Sejak kemarin, Mas Bambang suamiku, memang tak ada di rumah. Dia sedang meninjau proyek baru yang ada di provinsi lain, biasanya sih dia tak akan pulang sampai tiga atau lima hari. Dan itu sudah seperti kegiatan rutin baginya, yang berprofesi sebagai seorang kontraktor. Tentu saja aku pun tak pernah mencurigainya, yang benar-benar mencari nafkah untuk keluarga.Kami sudah menikah selama lima tahun, namun memang hingga kini, kami belum di percaya oleh Allah untuk memiliki momongan. Namun, hal itu tak pernah menjadi permasalahan buat kami, aku dan Mas Bambang sabar menanti, hingga malaikat itu benar-benar datang di kehidupan rumah tangga kami."Mas, maaf ya, hingga usia pernikahan kita yang sudah lima tahun ini, aku belum bisa memberikan seorang anak," ucapku dulu, sering kuucapkan di saat kami sedang berduaan."Kenapa harus minta, Dek? Memang kita belum dikasih oleh Allah. Jangan ngomong begitu lagi, ya. Aku ini mencintaimu dengan tulus dan apa adanya, dan dalam keadaan apapun." Jawaba
Huh, memang ada-ada saja kelakuan tetanggaku yang satu itu. Biarin saja deh, nanti bisa kujelaskan pada ibu-ibu kompleks saat belanja sayuran di Paijo nanti. Lebih baik sekarang aku menelepon Mas Bambang saja. Langsung kutekan namanya di aplikasi hijauku, di layar terlihat berdering, berarti dia sedang aktif sekarang.Namun dua kali panggilanku tak diterima olehnya, apa mungkin dia belum bangun? Sepertinya tak mungkin, karena Mas Bambang tak pernah meninggalkan ibadah shalat saat di rumah. Akhirnya aku mengirimkan chat dulu sebelum nanti mencoba meneleponnya lagi.[Assalamualaikum Mas. Lagi ngapain kok aku telepon nggak diangkat?]Seketika chat yang kukirim itu menjadi centang dua, dan kemudian berubah menjadi biru, lalu terlihat Mas Bambang sedang mengetik.[Waalaikumsalam, Dek. Maaf ya tadi aku lagi di kamar mandi. Sekarang silahkan kamu telepon lagi.]Setelah membaca chat itu, aku langsung meneleponnya."Assalamualaikum Mas," ucapku membuka percakapan lewat sambungan telepon itu.
"Hemmm, kalau begitu kita ganti panggilan suara ini jadi panggilan video saja Mas! Aku kan juga pingin tahu kamu sedang nonton apa di tivi!" ujarku.Kembali Mas Bambang tak membalas ucapanku tadi. Kali ini sepertinya ku dengar suara orang sedang berbisik."Mas! Kamu sebenarnya lagi sama siapa sih Mas, kok pakai bisik-bisik segala! Makin mencurigakan deh kamu Mas! Cepat sekarang ganti ke panggilan video, kalau nggak mau berarti kamu memang sedang membohongiku!" ucapku makin emosi karena mencium banyak ketidakberesan di sana."Iya..iya Dek bentar ya, lagi di kamar mandi nih, perutku sakit banget!""Gimana sih?! Tadi katanya nonton tivi sekarang lagi di kamar mandi! Banyak sekali kebohonganmu Mas!" ucapku semakin kesal."Ya sudah ayo sekarang ganti ke panggilan video ya, Dek. Sabar jangan marah, ini memang aku barusan ke toilet, perutku mules lagi."Aku sudah siap merekam panggilan video itu nanti, buat antisipasi saja sih! Mas Bambang pun kemudian mengubah panggilan itu.Tampak di layar
Jadi aku pun membiarkan adegan antara dua anak manusia itu terlihat begitu saja, sambil tetap asyik merekamnya. Jangan di tanya kenapa aku kuat menyaksikan ini? Karena aku sungguh kecewa dengan suamiku itu. Bagaimanapun caranya, akan kubuat kamu menyesal kamu Mas! Tega sekali dia bercumbu dengan wanita lain saat aku tengah meneleponnya begini, apa nggak bisa menunggu nanti setelah telepon kumatikan? Apa sebegitu meng*******annya gundikmu itu, hingga kamu tak kuat lagi menahan hasrat itu?Tiba-tiba Mas Bambang kembali duduk di depan layar handphone, masih tanpa memakai kaos, keringat kembali tampak di badannya. "Maaf ya Dek, sakit banget e perutku, jadi dari pada bolak-balik ke kamar mandi, sekalian saja tadi aku tunggu di sana saja," ucapnya sambil nyengir."Nggak apa-apa sih Mas. Aku kira tadi kamu ketiduran di kamar mandi. Hampir dua puluh menit loh itu," ucapku kubuat sebiasa mungkin."Nggak lah, Dek, hanya saja tadi perutku itu rasanya benar-benar mulas. Entah tadi pagi aku hab
