Pagi hari telah tiba.
Rexi melangkahkan kakinya berjalan turun menuju ruang makan. Kedua bola matanya mencari sesuatu di ruang makan itu.
"Mama sama Papa pergi ke Maldives. Mereka liburan di sana selama seminggu," kata Al yang paham dengan arah mata Rexi.
"What?! Mereka berdua liburan tanpa ada minta izin terlebih dahulu sama gue?!" tanya Rexi tak terima.
Al hanya diam saja di tempatnya dan tidak menanggapi pertanyaan heboh dari Rexi.
Rexi menatap Al dengan tajam karena pria itu tak memperdulikan dirinya.
"Woy, sialan!" teriak Rexi emosi.
Al mengangkat sebelah alisnya sebagai jawaban.
"Kok, mereka bisa pergi tanpa bilang sama gue, sih?!" tanya Rexi lagi, Al hanya mengangkat bahunya secara bersamaan sebagai jawaban.
Rexi mendecih sinis, lalu berjalan pergi dari ruang makan itu.
***
Rexi berjalan masu
Rexi kaget bukan main saat tahu fakta mengejutkan yang baru saja dia dapatkan."Kok, bisa?!" pekik Rexi kaget."Hum ... Oleh karena itu, gue turutin semua apa mau Mama gue ..." Al menjeda ucapannya."Karena gue tahu kalau suatu saat nanti, kalau bukan Mama yang ninggalin gue, gue yang bakalan ninggalin Mama ..." lanjutnya dengan begitu lirih.Degh!Jantung Rexi seakan terhantam bebatuan besar saat dia mendengarkan nada suara Al yang terdengar begitu sedih dan putus asa."Gue tahu banget, gimana rasanya kehilangan seorang Mama. Rasanya itu sesak banget," batin Rexi, dia kembali mengingat saat dirinya harus kehilangan sosok sang mama untuk selama-lamanya.Grep!Rexi tiba-tiba menghamburkan pelukannya pada tubuh Al, membuat Al langsung kaget, tetapi Al membalas pelukannya secara perlahan."Al ... Tolong bantu gue. Tolong bantu gue biar
Masih dengan rasa malu dan salah tingkahnya, Rexi terus mencaci maki dirinya di dalam hati."Uhm ... Kalau emang lo mikir, gue mau cium lo tadinya. Lo salah besar," kata Deian tiba-tiba, membuat Rexi langsung menatap ke arahnya dengan cepat.Deian tersenyum."Gue juga bakalan lihat suasana, Rex. Apa dia istri gue atau bukan," lanjutnya dengan nada suara lembutnya.Degh!"Jantung gue!" pekik Rexi di dalam hati saat merasakan jantungnya berdetak dengan cepat.Deian tertawa melihat ekspresi wajah Rexi."Hahaha ... Tunggu aja saatnya, yah?" kata Deian, lalu mengelus rambut Rexi dengan lembut.Degh! Degh! Degh!Detak jantung Rexi semakin cepat saat Deian mengelus rambutnya dengan begitu penuh kasih."Jantung gue! Siapapun tolong jantung gue!" teriak Rexi di dalam hati.Deian menarik tangannya, lalu mulai
Rexi langsung terbangun dari tidurnya sambil mengatur napasnya yang tidak beraturan."Astaga! Mimpi itu lagi?! Padahal, udah lama gue enggak mimpi itu!" serunya kaget."Kok, mimpi itu tiba-tiba muncul lagi?!" tanya Rexi lagi.Rexi berusaha untuk mengingat sesuatu melalui mimpi itu, tetapi dia malah merasakan perih pada kepalanya."Aww!" ringisnya."Kok, sakit, sih?" gumamnya bertanya.Rexi perlahan berdiri dari posisinya dan berjalan sempoyongan menuju dapur. Al yang melihat Rexi masuk dapur hanya menatap perempuan itu dengan santai sambil meneguk air putihnya dengan tenang."Sshh ... Kok, masih sakit, sih?" tanya Rexi pelan.Rexi perlahan kembali bergerak, tetapi dia hampir terjatuh. Untung saja Al menahan pinggangnya dengan cepat.Kedua tangan Rexi tiba-tiba bergerak untuk meraba-raba pipi Al, detik berikutnya Al membulatkan matan
"Gue janji. Pas istirahat nanti, gue bawa lo ke rumah sakit," kata Al lembut saat setelah dia membaringkan Rexi di atas kasur UKS sekolahnya.Muach!Al memberikan kecupan singkat pada ujung bibir Rexi, lalu kemudian berlari keluar kelas karena dia sudah terlambat satu mata pelajaran.Sekitar beberapa menit Al pergi dari UKS itu, Rexi langsung tersadar dari pingsannya.Rexi mengedipkan kedua matanya berkali-kali, lalu kemudian menumpahkan air matanya dengan deras."Alo ... Eci ..." lirihnya pelan sambil menundukkan kepalanya dengan dalam.***Kini waktu istirahat telah tiba. Al kali ini tidak menghabiskan waktu istirahatnya di kantin sekolah, melainkan dia yang ingin menghabiskan waktu istirahatnya untuk menjaga Rexi di UKS.Rexi berbaring dengan cepat saat dia sadar kalau Al akan berjalan masuk UKS untuk menemaninya.Benar dengan ap
