Setelah mandi dan bersiap kini aku akan berangkat keluar, tujuan pertamaku tentulah dealer mobil, namun sepagi ini mana mungkin buka, mungkin dealer baru akan buka pukul sepuluh nanti, jadi ku putuskan pagi ini aku akan ke rumah orang tua ku saja, jaraknya tak jauh sih, hanya satu jam perjalanan saja. "Vin, tumben kamu pagi-pagi sudah ke sini? Bambang nggak ikut?" Bapak yang setiap pagi pasti duduk di teras sambil minum teh, menyapaku saat aku mencium punggung tangannya."Lagi mau ambil baju, Pak. Mas Bambang seperti biasa sedang ke luar kota," jawabku kemudian segera masuk ke kamar.Kebetulan di kamarku ini, ada lemari pribadiku, yang hingga kini kuncinya kubawa. Karena di sini berisi barang-barang yang kuanggap penting, dari sejak aku SD dulu hingga kini berusia dua puluh tujuh tahun. Segera ku taruh surat penting dan perhiasanku di sini dan kembali menguncinya.Aku memang tak jadi menitipkan barang berhargaku ini di pegadaian, karena ku rasa lebih aman di sini."Ibu di mana, Pak
Aku langsung mengambil surat-surat itu, beserta persyaratan lain yang dibutuhkan, kemudian aku kembali pergi dari rumah. Kali ini aku tidak akan meminjam uang di bank atau pegadaian, terlalu ribet syaartanya, aku akan menjaminkan surat-surat ini ke seorang rentenir asal Batak. Kebetulan aku mengenalnya lewat salah seorang temanku yang dulu sering menggadaikan mobilnya di sana.Sebenarnya aku tahu bahwa bunganya akan sangat besar jika pinjam di sini, namun itu juga nantinya bisa jadi senjata untuk menghancurkan Mas Bambang. "Aku hanya bisa meminjami uang senilai tujuh ratus lima puluh juta saja, dan hanya dalam waktu tiga bulan. Setelah tiga bulan uang itu harus kembali menjadi sembilan ratus juta.Jika lebih dari empat bulan, kamu tak bisa mengembalikan uang itu, maka semua tanah ini akan menjadi milikku."Wow sebuah perjanjian yang sangat menjerat 'kan? Namun tetap ku terima, yang penting aku dapat uang. Dari pada nanti semua malah di habiskan untuk para gundiknya.Setelah uang itu
Dari salah satu foto yang di kirim oleh Feli, ternyata ada foto Mas Bambang yang sedang bermesran dengan Ria. Ternyata selama ini mereka bersandiwara di belakangku, dan hal itu mereka lakukan dengan sangat baik, hingga aku tak dapat mengendusnya.[Dari mana kamu mendapatkan foto-foto ini? Dan sebenarnya siapa kamu?!][Foto itu, ku dapat dari galery handohone Mas Bambang. Aku adalah salah satu korban suamimu, sebenarnya bukan korban sih, tapi sama-sama butuh. Dia butuh kehangatan dan aku butuh uang. Sayangnya, dia itu tak bisa setia dengan satu wanita saja, dan itu tak bisa kuterima. Jujur saat ini aku sedang hamil anaknya, mangkanya aku terus-terusan mengejarnya. Meski dia playboy, namun aku tak mau anak di perutku ini lahir tanpa bapak.]Astaghfirullahaladzim, berita baru apa lagi ini!? Ternyata sampai segitunya dia luaran, bahkan ada yang sampai hamil. Kalau aku tetap jadi istrinya, bisa-bisa aku kena penyakit kelamin karena hobinya yang suka bergonta-ganti pasangan.Besok aku haru
Lega rasanya setelah pulang dari pengadilan agama ini, kupastikan bahwa gugatan ceraiku nanti pasti akan di kabulkan. Hari ini aku tak akan membeli motor baru, tapi uang lima puluh juta dari Mas Bambang tadi pagi, akanku simpan saja, siapa tahu suatu hari nanti aku ingin membuka sebuah usaha sendiri, jadi tak perlu repot mencari modal.Ku putuska hari ini untuk berkunjung ke rumah orang tuaku, sekalian untuk memperlancar memgemudiku dengan Mas Vino. Karena aku sudah ingin menaiki mobil baruku sendiri nanti, ingin rasanya aku memamerkan mobil baruku itu lada Ria, yang notabene juga pernah merasakan uang dari suamiku itu."Vin, kamu lagi ada masalah ta sama Bambang?" Ibu tiba-tiba menghampiriku ke kamar dan berkata seperti itu."Nggak kok Bu, biasa saja kok." Kucoba menyembunyikan semua ini darinya."Jangan bohong sama ibu Vin, firasat ibu mengatakan kalau dari kemarin itu kamu sedang banyak masalah. Jujur saja sama ibu, ringankan sedikit bebanmu itu, ceritalah Nak," ucap Ibu lagi sam
