Home / Fiksi Remaja / Kalau Cinta Kejar Aku! / Pagi Pertama Di Sekolah

Share

Kalau Cinta Kejar Aku!
Kalau Cinta Kejar Aku!
Author: Rachel Bee

Pagi Pertama Di Sekolah

Author: Rachel Bee
last update Last Updated: 2024-11-04 23:37:38

Hari ini Elsa datang pagi seperti biasa setelah libur panjang kenaikan kelas. Aksa sebagai kakak yang baik bersemangat mengantar adik kesayangannya ke sekolah. Ini sebagai bukti jika dirinya sangat menyayanginya.

Sebagai pria matang yang sukses, banyak sekali yang meliriknya saat ia turun dari mobil mewahnya. Pemandangan ini tak luput dari penglihatan Elsa sang adik. Gadis itu mendengus dengan lirikan tajam matanya menatap ke sekeliling halaman sekolah tempat mobil kakaknya terparkir.

"Kakak langsung pulang aja. Nanti di sini malah tebar pesona," kesal Elsa pada Aksa.

Aksa tertawa. Sudah biasa dirinya mendapat lirikan tajam dari adiknya. Gadis itu mengusirnya sejak turun dari mobil tadi.

"Dijemput enggak?" Elsa menggelengkan kepalanya.

"Jemput saja deh. Nanti sore kita jalan ke toko buku. Kakak mau cari buku referensi."

Elsa melambaikan tangannya hingga sosok kakaknya menghilang dari pagar sekolah. Elsa berjalan menunduk menuju kelasnya yang berada di lantai dua. Entah hari ini hari sial atau bukan, tiba-tiba saja ada sesuatu jatuh dari lantai atas tepat mengenai kepalanya saat ia mendongak melihat seseorang memanggil namanya.

"Woy, jangan di bawah makanya. Kena kan, lo?" teriak seseorang dari lantai atas. Teman-temannya ikut mengomentari bahkan mengejek raut wajah Elsa yang berubah marah.

"Sini lo!" tantang Elsa.

"Siapa takut!"

Keduanya bertemu di bawah, tepatnya di dekat kantin arah tangga. Elsa memegang benda yang jatuh tadi, lalu mengacungkannya di depan mata orang yang tadi menjawab tantangannya.

"Kembaliin topi gue," pintanya. Elsa menaruh ke belakang punggungnya cepat-cepat.

"Kalau mau ambil, tuh." Elsa melempar topi yang ia pegang dan mendarat tepat di atas tempat sampah. Beruntung, topi itu tidak jatuh ke dalamnya.

"Eh, berani banget. Sini lo."

Elsa berlari menuju tangga lantai dua sambil menjulurkan lidahnya. Orang yang tadi menantangnya terlihat menyimpan dendam. Tangannya mengepal, matanya melotot mengarah pada Elsa.

"Wlee..."

Elsa terengah-engah masuk ke dalam kelasnya. Napasnya turun naik dan peluhnya bercucuran. Kepalanya menengok terus menerus ke arah belakang berharap orang yang ia lempar topinya tadi tak mengejarnya hingga ke kelas.

Salah satu teman Elsa bernama Mia mengerutkan dahinya bingung melihat Elsa yang masuk sambil mengipasi lehernya.

"Kamu kenapa?" tanya Mia heran.

"Eh, kamu kenal sama cowok anak kelas IPA yang alisnya tebel terus matanya bulat?"

Lagi-lagi Mia mengerutkan dahinya lalu menggeleng. "Enggak. Yang mana, ya?"

Elsa bingung mau menjelaskannya. Ia mencari salah satu ciri khas orang yang tadi topinya dilempar olehnya.

"Yang itu, ehm—"

Kalimat Elsa terpotong saat melihat seseorang yang ia sukai berdiri di depan pintu kelasnya. Orang itu adalah Bagas, teman satu kelasnya yang terkenal akan ketampanannya dan juga kejeniusannya. Mata Elsa teralihkan memandang ukiran tuhan yang terpahat indah di wajah Bagas.

"Hai, Elsa." Bagas menyapa ramah. Elsa menyunggingkan senyumnya.

"Hai, Bagas."

"Hari ini ada pengambilan nilai olahraga. Kamu ikut, kan?"

Elsa seketika mengangguk. Ia lupa kalau dirinya benci olahraga dan hanya datang saat pengambilan nilai saja. Untungnya Bagas bersedia membantunya jika sedang membolos.

"Bagas ikut?" Bagas mengangguk. "Kalau begitu, Elsa juga ikut."

"Jangan ada alasan lagi, ya."

