Aku langsung mengambil surat-surat itu, beserta persyaratan lain yang dibutuhkan, kemudian aku kembali pergi dari rumah.
Kali ini aku tidak akan meminjam uang di bank atau pegadaian, terlalu ribet syaartanya, aku akan menjaminkan surat-surat ini ke seorang rentenir asal Batak. Kebetulan aku mengenalnya lewat salah seorang temanku yang dulu sering menggadaikan mobilnya di sana.Sebenarnya aku tahu bahwa bunganya akan sangat besar jika pinjam di sini, namun itu juga nantinya bisa jadi senjata untuk menghancurkan Mas Bambang. "Aku hanya bisa meminjami uang senilai tujuh ratus lima puluh juta saja, dan hanya dalam waktu tiga bulan. Setelah tiga bulan uang itu harus kembali menjadi sembilan ratus juta.Jika lebih dari empat bulan, kamu tak bisa mengembalikan uang itu, maka semua tanah ini akan menjadi milikku."Wow sebuah perjanjian yang sangat menjerat 'kan? Namun tetap ku terima, yang penting aku dapat uang. Dari pada nanti semua malah di habiskan untuk para gundiknya.Setelah uang itu masuk ke rekeningku, aku kemudian menuju ke sebuah klinik kecantikan, untuk sejenak relaksasi dan sedikit membenahi penampilanku, sambil mencari tanah atau rumah yang sedang di jual.Baru saja aku mulai perawatan, sebuah panggilan masuk, ternyata dari Mas Vino."Ya Mas, ada apa? Jahat banget sih pulang nggak ngomong-ngomong," kataku membuka percakapan lewat telepon."Hahaha niatnya sih mau memberi kejutan, tapi nyatanya malah ketahuan duluan. Eh ni ada mobil baru, punyamu Vin?" tanya Mas Vino."Iya lah, biarin di situ dulu Mas. Besok kamu nggak repot kan? Ajarin aku nyetirlah.""Bukane kamu sudah bisa nyetir?""Sudah sih, tapi kan belum lancar. Lagian itu kan mobil baru, harus ekstra hati-hati bawanya, hehehe.""Oke, deh. Besok tak tunggu ya.""Siap Bos!"**************** ****************Pukul lima sore, semua perawatan yang kujalani usai, kebetulan aku juga telah menemukan dua rumah yang akan kubeli dari uang hasil gadai sertifikat itu.Karena jaraknya yang tak begitu jauh, maka sekalian juga, aku berangkat ke sana. Dua rumah itu, terletak di sebuah perumahan, kebetulan letaknya berdampingan. Tanpa banyak kata, langsung saja ku beli kedua rumah itu seharga delapan ratus juta rupiah. "Rumahnya nanti mau satu sertifikat atau dua, Bu? Mungkin yang satu mau pakai nama suami?" tanya pemilik rumah lama."Pakai nama saya keduanya, Pak. Suami saya nggak ada kok, udah mati, hehehe," jawabku kesal."Hahaha...baik, Bu. Senang berbisnis dengan Bu Vivin, gerak cepat tanpa banyak bicara. Terima kasih."Mungkin ini berkah dari si gadis tengil tadi, hingga tak di sangka-sangka, hari ini aku bisa membeli dua unit rumah dan mobil, hehehe.