- Group Chat -
- Bang Tamvan Sat -
Brave Ice :
Lo ke apart gue semuanya.Brave Ice :
Ke apartemen gue tanpa terkecuali.Brave Ice :
Oke.Deian Elbar O****e*
Deian Elbar :
Lah! Tumben banget?!Deian Elbar :
Biasanya juga introver banget.Deian Elbar :
Sampai kita dilarang buat datang ke apart-nya.Alvaro Addison O****e*
Brave Ice :
Kesini aja lah ...Brave Ice :
Gue bosen gak bisa ngapa-ngapain.Brave Ice :
Mana gue baru dateng.Brave Ice :
Adek sialan gue udah buat gue langsung darah tinggi pula.Brave Ice :
Bikin naik pitam anjir!Alvaro Addison :
Sialan ...Alvaro Addison :
Si bar-bar ada di apart lo?Brave Ice :
Adek gue anjir!Alvaro Addison :
Terserah ...Deian Elbar :
Ya udah lah ...Deian Elbar :
Gue on the way ke apart lo, Bang.Deian Elbar :
Gue gabut juga anjir!Brave Ice :
Hum ...Brave Ice :
Buruan!Deian Elbar :
Iya atuh, Bang ...Brave Ice :
Lo gimana Al?Alvaro Addison :
Hum ...Brave Ice :
Hum apaan, Bangsat?!Alvaro Addison :
Iya!Alvaro Addison :
Gue ke apart lo!Brave Ice :
Buruan!Alvaro Addison Went Offline*
Brave Ice :
Dajjal! Langsung main off aja!Brave Ice :
Lo udah on the way, kan, Dei?Deian Elbar Went Offline*
Brave Ice :
Kalian semua Bangsat!Brave Ice Went Offline*
░░️░░️░░░️░░️░░░️░░️░
"Mam! Mam! Mam!" teriak Al sambil memakai kaus kakinya.
"Kamu kenapa sih, Al? Mama lagi masak loh. Kamu malah teriak-teriak enggak jelas banget!" kata Bellina sambil menatap Al dengan heran.
"Al mau ke apart Bang Ice," jawab Al lalu berdiri.
"Ya udah, ke sana aja," kata Bellina.
"Daripada kamu di sini terus. Nyampah aja," lanjutnya.
"Ma!" kesal Al.
"Hahaha ... Canda, Sayang," kata Bellina sambil mengusap rambut Al penuh sayang.
"Ya udah deh," kata Al lalu mencium punggung tangan sang mama.
Bellina tersenyum kecil melihat betapa sopan anak tunggalnya itu.
"Al berangkat yah, Mam. Bye Mama!" kata Al sambil melambaikan tangannya.
Bellina membalas lambaian tangan Al, sedangkan Al sudah berangkat ke apartemen Ice dengan menggunakan mobilnya.
░░️░░️░░░️░░️░░░️░░️░
- 18:38 -
Sudah seharian Al dan Deian bermain di apartemen Ice.
"Udah mau malem, Bang. Gue mau pulang dulu," ucap Al usai melihat jam tangannya.
"Gue juga mau balik dulu, Bang," kata Deian juga.
"Sialan kalian berdua! Cepat banget pengen balik!" kesal Ice.
"Tujuh jam lo bilang cepet?!" Al bertanya kesal.
"Maho lo, Bang!" kesal Al lagi.
"Ck ... Lihat kalian berdua adu bacot kayak gini malah buang waktu gue anjir!" sahut Deian.
"Gue mau langsung pulang aja deh!" lanjutnya lalu pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban Al dan Ice.
"Gue juga mau pulang juga deh!" kata Al juga lalu berdiri dari duduknya.
"Loh ... Alvaro!" pekik Barack yang baru saja datang saat melihat kehadiran Al.
"Eh, Papa," sahut Al sambil mencium punggung tangan Barack.
Barack tersenyum kecil saat melihat betapa sopan calon anaknya itu.
"Kamu mau kemana, Al?" tanya Barack.
"Al mau balik, Pa," jawabnya.
"Kalau mau pulang. Ya, pulang aja. Enggak usah main pamit sama Papa gue," sahut seseorang dengan sinis yang tak lain adalah Rexi.
Al mengalihkan pandangannya untuk melirik ke arah Rexi, begitupun dengan Barack dan juga Ice.
