Gawat! pikir Alex."Pangeran! Hei semuanya! Di sini ada pangeran Alex!" teriak perempuan itu terkejut melihat Alex."Apa? Pangeran Alex? Mana? Di mana dia?""Di sana! Pangeran Alex!"perempuan lain mulai mengejar dan mengekerumuni Alex."Waduh. Gimana caranya aku bisa ke luar dari sini," ujar Alex.Sementara itu Rena masih berusaha menjual buku cerpennya."Ayo! Semuanya! Silahkan di lihat-lihat dulu. Bukunya dengan cerita yang menarik dan bikin nagih! Ayo dilihat dulu!" seru Rena.Lalu ada laki-laki yang menghampiri Rena."Kak, berapa bukunya satu?" tanya orang itu."Murah kok, bang. Cuman 30 aja. Mau berapa?" tanya Rena."Satu aja, kak." Laki-laki itu merogoh koceknya."Waduh, kak. Sepertinya uang saya ketinggalan. Begini saja deh, kak. Kakak mau gak ikut aku sebentar untuk ambil uangnya?" tanya orang itu."Tapi saya tidak bisa meninggalkan kios saya." jawab Rena."Sebentar saja kok, kak. Rumah saya tepat di ujung gang itu. Sebenarnya buku ini saya belikan untuk adik saya yang sedang
Mereka bertiga pun pergi ke rumah Yuna dan bertanya kepada para pengawal."Pak, apakah kalian melihat Yuna?" tanya Erika."Putri Yuna? Saya tidak melihatnya dari tadi putri Erika. Setahu saya putri Yuna tidak ada keluar dari kamarnya dari tadi pagi," jawab pengawal."Loh? Bukannya dia-" Alex langsung menutup mulut Erika."Oh begitu ya, pak. Apakah tuan dan nyonya ada di rumah?" tanya Alex."Mereka tidak ada di rumah pangeran. Mereka sedang pergi ke luar kota dalam seminggu ini," jawab pengawal."Baiklah. Aku ingin bapak beritahukan kepada semua orang yang ada di rumah kalau misalnya Yuna ada di rumahku. Dia sedang menginap," ujar Alex."Hah? putri ada di rumah pangeran? Bagaimana bisa?" tanya pengawal yang terkejut."Hehe iya. Sebenarnya Yuna pergi diam-diam. Jadi jangan khawatir tentang Rena," jawab Alex."Siap pangeran. Saya tidak akan khawatir kalau putri ada bersama pangeran," ujar pengawal."Kalau begitu kami permisi dulu, pak." ujar Alex."Hati-hati di jalan," ujar pengawal samb
Pria itu terburu-buru mengeluarkan kunci dari sakunya dan membuka jeruji besi kemudian masuk ke dalam.Pria itu perlahan mendekati Yuna. "Hehe, ke sini kamu putri Yuna ..." ujar pria itu.Yuna mulai mundur perlahan dan akhirnya tersudut. "Ti-tidak! Menjauhlah!" Yuna berteriak."Ayo ... Kemarilah. Jangan takut," pria itu menjulurkan tangannya.Yuna lalu tersenyum dan menangkap tangan pria itu."Eh? Apa yang kau lakukan?" pria itu terkejut."Apa yang kulakukan? Cuma bentuk pertahanan diri saja, kok. Hiaaahh!" Yuna menarik tangan pria itu dan mengangkatnya ke atas.Braak! Kemudian membantingnya ke lantai."Hoaahk!" pria itu kesakitan.Duk-duk! Yuna menendang biji zakar pria itu berkali-kali."Ukh! Aw! Berhenti! Stop!" pria itu merintih kesakitan."Hahaha rasakan ini! Kau pikir karena aku perempuan, aku tidak bisa melawan gitu? Salah besar kawan. Aku sudah belajar bela diri dari kecil loh!" Yuna terus menendang-nendang biji zakar pria itu hingga Yuna tidak sadar pria itu sudah pingsan."O
Yuna kemudian berlari cepat ke depan sambil menghunuskan pedangnya.Trang! bibi langsung menangkis dan membuat pedang Yuna terhempas. Yuna refleks langsung mundur menjauh ke belakang."Masih belum cukup putri. Kau harus lebih serius lagi. Kemampuanmu tidak hanya sampai di sini saja kan?" ujar bibi memancing emosi Yuna.Yuna mengambil pedangnya."Baiklah bi. Dari tadi aku masih ragu. Tapi kau tahu. Kau benar-benar hina," ujar Yuna.Pandangan Yuna seketika menjadi dingin. "Siap-siap saja. Kau akan kubunuh di sini," ujar Yuna."Haha coba saja, putri!" jawab bibi.Yuna kembali berlari lagi menuju bibi dengan tangan yang siap mengayunkan pedangnya.Bibi tersenyum karena dia merasa Yuna akan mengulangi hal yang sama. Saat Yuna tepat berada di depannya, ia mengayunkan pedangnya untuk menangkis tapi dia terkejut karena tiba Yuna merunduk ke bawah dan dengan cepat memukul kaki bibi menggunakan sikutnya.Krek! kaki bibi menjadi retak karena pukulan Yuna yang kuat."Akh! Sialan kau!" bibi lang
