Ria Mati Kutu[Mas, boleh nggak aku buka usaha? Jenuh nih tiap hari di rumah melulu, kebetulan temanku ada yang bisnis berlian dan emas. Kulihat prospeknya sangat bagus, dengan keuntungan bisa dua kali lipat loh Mas. Bolehkan aku minta modal, nggak banyak kok tiga ratus juta saja, nanti kan keuntungannya bisa muter buat modal proyek kamu lagi Mas. Boleh ya?]********************* ********************Kumandang adzan subuh membangunkanku, segera aku bangun dan berangkat ke mushola kompleks. Saat Mas Bambang tak di rumah, memang aku selalu melaksanakan shalat berjamaah di mushola yang letakknya hanya berjarak tujuh rumah saja dari rumahku. Setelah jamaah pasti kemudian aku menyapu halaman rumah."Duh, mobilnya baru nih, ye," ucap Sari yang tiba-tiba nongol di depan gerbang bersama Dewi.Entah dari mana mereka berdua, sepagi inu sudah jalan bersama, atau mungkin mereka lagi jalan-jalan seperti kebanyakan orang di kompleks ini, kecuali aku, hehehe."Eh, kaget aku, iya dong. Alhamdulillah
Kukuras ATM-mu Lagi Mas.[Dek, kamu jangan percaya ya, dengan gosip-gosip yang mengatakan bahwa aku pernah punya hubungan khusus dengan Ria. Mereka itu iri padamu dan hanya ingin menghancurkan hubungan kita saja. Nggak usah di dengarin ya.]Berarti sampai saat ini Ria dan Mas Bambang masih sering berhubungan ya, benar-benar kurang ajar kalian berdua.[Gosip apaan sih, Mas? Aku kok malah nggak tahu, gosip yang sedang beredar di sini tuh memang ada foto Ria sama laki-laki mau masuk hotel, tapi kan itu juga bukan kamu. Kok kamu yang di sana malah tahu sih? Jangan-jangan kamu beneran ada hubungan khusus dengan Ria, si janda centil itu ya?][Eh, bukan begitu, Dek. Gimana sih jelasinnya. Pokoknya aku nggak ada hubungan apa-apa sama dia. Percaya padaku Dek.][Nggak, Mas. Aku nggak percaya, kamu pasti punya hubungan sama dia, ya sudaah aku akan pulang ke rumah Ibu, nggak sudi aku di duain apalagi sama janda gatel itu! Sudah jangan hubungi aku lagi!]Kemudian aku pura-pura ngambek, demi memulu
Lega itu jika bisa mengambil uang dari suami yang kini menduakan kita. Tapi PR ku masih banyak, uang di ATM Mas Bambang masih tiga ratus juta rupiah, eh itu cuma katanya Mas Bambang sih, kalau berapa aslinya sih, aku malah nggak tahu. Pasti lebih banyak dari itu, dan satu lagi yang pasti, harus tetap ku kuras semuanya secepat-cepatnya.Sebenarnya juga, saat ini aku ingin memviralkan dan mempermalukan Ria-janda gatel-itu. Namun jika hal itu kulakukan sekarang, rasanya kok terlalu gegabah. Jika sampai Ria ngadu ke Mas Bambang seperti kemarin, bisa-bisa aku nggak jadi dapat uang lagi dong dari Mas Bambang. Jadi sebelum uangnya habis, lebih baik aku bersabar dulu.Oh iya hampir lupa, kemarin aku sempat lewat di persawahan milik kami, yang sertifikatnya pakai nama Mas Bambang itu, padi yang di tanam di sana sudah menguning, dan siap untuk di panen. Jadi hari ini, aku akan mengunjungi rumah Pak Tukiman, orang yang ku percaya menggarap semua sawahku ini.Lumayan kan biasanya sekali panen pa
Ide Cemerlangku Menghasilkan LagiUntuk membuat hatiku makin bahagia, maka kuputuskan untuk shoping-shoping. Kubeli banyak pakaian baru, yang nantinya akan menggantikan pakaian kebesaranku-daster-agar tak terus di bilang kayak pembantu, hehehe.Setelah puas shoping, aku pun menuju ke rumah Ibu, untuk sekedar bercengkrama dengan keluargaku."Kamu kok senyam-senyum gitu, Vin? Habis menang lotre ya!?" Canda Mas Vino yang saat itu tengah duduk di teras bersama Bapak."Lotre? Lebih dari itu dong. Aku hari ini dapat uang banyak banget loh! Hampir satu milyar loh!" jawabku girang sambil duduk dan bergabung dengan mereka.Bapak hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala."Bagus tuh Vin, laki-laki yang ngeduain wanita kayak gitu memang harusnya cepat di kasih pelajaran!" sahut Mas Vino berapi-api."Loh Ibu dimana, Pak? Kok nggak ikut duduk-duduk di sini?" tanyaku.Memang sudah menjadi kebiasaan di keluargaku dari dulu, sambil menunggu magrib tiba, kami akan duduk-duduk di teras sambil ngeteh.
