Selamat pagi, semoga suka dengan cerita saya yang baru ini ya.
Feli Hanya Korban?Hari pun telah malam, dan sekitar pukul tujuh, aku segera akan kembali pulang ke rumah. Setelah tadi banyak berbincang dengan Bapak dan Mas Vino."Nduk, apa nggak sebaiknya kamu itu ngomong sekarang saja, sama Bambang, kalau kamu itu tahu tentang semua kebohongannya dab juga kamu sudah mendaftarkan gugatan cerai untuknya?" tanya Ibu saat aku sudah di dalam mobil."Nggak, Bu. Nanti dulu, aku belum puas dengan ini, aku masih ingin menghabiskan semua miliknya. Nanti kalau sudah habis semua hartanya, barulah aku akan memberitahukan semua itu padanya, Bu. Dan ini masih kurang enam hari lagi dia pulang, saat pulang dia akan mendapatkan semua kejutan ini," jawabku."Kalau menurut Ibu sih, sebaiknya sudahi semuanya, lalu kamu pulang ke sini lagi saja, sudah banyak kan yang kamu dapat? Kalau kamu terusin, kesannya kok kamu itu jahat banget, sama jahatnya dengan si Bambang itu, Nduk," kata Ibu lagi, mengingatkanku."Kalau aku berhenti sampai di sini nanggung, Bu. Sekalian ku
Kamu Pasti Menyesal, Mas 16[Fel, kamu bisa jaga rahasia nggak sih?] Aku akan coba memberi sebuah penawaran pada gadis tengil itu. [Rahasia? Rahasia ap nih?] Balas Feli. [Jawab dulu, kamu bisa nggak jaga rahasia? Kalau bisa aku akan memberitahu kepadamu sebuah hal.] [Bisa...bisa. Aku dari sekarang sudah menganggap Mbak Vivin ini kakakku kok, kakak madu maksudnya, hehehe.] [Haduh kamu becanda melulu sih! Ya udah nggak jadi deh, aku bilang padamu tentang rahasia ini!] Aku berpura-pura ngambek, aku yakin hal ini akan mampu membuatnya makin penasaran. [Ya ampun, Mbak. Jangan gampang marah dong, malah wajahmu akan menjadi kelihatan tua loh. Ya sudah cepat cerita, meski celamitan gini, aku adalah seorang sahabat yang baik kok.] [Oke deh. Aku pegang ya ucapanmu!] [Iya Mbak, kita ini kan senasib sekarang, sama-sama diselingkuhi oleh Mas Bambang, jadi kita harus kompak lah!] Dih, gadis yang satu ini benar-benar percaya diri banget sih. Masak iya aku mau senasib dengan pelakor kayak di
Ria Tak Berkutik"Memangnya kenapa kalau namaku Vivin ada masalah?" jawab Feli."Nggak juga sih Mbak, aku kan cuma nanya saja. Kamu diam aja sih Ria? Kok nggak melakukan pembelaan sama sekali?," ucap Dewi terlihat kesal pada Ria."Begini saja, mari kita selesaikan masalah ini ke rumah saya. Biar semua jelas, jangan di pinggir jalan seperti ini." Bu RT kini juga ikut bicara, dan warga mengamini ucapannya itu."Ayo, siapa takut! Aku aku jelaskan semuanya di sana. Berapa kali juga si janda gatel ini menggoda suamiku!" ucap Feli sombong.Tanpa di sangka, Ria segera menandatangani surat perjanjian itu. Semua warga jadi bengong, kenapa kok Ria langsung menyetujuinya?"Bu RT dan Dewi, tolong tanda tangan di sini sebagai saksi, sementara saya akan ke rumah sebentar mengambil motor dulu," ujar Ria sambil berlalu setelah memberikan kertas dan bolpoint itu pada Bu Rt.Dua orang yang dimintai tanda tangan, masih terdiam sambil menyaksikan kepergian Ria."Aduh, ayo dong Bu, lekas di tanda tangani,
POV RiaPerkenalkan nih, namaku Ria Ayu, aku seorang janda kembang dengan satu orang anak, dan saat ini aku masih berusia dua puluh empat tahun. Anakku Dewi, yang kini berusia lima tahun, ikut ayahnya, karena katanya aku tak bisa merawatnya dengan baik, tapi hal itu tak masalah buatku, aku malah senang, jadi aku bisa bebas kemanapun pergi tanpa adanya gangguan.Sudah empat tahun aku hidup menjanda, suamiku yang dulu menceraikanku karena aku ketahuan selingkuh dengan teman baiknya, Rudi namanya. Hehehe jujur saat itu, aku tak bisa menahan godaan teman suamiku yang tampan itu. Sebenarnya aku dan Rudi sudah menjalin hubungan selama enam bulan sebelum ketahuan oleh suamiku itu.Setelah perceraian itu, aku bekerja di Jakarta, karena memang keadaan keluargaku yang miskin, jadi aku juga harus membantu menyekolahkan adikku yang masih SMA. Awalnya di sana aku bekerja sebagai pekerjaanku adalah pegawai toko. Namun setelah sebulan bekerja, seorang kenalan menawariku menjadi pemandu lagu, di sa