Ria Mati Kutu[Mas, boleh nggak aku buka usaha? Jenuh nih tiap hari di rumah melulu, kebetulan temanku ada yang bisnis berlian dan emas. Kulihat prospeknya sangat bagus, dengan keuntungan bisa dua kali lipat loh Mas. Bolehkan aku minta modal, nggak banyak kok tiga ratus juta saja, nanti kan keuntungannya bisa muter buat modal proyek kamu lagi Mas. Boleh ya?]********************* ********************Kumandang adzan subuh membangunkanku, segera aku bangun dan berangkat ke mushola kompleks. Saat Mas Bambang tak di rumah, memang aku selalu melaksanakan shalat berjamaah di mushola yang letakknya hanya berjarak tujuh rumah saja dari rumahku. Setelah jamaah pasti kemudian aku menyapu halaman rumah."Duh, mobilnya baru nih, ye," ucap Sari yang tiba-tiba nongol di depan gerbang bersama Dewi.Entah dari mana mereka berdua, sepagi inu sudah jalan bersama, atau mungkin mereka lagi jalan-jalan seperti kebanyakan orang di kompleks ini, kecuali aku, hehehe."Eh, kaget aku, iya dong. Alhamdulillah
Kukuras ATM-mu Lagi Mas.[Dek, kamu jangan percaya ya, dengan gosip-gosip yang mengatakan bahwa aku pernah punya hubungan khusus dengan Ria. Mereka itu iri padamu dan hanya ingin menghancurkan hubungan kita saja. Nggak usah di dengarin ya.]Berarti sampai saat ini Ria dan Mas Bambang masih sering berhubungan ya, benar-benar kurang ajar kalian berdua.[Gosip apaan sih, Mas? Aku kok malah nggak tahu, gosip yang sedang beredar di sini tuh memang ada foto Ria sama laki-laki mau masuk hotel, tapi kan itu juga bukan kamu. Kok kamu yang di sana malah tahu sih? Jangan-jangan kamu beneran ada hubungan khusus dengan Ria, si janda centil itu ya?][Eh, bukan begitu, Dek. Gimana sih jelasinnya. Pokoknya aku nggak ada hubungan apa-apa sama dia. Percaya padaku Dek.][Nggak, Mas. Aku nggak percaya, kamu pasti punya hubungan sama dia, ya sudaah aku akan pulang ke rumah Ibu, nggak sudi aku di duain apalagi sama janda gatel itu! Sudah jangan hubungi aku lagi!]Kemudian aku pura-pura ngambek, demi memulu
Lega itu jika bisa mengambil uang dari suami yang kini menduakan kita. Tapi PR ku masih banyak, uang di ATM Mas Bambang masih tiga ratus juta rupiah, eh itu cuma katanya Mas Bambang sih, kalau berapa aslinya sih, aku malah nggak tahu. Pasti lebih banyak dari itu, dan satu lagi yang pasti, harus tetap ku kuras semuanya secepat-cepatnya.Sebenarnya juga, saat ini aku ingin memviralkan dan mempermalukan Ria-janda gatel-itu. Namun jika hal itu kulakukan sekarang, rasanya kok terlalu gegabah. Jika sampai Ria ngadu ke Mas Bambang seperti kemarin, bisa-bisa aku nggak jadi dapat uang lagi dong dari Mas Bambang. Jadi sebelum uangnya habis, lebih baik aku bersabar dulu.Oh iya hampir lupa, kemarin aku sempat lewat di persawahan milik kami, yang sertifikatnya pakai nama Mas Bambang itu, padi yang di tanam di sana sudah menguning, dan siap untuk di panen. Jadi hari ini, aku akan mengunjungi rumah Pak Tukiman, orang yang ku percaya menggarap semua sawahku ini.Lumayan kan biasanya sekali panen pa
Ide Cemerlangku Menghasilkan LagiUntuk membuat hatiku makin bahagia, maka kuputuskan untuk shoping-shoping. Kubeli banyak pakaian baru, yang nantinya akan menggantikan pakaian kebesaranku-daster-agar tak terus di bilang kayak pembantu, hehehe.Setelah puas shoping, aku pun menuju ke rumah Ibu, untuk sekedar bercengkrama dengan keluargaku."Kamu kok senyam-senyum gitu, Vin? Habis menang lotre ya!?" Canda Mas Vino yang saat itu tengah duduk di teras bersama Bapak."Lotre? Lebih dari itu dong. Aku hari ini dapat uang banyak banget loh! Hampir satu milyar loh!" jawabku girang sambil duduk dan bergabung dengan mereka.Bapak hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala."Bagus tuh Vin, laki-laki yang ngeduain wanita kayak gitu memang harusnya cepat di kasih pelajaran!" sahut Mas Vino berapi-api."Loh Ibu dimana, Pak? Kok nggak ikut duduk-duduk di sini?" tanyaku.Memang sudah menjadi kebiasaan di keluargaku dari dulu, sambil menunggu magrib tiba, kami akan duduk-duduk di teras sambil ngeteh.