Usai mengunci pintu kamar Al. Rexi menatap kakak tirinya itu dengan mata memicing. Dia punya ide jahil."Satu ... Dua ... Tiga!"Usai menghitung di dalam hatinya, Rexi langsung melompat dengan tinggi dan berakhir dia yang menindih tubuh Al."Yakh!" teriak Al kesal. Dia juga menatap Rexi dengan begitu tajam."Lo apa-apaan, sih?!" tanya si tampan kesal."Lo kenapa makin manja gini, sih?!" tanya Al tak habis pikir."Biarin aja! Kan, sama kakak sendiri?!" kesal Rexi.Al terdiam beberapa detik, lalu kemudian menghela napas panjang."Terserah, Rex. Terserah lo aja," kata Al pasrah.Rexi mengeratkan pelukannya pada tubuh Al dan tak butuh waktu lama dia tertidur di atas tubuh sang kakak.Al melirik ke arah Rexi yang tertidur pulas, lalu kemudian dia mengelus lembut puncak kepala adik tirinya itu."Lo enggak
Al terduduk di kursi kelasnya sambil memegangi kedua bibirnya dengan pelan. Bahkan sesekali dia mengusap bibirnya itu dengan pelan pula.Tiba-tiba saja bibir Al tersenyum tipis tanpa sepengetahuan pemiliknya."Nih anak kenapa, sih? Ngapain dia senyam-senyum enggak jelas?" tanya Deian di dalam hatinya saat melihat tingkah Al yang tak biasanya.Tuk!Al tersentak kaget karena Deian yang tiba-tiba menepuk pundaknya dengan sedikit keras. Dia langsung menatap Deian dengan tatapan datarnya."Heh! Lo kenapa senyam-senyum sendiri?!" tanya Deian."Kesurupan lo?!" tanya Deian lagi."Gila!" jawab Al asal sambil mendengkus kesal karena Deian yang mengira kalau dirinya sedang kesurupan.***"Kita duduk di mana nih? Udah full semua," kata Nina usai mengedarkan pandangannya untuk mencari meja dan kursi kosong yang ada di kantin sekolahnya.
"Lo dari mana? Bahkan, sampai jam pulang. Lo enggak masuk kelas!" tanya Al tegas."Lo bisa buat enggak ngebentak, enggak?" tanya Rexi datar."Enggak bisa!" bentak Al."Lo dari mana?!" tanya Al lagi dengan keras."Cih!" Rexi mendecih sinis.Perlahan Rexi membalikkan badannya dan berniat berjalan menjauhi Al, tetapi Al kembali menahannya dengan cara menarik pergelangan tangannya dengan begitu kasar."Apa-apaan, sih?!" tanya Rexi emosi.Al tidak menggubris sikap protes Rexi. Dia malah lebih memilih untuk memaksa Rexi masuk mobilnya.Rexi memberontak dengan keras dan berusaha untuk keluar dari dalam mobil Al, tetapi Al malah mengunci pintu mobilnya secara otomatis. Membuat Rexi tak dapat berkutik lagi.Al menancap gas mobilnya dengan laju tinggi."Lo gila, Al!" teriak Rexi emosi dan pastinya tidak dipedulikan oleh Al.
Rexi tengah duduk di balkon kamarnya dengan mata yang menatap bintang di malam hari itu dengan tenang.Terkadang senyum kecut terulas pada bibir mungilnya dan terkadang juga kedua bola mata indahnya berkaca-kaca saat dia mengingat, di mana cinta pertamanya sudah berciuman dengan wanita lain. Dan parahnya, orang yang dia cium adalah sahabat akrabnya sendiri.Ya. Rexi mengakui kalau yang dikatakan oleh orang-orang, cinta itu indah. Tapi, itu bagi kalian saja yang kisah percintaannya berjalan lurus dan harmonis. Sangat beda dengan Rexi yang kisah kasih percintaannya jauh dari kata harmonis."Menurut gue, cinta itu layaknya sebuah duri. Semakin lo tekan, semakin lo sakit. Itu definisi cinta menurut gue," batin Rexi sambil tersenyum kecut.Rexi menekuk kedua lututnya sambil menenggelamkan seluruh wajahnya pada tekukan lututnya itu.Bagaikan mengerti dengan keadaan Rexi, hujan tiba-tiba turun dengan begitu derasnya, bersamaan dengan air mata Rexi yang ju