[Dek, coba cek, barusan sudah ku kirim lagi uang sebesar lima juta rupiah ke rekeningmu. Sudah sana cepat siap-siap ke dealer. Pilih mobil sesuka hatimu, Dek. Tapi nanti usah telpon, kirim chat aja, aku mau meeting.]Sebuah chat dari Mas Bambang kembali masuk, dan memang beberapa detik yang lalu ada notifikasi uang masuk ke rekeningku.[Terima kasih banyak ya Mas.]Sebenarnya aku masih sedikit tak percaya, jika suamiku yang baik itu ternyata tega bermain api dibelakangku. Berarti tidak selalu kan laki-laki yang royal dan sok perhatian itu, setia pada pasangannya, bisa jadi itu hanya caranya untuk menutupi kelakuan buruknya saja, seperti kasus suamiku ini. Tapi biarlah dia teruz merasa bahwa kebohongannya itu tertutup rapat, hingga aku mendapatkan dulu apa yang aku inginkan.Tinn tinn tinnBunyi bel khas tukang sayur itu datang. Gegas aku pun keluar sebentar untuk sekedar membeli cabe atau jajanan pasar untuk pengganjal perut. Tampak sudah banyak ibu-ibu mengerubungi Paijo."Jo, aku ma
Setelah mandi dan bersiap kini aku akan berangkat keluar, tujuan pertamaku tentulah dealer mobil, namun sepagi ini mana mungkin buka, mungkin dealer baru akan buka pukul sepuluh nanti, jadi ku putuskan pagi ini aku akan ke rumah orang tua ku saja, jaraknya tak jauh sih, hanya satu jam perjalanan saja. "Vin, tumben kamu pagi-pagi sudah ke sini? Bambang nggak ikut?" Bapak yang setiap pagi pasti duduk di teras sambil minum teh, menyapaku saat aku mencium punggung tangannya."Lagi mau ambil baju, Pak. Mas Bambang seperti biasa sedang ke luar kota," jawabku kemudian segera masuk ke kamar.Kebetulan di kamarku ini, ada lemari pribadiku, yang hingga kini kuncinya kubawa. Karena di sini berisi barang-barang yang kuanggap penting, dari sejak aku SD dulu hingga kini berusia dua puluh tujuh tahun. Segera ku taruh surat penting dan perhiasanku di sini dan kembali menguncinya.Aku memang tak jadi menitipkan barang berhargaku ini di pegadaian, karena ku rasa lebih aman di sini."Ibu di mana, Pak
Aku langsung mengambil surat-surat itu, beserta persyaratan lain yang dibutuhkan, kemudian aku kembali pergi dari rumah. Kali ini aku tidak akan meminjam uang di bank atau pegadaian, terlalu ribet syaartanya, aku akan menjaminkan surat-surat ini ke seorang rentenir asal Batak. Kebetulan aku mengenalnya lewat salah seorang temanku yang dulu sering menggadaikan mobilnya di sana.Sebenarnya aku tahu bahwa bunganya akan sangat besar jika pinjam di sini, namun itu juga nantinya bisa jadi senjata untuk menghancurkan Mas Bambang. "Aku hanya bisa meminjami uang senilai tujuh ratus lima puluh juta saja, dan hanya dalam waktu tiga bulan. Setelah tiga bulan uang itu harus kembali menjadi sembilan ratus juta.Jika lebih dari empat bulan, kamu tak bisa mengembalikan uang itu, maka semua tanah ini akan menjadi milikku."Wow sebuah perjanjian yang sangat menjerat 'kan? Namun tetap ku terima, yang penting aku dapat uang. Dari pada nanti semua malah di habiskan untuk para gundiknya.Setelah uang itu
Dari salah satu foto yang di kirim oleh Feli, ternyata ada foto Mas Bambang yang sedang bermesran dengan Ria. Ternyata selama ini mereka bersandiwara di belakangku, dan hal itu mereka lakukan dengan sangat baik, hingga aku tak dapat mengendusnya.[Dari mana kamu mendapatkan foto-foto ini? Dan sebenarnya siapa kamu?!][Foto itu, ku dapat dari galery handohone Mas Bambang. Aku adalah salah satu korban suamimu, sebenarnya bukan korban sih, tapi sama-sama butuh. Dia butuh kehangatan dan aku butuh uang. Sayangnya, dia itu tak bisa setia dengan satu wanita saja, dan itu tak bisa kuterima. Jujur saat ini aku sedang hamil anaknya, mangkanya aku terus-terusan mengejarnya. Meski dia playboy, namun aku tak mau anak di perutku ini lahir tanpa bapak.]Astaghfirullahaladzim, berita baru apa lagi ini!? Ternyata sampai segitunya dia luaran, bahkan ada yang sampai hamil. Kalau aku tetap jadi istrinya, bisa-bisa aku kena penyakit kelamin karena hobinya yang suka bergonta-ganti pasangan.Besok aku haru