Bagas berjalan melewati Elsa. Aroma parfum khas pria maskulin menguar masuk ke indera penciumannya. Bagas berhenti sejenak lalu mengacak rambut Elsa. Sekilas ia juga tersenyum lalu duduk di kursinya.

Wajah Elsa bersemu merah. Ia malu sekaligus senang. Bagaimana bisa, seorang Bagas bisa memporak-porandakan hatinya dalam sekejap.

'Elsa semangat kalau begini.'

***

Elsa dan Mia sudah berada di lapangan dengan seragam olahraga mereka. Hari ini tidak ada olahraga ekstrim keliling lapangan, hanya ada pemanasan ringan disertai pembinaan bagi siswa siswi yang berminat ikut olahraga tertentu. Elsa dan Mia yang tak terlalu menyukai pelajaran menguras keringat ini memilih duduk di pinggir lapangan sambil menghabiskan cemilan yang dibelinya tadi.

"Enggak ikutan, Mia? Kan kamu bisa voli tuh." Mia yang duduk di sebelah Elsa menggelengkan kepalanya. Ia lebih suka duduk di tribun daripada ikutan tunjuk tangan masuk klub volley.

"Malas," jawabnya singkat.

Mata Elsa tertuju pada segerombolan siswa di lapangan basket yang jaraknya tak jauh dari lapangan utama. Hanya dibatasi sekat dinding tipis tapi masih bisa terlihat dari tribun tinggi yang kini diduduki olehnya.

"Itu tim basket?" tanya Elsa. Mata Mia mengikuti arah tangan Elsa lalu mengangguk setelah melihat segerombolan tim kesayangan SMA Angkasa itu.

"Wah, ada Ken. Lihat yuk." Mia berdiri lalu menyeret tangan Elsa untuk menonton di lapangan sebelah yang kelihatannya lebih seru. Elsa tadinya akan menolak, tapi ia juga penasaran dengan anggota tim basket yang katanya sekumpulan siswa tampan dan tinggi di sekolahnya.

"Ken! Semangat! Aku tunggu di sini!" teriak Mia dengan suara kerasnya sambil melambaikan tangannya. Ken yang merasa dipanggil menoleh lalu tersenyum lalu mengangkat jari jempolnya.

Elsa membelalakkan matanya. Sungguh ia sedikit malu dengan kelakuan absurd temannya tadi.

"Malu-maluin." Elsa menarik tangan Mia agar segera duduk di tribun. Tak hanya Ken, ternyata siswa yang tadi menjatuhkan topi juga ikut menoleh ke arah tribun saat Mia teriak. Namanya Elvano Erlangga.

Elvano ikut tersenyum saat melihat Elsa berdiri di sebelah Mia. Elsa juga melihat senyum itu tapi ia terburu-buru sadar lalu mengajak temannya untuk duduk.

Ken yang sadar akan perubahan wajah temannya tiba-tiba merangkul pundaknya lalu bertanya pada Elvano. "Cewek yang di sebelah Mia itu yang tadi Lo ceritain? Yang tadi pagi ngebuang topi lu kan? Cantik, manis dan pastinya banyak saingannya."

Elvano menyikut perut Ken. Temannya itu mengaduh kesakitan lalu tertawa.

"Berisik, lo!"

"Kayaknya ada bibit-bibit cinta nih."

"Ogah!"

Elvano menoleh lagi ke arah tribun. Elsa yang masih berada di sana bersama Mia tiba-tiba didatangi oleh siswa yang terlihat tak asing di matanya.

Siswa itu menawarkan sebotol air mineral dan makanan ringan untuk Elsa. Sepertinya gadis itu sangat senang sekali. Lihat saja bibirnya, merekah indah tersenyum ramah pada si laki-laki itu.

"Siapa sih dia?" tunjuk Elvano pada laki-laki yang kini duduk di sebelah Elsa. Ken yang masih menyedot air minumnya meneropong dengan kedua matanya, memastikan siapa pemuda yang telah membuat hati paduka Elvano mendidih saat melihatnya.

"Oh, itu Bagas. Nama lengkapnya Bagas Ardiansyah. Dia siswa cerdas yang rangkingnya masuk lima besar unggulan di sekolah Angkasa," jelas Ken panjang lebar.

Elvano menggertakkan giginya. Ia ingat sekali pada laki-laki itu. Dia yang menjadi saingannya saat mencalonkan diri menjadi ketua OSIS. Elvano dan Bagas sama-sama mendapat poin tinggi tapi sayangnya program miliknya tak mendapatkan respon baik di mata guru dan sebagian siswa siswi SMA Angkasa. Selain itu, ada yang mengatakan seseorang menyabotase suaranya.

