kata Febi."Aku akan menyiapkan hadiahnya, kamu
"Aku awalnya berpikir bahwa Keluarga Sharon akan menurun, tapi aku nggak menyangka mereka berhubungan dengan Keluarga Osmana. Selama Keluarga Osmana bersedia membantu, Keluarga Sharon akan segera kembali ke puncaknya atau bahkan melampaui."Semua tamu yang hadir terkejut. Sementara Dani dan Eko tampak sangat senang."Selamat datang Pak Marvin. Aku harap kamu memaafkanku karena nggak menyambutmu."Sikap Dani sangat rendah hati. Belum lagi Keluarga Sharon sedang mengalami kemunduran sekarang. Bahkan saat berjaya, mereka jauh lebih rendah dari Keluarga Osmana.Marvin tersenyum lembut dan berkata, "Kakek terlalu sungkan. Aku seorang junior. Jangan salahkan aku karena datang tanpa diundang.""Pak Marvin, apa yang kamu bicarakan? Merupakan suatu kehormatan bagi Keluarga Sharon kedatangan tamu sepertimu. Silakan duduk." Dani menunjukkan ekspresi menyanjung. Dia mengundang Marvin ke meja utama."Febi datang!"Sebagai wanita tercantik di Kota Kumara, Febi menarik perhatian ke mana pun dia pergi
Begitu Leo melihat Rosa berjalan ke arahnya, dia segera mengedipkan matanya.Rosa langsung memahaminya. Dia segera berbalik, lalu memandang Dani dan bertanya, "Di mana tempat dudukku?"Meskipun Dani tidak puas dengan sikap Rosa, dia tidak berani menunjukkannya. Dia mengatur Rosa duduk di meja utama."Halo, namaku Marvin, putra kedua dari Keluarga Osmana di Kota Zeva." Marvin berinisiatif mengulurkan tangannya untuk menyapa Rosa. matanya menunjukkan tatapan bergairah yang tidak bisa disembunyikan.Meskipun Anna juga sangat cantik, dibandingkan dengan Rosa, temperamen Anna kalah jauh darinya.Oleh karena itu, Marvin jatuh cinta pada Rosa pada pandangan pertama. Kemudian, keinginan kuat untuk menaklukkannya pun muncul.Namun, Rosa tidak memedulikan Marvin. Dia mengabaikan Marvin begitu saja.Senyuman di wajah marvin tiba-tiba membeku. Dia bahkan tidak tahu harus meletakkan tangannya di mana. Hal ini membuatnya merasa sedikit malu."Nona, kamu sangat sombong." Marvin tampak tersenyum, tapi
"Apa! Beraninya kamu mengutukku nggak akan hidup lama!" Dani tiba-tiba menjadi marah."Aku sudah lama bilang pecundang ini nggak tahu berterima kasih. Sekarang, Kalian percaya, 'kan?" cibir Santi."Beraninya kamu mengutuk Kakek. Cepat berlutut dan minta maaf!" kata Robby memarahi Leo dengan tegas."Dasar pecundang, kenapa kamu masih termenung? Cepat berlutut dan minta maaf. Kalau kamu ingin mati, jangan melibatkan kami!" teriak Lanny.Mereka benar-benar kesal. Meski tidak mau mengakuinya, nyatanya Leo adalah menantu mereka. Jika Leo membuat Dani marah, mereka pasti akan terlibat."Leo, kamu memang keterlaluan. Cepat minta maaf pada Kakek." Febi juga sangat marah."Kenapa dia seperti ini? Sebagai menantu yang cacat, dia makan dan minum dari orang lain. Dia nggak tahu bagaimana bersyukur. Dia bahkan membalas air susu dengan air tuba.""Binatang pun tahu bagaimana bersyukur. Mengatakan dia adalah binatang berarti telah memujinya."Para tamu yang hadir juga mengkritiknya satu demi satu