"Apa! Beraninya kamu mengutukku nggak akan hidup lama!" Dani tiba-tiba menjadi marah."Aku sudah lama bilang pecundang ini nggak tahu berterima kasih. Sekarang, Kalian percaya, 'kan?" cibir Santi."Beraninya kamu mengutuk Kakek. Cepat berlutut dan minta maaf!" kata Robby memarahi Leo dengan tegas."Dasar pecundang, kenapa kamu masih termenung? Cepat berlutut dan minta maaf. Kalau kamu ingin mati, jangan melibatkan kami!" teriak Lanny.Mereka benar-benar kesal. Meski tidak mau mengakuinya, nyatanya Leo adalah menantu mereka. Jika Leo membuat Dani marah, mereka pasti akan terlibat."Leo, kamu memang keterlaluan. Cepat minta maaf pada Kakek." Febi juga sangat marah."Kenapa dia seperti ini? Sebagai menantu yang cacat, dia makan dan minum dari orang lain. Dia nggak tahu bagaimana bersyukur. Dia bahkan membalas air susu dengan air tuba.""Binatang pun tahu bagaimana bersyukur. Mengatakan dia adalah binatang berarti telah memujinya."Para tamu yang hadir juga mengkritiknya satu demi satu
Leo menyeringai, "Awalnya aku nggak ingin berbicara denganmu, tapi kamu terus memprovokasiku. Jadi, jangan salahkan aku karena mengeksposmu.""Mengeksposku? Ekspos apanya?" Anna menunjukkan ekspresi menghina."Lukisan pemandangan yang kamu berikan itu palsu. Kalau kamu menjualnya, harganya 200 ribu pun nggak ada yang akan membelinya," kata Leo."Nak, jangan bicara omong kosong!" Marvin sangat marah. Matanya tampak sedikit panik."Hahaha ....""Konyol sekali. Siapa Pak Marvin, bagaimana dia bisa memberikan hadiah palsu? Tanyakan saja pada orang-orang yang hadir, siapa yang akan memercayainya?" ujar Anna sambil tertawa keras."Benar, Pak Marvin adalah putra kedua dari keluarga pertama di Kota Zeva. Dia memiliki kekayaan bersih ratusan triliun. Baginya, puluhan miliar hanyalah setetes hujan." Santi mendengus dengan dingin."Benar. Pak Marvin nggak memedulikan uang puluhan miliar. Dia nggak mungkin memberikan barang palsu. Itu hanya akan mempermalukannya.""Aku pikir kamu cemburu pada Pak
Dani mengangguk, lalu dia meminta dua orang untuk membuka lukisan pemandangan itu.Seketika, aula menjadi heboh.Anna menyilangkan lengannya dan menatap Leo sambil berkata dengan nada meremehkan, "Aku ingin melihat apa yang bisa kamu lihat! Tapi, jangan salahkan aku karena nggak mengingatkanmu, lukisan ini berharga lebih dari 20 miliar. Kamu hanya dapat melihatnya, tapi nggak boleh menyentuhnya. Kalau kotor atau rusak, kamu nggak akan mampu membayar ganti rugi."Marvin mencibir, "Nak, apakah kamu sudah melihatnya?"Leo tidak berbicara. Dia hanya menunjukkan senyuman main-main. Kemudian, dia mengambil gelas air di atas meja dan menyesapnya.Namun, dia tidak menelannya, melainkan tiba-tiba menyemprotkannya ke lukisan itu."Apa yang kamu lakukan, pecundang!""Berani sekali nyalimu!"Anna dan Marvin sangat marah. Begitu pula dengan Santi, Dani dan lainnya.Anna menunjuk Leo sambil berkata dengan marah, "Kamu berani menghancurkan lukisan bernilai lebih dari 20 miliar, kamu harus membayar ko
"Kalau begitu kamu harus memperhatikan dengan saksama." Suara Marvin agak rendah dan terdengar sedikit mengancam.Ian melangkah maju dan menyentuh area basah dengan jari-jarinya. Alhasil, jari-jarinya ternoda cat."Barang palsu!"Ekspresi Ian sangat terkejut. Dia tidak menyangka hasilnya akan seperti itu."Kamu mengerti atau nggak? Jangan bicara omong kosong kalau kamu nggak mengerti!" keluh Marvin dengan tegas.Rosa mencibir dan berkata, "Penilaian Pak Ian nggak akan salah. Kalau dia mengatakan itu palsu, itu pasti palsu."Marvin terkejut dan marah. Keringat dingin telah mengucur di dahinya, tetapi dia bereaksi dengan cepat dan berkata dengan marah, "Aku nggak menyangka aku juga akan salah. Kakek, aku tertipu. Aku akan memberimu satu lukisan yang lebih berharga sebagai hadiah nanti!""Sudah cukup Pak Marvin memiliki niat ini." Dani tidak marah. Bagaimanapun, identitas Marvin sangat tinggi. Bahkan jika dia memberi Dani batu bata, dia akan menyimpannya sebagai barang antik."Tebakan ana