Terpaksa, ia melepas kesempatan itu dan memilih mengambil jabatan ketua tim basket.

"Mau olahraga apa main-main sambil cuci mata di lapangan basket nih?" sindir Elvano. Elsa mengacuhkan pemuda itu.

Bagas merasa risih dengan kedatangan Elvano yang berlagak seperti pemilik lapangan sekolah. Ia maju menantang laki-laki itu. Keduanya kini saling berhadapan, menunggu salah satunya melawan lebih dulu.

Elvano tak gentar dengan tantangan Bagas yang diketahui adalah ketua osis di SMA Angkasa. Matanya memindai setiap gerakan Bagas yang menurutnya terlalu lemah untuk seorang laki-laki.

"Memangnya ini sekolah milik nenek moyang lo?" pertanyaan Bagas membuat Elvano tertawa lepas.

Niko dan Ken yang ikut menemani Elvano di sampingnya, ikut tertawa. Niko bahkan sampai terduduk saking tak tahan mendengar ocehan Bagas.

Tak rela pujaan hatinya ditertawai, Elsa mendengus tak suka. Ia menyeret tangan Bagas agar pergi dari lapangan basket itu. Malas sekali ia mendengar perdebatan yang membuatnya muak.

"Bagas, kita ke kantin yuk. Katanya kamu mau traktir aku somay?" ajak Elsa sambil menarik tangan Bagas menjauh dari tempat itu.

Ketiga orang yang dihampiri Elvano tadi pergi tanpa pamit padanya. Ada perasaan tak suka yang tiba-tiba bergelayut dalam hatinya. Entah mengapa, ia tak suka melihat Elsa pergi bersama Bagas.

"Kira-kira, kalian tahu apa yang terjadi sama gue?" tanya Elvano pada kedua temannya.

Niko dan Ken hanya menggedikkan bahunya.

Di kantin sekolah, Elsa mengajak Bagas dan Mia duduk di kursi paling ujung dekat dengan kolam ikan. Di sana tempat yang paling nyaman untuk sekedar duduk dan mengobrol saling berbagi berita serta keluh kesah.

Ini adalah tempat favorit Elsa.

"Mia, itu apa?" Elsa menunjuk plastik makanan di tangan Mia yang baru saja datang dari arah sebuah warung di deretan kantin sekolah.

Mia menunjuk ke arah plastik makanan itu, Elsa mengangguk.

"Enak?" tanya Elsa penasaran. Mia hanya mengangguk. Ia juga menyodorkan plastik makanan itu pada Elsa.

"Cilok pak Mamat. Coba deh, rasanya mantap!" puji Mia dengan dua jempolnya.

Mia yang memang penasaran akhirnya mencoba satu bulatan cilok itu dan mengunyahnya perlahan. Kunyahan pertama terasa aneh, tapi begitu sampai di kunyahan terakhir rasanya berubah.

"Harganya berapa?" tanya Elsa lagi.

"Tiga ribu dapet lima."

Elsa membelalakkan matanya. Harga cilok yang murah tak sebanding dengan harganya yang murah. Sungguh keajaiban dunia, pikirnya.

"Aku mau beli ah."

Elsa berlari ke warung pak Mamat untuk membeli sebungkus cilok. Perkiraannya benar, pasti warung itu didatangi banyak orang. Harganya murah, enak dan pastinya membuat ketagihan.

"Pak, beli..." teriak Elsa dari kejauhan. Tangannya menyodorkan uang lima ribuan ke pak Mamat yang masih sibuk melayani pembeli.

Bagas yang kebetulan ada di tempat itu melihat Elsa yang sedang kesulitan segera membantunya. Tubuhnya yang tinggi membuatnya mudah berteriak dan memberikan uangnya langsung ke hadapan pak Mamat.

"Wah, ada Bagas di sini," sapa Serly, sekretaris osis yang sudah lama menyukai Bagas. "Bagas, tahu banget kalau aku suka cilok pak Mamat. Terima kasih ya. Nanti uangnya aku transfer ke e-wallet kamu."

Serly merebut bungkus cilok di tangan Bagas tanpa bertanya lagi itu milik siapa. Syok ciloknya direbut, Bagas jadi terdiam di tempatnya. Tangan kanannya masih memegang kembalian dan tangan kosongnya yang membatu di udara.

