Karena peti mati itu ditutupi dengan selembar kain merah. Mereka tidak tahu apa hadiah itu."Leo!"Lebih dari separuh tamu yang hadir menghadiri Perjamuan Dewa Perang dua hari yang lalu. Jadi, ketika mereka melihat Leo, mereka langsung marah.Terutama mereka yang sangat membenci Leo, seperti Aston, Rendi, Jovan dan yang lainnya.Tentu saja, orang yang paling marah adalah Raka dan anggota Keluarga Sharon."Kenapa pecundang ini datang lagi?" Lanny adalah orang pertama yang marah. Dia menunjuk hidung Leo sambil berteriak, "Hari ini adalah hari pernikahan putriku dan Pak Raka, lebih baik kamu keluar dari sini sekarang juga. Kalau nggak, kamu akan celaka!"Sejak pertama kali bertemu, Lanny sangat muak dengan Leo. Di matanya, Leo adalah pecundang malang yang tidak memiliki kekuatan dan kekuasaan. Dia juga kejam dan tidak berguna.Sekarang, putrinya telah menikah dengan Raka. Lanny akan mendapatkan keuntungan dari hal in. Tentu saja, dia tidak mengizinkan Leo menghancurkannya.Kevin juga
"Kamu memang cerdas. Begini saja, coba tunjukkan hadiahmu. Kalau aku puas, aku akan melupakan masa lalu."Raka mencibir di dalam hatinya. Dia hanya ingin menahan Leo untuk sementara waktu agar dia tidak merusak pernikahannya. Dia akan berurusan dengan Leo di masa depan."Kamu pasti puas dengan hadiahku. Dengan hadiah dariku, kamu nggak perlu khawatir untuk tempat tinggalmu di masa depan."Leo menunjukkan senyuman penuh arti, lalu dia menjentikkan jarinya. Beberapa anggota Sekte Aksara segera mengangkat kain merah itu.Detik berikutnya, semua orang membelalakkan mata mereka sambil menatap peti mati yang gelap itu.Semua orang terkejut. Tidak ada yang menyangka bahwa hadiah yang dikirimkan Leo ternyata adalah peti mati.Ini bukan hadiah, ini jelas pemakaman."Orang ini bahkan mengirimkan peti mati, berani sekali dia!""Anak ini pasti mati. Keluarga Osmana nggak akan pernah melepaskannya!"Kerumunan menjadi gempar. Semua orang kaget dan berteriak dengan marah.Tentu saja, beberapa orang m
"Anak ini sombong sekali. Dia berani mengatakan Keluarga Osmana nggak ada apa-apanya. Dia benar-benar nggak tahu diri.""Benar, Keluarga Osmana adalah keluarga besar di Provinsi Zeva. Sementara dia hanyalah pecundang yang malang. Kalau Keluarga Osmana ingin membunuhnya, itu semudah menghancurkan seekor semut.""Orang ini hanyalah orang bodoh yang nggak tahu diri. Sungguh keajaiban dia bisa bertahan sampai hari ini.""Terakhir kali dia membuat keributan besar di Perjamuan Dewa Perang. Dewa Perang Zeva terlalu malas untuk berdebat dengannya, kemudian dia dibawa pergi oleh Keluarga Widyanto. Kalau nggak, bagaimana dia bisa bertahan sampai hari ini.""Kalau begitu, aku mengerti. Anak ini pasti mengandalkan Keluarga Widyanto untuk bersikap nggak bermoral.""Keluarga Widyanto memang sangat kuat. Tapi bagaimanapun juga, mereka jauh di Kota Fello. Mereka nggak bisa menyelamatkannya sama sekali."Semua orang mengangguk setuju dan memandang Leo seolah-olah sedang melihat orang mati.Saat mendeng
"Pak Raka benar-benar hebat. Dia hampir menjadi master Alam Kesatria tingkat puncak di usia yang begitu muda. Dia benar-benar hebat!""Yah, sulit untuk menjadi seorang master. Pak Raka bisa menjadi seorang master Alam Kesatria tingkat puncak di usia dua puluh enam tahun. Di seluruh Provinsi Zeva, mungkin sulit untuk menemukan orang seperti itu."Semua orang mengangguk dengan setuju. Ada banyak orang yang memandang Raka dengan antusias.Beberapa gadis bahkan terus meliriknya. Mereka berharap bisa menjadi pacarnya Raka.Leo tersenyum dingin dan berkata, "Nggak peduli kamu adalah master Alam Kesatria tingkat menengah atau tingkat puncak. Di mataku, kamu nggak ada apa-apanya.""SIalan, anak ini sombong sekali. Pak Raka, cepat bunuh dia. Aku benar-benar kesal dengannya!" kata Kevin dengan nada dingin.Lanny mengangguk setuju dan mendesak, "Raka, cepat bunuh dia. Jangan tunda waktu pernikahanmu."Saat dia mendengar kata-kata itu, Raka mengangguk. Lalu, dia melihat ke arah Leo sambil berbisik