Cinta Buta (Pov Feli)Yuhuuu...ada yang ingin tahu tentang aku nggak sih? Si Feli, yang katanya tetangga dan para mantanku sih, punya kecantikan paripurna ini, hehehe.Aku selalu bangga saat melihat foto-fotoku sendiri, rambut cat pirang ,hidung mancung, mata belok, bibir tebal, dan senyum seksi menawan, membuat wajahku bak barbie hidup, ditambah lagi bentuk badanya yang super langsing. Siapapun laki-laki yang kusenyumi pasti langsung klepek-klepek meski tanpa memakai ajian Jaran Goyang.Umurku memang masih bau kencur, namun jangan tanya, aku sudah memiliki mobil pribadi loh, meski itu kudapat dari menjual keperawananku pada seorang Om-om, atau istilah kerennya sugar daddy itu. Tak hanya mobil sih, ada juga sepetak tanah dari orang yang sama, Om Bambang namanya, tapi aku lebih senang manggilnya Mas Bambang sih, lebih ada gregetnya gitu sih kurasa.Aku bertemu Mas Bambang saat usiaku masih delapan belas tahun, tepatnya satu tahun yang lalu. Saat itu aku baru lulus sekolah menengah atas
Tiga hari lagi Mas Bambang akan pulang kembali, rasanya menunggu waktu itu sangatlah lama. Aku sudah tak sabar lagi bercerai darinya. Hari ini rencananya aku akan meminta uang lagi padanya. Sekalian aku juga aku akan menjual semua barang yang ada di rumah ini, kebetulan aku kemarin juga sudah janjian dengan pemilil usaha barkas di kota ini -Pak Udin-namanya. Dia bilang mau memborong seluruh isi rumahku ini, lumayan kan perabotan rumahku ini banyak yang berasal dari kayu jati asli jadi harganya semua pasti lumayan.Setelah membuat sarapan sederhana, aku lantas membersihkan dan duduk di teras, sembari memandang aneka koleksi bungaku itu. Biasanya jika jam segini melihat aku duduk di teras, maka Ria akan langsung nyelonong masuk dan mengajakku bergosip sampai siang hari.Tapi setelah insiden kemarin, rumahnya terus di tutup, dia tak nampak keluar sama sekali. Entah dia ada di dalam atau mungkin sudah keluar rumah saat aku tak tahu. Di grup WA RT, dia juga sejak kemarin tak berkomentar s
Rumah tanpa perabotaan ini terasa lenggang dan tak enak dipandang, namun aku harus tetap di sini, hingga esok hari tiba. Besok rencananya aku akan menempati salah satu rumah yang telah kubeli dari hasil menjarah suamiku yang tukang selingkuh itu. Sore ini aku ingin berkunjung ke rumah orang tua Mas Bambang, yang jaraknya sekitar satu jam dari siniSudah hampir tiga bulan aku nggak ke sana, dan kuharap ini adalah kunjungan tetakhirku. Tepat di samping rumah mertuaku itu, terdapat rumah adik iparku, Bella. Kedua mertua dan adik iparku itu, sangatlah baik kepadaku, namun sayang Mas Bambang telah berkali-kali menghianatiku, jadi dengan berat hati, aku harus berpisah dengan mereka.Dalam perjalanan ke sana, aku melihat seperti Ria tengah berboncengan dengan seorang laki-laki, dia melingkarkan tanganya erat pada perut lelaki itu. Penampilannya kini pun nampak tak seperti biasanya saat dia berada di kompleks. Kali ini dia menggunakan hotpant jeans super pendek dipadu dengan atasan kaos sup
Pagi ini, rencananya aku akan pindah ke rumah baruku. Setelah shalat subuh, aku langsung memasukkan tas-tas berisi pakaianku ke dalam mobil, agar tak dilihat oleh para tetangga. Hari ini aku akan membuka lembaran baru, karena bagiku Mas Bambang itu sudah mati, hilang bersama semua kebohongannya.Sengaja aku nanti tak akan berpamitan kepada tetangga, karena nanti malah akan menjadi runyam dan ada yang mengadu ke Mas Bambang, seperti saat aku menjual perabotan kemarin. Biarlah seiring berjalannya waktu, mereka akan tahu sendiri apa yang sebenarnya terjadi pada rumah tanggaku ini.Akan kutinggalkan semua kenangan manis, yang pernah terukir di rumah ini. Kenangan manis yang mungkin sesungguhnya hanyalah tipuan Mas Bambang belaka. Kenangan selamanya akan tertanam di hati, namun tidak untuk diulangi. Dan yang pasti, aku harus bisa mengambil pelajaran dari semua yang terjadi ini.Tepat pukul tujuh, aku telah bersiap berangkat, kebetulan aku juga kemarin telah meminta seorang asisten rumah ta