"Maaf neng, ciloknya masih diadonin. Paling setengah jam lagi selesai. Istirahat kedua saya sisain deh neng." Elsa berdiri dengan tatapan mata berkaca-kaca. Kata pak Mamat, tadi cilok terakhir yang ada di pancinya. Elsa sempat melihat Bagas membelinya tapi entah mengapa tiba-tiba Serly merebutnya dan Bagas hanya diam saja.

Elsa kecewa.

"Ya sudah. Nanti saya ke sini lagi ya pak. Ini uangnya." Elsa memberikan uang lima ribuan pada pak Mamat lalu pergi dengan wajah kecewa. Bagas merasa sakit hati melihatnya. Ah, kesayangannya jadi sedih.

'Maaf.'

Related chapters

  • Kalau Cinta Kejar Aku!   Kesal Dengan Si Arogan

    Elsa masih kesal dengan peristiwa rebutan cilok di kantin tadi siang. Tidak disangka olehnya, Bagas yang dikira akan memberikan cilok itu untuknya malah memberikannya pada Serly. "Pasti dia seneng banget dikasih cilok sama Bagas. Dasar cewek genit," gerutu Elsa. Untuk mengurangi rasa kesalnya, ia memilih duduk di ruang musik selepas jam pelajaran terakhir selesai. Ia malas pulang terburu-buru, hari ini ayah dan ibunya sedang berada di luar rumah dan kakaknya pasti masih berada di tempat kerjanya. Lebih baik dirinya disini, di ruang musik ditemani alat musik kesayangannya. "Wah, ada gitar." mata Elsa berbinar-binar melihat seonggok gitar yang tergeletak di sudut ruangan. Ia mengambilnya dan duduk di sofa tengah sambil memeluknya. Sebuah lagu pun terdengar. Elsa memetik gitarnya dengan apik. Namun tiba-tiba semua berhenti. "Woy, balikin." seseorang berteriak dari balik pintu. Ia berlari ke arah Elsa lalu mengambil paksa gitar itu. "Ih, apa-apaan sih. Main ambil aja." Elsa menarik

    Last Updated : 2024-11-04
  • Kalau Cinta Kejar Aku!   Ada Rahasia

    Elvano lelah. Ia baru saja pulang setelah melewati satu hari yang cukup sibuk di sekolah. Hari pertama di sekolah cukup membuatnya menguras energi. Menyebalkan tapi menyenangkan juga.Niat Elvano ingin segera merebahkan tubuhnya sejenak namun deringan telpon membuyarkan semuanya. Ia melirik sejenak. Tak lama kemudian ia mendecih tak suka tapi tetap saja ia menjawab panggilan tersebut."Ya, kenapa?" jawab Elvano ketus.Suara di seberang sana mendengus tak suka dengan jawaban yang diucapkan Elvano. Sejak lima bulan lalu, perangai pemuda itu tak pernah berubah. Selalu saja ketus dan berusaha menghindar.[Kenapa sih galak banget sama aku?]"Maya, aku lagi capek. Jangan ganggu aku dulu ya." Elvano mengusap wajahnya yang lelah. Sungguh, ia ingin segera tertidur agar nanti malam tak mengantuk saat bekerja.Banyak yang tak tahu apa yang dilakukan Elvano saat malam hari. Sudah lima bulan pemuda itu sering keluar masuk klub malam untuk bekerja sebagai DJ. Temannya yang juga anak seorang pengusa

    Last Updated : 2024-11-04
  • Kalau Cinta Kejar Aku!   Perjodohan Dari Masa Lalu

    Perjalanan berlangsung selama setengah jam. Mereka sampai di depan rumah mewah keluarga Wiguna yang ternyata telah menunggu di depan pintu rumahnya. Dharma terasa diistimewakan oleh si tuan rumah. Setahu dirinya, keluarga Wiguna jarang kedatangan tamu selain keluarganya apalagi disambut dengan hangat."Selamat datang pak Dharma. Silakan masuk." Adi Wiguna mengajak Dharma masuk ke dalam rumah lebih dulu. Diikuti oleh sang istri dan Hani serta anak-anaknya.Sesampainya di ruang makan, mereka duduk di tempat yang telah ditentukan. Tak lama kemudian seorang pria tampan tinggi besar datang membawa anak dan istrinya. Itu adalah Haris Wiguna, putra pertama Adi Wiguna yang telah menikah dan memiliki satu putri yang cantik."Selamat malam," sapa Haris sambil menyalami satu persatu tamu di ruang makan. "Wah, sudah kumpul semua. Maaf terlambat. Loh, Aksa dan Lita mana?" tanya Haris yang kebingungan mencari dua adiknya lagi."Biasa, lagi dandan. Aksa ada operasi katanya sekaligus diskusi sama dir

    Last Updated : 2024-11-04
  • Kalau Cinta Kejar Aku!   Bukannya Terima Kasih!