"Tanpa izinku, kamu nggak akan memiliki kesempatan untuk melarikan diri!"Saat berbicara, Teguh datang ke sisi Bayu. Rambutnya sedikit putih, dengan tubuh pendek dan sosok kurus. Penampilannya tampak sedikit lemah.Namun, matanya sangat tajam seperti dua pedang tajam yang mampu menembus pikiran orang. Tatapannya itu tampak mengintimidasi."Pak Teguh, tolong selamatkan putraku," mohon Gala sambil membungkuk.Teguh meletakkan tangannya di belakang punggung dan berkata dengan percaya diri, "Jangan khawatir, Pak Gala. Putramu akan baik-baik saja.""Nak, apakah kamu nggak mendengar apa yang aku katakan? Cepat lepaskan Pak Raka!"Teguh berpikir jika dia keluar, Leo akan ketakutan setengah mati dan buru-buru melepaskan Raka.Siapa sangka Leo tidak berniat melepaskannya. Hal ini membuatnya sangat marah.Leo berkata sambil tersenyum sinis, "Kamu pikir kamu siapa! Kenapa aku harus mendengarkanmu?""Sialan, orang ini sombong sekali. Dia berani berbicara dengan Pak Teguh seperti ini. Besar sekali
Febi berlari ke arah Leo tanpa memedulikan halangan keluarganya. Kemudian, dia menasihatinya dengan cemas, "Leo, tolong cepat pergi. Kalau gubernur datang, kamu nggak bisa melarikan diri lagi.""Jangankan gubernur, aku bahkan nggak takut kalau Raja Surga datang!" kata Leo sambil tersenyum tipis."Leo, sudah seperti ini. Bisakah kamu berhenti membual?" kata Febi dengan sangat marah.Bukannya Febi tidak memercayai Leo. Semua ini karena Leo menyembunyikannya dengan sangat baik.Di mata Febi, Leo mahir dalam keterampilan medis dan sangat kuat. Leo sudah sangat hebat di antara orang-orang biasa. Namun, bagaimanapun juga, Leo tidak memiliki kekuatan dan kekuasaan. Menyinggung Keluarga Osmana dan Keluarga Raditya akan sangat merepotkan, apalagi gubernur akan datang.Gubernur adalah salah satu penguasa di Provinsi Zeva. Selama dia memberi perintah, Leo akan sulit untuk keluar hidup-hidup.Sekarang Febi hanya bisa membiarkan Leo melarikan diri sejauh mungkin sebelum gubernur datang. Hanya d
"Berengsek, gubernur ada di sini, cepat lepaskan anakku dan berlutut untuk mengakui kesalahanmu!" teriak Gala sambil menunjuk ke arah Leo dengan tegas."Cepat lepaskan putraku!" teriak ibunya Raka dengan keras."Diam!"Gubernur langsung marah. Dia mengangkat tangannya dan menampar Gala dengan keras, lalu dia menampar ibunya Raka dengan punggung tangannya."Pak, kenapa kamu memukuli kami?" tanya Gala dengan sedih sambil menutupi wajahnya yang bengkak dan sakit."Aku memang memukulmu. Kamu berani nggak menghormati Ketua. Siapa yang memberimu keberanian ini?" tanya Gubernur dengan tegas."Apa! Ketua!""Pak, apa kamu nggak salah? Dia hanyalah pecundang yang miskin. Bagaimana mungkin dia adalah Ketua?"Gala menatap Leo dengan tatapan terkejut dan tidak percaya.Gubernur mengabaikannya, lalu dia berbalik untuk bersujud di depan Leo. Semua pengawal yang dibawanya juga berlutut di lantai."Salam pada Ketua!"Semua orang menyapa dengan serempak.Setelah Gala dan istrinya melihat adegan ini, mer
Febi bersikeras memasuki hotel. Hal itu membuat beberapa anggota Keluarga Sharon sangat marah. Jika Febi menyinggung gubernur dan Keluarga Raditya, mereka juga akan terlibat.Namun, tanpa perintah gubernur, mereka tidak berani mengejar Febi. Mereka semua hanya bisa mengentakkan kakinya dengan marah.Febi melangkah ke hotel. Dia hendak mengeluarkan Air Mata Malaikat dan berpura-pura menjadi istrinya Ketua. Alhasil, dia malah melihat pemandangan yang luar biasa.Febi melihat beberapa pengawal gubernur memasukkan mayat Raka dan Keluarga Raditya yang lainnya ke dalam peti mati.Febi langsung membelalakkan matanya. Ekspresinya tampak kaget dan tidak percaya.Bukankah gubernur datang untuk membela Keluarga Raditya?Kenapa dia malah membunuh ketiga anggota Keluarga Raditya?Leo juga terkejut. Dia tidak menyangka Febi akan masuk lagi.Saat gubernur melihat Febi masuk, dia langsung marah, "Siapa yang membiarkanmu masuk? Keluar!""Lancang!"Tubuh Leo langsung memancarkan aura pembunuh yang menak