Cinta Buta (Pov Feli)Yuhuuu...ada yang ingin tahu tentang aku nggak sih? Si Feli, yang katanya tetangga dan para mantanku sih, punya kecantikan paripurna ini, hehehe.Aku selalu bangga saat melihat foto-fotoku sendiri, rambut cat pirang ,hidung mancung, mata belok, bibir tebal, dan senyum seksi menawan, membuat wajahku bak barbie hidup, ditambah lagi bentuk badanya yang super langsing. Siapapun laki-laki yang kusenyumi pasti langsung klepek-klepek meski tanpa memakai ajian Jaran Goyang.Umurku memang masih bau kencur, namun jangan tanya, aku sudah memiliki mobil pribadi loh, meski itu kudapat dari menjual keperawananku pada seorang Om-om, atau istilah kerennya sugar daddy itu. Tak hanya mobil sih, ada juga sepetak tanah dari orang yang sama, Om Bambang namanya, tapi aku lebih senang manggilnya Mas Bambang sih, lebih ada gregetnya gitu sih kurasa.Aku bertemu Mas Bambang saat usiaku masih delapan belas tahun, tepatnya satu tahun yang lalu. Saat itu aku baru lulus sekolah menengah atas
Tiga hari lagi Mas Bambang akan pulang kembali, rasanya menunggu waktu itu sangatlah lama. Aku sudah tak sabar lagi bercerai darinya. Hari ini rencananya aku akan meminta uang lagi padanya. Sekalian aku juga aku akan menjual semua barang yang ada di rumah ini, kebetulan aku kemarin juga sudah janjian dengan pemilil usaha barkas di kota ini -Pak Udin-namanya. Dia bilang mau memborong seluruh isi rumahku ini, lumayan kan perabotan rumahku ini banyak yang berasal dari kayu jati asli jadi harganya semua pasti lumayan.Setelah membuat sarapan sederhana, aku lantas membersihkan dan duduk di teras, sembari memandang aneka koleksi bungaku itu. Biasanya jika jam segini melihat aku duduk di teras, maka Ria akan langsung nyelonong masuk dan mengajakku bergosip sampai siang hari.Tapi setelah insiden kemarin, rumahnya terus di tutup, dia tak nampak keluar sama sekali. Entah dia ada di dalam atau mungkin sudah keluar rumah saat aku tak tahu. Di grup WA RT, dia juga sejak kemarin tak berkomentar s
Rumah tanpa perabotaan ini terasa lenggang dan tak enak dipandang, namun aku harus tetap di sini, hingga esok hari tiba. Besok rencananya aku akan menempati salah satu rumah yang telah kubeli dari hasil menjarah suamiku yang tukang selingkuh itu. Sore ini aku ingin berkunjung ke rumah orang tua Mas Bambang, yang jaraknya sekitar satu jam dari siniSudah hampir tiga bulan aku nggak ke sana, dan kuharap ini adalah kunjungan tetakhirku. Tepat di samping rumah mertuaku itu, terdapat rumah adik iparku, Bella. Kedua mertua dan adik iparku itu, sangatlah baik kepadaku, namun sayang Mas Bambang telah berkali-kali menghianatiku, jadi dengan berat hati, aku harus berpisah dengan mereka.Dalam perjalanan ke sana, aku melihat seperti Ria tengah berboncengan dengan seorang laki-laki, dia melingkarkan tanganya erat pada perut lelaki itu. Penampilannya kini pun nampak tak seperti biasanya saat dia berada di kompleks. Kali ini dia menggunakan hotpant jeans super pendek dipadu dengan atasan kaos sup
Pagi ini, rencananya aku akan pindah ke rumah baruku. Setelah shalat subuh, aku langsung memasukkan tas-tas berisi pakaianku ke dalam mobil, agar tak dilihat oleh para tetangga. Hari ini aku akan membuka lembaran baru, karena bagiku Mas Bambang itu sudah mati, hilang bersama semua kebohongannya.Sengaja aku nanti tak akan berpamitan kepada tetangga, karena nanti malah akan menjadi runyam dan ada yang mengadu ke Mas Bambang, seperti saat aku menjual perabotan kemarin. Biarlah seiring berjalannya waktu, mereka akan tahu sendiri apa yang sebenarnya terjadi pada rumah tanggaku ini.Akan kutinggalkan semua kenangan manis, yang pernah terukir di rumah ini. Kenangan manis yang mungkin sesungguhnya hanyalah tipuan Mas Bambang belaka. Kenangan selamanya akan tertanam di hati, namun tidak untuk diulangi. Dan yang pasti, aku harus bisa mengambil pelajaran dari semua yang terjadi ini.Tepat pukul tujuh, aku telah bersiap berangkat, kebetulan aku juga kemarin telah meminta seorang asisten rumah ta