    Pukul setengah sepuluh malam Elvano diam-diam keluar dari dalam rumahnya lewat pintu belakang. Setengah jam yang lalu dirinya telah memesan taksi online dan disuruhnya untuk menunggu di perempatan dekat gapura pintu masuk kompleks rumahnya.Tak sampai satu jam perjalanan, Elvano telah sampai di klub tempatnya mencari hiburan tiap ada panggilan. Hobinya yang mengutak-atik lagu membuatnya terkenal sebagai DJ profesional termuda di klub malam itu. Wajah tampannya jadi salah satu jimat Elvano untuk menarik pelanggan. "Woy, dateng juga lo. Hari ini main sebentar aja. Soalnya ada yang ulang tahun tuh," sapa Ray, teman Elvano yang memperkenalkannya pada dunia malam. "Main atau enggak nih? Sebenarnya lagi suntuk juga sih." Elvano memilih duduk di sofa paling ujung. Ia menggelengkan kepalanya saat ditawari minuman dan rokok. Cukup cola saja karena ia masih ingin hidup jika tak ingin dipukuli ibunya saat pulang dalam keadaan mabuk. "Terserah aja. Eh, Maya tadi nyariin lo. Doi kangen kayakny

    Last Updated : 2024-11-04
  • Kalau Cinta Kejar Aku!   Jangan Atur

    Elsa melangkah gontai masuk ke dalam kelas. Tatapannya kabur karena air mata yang menggenang di pelupuk mata. Ia pun duduk di kursinya dengan tangan yang masih gemetar, kepalanya tertunduk lesu menelungkup di atas meja. Ia ingin menangis tapi air matanya tak bisa terjatuh. Seperti ada yang menahannya. Bagas yang berdiri di depan kelas, mengamati Elsa lalu ikut masuk dan duduk di kursi depan Elsa. Tangannya terulur mengusap kepala Elsa dengan lembut. Lalu berbisik di telinganya. "Elsa, kenapa?" Elsa menggelengkan kepalanya. "Kalau ada masalah, beritahu aku." Elsa lagi-lagi menggeleng. Ia semakin menundukkan wajahnya lalu menjauh dari jangkauan Bagas. Ia malu, wajahnya merah karena menahan tangis. Bagas berdiri lalu berjalan mengambil sesuatu di dalam tasnya. Ada roti isi dan susu yang biasa ia bawa untuk bekal. Harusnya dimakan saat pagi, tapi sengaja disisihkannya untuk Elsa. "Elsa, tadi kamu belum sempat makan. Ini aku bawa roti isi buatan mama. Dimakan ya," ujar Bagas sambil m

    Last Updated : 2024-11-22
  • Kalau Cinta Kejar Aku!   Kalian Serasi

    Maya tak betah diabaikan oleh Elvano. Sejak kesalahan yang diperbuatnya di lantai dansa lima bulan yang lalu, seluruh media sosial miliknya diblokir, panggilannya tak pernah dijawab, chatnya juga diabaikan oleh pria muda yang telah mencatut hatinya itu. Satu hal yang paling menyakitkan, ia ditolak habis-habisan saat mengajaknya ke luar.Gadis berambut ikal itu mendengus kasar dari balik kaca jendela mobilnya. Hampir dua jam ia duduk di kursi kemudi sambil menunggu Elvano ke luar dari dalam gedung sekolah megah yang terpampang di depannya saat ini.Ia harus bertemu dengan Elvano!"Lama sekali sih," gerutunya.Setelah menunggu cukup lama, sosok yang ditunggunya ke luar dari dalam gedung menuju parkiran sekolah dekat dengan lapangan bola.Maya turun dari mobilnya lalu berlari ke arah Elvano yang nampak sibuk memakai helm dan sarung tangannya."El!" Elvano menoleh. "Ikut aku ke kafe biasa yuk. Ada yang ingin aku bicarakan sama kamu."