"Apa lo lihat-lihat gue?!" tanya Rexi sinis.
Al hanya memutar kedua bola matanya dengan malas untuk menanggapi Rexi, lalu kemudian berbalik untuk menatap Barack.
"Pa, Al pulang dulu, yah," katanya berpamitan dan tidak peduli dengan ucapan Rexi.
Barack tersenyum kecil.
"Kamu enggak usah pulang, Al. Mama kamu juga nginep di sini nanti," kata Barack.
"Loh kok?!" pekik Rexi lalu berjalan cepat untuk berdiri di samping Al.
"Kenapa dia nginap di sini lagi sih, Pa?!" tanya Rexi kesal.
"Emangnya mereka nggak punya tempat tinggal?!" tanya Rexi lagi.
Al menatap Rexi dengan tajam, sedangkan Rexi yang ditatap tidak peduli dengan keberadaan Al. Intinya, dia tidak terima kalau Al dan mamanya menginap di apartemen keluarganya.
"Rexi!" seru Barack memperingati.
"Biarin aja sih, Rex, kalau mereka mau nginep di sini," sahut Ice.
"Hitung-hitung aja kalau lo lagi belajar pendekatan sama calon Mama kita sama calon saudara kita, kan?" lanjut Ice lagi dengan nada tenangnya.
"Enggak apa-apa, kan?" tanya Ice.
"Ck ... Enggak apa-apa di lo! Tapi apa-apa di gue!" pekik Rexi emosi. Bisa-bisanya Ice berkata seperti itu dengan tenang.
"Ck ... Terserah lo aja lah. Ngehadapin lo sama aja lagi ngehadapin batu, bikin naik pitam!" kesal Ice.
Ice menarik kopernya lalu kemudian berjalan menuju kamarnya.
"..."
Rexi bergeming di tempatnya saat mendengarkan penuturan dari Ice.
"Kenapa Bang Ice sama aja kayak Papa? Bang Ice kenapa malah dukung banget kalau Papa nikah lagi?" batin Rexi di dalam hatinya tidak terima.
"Enggak usah, Pa. Al mau balik aja, soalnya besok Al sekolah juga. Baju Al ada di rumah Al, kan?" kata Al, dia berusaha untuk menolak tawaran Barack.
"Kamu nggak usah sekolah, soalnya besok kita bakalan family time," kata Barack.
"Apalagi lusa Papa sama Mama kamu udah mau nikah, kan?" kata Barack lagi.
"Yakhhhh! Papa!" teriak Rexi emosi sambil mengepalkan kedua tangannya dengan begitu kuat di bawah sana.
"Rexi!" tegas Barack.
"Ck ... Terserah Papa aja deh!" kesal Rexi lalu berjalan pergi sambil menghentakkan kakinya di atas lantai.
Barack menatap kepergian Rexi lalu mengalihkan pandangannya untuk menatap ke arah Al.
"Kamu nginap disini, kan?" tanya Barack.
"Uhm ... Iya, Pa," jawab Al.
Mau tak mau. Ingin tak ingin, Al menerima tawaran Barack yang seakan memaksa dirinya.
"Ck ... Kalau bukan karena Mama, mana mau gue bersikap sopan gini sama anak om Barack!" kesal Al di dalam hatinya sambil menatap pintu kamar Rexi dengan tatapan sinis.
░░️░░️░░░️░░️░░░️░░️░
Rexi terduduk di atas kasurnya sambil mendengkus kesal.
"Apa-apaan sih, Papa?! Ngapain dia ngajak orang asing buat nginap di sini, sih?!" tanya Rexi kesal.
"Ck ... Kayak pengemis aja mereka! Emangnya mereka nggak punya rumah sampai mau nginap di apart keluarga gue?!" tanya Rexi lagi dengan begitu emosi.
Ceklek!
Seseorang tiba-tiba masuk membuat wanita itu melirik ke arah pintu kamarnya dengan cepat.
"Yakhh! Mau ngapain lo datang dan masuk di kamar gue gitu aja, sialan?!" teriak Rexi emosi saat melihat kehadiran Al yang masuk ke dalam kamarnya secara tiba-tiba tanpa mengetuk pintu.