********************** ************************Malam ini aku pulang ke rumah dengan perasaan yang amat bahagia. Ah namun aku tak tahu, apakah ini bahagia yang sesungguhnya, atau malah hanya pura-pura bahagia. Meski berusaha kututupi, namun tak bisa kupungkiri aku patah hati. Bagaimana tidak, kehidupan pernikahan yang sudah kami jalin selama lima tahun ini, nyatanya hanya menjadi sia-sia belaka. Mungkin karena hal ini jugalah, hingga saat ini Allah belum memberikan kami momongan.Aku justru tak bisa membayangkan, seandainya saat ini kami telah memiliki buah hati, pasti aku dilema dan sulit mengambil kepututusan. Jika aku memiliko seorang anak, maka mungkin aku lebih memilih memaafkan Mas Bambang, karena bagaimana pun anak adalah prioritas utamaku.Malam ini aku harus memikirkan lagi cara untuk meminta uang lagi pada suamiku, enak saja, aku yang menemanimya dari nol, eh malah kini para perempuan-perempuan itu yang akan menikmatin hasilnya. Tiba-tiba sebuah chat masuk ke handphoneku, dari sebuah nomer tak dikenal sih, tapi kubuka saja, siapa tahu itu penting.[Halo Mbak Vivin. Gimana kabarnya masih sehat 'kan?"]Siapa sih, tiba-tiba nanyain kabarku, sok akrab banget.[Alhamdilillah, kabarku baik banget. Ini siapa ya?][Oh iya tadi belum sempat kenalan kan. Aku Feli, yang tadi habis subuh datang ke rumah kamu itu loh! Masak sudah lupa?][Oh jadi kamu gadis tengil itu to. Ada apa lagi!?][Ih kok gadis tengil sih?! Gadis cantik dong! Jangan keburu emosi dong, nanti makin jelek loh! Aku mau ngasih kamu beberapa foto yang pastinya akan membuatmu percaya kalau Mas Bambangmu itu adalah buaya darat!][Ya sudah ceper kirim, nggak usah banyak cakap!]Sesaat kemudian, Feli mengirim beberapa foto Mas Bambang yang sedang bermesraan dengan beberapa cewek berbeda, diantaranya ada Feli, dan satu lagi, ada seorang yang sangat ku kenal. Kurang ajar, ternyata selama ini dia juga pernah jadi gundik suamiku!***kira-kira siapa sih wanita itu?Dari salah satu foto yang di kirim oleh Feli, ternyata ada foto Mas Bambang yang sedang bermesran dengan Ria. Ternyata selama ini mereka bersandiwara di belakangku, dan hal itu mereka lakukan dengan sangat baik, hingga aku tak dapat mengendusnya.[Dari mana kamu mendapatkan foto-foto ini? Dan sebenarnya siapa kamu?!][Foto itu, ku dapat dari galery handohone Mas Bambang. Aku adalah salah satu korban suamimu, sebenarnya bukan korban sih, tapi sama-sama butuh. Dia butuh kehangatan dan aku butuh uang. Sayangnya, dia itu tak bisa setia dengan satu wanita saja, dan itu tak bisa kuterima. Jujur saat ini aku sedang hamil anaknya, mangkanya aku terus-terusan mengejarnya. Meski dia playboy, namun aku tak mau anak di perutku ini lahir tanpa bapak.]Astaghfirullahaladzim, berita baru apa lagi ini!? Ternyata sampai segitunya dia luaran, bahkan ada yang sampai hamil. Kalau aku tetap jadi istrinya, bisa-bisa aku kena penyakit kelamin karena hobinya yang suka bergonta-ganti pasangan.Besok aku haru
Lega rasanya setelah pulang dari pengadilan agama ini, kupastikan bahwa gugatan ceraiku nanti pasti akan di kabulkan. Hari ini aku tak akan membeli motor baru, tapi uang lima puluh juta dari Mas Bambang tadi pagi, akanku simpan saja, siapa tahu suatu hari nanti aku ingin membuka sebuah usaha sendiri, jadi tak perlu repot mencari modal.Ku putuska hari ini untuk berkunjung ke rumah orang tuaku, sekalian untuk memperlancar memgemudiku dengan Mas Vino. Karena aku sudah ingin menaiki mobil baruku sendiri nanti, ingin rasanya aku memamerkan mobil baruku itu lada Ria, yang notabene juga pernah merasakan uang dari suamiku itu."Vin, kamu lagi ada masalah ta sama Bambang?" Ibu tiba-tiba menghampiriku ke kamar dan berkata seperti itu."Nggak kok Bu, biasa saja kok." Kucoba menyembunyikan semua ini darinya."Jangan bohong sama ibu Vin, firasat ibu mengatakan kalau dari kemarin itu kamu sedang banyak masalah. Jujur saja sama ibu, ringankan sedikit bebanmu itu, ceritalah Nak," ucap Ibu lagi sam