    Last Updated : 2024-11-23
  • Kalau Cinta Kejar Aku!   Tidak Mau Dipaksa

    Sambil mengunyah makan malamnya, Elvano bertanya pada ibunya yang tengah duduk sambil membaca berita terbaru artis ibukota. Bibirnya mengerucut, mulutnya penuh makanan. "Mama ada tujuan apa sih mau jodohkan aku sama Elsa?"Farah menutup ponselnya. Ia menoleh ke belakang tepat ke arah meja makan tempat anaknya duduk mengunyah makanan."Mau tahu aja apa mau tahu banget?" ledek Farah lalu terkekeh. Elvano mendecih tak suka."Cih. Enggak usah bercanda, Ma. El enggak mau ngelawan karena malas debat sama mama papa," ucap Elvano yang kini telah menghabiskan seluruh lauk di piringnya."Kamu kenapa mau? Selain karena males debat, pasti karena dia cantik. Ya kan?" Elvano memutar bola matanya malas. Ia berjalan ke tempat cuci lalu menyusul ibunya duduk di sofa tengah."Ma, yang serius!""Ok. Ini kata papa kamu ya. Dia bilang, kakek kamu berwasiat menjodohkan anak atau cucu keturunan keluarga Wiguna dan Erlangga. Nah, karena tidak berjodoh d

    Last Updated : 2024-11-24
  • Kalau Cinta Kejar Aku!   Siapa Yang Lempar?

    Huft.Masih pukul setengah tujuh pagi. Ruang kelas masih kosong dan belum banyak siswa yang datang. Elsa mengendap-endap masuk ke dalam kelas membawa sebuah buku tebal di dalam pelukannya. Ia melirik ke kiri dan kanan lalu duduk di bangkunya.Setelah menaruh tas sekolahnya, Elsa membuka buku yang tadi dibawanya. Senyum manis melintang di bibirnya, membaca lembar demi lembar tulisan di dalamnya. Tiba-tiba saja wajahnya memanas. Ada rasa tersirat dalam setiap tulisan yang ia baca."Sibuk banget," ujar Bagas yang membuat Elsa terkejut sampai hampir menjatuhkan botol minum di sampingnya."B-bagas? Sejak kapan ada di sini?" tanya Elsa gugup. Ia terburu-buru menutup buku yang dibawanya dan memasukkannya ke dalam tas."Dari dua menit yang lalu. Kamu sibuk baca sih. Jadi enggak lihat aku datang." Bagas berlalu dan langsung duduk di bangkunya tepat di belakang Elsa."Kamu enggak lihat apa tulisannya kan?" Elsa menunduk memainkan jarinya. Ia takut jika Bagas membaca isi buku itu. Lebih tepatnya

    Last Updated : 2024-11-25

Latest chapter

  • Kalau Cinta Kejar Aku!   Rencana Pertunangan

    Rencana pertunangan itu sudah ada di depan mata. Dua bulan lagi ujian tengah semester dan setelah itu mereka akan bersiap untuk ujian akhir. Entah mengapa kedua keluarga tak sabar untuk menjodohkan mereka berdua. Padahal usia mereka masih terlampau muda. Tapi tenang saja, Elvano adalah remaja yang sudah matang pemikirannya. Ia lebih mementingkan perasaan orangtuanya dibanding dirinya sendiri. Lagipula, siapa yang bisa menolak Elsa. Gadis cantik, pintar dan juga baik perilakunya. Dia adalah harta berharga keluarga Wiguna. Siapa saja pasti tak akan berani menolaknya. Termasuk Elvano, yang sejak lama tak pernah terpikirkan menjalin cinta dengan seorang gadis. "Keluarga Wiguna sudah setuju untuk mengadakan acara pertunangan secara tertutup. Kamu tidak masalah kan?" tanya Farah yang dibalas anggukan oleh Elvano. "Elvano harus sembunyikan atau terus terang sama teman sekolah?" tanya Elvano. Pasalnya, ia tak mau kejadian seperti Bagas kembali terjadi

  • Kalau Cinta Kejar Aku!   Jaga Hati Yang Lain

    "Elvano, sini lo!" teriak Bagas. Elvano yang sedang duduk di bawah pohon bersama teman-temannya menoleh ke belakang. Dahi Elvano berkerut lalu terkekeh tak mempedulikan panggilan Bagas. "Punya telinga kan lo?" teriak Bagas sekali lagi. "Ada apa, bro? Gue lagi ngadem sama temen-temen gue." Bagas yang tak terima karena diabaikan langsung menyeret tangan Elvano. Tangannya terlihat mengepal ingin melayangkan tinju ke arah pria di depannya yang terkekeh akan tindakannya tadi. Ken dan Niko berjaga-jaga di belakang mereka berdua. Takut kalau ada perkelahian antara kedua ketua geng itu. "Lo mau ngapain? Soal Elsa lagi?" tantang Elvano."Gue tahu, lo bohong mengenai hubungan lo dan Elsa. Apa maksud lo?" Elvano terkekeh lagi. "Bro, gue ngomong gitu karena mau lihat kesungguhan lo sama Elsa. Gue lihat lo suka sama dia, tapi sama sekali enggak ada perubahan." "Jangan ikut campur," ancam Bagas. "We

  • Kalau Cinta Kejar Aku!   Ayo Kita Ribut!

