Jadi aku pun membiarkan adegan antara dua anak manusia itu terlihat begitu saja, sambil tetap asyik merekamnya. Jangan di tanya kenapa aku kuat menyaksikan ini? Karena aku sungguh kecewa dengan suamiku itu. Bagaimanapun caranya, akan kubuat kamu menyesal kamu Mas! Tega sekali dia bercumbu dengan wanita lain saat aku tengah meneleponnya begini, apa nggak bisa menunggu nanti setelah telepon kumatikan? Apa sebegitu meng*******annya gundikmu itu, hingga kamu tak kuat lagi menahan hasrat itu?Tiba-tiba Mas Bambang kembali duduk di depan layar handphone, masih tanpa memakai kaos, keringat kembali tampak di badannya. "Maaf ya Dek, sakit banget e perutku, jadi dari pada bolak-balik ke kamar mandi, sekalian saja tadi aku tunggu di sana saja," ucapnya sambil nyengir."Nggak apa-apa sih Mas. Aku kira tadi kamu ketiduran di kamar mandi. Hampir dua puluh menit loh itu," ucapku kubuat sebiasa mungkin."Nggak lah, Dek, hanya saja tadi perutku itu rasanya benar-benar mulas. Entah tadi pagi aku hab
[Dek, coba cek, barusan sudah ku kirim lagi uang sebesar lima juta rupiah ke rekeningmu. Sudah sana cepat siap-siap ke dealer. Pilih mobil sesuka hatimu, Dek. Tapi nanti usah telpon, kirim chat aja, aku mau meeting.]Sebuah chat dari Mas Bambang kembali masuk, dan memang beberapa detik yang lalu ada notifikasi uang masuk ke rekeningku.[Terima kasih banyak ya Mas.]Sebenarnya aku masih sedikit tak percaya, jika suamiku yang baik itu ternyata tega bermain api dibelakangku. Berarti tidak selalu kan laki-laki yang royal dan sok perhatian itu, setia pada pasangannya, bisa jadi itu hanya caranya untuk menutupi kelakuan buruknya saja, seperti kasus suamiku ini. Tapi biarlah dia teruz merasa bahwa kebohongannya itu tertutup rapat, hingga aku mendapatkan dulu apa yang aku inginkan.Tinn tinn tinnBunyi bel khas tukang sayur itu datang. Gegas aku pun keluar sebentar untuk sekedar membeli cabe atau jajanan pasar untuk pengganjal perut. Tampak sudah banyak ibu-ibu mengerubungi Paijo."Jo, aku ma
Setelah mandi dan bersiap kini aku akan berangkat keluar, tujuan pertamaku tentulah dealer mobil, namun sepagi ini mana mungkin buka, mungkin dealer baru akan buka pukul sepuluh nanti, jadi ku putuskan pagi ini aku akan ke rumah orang tua ku saja, jaraknya tak jauh sih, hanya satu jam perjalanan saja. "Vin, tumben kamu pagi-pagi sudah ke sini? Bambang nggak ikut?" Bapak yang setiap pagi pasti duduk di teras sambil minum teh, menyapaku saat aku mencium punggung tangannya."Lagi mau ambil baju, Pak. Mas Bambang seperti biasa sedang ke luar kota," jawabku kemudian segera masuk ke kamar.Kebetulan di kamarku ini, ada lemari pribadiku, yang hingga kini kuncinya kubawa. Karena di sini berisi barang-barang yang kuanggap penting, dari sejak aku SD dulu hingga kini berusia dua puluh tujuh tahun. Segera ku taruh surat penting dan perhiasanku di sini dan kembali menguncinya.Aku memang tak jadi menitipkan barang berhargaku ini di pegadaian, karena ku rasa lebih aman di sini."Ibu di mana, Pak
Aku langsung mengambil surat-surat itu, beserta persyaratan lain yang dibutuhkan, kemudian aku kembali pergi dari rumah. Kali ini aku tidak akan meminjam uang di bank atau pegadaian, terlalu ribet syaartanya, aku akan menjaminkan surat-surat ini ke seorang rentenir asal Batak. Kebetulan aku mengenalnya lewat salah seorang temanku yang dulu sering menggadaikan mobilnya di sana.Sebenarnya aku tahu bahwa bunganya akan sangat besar jika pinjam di sini, namun itu juga nantinya bisa jadi senjata untuk menghancurkan Mas Bambang. "Aku hanya bisa meminjami uang senilai tujuh ratus lima puluh juta saja, dan hanya dalam waktu tiga bulan. Setelah tiga bulan uang itu harus kembali menjadi sembilan ratus juta.Jika lebih dari empat bulan, kamu tak bisa mengembalikan uang itu, maka semua tanah ini akan menjadi milikku."Wow sebuah perjanjian yang sangat menjerat 'kan? Namun tetap ku terima, yang penting aku dapat uang. Dari pada nanti semua malah di habiskan untuk para gundiknya.Setelah uang itu