Rexi melempar gulingnya dengan emosi ke arah Al. Al yang mendapatkan serangan tiba-tiba itu langsung menangkis guling yang dilempar oleh Rexi.“Apaan, sih?!” kesal Al.“Kalau bukan karena Papa! Gue najis banget buat satu kamar sama lo!” sarkas Al.“Yakhh!” teriak Rexi.“Apa?!” sinis Al lalu duduk di samping Rexi.“Mending lo tidur aja, enggak usah banyak bicara,” kata Al, dia berbaring begitu saja di samping Rexi.“Yakhh! Lo nyaman banget tidur di atas kasur gue! Serasa kayak lagi di apartemen lo aja!” teriak Rexi tidak terima.“Keluar lo dari sini!” perintahnya emosi sambil mendorong Al yang berbaring.Al menahan pergerakan Rexi agar berhenti untuk mendorongnya, perlahan dia juga memejamkan matanya."Yakh! Ish!" geram Rexi.Rexi memukul badan Al berkali-kali, berharap pria itu keluar dari kamarnya.Tapi, Al malah berlaku se
Rexi menepis tangan Al dengan kasar, pasalnya Al menarik pergelangan tangannya dengan begitu kuat dan penuh emosi.Hey! Memangnya, anak mana yang tidak emosi bila mamanya dihina dan dicaci maki seperti itu oleh orang lain?! Pasti seorang anak tidak akan terima, kan? Begitulah yang dirasakan oleh Al."Lo apa-apaan, sih?! Ngapain lo narik gue?!" kesal Rexi."Biarin gue ke sana dan labrak pelakor sialan itu!" lanjutnya penuh amarah."Ck ... Perempuan kayak dia miris banget. Suka banget rebut suami orang. Kayak enggak ada ada laki-laki di dunia ini. Miris!" ocehnya."Lo jaga ucapan lo, yah!" sinis Al."Ck ... Harusnya gue yang bilang sama lo. Jagain Mama lo. Jangan ganjen sama Papa gue," ucap Rexi meremehkan."Udah! Stop! Jangan sekali-kali lo hina Mama gue!" seru Al emosi.Rexi tersenyum sinis."Asal lo tahu anak yang sok tahu. Mama gue udah berkali-kali nolak permintaan Papa lo yang mau nikah sama dia. Tapi, apa?! Papa lo yang kaya
Waktu berlalu dengan begitu cepat, bahkan tak terasa kalau ternyata sekarang dua hari telah berlalu.Altar megah sudah terbentuk di dalam apartemen kediaman keluarga Rexi.Susunan demi susunan stand makanan terbentuk dengan begitu mewah. Makanan yang tampak terlihat menggugah selera sudah terpampang dengan jelas.Sungguh dekorasi pesta pernikahan yang begitu mewah dan megah."Ck ... Pembohong!" seru Rexi saat melihat seluruh desain altar itu."Dia bilang kalau dia bakalan bujuk Mamanya biar enggak nikah sama Papa gue. Tapi, nyatanya cuma bohong doang!" serunya lagi dengan emosi.Rexi berjalan dengan emosi sambil mengarahkan pandangan matanya untuk terus memperhatikan dekorasi pesta pernikahan itu."Ck ... Desain macam apa ini?!" tanya Rexi sambil memegang bunga mawar putih yang bertaburan di atas altar."Norak! Alay! Emang desain Pelakor itu beda! Suka desain
Pagi hari telah tiba.Rexi melangkahkan kakinya berjalan turun menuju ruang makan. Kedua bola matanya mencari sesuatu di ruang makan itu."Mama sama Papa pergi ke Maldives. Mereka liburan di sana selama seminggu," kata Al yang paham dengan arah mata Rexi."What?! Mereka berdua liburan tanpa ada minta izin terlebih dahulu sama gue?!" tanya Rexi tak terima.Al hanya diam saja di tempatnya dan tidak menanggapi pertanyaan heboh dari Rexi.Rexi menatap Al dengan tajam karena pria itu tak memperdulikan dirinya."Woy, sialan!" teriak Rexi emosi.Al mengangkat sebelah alisnya sebagai jawaban."Kok, mereka bisa pergi tanpa bilang sama gue, sih?!" tanya Rexi lagi, Al hanya mengangkat bahunya secara bersamaan sebagai jawaban.Rexi mendecih sinis, lalu berjalan pergi dari ruang makan itu.***Rexi berjalan masu