Ria Mati Kutu[Mas, boleh nggak aku buka usaha? Jenuh nih tiap hari di rumah melulu, kebetulan temanku ada yang bisnis berlian dan emas. Kulihat prospeknya sangat bagus, dengan keuntungan bisa dua kali lipat loh Mas. Bolehkan aku minta modal, nggak banyak kok tiga ratus juta saja, nanti kan keuntungannya bisa muter buat modal proyek kamu lagi Mas. Boleh ya?]********************* ********************Kumandang adzan subuh membangunkanku, segera aku bangun dan berangkat ke mushola kompleks. Saat Mas Bambang tak di rumah, memang aku selalu melaksanakan shalat berjamaah di mushola yang letakknya hanya berjarak tujuh rumah saja dari rumahku. Setelah jamaah pasti kemudian aku menyapu halaman rumah."Duh, mobilnya baru nih, ye," ucap Sari yang tiba-tiba nongol di depan gerbang bersama Dewi.Entah dari mana mereka berdua, sepagi inu sudah jalan bersama, atau mungkin mereka lagi jalan-jalan seperti kebanyakan orang di kompleks ini, kecuali aku, hehehe."Eh, kaget aku, iya dong. Alhamdulillah
Kukuras ATM-mu Lagi Mas.[Dek, kamu jangan percaya ya, dengan gosip-gosip yang mengatakan bahwa aku pernah punya hubungan khusus dengan Ria. Mereka itu iri padamu dan hanya ingin menghancurkan hubungan kita saja. Nggak usah di dengarin ya.]Berarti sampai saat ini Ria dan Mas Bambang masih sering berhubungan ya, benar-benar kurang ajar kalian berdua.[Gosip apaan sih, Mas? Aku kok malah nggak tahu, gosip yang sedang beredar di sini tuh memang ada foto Ria sama laki-laki mau masuk hotel, tapi kan itu juga bukan kamu. Kok kamu yang di sana malah tahu sih? Jangan-jangan kamu beneran ada hubungan khusus dengan Ria, si janda centil itu ya?][Eh, bukan begitu, Dek. Gimana sih jelasinnya. Pokoknya aku nggak ada hubungan apa-apa sama dia. Percaya padaku Dek.][Nggak, Mas. Aku nggak percaya, kamu pasti punya hubungan sama dia, ya sudaah aku akan pulang ke rumah Ibu, nggak sudi aku di duain apalagi sama janda gatel itu! Sudah jangan hubungi aku lagi!]Kemudian aku pura-pura ngambek, demi memulu
Lega itu jika bisa mengambil uang dari suami yang kini menduakan kita. Tapi PR ku masih banyak, uang di ATM Mas Bambang masih tiga ratus juta rupiah, eh itu cuma katanya Mas Bambang sih, kalau berapa aslinya sih, aku malah nggak tahu. Pasti lebih banyak dari itu, dan satu lagi yang pasti, harus tetap ku kuras semuanya secepat-cepatnya.Sebenarnya juga, saat ini aku ingin memviralkan dan mempermalukan Ria-janda gatel-itu. Namun jika hal itu kulakukan sekarang, rasanya kok terlalu gegabah. Jika sampai Ria ngadu ke Mas Bambang seperti kemarin, bisa-bisa aku nggak jadi dapat uang lagi dong dari Mas Bambang. Jadi sebelum uangnya habis, lebih baik aku bersabar dulu.Oh iya hampir lupa, kemarin aku sempat lewat di persawahan milik kami, yang sertifikatnya pakai nama Mas Bambang itu, padi yang di tanam di sana sudah menguning, dan siap untuk di panen. Jadi hari ini, aku akan mengunjungi rumah Pak Tukiman, orang yang ku percaya menggarap semua sawahku ini.Lumayan kan biasanya sekali panen pa