Show Must Go On"Tapi saat ini aku butuh uang Mas, nggak banyak sih cuma dua puluh juta saja. Aku juga punya hutang sama temanku, hari ini harus di kembalikan. Gimana kamu bisa ngasih nggak uang itu hari ini?""Uangku itu sudah habis, Dek. Paling di ATM juga cuma sisa satu juta saja, itu pun untuk pegangan dan transport besok. Apa temanmu itu nggak mau nunggu sampai aku pulang, setelah jual mobil 'kan bisa kota sisihkan sedikit buat nyaur hutang temanmu itu, Dek. Eh iya kamu kemarin kan jualin perabotan,uangnya lebih dari dua puluh juta kan? Pakai itu saja nanti pasti kuganti." Bujuk Mas Bambang.Hem...memangnya kau pikir aku ini Vivin yang dulu? Yang nurut saja sama semua maumu? Semua manusia itu berubah jadi yang lebih baik Mas, bukan jadi yang lebih bodoh."Uang jualin perabotnya kan uda aku buat beli perabotan baru, Mas. Pokoknya kalau kamu hari ini nggak bisa ngasih aku dua puluh juta, lusa aku juga nggak akan maulah minjemin mobil buat kamu Mas. Males banget deh, mending sekaran
Pagi hari di rumah baru ini, kurasakan sedikit berbeda, karena letak muhalla yang jauh dari rumah, maka mulai sekarang aku shalat subuh di rumah saja bersama Bik Lastri, kebetulan dia tadi mau saat kuajak shalat berjamaah, Alhamdulillah.Hari ini, rencananya aku tak akan pergi kemana-mana, karena kondisi rumah juga masih berantakan, dan banyak perabot yang belum tertata pada tempatnya. Tapi orang tuaku janji nanti mereka akan datang ke sini. Aku juga nanti malam akan mengadakan sedikit syukuran atas pindahan rumah ini. Dengan memberikan bingkisan pada tetangga, kemarin aku juga sudah memesan catering, untuk ini.Saat akan mulai bersih-bersih, aku menengok sebentar handphoneku yang sudah sejak sore kemarin kubiarkan begitu saja di dalam tas. Ternyata banyak sekali panggilan tak terjawab dan juga chat dari Mas Bambang, namun semua itu tak kuhiraukan. Untuk apa mengurusi hak tak penting seperti ini, karena bagiku dia itu kini hanyalah sampah, yang kini sudah kubuang pada tempatnya.Handp
subuh di rumah orang tuaku ini amat khas, mengingatkan dengan masa kecilku dulu. Sebelum azan subuh berkumandang, Ibu pasti akan mengetuk pintu kamarku, agar segera mandi sebelum melaksanakan salat subuh berjamaah di sebuah ruangan yang khusus hanya digunakan untuk salat saja.Setelah melaksanakan salat, kemudian membaca ayat suci alquran. Kemudian kami akan jalan-jalan bersama mengitari kampung. Karena memang suasana pagi hari di kampung ini, udaranya masih sangat fresh dan sejuk. Jadi banyak warga dari kampung lain yang setiap pagi datang ke sini hanya untuk jalan-jalan saja.Setelah selesai jalan-jalan, aku pun membersihkan diri, dan siap membantu Ibu memasak dan membersihkan rumah. Meski telah ada Bik Lastri, rasanya tetap tak afdol jika tak ikut membantu memasak di pagi hari. Tapi sebelumnya, kubuka dulu handphoneku, ternyata banyak sekali chat dan panggilan tak terjawab dari Mas Bambang. Chat tak kubuka dulu, namun aku penasaran dengan hasil pengintaian kamera yang ada di rumah
Kutengok jam di dinding, saat ini sedang menunjukkan pukul enam pagi, dan Ria datang tadi ke kamar Mas Bambang, sekitar pukul empat pagi. Aku putuskan untuk melihat lagi hasil kamera pengintai itu, dan mengaturnya menjadi waktu saat ini.Ternyata sesuai dugaanku, kedua makhluk berlainan jenis itu, kini masih terlelap dengan kondisi kamar yang berantakan akibat pertempuran mereka tadi subuh. Mereka tidur berpelukan tanpa menggunakan sehelai pakaianpun untuk menutupi tubuh polos mereka.Aku harus bergegas, menuju ke sana, aku akan mengajak para warga untuk menyaksikan pemandangan yang amat menjijikan antara suamiku dan tetangga depan rumahku itu."Vin, kamu mau ke mana? Masih pagi ini, sarapan dulu nanti baru keluar," kata Ibu saat tahu aku sudah siap keluar."Sarapan bisa nanti Bu, ini hal penting sekali, dan harus di selesaikan pagi ini juga, Bu. Doakan agar hasilnya sesuai dengan apa yang kupikirkan ya Bu . Assalaamualaikum.""Iya...pasti! Ya sudah kamu hati-hati loh. Nyetirnya jang