Share

Bab 9. Gugatan Cerai

Dari salah satu foto yang di kirim oleh Feli, ternyata ada foto Mas Bambang yang sedang bermesran dengan Ria. Ternyata selama ini mereka bersandiwara di belakangku, dan hal itu mereka lakukan dengan sangat baik, hingga aku tak dapat mengendusnya.

[Dari mana kamu mendapatkan foto-foto ini? Dan sebenarnya siapa kamu?!]

[Foto itu, ku dapat dari galery handohone Mas Bambang. Aku adalah salah satu korban suamimu, sebenarnya bukan korban sih, tapi sama-sama butuh. Dia butuh kehangatan dan aku butuh uang. Sayangnya, dia itu tak bisa setia dengan satu wanita saja, dan itu tak bisa kuterima. Jujur saat ini aku sedang hamil anaknya, mangkanya aku terus-terusan mengejarnya. Meski dia playboy, namun aku tak mau anak di perutku ini lahir tanpa bapak.]

Astaghfirullahaladzim, berita baru apa lagi ini!? Ternyata sampai segitunya dia luaran, bahkan ada yang sampai hamil. Kalau aku tetap jadi istrinya, bisa-bisa aku kena penyakit kelamin karena hobinya yang  suka bergonta-ganti pasangan.

Besok aku harus mengajukan cerai padanya, tak mau aku berlama-lama dengan laki-laki itu, aku akan memakai jasa pengacara untuk memuluskan semua ini. 

[Mbak, kamu kok nggak balas chat ku sih? Jangan jadi bucin banget dong, aku ini nggak bohong. Suamimu itu pria nggak bener, sudah sono lepasin, biar nanti aku yang pungut. Masak kamu nggak kasihan sih dengan bayi di perutku ini?]

Ya ampun, meskipun tau kelakuan Mas Bambang seperti itu, ternyata  masih ada juga perempuan yang mengejarnya. Memang cocok sih, sama-sama sampah! Tapi untuk saat ini, aku akan pura-pura jadi bucin. Takutnya malah nanti dia jadi informan untuk Mas Bambang, bisa berabe dong nanti, hehehe.

[Suka-suka aku dong, ngapain kamu ikut campur urusanku! Udah ah, males ngladeni kamu, mending aku tidur. Met malem Feli.]

Segera ku taruh nakas handphoneku itu. Kali ini, aku harus mempersiapkan berkas yang besok akan kubawa ke pengadilan agama, di tambah dengan foto yang tadi dikirim Feli dan hasil rekaman video call kemarin, kurasa sudah cukup untuk mengajukan gugatan cerai.

********************** *********************

Pagi ini sebelum menuju ke pengadilan kusempatkan menelepon pengacara langganananku.  Sebuah ide kembali melintas di benakku. Segera ku telepon Mas Bambang, empat kali panggilanku diabaikan, aku yakin saat ini dia tengah kelelahan karena permainan haram dengan selingkuhannya itu, ini percobaan terakhirku, jika tak berhasil juga, maka biarlah akan kutelepon nanti malam saja. Namun teryata panggilanku kali ini langsung di jawabnya.

"Assalamualaikum, Dek. Maaf tadi aku lagi jalan-jalan di luar, dan handphonenya ketinggalan di kamar. Ada apa?"

Dengan suara sedikit serak, Mas Bambang membuka panggilan lewat udara ini.

"Waalaikumsalam..oh lagi jalan-jalan ya! Sama si? Semalam aku mimpi buruk loh, kamu selingkuh sama wanita lain!" 

Tentu saja kali ini aku sambil pura-pura merajuk. 

"Ya ampun, Dek. Mangkanya jangan suka pikiran macam-macam kalau mau bobok, jadinya mimpi buruk kan?"

"Iya juga sih. Tapi karena mimpi itu, aku sekarang jadi curiga ke kamu Mas, jangan-jangan kamu di sana memang sedang sama wanita lain! Sebel deh!"

"Ampun deh, kalau kamu kayak gitu aku jadi kepikiran terus nih, kerja nggak enak. Kira-kira kamu pingin apa sih, Dek? Agar bisa naikin moood kamu, dan nggak uring-uringan terus?"

Lah dapat kan akhirnya, ini yang kumau, jika aku pura-pura ngambek dan sedikit nyrempet masalah wanita lain, ujung-ujungnya pasti dia beliin apapun yang kumau.

"Aku pingim beli motor baru, yang lebih mahal dari punya si Ria. Dan kalau sekarang kamu beliin itu, janji deh aku nggak bakal mikir macem-macem Mas."

"Janji ya nggak bakal mikir macem-macem lagi?"

"Iya deh, janji!"

"Oke, apa sih yang nggak buatmu, Dek. Kamu mau minta motor apa? Atau gini saja kamu minta uang berapa?"

"Aku mau beli motor matic yang buatan Italia itu loh, yang warna silver. Harganya sekitar lima puluh jutaan deh, Mas."

"Oke, bentar lagi aku transfer ya. Ingat jangan mikir aneh-aneh lagi loh."

"Iya-iya. Ya sudah buruan di transfer, aku sudah nggak sabar nih ingin naik motor baru." 

Tanpa menunggu jawabannya, panggilan suara itu pun segera kuakhiri, tak sampai sepuluh menit, sudah ada notifikasi uang masuk sejumlah yang kumau tadi.

Langsung aku menuju ke pengadilan agama, dan di sana pun sudah ada Pak Farhan, pengacara yang kusewa untuk mempermulus perceraianku ini. Sekitar satu jam, permohonan ceraiku pun dikabulkan, tinggal menunggu panggilan sidang pertama saja. Dan ini tentu akan menjadi kejutan bagimu saat kembali pulang nanti, Mas.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status