Ide Cemerlangku Menghasilkan LagiUntuk membuat hatiku makin bahagia, maka kuputuskan untuk shoping-shoping. Kubeli banyak pakaian baru, yang nantinya akan menggantikan pakaian kebesaranku-daster-agar tak terus di bilang kayak pembantu, hehehe.Setelah puas shoping, aku pun menuju ke rumah Ibu, untuk sekedar bercengkrama dengan keluargaku."Kamu kok senyam-senyum gitu, Vin? Habis menang lotre ya!?" Canda Mas Vino yang saat itu tengah duduk di teras bersama Bapak."Lotre? Lebih dari itu dong. Aku hari ini dapat uang banyak banget loh! Hampir satu milyar loh!" jawabku girang sambil duduk dan bergabung dengan mereka.Bapak hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala."Bagus tuh Vin, laki-laki yang ngeduain wanita kayak gitu memang harusnya cepat di kasih pelajaran!" sahut Mas Vino berapi-api."Loh Ibu dimana, Pak? Kok nggak ikut duduk-duduk di sini?" tanyaku.Memang sudah menjadi kebiasaan di keluargaku dari dulu, sambil menunggu magrib tiba, kami akan duduk-duduk di teras sambil ngeteh.
Feli Hanya Korban?Hari pun telah malam, dan sekitar pukul tujuh, aku segera akan kembali pulang ke rumah. Setelah tadi banyak berbincang dengan Bapak dan Mas Vino."Nduk, apa nggak sebaiknya kamu itu ngomong sekarang saja, sama Bambang, kalau kamu itu tahu tentang semua kebohongannya dab juga kamu sudah mendaftarkan gugatan cerai untuknya?" tanya Ibu saat aku sudah di dalam mobil."Nggak, Bu. Nanti dulu, aku belum puas dengan ini, aku masih ingin menghabiskan semua miliknya. Nanti kalau sudah habis semua hartanya, barulah aku akan memberitahukan semua itu padanya, Bu. Dan ini masih kurang enam hari lagi dia pulang, saat pulang dia akan mendapatkan semua kejutan ini," jawabku."Kalau menurut Ibu sih, sebaiknya sudahi semuanya, lalu kamu pulang ke sini lagi saja, sudah banyak kan yang kamu dapat? Kalau kamu terusin, kesannya kok kamu itu jahat banget, sama jahatnya dengan si Bambang itu, Nduk," kata Ibu lagi, mengingatkanku."Kalau aku berhenti sampai di sini nanggung, Bu. Sekalian ku
Kamu Pasti Menyesal, Mas 16[Fel, kamu bisa jaga rahasia nggak sih?] Aku akan coba memberi sebuah penawaran pada gadis tengil itu. [Rahasia? Rahasia ap nih?] Balas Feli. [Jawab dulu, kamu bisa nggak jaga rahasia? Kalau bisa aku akan memberitahu kepadamu sebuah hal.] [Bisa...bisa. Aku dari sekarang sudah menganggap Mbak Vivin ini kakakku kok, kakak madu maksudnya, hehehe.] [Haduh kamu becanda melulu sih! Ya udah nggak jadi deh, aku bilang padamu tentang rahasia ini!] Aku berpura-pura ngambek, aku yakin hal ini akan mampu membuatnya makin penasaran. [Ya ampun, Mbak. Jangan gampang marah dong, malah wajahmu akan menjadi kelihatan tua loh. Ya sudah cepat cerita, meski celamitan gini, aku adalah seorang sahabat yang baik kok.] [Oke deh. Aku pegang ya ucapanmu!] [Iya Mbak, kita ini kan senasib sekarang, sama-sama diselingkuhi oleh Mas Bambang, jadi kita harus kompak lah!] Dih, gadis yang satu ini benar-benar percaya diri banget sih. Masak iya aku mau senasib dengan pelakor kayak di