Rexi kaget bukan main saat tahu fakta mengejutkan yang baru saja dia dapatkan."Kok, bisa?!" pekik Rexi kaget."Hum ... Oleh karena itu, gue turutin semua apa mau Mama gue ..." Al menjeda ucapannya."Karena gue tahu kalau suatu saat nanti, kalau bukan Mama yang ninggalin gue, gue yang bakalan ninggalin Mama ..." lanjutnya dengan begitu lirih.Degh!Jantung Rexi seakan terhantam bebatuan besar saat dia mendengarkan nada suara Al yang terdengar begitu sedih dan putus asa."Gue tahu banget, gimana rasanya kehilangan seorang Mama. Rasanya itu sesak banget," batin Rexi, dia kembali mengingat saat dirinya harus kehilangan sosok sang mama untuk selama-lamanya.Grep!Rexi tiba-tiba menghamburkan pelukannya pada tubuh Al, membuat Al langsung kaget, tetapi Al membalas pelukannya secara perlahan."Al ... Tolong bantu gue. Tolong bantu gue biar
Masih dengan rasa malu dan salah tingkahnya, Rexi terus mencaci maki dirinya di dalam hati."Uhm ... Kalau emang lo mikir, gue mau cium lo tadinya. Lo salah besar," kata Deian tiba-tiba, membuat Rexi langsung menatap ke arahnya dengan cepat.Deian tersenyum."Gue juga bakalan lihat suasana, Rex. Apa dia istri gue atau bukan," lanjutnya dengan nada suara lembutnya.Degh!"Jantung gue!" pekik Rexi di dalam hati saat merasakan jantungnya berdetak dengan cepat.Deian tertawa melihat ekspresi wajah Rexi."Hahaha ... Tunggu aja saatnya, yah?" kata Deian, lalu mengelus rambut Rexi dengan lembut.Degh! Degh! Degh!Detak jantung Rexi semakin cepat saat Deian mengelus rambutnya dengan begitu penuh kasih."Jantung gue! Siapapun tolong jantung gue!" teriak Rexi di dalam hati.Deian menarik tangannya, lalu mulai
Rexi langsung terbangun dari tidurnya sambil mengatur napasnya yang tidak beraturan."Astaga! Mimpi itu lagi?! Padahal, udah lama gue enggak mimpi itu!" serunya kaget."Kok, mimpi itu tiba-tiba muncul lagi?!" tanya Rexi lagi.Rexi berusaha untuk mengingat sesuatu melalui mimpi itu, tetapi dia malah merasakan perih pada kepalanya."Aww!" ringisnya."Kok, sakit, sih?" gumamnya bertanya.Rexi perlahan berdiri dari posisinya dan berjalan sempoyongan menuju dapur. Al yang melihat Rexi masuk dapur hanya menatap perempuan itu dengan santai sambil meneguk air putihnya dengan tenang."Sshh ... Kok, masih sakit, sih?" tanya Rexi pelan.Rexi perlahan kembali bergerak, tetapi dia hampir terjatuh. Untung saja Al menahan pinggangnya dengan cepat.Kedua tangan Rexi tiba-tiba bergerak untuk meraba-raba pipi Al, detik berikutnya Al membulatkan matan
"Gue janji. Pas istirahat nanti, gue bawa lo ke rumah sakit," kata Al lembut saat setelah dia membaringkan Rexi di atas kasur UKS sekolahnya.Muach!Al memberikan kecupan singkat pada ujung bibir Rexi, lalu kemudian berlari keluar kelas karena dia sudah terlambat satu mata pelajaran.Sekitar beberapa menit Al pergi dari UKS itu, Rexi langsung tersadar dari pingsannya.Rexi mengedipkan kedua matanya berkali-kali, lalu kemudian menumpahkan air matanya dengan deras."Alo ... Eci ..." lirihnya pelan sambil menundukkan kepalanya dengan dalam.***Kini waktu istirahat telah tiba. Al kali ini tidak menghabiskan waktu istirahatnya di kantin sekolah, melainkan dia yang ingin menghabiskan waktu istirahatnya untuk menjaga Rexi di UKS.Rexi berbaring dengan cepat saat dia sadar kalau Al akan berjalan masuk UKS untuk menemaninya.Benar dengan ap