    Bagas terlihat murung. Sejak tadi pagi tak ada setitik cahaya pun nampak di wajahnya yang tampan. Biasanya ia akan banyak bicara jika berhadapan dengan Elsa ataupun Mia, kini sebaliknya. Mereka berdua kompak membuat jurang pemisah. "Bagas, nanti rapat ya. Jangan lupa," ujar Serly mengingatkan. Bagas mengangguk. Serly menelisik lekuk wajah Bagas, ada semburat kesedihan tercetak jelas di matanya. "Kamu kenapa masih disini?" tanya Bagas tiba-tiba. "Bagas lagi sedih?" "Bukan urusan kamu," ketus Bagas. Serly tak habis akal, ia malah ikut duduk di kursi samping Bagas lalu mulai mengganggunya. Bagas tak terusik sama sekali. Ia memilih untuk berkonsentrasi dengan pelajaran tanpa menghiraukan Serly. "Bagas, kamu jangan sedih. Senyum dong." Bagas menepis tangan Serly yang mulai berjalan di sekitar lengannya. Bagas risih. "Bisa pergi dari kelas aku enggak? Serius, hari ini aku lagi enggak mau bercanda." Bagas menoleh lalu me

  • Kalau Cinta Kejar Aku!   Dia Tak Memberi Semangat

    Pulang sekolah, Elsa bergegas keluar dari dalam kelas. Ia tak ingin berlama-lama di dalam. Rasanya napas sesak di sana. Elsa memilih duduk sendiri di pos satpam sembari menunggu kakaknya datang menjemput. Sudah hampir setengah jam belum ada kabar apapun darinya. Aksa tadi pagi berjanji akan menjemputnya jika memang tak ada halangan. Namun entah mengapa hingga sekarang belum nampak batang hidungnya sama sekali. "Kakak kemana, ya?" Elsa mencebikkan bibirnya. Berkali-kali ia mengecek jam dan menghubungi kakaknya lewat pesan. Tidak ada jawaban. "Elsa, belum pulang?" tanya seseorang yang sudah dihafal suaranya oleh Elsa. "Kakak belum jemput," jawab Elsa malas."Pulang bareng gue yuk," ajak Elvano yang tadi bertanya pada Elsa. "Enggak repotin?" "Enggak dong. Ayo naik." Elsa menerima helm yang disodorkan kepadanya. Ia pun segera naik ke atas motor Elvano. "Elvano, susah naiknya." Elsa mengeluh. Motor E

  • Kalau Cinta Kejar Aku!   Gosip Hanyalah Gosip

    "Woy, gosip!" Seluruh siswa siswi berlari memberondong pintu keluar menuju mading yang terletak di lantai satu dekat ruang guru. Semua berusaha maju untuk melihat apa saja gosip terbaru hari ini. Biasanya, ada cerita siswa siswi yang jadian tapi di luar prediksi mereka. "Woy, ini bener? Inisialnya E dan E?" "Siapa woy murid sini yang inisialnya E? Eh, clue-nya dua-duanya beda jurusan dan terkenal karena prestasi. Tapi yang cowok sering dipanggil berandalan. Siapa ya?"Semua berusaha untuk jadi detektif dadakan. Tak ada yang mengetahui siapa pasangan tak terdeteksi itu. Namun seketika seorang siswa tersadar. Bukankah yang sedang heboh saling dekat itu adalah Elvano dan Elsa? Siswa itu menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Ah enggak mungkin mereka deh."Saat mereka semuanya sedang saling berusaha mencari siapa siswa siswi yang sedang jadi bahan gosip itu, tiba-tiba muncul Elvano dan gengnya dari arah gerbang sekolah lalu disusul oleh Elsa yang hari ini datang diantar oleh kakaknya. M

  • Kalau Cinta Kejar Aku!   Membuat Cemburu, Berhasil?