Ending - Takdir Yang Tidak TerdugaEnding - Takdir Yang Tidak Terduga*Terima kasih sudah membaca, meski sedikit, semoga kita bisa mengambil hikmah dari cerita ini. Mohon maaf jika ada salah kata, atau mungkin tak berkenan di hati teman-temab semuanya.Setelah melihat foto kiriman Bella yang menunjukkan Mas Bambang sedang sakit, aku langsung mencobaa meneelponnya, karena sepertinya saat ini suamiku itu sedang kritis, banyak selang di tancapakan pada tubuhnya. Satu kali panggilanku langsung diangkat oleh Bella, itu berarti dia saat ini pun sedang terjaga, mungkin sedang menunggui Mas Bambang. "Assalamualaikum, Bel. Mas Bambang kenapa? Maaf dari sore memang handphoneku mati, dan ini baru saja kunyalakan," ucapku cemas saat membuka percakapan melalui sambungan telepon ini."Waalaikumsalam Mbak. Mas Bambang saat ini sedang kritis Mbak. Tadi dia tadi sempat siuman dan memanggil nama kamu Mbak, kemudian kembali tak sadarkan diri," jawab Bella dengan suara parau mungkin habis memangis."
Setelah menyelesaikan drama tidak jelas antara Feli dan Jonas tadi, aku pun langsung tancap gas pulang ke rumah, kebetulan waktu juga sudah pukul enam sore. Handphonekun yang dari tadi tertinggal di mobil ternyata habis baterainya, dan langsung kumasukkan ke dalam tas."Dari mana saja sih kamu itu, Vin? Seharian kok di rumah bentaran saja lalu pergi lagi, nggak capek kamu? Sudah sana pasti belum salat kan? Keburu waktunya habis!" Omel Ibu saat aku tiba di rumah."Ini tadi main ke supermarket sebentar, Bu. Eh ketemu teman, jadi tadi ngobrol bentar gitu Bu. Ini ada sedikit belanjaan buat Ibu. Aku salat dulu, ya," ucapku sambil berkedip pada Ibu."Ya sudah cepetan sana! Sudah besar kok masih kayak anak kecil kamu itu Vin. Setelah salat ngobrol sama Ibu dan Bapak di teras ya..." ucap Ibu yang hanya kujawab dengan anggukan.Aku pun kemudian masuk ke kamar, dan melaksanakan salat magrib, setelahnya aku langsung keluar untuk bercengkrama bersama orang tuaku di luar. Biasanya memang selepas
"Bu Vivin silahkan masuk!" ujar seorang perawat memanggil namaku.Aku segera masuk lagi ke ruangan dokter, tentunya dengan hati yang berdebar, menunggu hasil test tersebut. Kulupakan sejenak masalah Mas Bambang yang sempat kulihat di kamera pengintai itu. Karena sangat penting juga bagiku, untuk mengetahui apakah aku tehindar dari penyakit menular seks, karena Mas Bambang sudah sangat sering bergonta-ganti pasangan tanpa sepengetahuanku.Aku juga sempat berpikiran macam-macam dengan penyakit yang diderita oleh suamiku itu, adalah salah satu PMS yang dia dapat dari salah satu wanita yang pernah menjadi pasangan selingkuhannya."Alhamdulillah Bu Vivin, dari hasil tes pemeriksaan tadi, tak ada penyakit menular seksual yang berbahaya pada Ibu. Hanya Vaginosis Bacterial saja," ucap Bu dokter cantik itu sambil tersenyum."Alhamduliah. Eh maaf itu penyakit apaan ya Dok?" tanyaku polos."Vaginosis Bakterial adalah penyakit yang menyerang area kewanitaan, adalah suatu gejala klinis akibat p