Feli Hanya Korban?Hari pun telah malam, dan sekitar pukul tujuh, aku segera akan kembali pulang ke rumah. Setelah tadi banyak berbincang dengan Bapak dan Mas Vino."Nduk, apa nggak sebaiknya kamu itu ngomong sekarang saja, sama Bambang, kalau kamu itu tahu tentang semua kebohongannya dab juga kamu sudah mendaftarkan gugatan cerai untuknya?" tanya Ibu saat aku sudah di dalam mobil."Nggak, Bu. Nanti dulu, aku belum puas dengan ini, aku masih ingin menghabiskan semua miliknya. Nanti kalau sudah habis semua hartanya, barulah aku akan memberitahukan semua itu padanya, Bu. Dan ini masih kurang enam hari lagi dia pulang, saat pulang dia akan mendapatkan semua kejutan ini," jawabku."Kalau menurut Ibu sih, sebaiknya sudahi semuanya, lalu kamu pulang ke sini lagi saja, sudah banyak kan yang kamu dapat? Kalau kamu terusin, kesannya kok kamu itu jahat banget, sama jahatnya dengan si Bambang itu, Nduk," kata Ibu lagi, mengingatkanku."Kalau aku berhenti sampai di sini nanggung, Bu. Sekalian ku
Kamu Pasti Menyesal, Mas 16[Fel, kamu bisa jaga rahasia nggak sih?] Aku akan coba memberi sebuah penawaran pada gadis tengil itu. [Rahasia? Rahasia ap nih?] Balas Feli. [Jawab dulu, kamu bisa nggak jaga rahasia? Kalau bisa aku akan memberitahu kepadamu sebuah hal.] [Bisa...bisa. Aku dari sekarang sudah menganggap Mbak Vivin ini kakakku kok, kakak madu maksudnya, hehehe.] [Haduh kamu becanda melulu sih! Ya udah nggak jadi deh, aku bilang padamu tentang rahasia ini!] Aku berpura-pura ngambek, aku yakin hal ini akan mampu membuatnya makin penasaran. [Ya ampun, Mbak. Jangan gampang marah dong, malah wajahmu akan menjadi kelihatan tua loh. Ya sudah cepat cerita, meski celamitan gini, aku adalah seorang sahabat yang baik kok.] [Oke deh. Aku pegang ya ucapanmu!] [Iya Mbak, kita ini kan senasib sekarang, sama-sama diselingkuhi oleh Mas Bambang, jadi kita harus kompak lah!] Dih, gadis yang satu ini benar-benar percaya diri banget sih. Masak iya aku mau senasib dengan pelakor kayak di
Ria Tak Berkutik"Memangnya kenapa kalau namaku Vivin ada masalah?" jawab Feli."Nggak juga sih Mbak, aku kan cuma nanya saja. Kamu diam aja sih Ria? Kok nggak melakukan pembelaan sama sekali?," ucap Dewi terlihat kesal pada Ria."Begini saja, mari kita selesaikan masalah ini ke rumah saya. Biar semua jelas, jangan di pinggir jalan seperti ini." Bu RT kini juga ikut bicara, dan warga mengamini ucapannya itu."Ayo, siapa takut! Aku aku jelaskan semuanya di sana. Berapa kali juga si janda gatel ini menggoda suamiku!" ucap Feli sombong.Tanpa di sangka, Ria segera menandatangani surat perjanjian itu. Semua warga jadi bengong, kenapa kok Ria langsung menyetujuinya?"Bu RT dan Dewi, tolong tanda tangan di sini sebagai saksi, sementara saya akan ke rumah sebentar mengambil motor dulu," ujar Ria sambil berlalu setelah memberikan kertas dan bolpoint itu pada Bu Rt.Dua orang yang dimintai tanda tangan, masih terdiam sambil menyaksikan kepergian Ria."Aduh, ayo dong Bu, lekas di tanda tangani,
POV RiaPerkenalkan nih, namaku Ria Ayu, aku seorang janda kembang dengan satu orang anak, dan saat ini aku masih berusia dua puluh empat tahun. Anakku Dewi, yang kini berusia lima tahun, ikut ayahnya, karena katanya aku tak bisa merawatnya dengan baik, tapi hal itu tak masalah buatku, aku malah senang, jadi aku bisa bebas kemanapun pergi tanpa adanya gangguan.Sudah empat tahun aku hidup menjanda, suamiku yang dulu menceraikanku karena aku ketahuan selingkuh dengan teman baiknya, Rudi namanya. Hehehe jujur saat itu, aku tak bisa menahan godaan teman suamiku yang tampan itu. Sebenarnya aku dan Rudi sudah menjalin hubungan selama enam bulan sebelum ketahuan oleh suamiku itu.Setelah perceraian itu, aku bekerja di Jakarta, karena memang keadaan keluargaku yang miskin, jadi aku juga harus membantu menyekolahkan adikku yang masih SMA. Awalnya di sana aku bekerja sebagai pekerjaanku adalah pegawai toko. Namun setelah sebulan bekerja, seorang kenalan menawariku menjadi pemandu lagu, di sa