Kemudian keesokan harinya. Yuna bersama orang tuanya. Turun ke ruang bawah tanah di mana tempat bibi sudah dikurung. Mereka dikawal oleh pengawal yang berjaga di ruang bawah tanah."Hehe! Ayo ke sini putri Yuna. Kau tau kan aku adalah orang yang selalu memperhatikanmu? Karena begitu biarkan aku mencongkel matamu itu," ujar bibi.Yuna dan orang tuanya melihat bibi dengan bentuk yang sudah kaca balau. Rambutnya berantakan, bajunya disobek-sobek, serta kukunya yang berdarah. Bibi disekap menggunakan rantai besi yang mengikat kaki dan tangannya di dinding."Wah ini orang sepertinya udah gak waras lagi," ayah Yuna kesal dan ingin menarik pedangnya namun dihentikan Yuna."Sudahlah ayah. Biar aku saja yang menyelesaikan hal ini," ujar Yuna."Pak, bibi kenapa bisa seperti ini tampilannya dalam semalam saja?" tanya Yuna."Jujur saja tadi malam, bibi sepertinya mulai gila. Dia berteriak dan meraung-raung menyebutkan nama Putri. Dan menggigit kukunya sendiri sampai seperti itu. Jadi kami bersusa
Bibi melayani para bangsawan kelas bawah yang hadir. Bibi memberikan minum kepada mereka yang di mana minuman tersebut sebelumnya sudah diberikan obat tidur.Dia memberikan minuman yang sama kepada pengawal bangsawan tersebut serta pembawa kereta kuda.Setelah beberapa jam kemudian bangsawan tersebut telah selesai mengobrol dengan orang tua Yuna.Karena hari sudah mau gelap, mereka pun pamit pulang. Bibi yang sudah mengetahui mereka akan pulang diam-diam mengikuti mereka perlahan.Bangsawan dan para pengawal nya sebenarnya sudah mulai merasakan kantuk yang berat namun mereka menahannya. Hingga di tengan perjalan pulang di tengah hutan. Mereka semua tidak bisa menahan kantuk dan akhirnya tertidur begitu saja dan membuat kereta kuda oleng dan menghantam pohon.Bibi yang sudah mengikuti mereka dari belakang juga ikut membawa bawahannya. Dia dan bawahannya juga memasang topeng."Kakak, orang-orang ini mau diapakan?" tanya bawahan bibi."Kalian bawa saja putri itu dan tinggalkan yang lainn
"Tidak ada. Aku hanya memandang betapa indahnya langit di siang hari ini," jawab Alex."Banyak gaya kau. Eh udah tahu belum tentang festival sekolah ini?" tanya Yuna."Udah. Bahkan tadi aku direkrut untuk jadi komite acara," jawab Alex."Terus gimana? Kau jadi ikut kah?" tanya Yuna."Hah. Ya kali aku ikut. Mana mau aku menyibukkan diri dengan hal yang merepotkan seperti itu," ujar Alex.Sudah kuduga ... pikir Yuna"Lalu kau ada rencana mau ikut salah satu acara gak?" tanya Yuna."Tidak. Aku hanya ingin menjadi penikmat saja di festival nanti," jawab Yuna."Ah gak asik lah. Kau tahu. Ini adalah masa-masa terakhir sma kita. Seharusnya kau itu bersenang-senang di saat seperti ini," ujar Yuna."Bodo amat. Aku mau nyantai pokoknya," ujar Alex.Lalu bel berbunyi. Alex dan Yuna pun kembali masuk ke dalam kelas.Kemudian di dalam kelas mereka mulai membicarakan tentang persiapan festival."Baiklah anak-anak. Seperti yang kalian tahu sebentar lagi akan ada festival sekolah. Dan ingat. Ini adal
Bu guru pun mengecek isi buku uang kas dan ketika membacanya dia langsung terkejut." Ya ampun! Apa-apaan ini? Kenapa anak-anak cowok tidak ada yang membayar satu pun? Malah para cewek yang udah pada bayar. Kamu juga Alex kok bisa gak bayar?" ujar bu guru marah-marah.Alex tertegun. Sebenarnya Alex bisa mau membayar tapi dia terus saja lupa untuk membawa uang untuk membayarnya."Minggu depan, ya buk-" brak! Murid yang bertanya langsung terkejut."Minggu depan - minggu depan, enak aja kamu ngomong. Kok bisa udah dari awal kelas ini dibentuk, belum ada satu pun dari kalian anak cowok yang bayar? Ibu kira karena gak ada laporan semuanya baik-baik saja. Ternyata separah ini," ujar bu guru."Kamu juga ketua kelas sama bendahara. Kenapa gak ada yang mau ngelapor tentang ini? Kalau gitu kan langsung ibu kasih ceramah anak-anak ini semua," ujar bu guru."Maaf, buk." ujar ketua kelas dan bendahara.Gimana mau ngadu, ibuk aja pas dicari gak tahu ngilang ke mana kalau ngomong di depan mereka yan