[Justru yang telat tahunya itu kamu, Fel. Karena yang memberitahukan pada warga saat mereka berdua berzina, itu aku. Gimana, yakin masih ingin menikah dengan suamiku itu?][Bingung sih, aku Mbak. Bisa nggak sih Mas Bambang itu suatu saat nanti berubah? Atau bakal seperti itu terus sampai menua dan mati?][Wah, aku nggak tahu tentang hal itu, Fel. Itu 'kan rahasia Allah. Kalau kamu emang sudah mantap ya sudah jalanin saja, eh tapi jangan-jangan dia dinikahkan sama Ria oleh warga? Apa kamu nggak ingin cari tahu tentang hal itu? Masak iya kamu kalah sama janda jablay macam Ria itu?]Aku kini menggoda Feli, bisanya jika terpantik ucapan seperti itu, dia pasti langsung melakukan hal yang sedikit diluar kontrol, dan itu juga lucu untukku.[Waduh bisa jadi tuh, Mbak. Kenaoa aku nggak kepikiran kayak gitu ya?! Ya sudah deh kalau begitu aku mau balik ke kompleksmu sekarang juga, dah Mbak Vivin!][Yoi, hati-hati ya. Rebut Mas Bambang dari wanita mana pun yang mendekatinya, singkirkan sebelum di
Aku akhirnya sampai lagi di rumah dengan perasaan bahagia sekali. Entahlah, apakah aku ini termasuk wanita yang jahat, karena telah berbahagia atas kesedihan yang menimpa suami dan tetanggaku itu? Ah terserahlah mau di bilang apa, yang penting aku bahagia dan puas. Sesungguhnya ini bukan menjadi rencanaku, tapi mereka sendirilah yang membuat ulah, dan tak bisa menahan hawa nafsu setannya, jadi yah sukurin! Kapokmu kapan!"Kamu dari mana to, Vin? Kok pulang-pulang cengengesan gitu?" tanya Ibu yang menghampiri ke kamar."Ah, Ibu ini mesti kepo deh, hehehe. Aku amat sangat bahagia sekarang, Bu. Karena Allah telah mempermudah jalanku," ucapku sambil memeluk Ibu dari samping."Hemmm...memang ada apaan sih...?""Tau nggak, Bu. Barusan, Mas Bambang dan tetangga depan rumahku, Ria. Di grebek warga, dan di arak keliling kampung!" ujarku bersemangat."Ah jangan bercanda kamu, Vin!" ucap Ibu kaget sambil mengurai pelukanku, dan kini kami jadi duduk berhadap-hadapan."Ih Ibu nggak percayaan sih
Kutengok jam di dinding, saat ini sedang menunjukkan pukul enam pagi, dan Ria datang tadi ke kamar Mas Bambang, sekitar pukul empat pagi. Aku putuskan untuk melihat lagi hasil kamera pengintai itu, dan mengaturnya menjadi waktu saat ini.Ternyata sesuai dugaanku, kedua makhluk berlainan jenis itu, kini masih terlelap dengan kondisi kamar yang berantakan akibat pertempuran mereka tadi subuh. Mereka tidur berpelukan tanpa menggunakan sehelai pakaianpun untuk menutupi tubuh polos mereka.Aku harus bergegas, menuju ke sana, aku akan mengajak para warga untuk menyaksikan pemandangan yang amat menjijikan antara suamiku dan tetangga depan rumahku itu."Vin, kamu mau ke mana? Masih pagi ini, sarapan dulu nanti baru keluar," kata Ibu saat tahu aku sudah siap keluar."Sarapan bisa nanti Bu, ini hal penting sekali, dan harus di selesaikan pagi ini juga, Bu. Doakan agar hasilnya sesuai dengan apa yang kupikirkan ya Bu . Assalaamualaikum.""Iya...pasti! Ya sudah kamu hati-hati loh. Nyetirnya jang