    "Aku mau ketemu kamu, besok." suara Bagas membuat tubuh Elsa berhenti bergerak. Walau hanya dengan suara panggilan di telepon, tapi rasanya terdengar jelas di depan matanya. "Jam berapa?" tanya Elsa. Ia menggigit bibir bawahnya lalu mulai mencubit pahanya sendiri. Ini selalu dilakukannya kalau sedang gelisah. "Mungkin pagi. Kamu bisa, kan?" Elsa melihat jadwalnya kembali. Besok ia dan Rayyan masih harus berdiskusi untuk memantapkan perlombaan minggu depan. Ia sangat ingin bertemu dengan Bagas tapi Elvano pasti tidak mau diundur waktunya. "Sampai jam?" Elsa bertanya kembali. "Sore. Aku mau ajak kamu jalan keliling Jakarta. Bisa kan?" Elsa terdiam. Ia tak tahu apakah akan menerimanya atau tidak. Karena ini sangatlah sulit. Elvano pasti tidak mau jika waktu belajarnya diundur dan ini adalah kesempatan terbaik baginya untuk lebih dekat dengan Bagas. "Maaf. Besok aku ada janji sama Elvano," jawab Elsa pelan. Ponselnya dijauhkan dari telinga agar ia tak mendengar ocehan kemarahan Bag

  • Kalau Cinta Kejar Aku!   Calon Menantu Kesayangan

    Elsa hanya duduk dan diam memandangi foto dirinya bersama Mia juga Bagas. Foto yang diambilnya tiga bulan lalu saat sedang tamasya ke taman safari. Bagas tersenyum lebar sambil memegang erat tangannya. Mia di sampingnya mengulurkan satu jarinya. Mereka tampak bahagia. "Lagi ngeliat apa sih? Kayaknya serius banget." Aksa berdiri disamping Elsa lalu mengusap rambutnya. "Katanya lagi pusing?" "Kak, apakah antara pria dan wanita yang berteman akan ada perasaan cinta diantara mereka?" tanya Elsa. Aksa mengerutkan dahinya. "Kenapa kamu tanya seperti ini?" "Elsa suka sama Bagas tapi tidak mau merusak hubungan pertemanan." "Ya sudah, jangan suka sama dia. Emangnya kita bisa atur akan suka dengan siapa nantinya? Lagipula, kan kamu akan bertunangan dengan Elvano, enggak kasihan sama dia?" Elsa menggeleng."Maksudnya?" "Jangan membuat orang lain kecewa. Ayo, istirahat." Elsa mengangguk. Setelah A

  • Kalau Cinta Kejar Aku!   Ungkap Isi Hati

    Elsa menemukan Elvano yang sedang duduk sendiri di dekat taman sekolah. Di dekatnya ada dua ekor kucing lucu yang sedang ia beri makan. Elsa tersenyum melihatnya. Hati lembut Elvano berbanding terbalik dengan sikapnya yang mudah sekali emosi. "Kalau mau tanya, ya tanya aja." Elsa mematung. Wajahnya memerah malu karena ternyata Elvano menyadari kehadirannya. "El, tadi gue sempet liat lu berantem sama serly. Maaf." Elvano menutup kembali toples makanan kucingnya lalu menepuk bangku di sebelahnya dan menyuruh Elsa untuk duduk. "Masalah intern antara gue sama dia sih. Pasti lo pernah denger." Elsa menggelengkan kepalanya. "Gue enggak tahu, El." Elvano terkekeh. "Kapan-kapan gue ceritain. Gue lagi enggak mood." Mereka berdua terdiam. Ada rasa canggung yang tiba-tiba merayap diantara mereka. Elsa melirik lalu kembali menatap pemandangan di depannya. "Enggak masalah. Lagipula kan itu masalah kalian."

  • Kalau Cinta Kejar Aku!   Penasaran Dengan Perasaan

    Elvano tak langsung pulang ke rumahnya. Hari ini ia ingin mampir ke studio musik yang dibuatkan oleh ayahnya satu tahun yang lalu. Ayahnya, walaupun menginginkan Elvano untuk meneruskan bisnis gurita keluarga besar Erlangga tetapi tetap memberikan kesempatan untuk putra sulungnya mengembangkan bakat. Ia tak pernah memaksa Elvano mematuhi keinginannya kecuali dijodohkan dengan Elsa. Itu mutlak katanya."Bengong aja lo. Ada yang bikin pusing?" celetuk Niko yang sejak tadi sibuk bermain game. Elvano diam saja tapi tangannya sejak tadi hanya memutar-mutar stik drum."Dia lagi mulai jatuh cinta tuh," timpal Ken yang ditanggapi kekehan oleh Niko."Pantesan, kayak orang kesambet."Elvano melirik kesal ke arah dua temannya yang terus menyindirnya. Ia beranjak pergi dari atas kursi drummer lalu mengikuti dua temannya di sofa tengah."Gue bingung. Gue deket sama Elsa, seperti dijadikan tameng sama dia. Menurut lo gimana?" tanya Elvano pada Niko yan

DMCA.com Protection Status