Dari salah satu foto yang di kirim oleh Feli, ternyata ada foto Mas Bambang yang sedang bermesran dengan Ria. Ternyata selama ini mereka bersandiwara di belakangku, dan hal itu mereka lakukan dengan sangat baik, hingga aku tak dapat mengendusnya.[Dari mana kamu mendapatkan foto-foto ini? Dan sebenarnya siapa kamu?!][Foto itu, ku dapat dari galery handohone Mas Bambang. Aku adalah salah satu korban suamimu, sebenarnya bukan korban sih, tapi sama-sama butuh. Dia butuh kehangatan dan aku butuh uang. Sayangnya, dia itu tak bisa setia dengan satu wanita saja, dan itu tak bisa kuterima. Jujur saat ini aku sedang hamil anaknya, mangkanya aku terus-terusan mengejarnya. Meski dia playboy, namun aku tak mau anak di perutku ini lahir tanpa bapak.]Astaghfirullahaladzim, berita baru apa lagi ini!? Ternyata sampai segitunya dia luaran, bahkan ada yang sampai hamil. Kalau aku tetap jadi istrinya, bisa-bisa aku kena penyakit kelamin karena hobinya yang suka bergonta-ganti pasangan.Besok aku haru
Lega rasanya setelah pulang dari pengadilan agama ini, kupastikan bahwa gugatan ceraiku nanti pasti akan di kabulkan. Hari ini aku tak akan membeli motor baru, tapi uang lima puluh juta dari Mas Bambang tadi pagi, akanku simpan saja, siapa tahu suatu hari nanti aku ingin membuka sebuah usaha sendiri, jadi tak perlu repot mencari modal.Ku putuska hari ini untuk berkunjung ke rumah orang tuaku, sekalian untuk memperlancar memgemudiku dengan Mas Vino. Karena aku sudah ingin menaiki mobil baruku sendiri nanti, ingin rasanya aku memamerkan mobil baruku itu lada Ria, yang notabene juga pernah merasakan uang dari suamiku itu."Vin, kamu lagi ada masalah ta sama Bambang?" Ibu tiba-tiba menghampiriku ke kamar dan berkata seperti itu."Nggak kok Bu, biasa saja kok." Kucoba menyembunyikan semua ini darinya."Jangan bohong sama ibu Vin, firasat ibu mengatakan kalau dari kemarin itu kamu sedang banyak masalah. Jujur saja sama ibu, ringankan sedikit bebanmu itu, ceritalah Nak," ucap Ibu lagi sam
Ria Mati Kutu[Mas, boleh nggak aku buka usaha? Jenuh nih tiap hari di rumah melulu, kebetulan temanku ada yang bisnis berlian dan emas. Kulihat prospeknya sangat bagus, dengan keuntungan bisa dua kali lipat loh Mas. Bolehkan aku minta modal, nggak banyak kok tiga ratus juta saja, nanti kan keuntungannya bisa muter buat modal proyek kamu lagi Mas. Boleh ya?]********************* ********************Kumandang adzan subuh membangunkanku, segera aku bangun dan berangkat ke mushola kompleks. Saat Mas Bambang tak di rumah, memang aku selalu melaksanakan shalat berjamaah di mushola yang letakknya hanya berjarak tujuh rumah saja dari rumahku. Setelah jamaah pasti kemudian aku menyapu halaman rumah."Duh, mobilnya baru nih, ye," ucap Sari yang tiba-tiba nongol di depan gerbang bersama Dewi.Entah dari mana mereka berdua, sepagi inu sudah jalan bersama, atau mungkin mereka lagi jalan-jalan seperti kebanyakan orang di kompleks ini, kecuali aku, hehehe."Eh, kaget aku, iya dong. Alhamdulillah
Kukuras ATM-mu Lagi Mas.[Dek, kamu jangan percaya ya, dengan gosip-gosip yang mengatakan bahwa aku pernah punya hubungan khusus dengan Ria. Mereka itu iri padamu dan hanya ingin menghancurkan hubungan kita saja. Nggak usah di dengarin ya.]Berarti sampai saat ini Ria dan Mas Bambang masih sering berhubungan ya, benar-benar kurang ajar kalian berdua.[Gosip apaan sih, Mas? Aku kok malah nggak tahu, gosip yang sedang beredar di sini tuh memang ada foto Ria sama laki-laki mau masuk hotel, tapi kan itu juga bukan kamu. Kok kamu yang di sana malah tahu sih? Jangan-jangan kamu beneran ada hubungan khusus dengan Ria, si janda centil itu ya?][Eh, bukan begitu, Dek. Gimana sih jelasinnya. Pokoknya aku nggak ada hubungan apa-apa sama dia. Percaya padaku Dek.][Nggak, Mas. Aku nggak percaya, kamu pasti punya hubungan sama dia, ya sudaah aku akan pulang ke rumah Ibu, nggak sudi aku di duain apalagi sama janda gatel itu! Sudah jangan hubungi aku lagi!]Kemudian aku pura-pura ngambek, demi memulu