subuh di rumah orang tuaku ini amat khas, mengingatkan dengan masa kecilku dulu. Sebelum azan subuh berkumandang, Ibu pasti akan mengetuk pintu kamarku, agar segera mandi sebelum melaksanakan salat subuh berjamaah di sebuah ruangan yang khusus hanya digunakan untuk salat saja.Setelah melaksanakan salat, kemudian membaca ayat suci alquran. Kemudian kami akan jalan-jalan bersama mengitari kampung. Karena memang suasana pagi hari di kampung ini, udaranya masih sangat fresh dan sejuk. Jadi banyak warga dari kampung lain yang setiap pagi datang ke sini hanya untuk jalan-jalan saja.Setelah selesai jalan-jalan, aku pun membersihkan diri, dan siap membantu Ibu memasak dan membersihkan rumah. Meski telah ada Bik Lastri, rasanya tetap tak afdol jika tak ikut membantu memasak di pagi hari. Tapi sebelumnya, kubuka dulu handphoneku, ternyata banyak sekali chat dan panggilan tak terjawab dari Mas Bambang. Chat tak kubuka dulu, namun aku penasaran dengan hasil pengintaian kamera yang ada di rumah
Pagi hari di rumah baru ini, kurasakan sedikit berbeda, karena letak muhalla yang jauh dari rumah, maka mulai sekarang aku shalat subuh di rumah saja bersama Bik Lastri, kebetulan dia tadi mau saat kuajak shalat berjamaah, Alhamdulillah.Hari ini, rencananya aku tak akan pergi kemana-mana, karena kondisi rumah juga masih berantakan, dan banyak perabot yang belum tertata pada tempatnya. Tapi orang tuaku janji nanti mereka akan datang ke sini. Aku juga nanti malam akan mengadakan sedikit syukuran atas pindahan rumah ini. Dengan memberikan bingkisan pada tetangga, kemarin aku juga sudah memesan catering, untuk ini.Saat akan mulai bersih-bersih, aku menengok sebentar handphoneku yang sudah sejak sore kemarin kubiarkan begitu saja di dalam tas. Ternyata banyak sekali panggilan tak terjawab dan juga chat dari Mas Bambang, namun semua itu tak kuhiraukan. Untuk apa mengurusi hak tak penting seperti ini, karena bagiku dia itu kini hanyalah sampah, yang kini sudah kubuang pada tempatnya.Handp
Show Must Go On"Tapi saat ini aku butuh uang Mas, nggak banyak sih cuma dua puluh juta saja. Aku juga punya hutang sama temanku, hari ini harus di kembalikan. Gimana kamu bisa ngasih nggak uang itu hari ini?""Uangku itu sudah habis, Dek. Paling di ATM juga cuma sisa satu juta saja, itu pun untuk pegangan dan transport besok. Apa temanmu itu nggak mau nunggu sampai aku pulang, setelah jual mobil 'kan bisa kota sisihkan sedikit buat nyaur hutang temanmu itu, Dek. Eh iya kamu kemarin kan jualin perabotan,uangnya lebih dari dua puluh juta kan? Pakai itu saja nanti pasti kuganti." Bujuk Mas Bambang.Hem...memangnya kau pikir aku ini Vivin yang dulu? Yang nurut saja sama semua maumu? Semua manusia itu berubah jadi yang lebih baik Mas, bukan jadi yang lebih bodoh."Uang jualin perabotnya kan uda aku buat beli perabotan baru, Mas. Pokoknya kalau kamu hari ini nggak bisa ngasih aku dua puluh juta, lusa aku juga nggak akan maulah minjemin mobil buat kamu Mas. Males banget deh, mending sekaran