Semua orang tampak tidak percaya. Mereka tidak mengerti mengapa ketiga orang ini ingin mengambil sampah itu.Mereka bertiga berlari dengan sangat cepat, tapi sayangnya ada satu yang lebih cepat. Seekor kucing gemuk tiba-tiba berlari ke arah pil dan memakannya."Jangan ...."Erik menjerit dengan putus asa. Orang-orang yang tidak tahu mengira seseorang telah merampok istrinya.Markus juga tampak tertekan, sementara Rosa juga terlihat sangat sedih."Nona Rosa, Dokter Markus, Pak Erik, apa yang kalian lakukan?" tanya Dani dengan bingung."Huh ...."Markus menghela napas panjang, tapi tiba-tiba matanya berbinar. Dia telah memikirkan sesuatu. Dia menunjuk ke anjing pug tidak jauh dari situ dan bertanya, "Anjing siapa ini?""Anjingku."Seorang pelayan datang dengan takut. "Nona Rosa, maaf, aku seharusnya nggak membawa anjing itu ke hotel. Mohon maafkan aku.""Hanya sekali ini saja. Jangan ada lain kali." Rosa tidak mempersulit pelayan itu."Terima kasih, Nona Rosa."Pelayan itu menghela napas
Rosa mengangguk, lalu dia memanggil dua orang untuk membawa anjing itu pergi.Saat ini, semua orang tiba-tiba menyadari bahwa yang diperebutkan Erik dan Markus bukanlah anjing itu, melainkan pil yang dimakan anjing itu."Pil itu hanya sampah. Pak Erik bahkan menghabiskan 10 miliar untuk membelinya. Apa dia gila?""Pil itu telah dimakan anjing. Kalau nggak, itu pasti akan lebih mahal.""Benar. Pak Markus juga merebut pil itu. Sepertinya pil itu nggak sederhana. Benarkah bisa menyembuhkan segala penyakit dan menghilangkan semua racun?"Meskipun semua orang merasa agak sulit dipercaya, ini sudah merupakan penjelasan yang paling masuk akal.Dani memandang mereka berdua dan bertanya, "Dokter Markus, Pak Dani, pil itu terlihat seperti sampah. Kenapa kalian membelinya? Belum lagi pil itu dimakan oleh seekor anjing.""Sampah?"Markus menunjukkan senyuman sinis. "Pak Dani, kenapa kamu begitu linglung? Bukannya kamu nggak tahu keterampilan medis Pak Leo. Sebuah pil menyelamatkan hidupmu dan akup
"Raka, dia Raka Raditya!"Seseorang mengenalinya."Ternyata dia adalah Raka. Dia adalah putra nomor satu di Kota Kumara yang membuat ribuan gadis terpesona.""Yah, aku dengar Nona Febi juga sangat menyukainya. Jika Keluarga Raditya nggak pindah, dia akan menjadi pria yang berdiri di samping Febi sekarang."Semua orang berbisik. Meskipun suara mereka sangat pelan, Leo masih mendengarnya. Perkataan itu membuatnya merasa sangat tidak nyaman.Saat ini, Raka Raditya mendatangi Febi dan membuka tangannya. Dia ingin memberikan Febi pelukan hangat.Leo langsung mengepalkan tinjunya. Kemudian, cahaya dingin muncul di matanya.Berani sekali Raka ingin memeluk istrinya di hadapannya.Tepat ketika Leo hendak menghentikannya, Febi tiba-tiba mundur selangkah."Pak Raka, kapan kamu kembali?""Febi, kenapa kamu menjadi begitu asing? Kamu biasa memanggilku Kak Raka.""Aku sudah dewasa. Selain itu, aku sudah menikah sekarang." Febi menunjuk ke arah Leo sambil berkata, "Dia adalah suamiku, Leo."Raka ter
Lanny buru-buru menyetujui, "Kakekmu benar. Setelah kamu menceraikan pecundang ini, pilihlah hari yang baik untuk bertunangan dengan Pak Raka.""Aku nggak akan menceraikannya, jangan memaksaku." Febi sangat marah."Febi, kamu juga tahu situasi Keluarga Sharon saat ini. Pecundang ini nggak bisa membantu sama sekali, tapi Pak Raka berbeda. Kalau kamu bertunangan dengan Pak Raka, aku pikir Pak Raka pasti akan membantu kita."Dani mengetahui karakter Febi, jadi dia memainkan emosionalnya.Raka tersenyum dan berkata, "Tentu saja. Quin, berikan kontrak itu kepada Kakek."Quin segera menyerahkan dokumen di tangannya kepada Dani. Setelah membacanya, Dani sangat bersemangat. "Ini adalah pesanan dari Perusahaan Aksara. Pak Raka, apakah kamu bekerja di Perusahaan Aksara sekarang?"Quin berkata dengan bangga, "Pak Raka sekarang adalah manajer departemen proyek Perusahaan Aksara."Kerumunan kembali gempar."Pak Raka memang hebat. Dia sungguh luar biasa. Dia telah bekerja di Perusahaan Aksara dan me